diabetes sebelum usia 30 tahun, kejadian DR setelah 10 tahun adalah 50%, dan setelah 30
tahun 90%. DR jarang berkembang dalam 5 tahun setelah diabetes atau sebelum pubertas,
durasi adalah prediktor yang lebih kuat untuk penyakit proliferatif daripada untuk
makulopati
2. Kontrol diabetes yang buruk. Telah ditunjukkan bahwa kontrol glukosa darah yang ketat,
terutama ketika dilembagakan sejak dini, dapat mencegah atau menunda perkembangan
atau perkembangan DR. Namun, peningkatan kontrol yang tiba-tiba dapat dikaitkan
dengan perkembangan retinopati dalam waktu dekat. Pasien diabetes tipe 1 tampaknya
memperoleh manfaat yang lebih besar dari kontrol yang baik daripada tipe 2.
termasuk keparahan retinopati pra-kehamilan yang lebih besar, kontrol diabetes pra-
kehamilan yang buruk, kontrol yang dilakukan terlalu cepat selama tahap awal
mencerminkan risiko individu, dan bisa hingga bulanan. Edema makula diabetik biasanya
sembuh secara spontan setelah kehamilan dan tidak perlu diobati jika berkembang pada
kehamilan selanjutnya
4. Hipertensi, yang sangat umum pada pasien dengan diabetes tipe 2, harus dikontrol
dengan ketat (<140/80 mmHg). Kontrol ketat tampaknya sangat bermanfaat pada
penyakit ginjal (mis. Transplantasi ginjal) dapat dikaitkan dengan peningkatan retinopati
6. Faktor risiko lain termasuk hiperlipidemia, merokok, operasi katarak, obesitas, dan
anemia
7.
Hal inididukung oleh hasil pengamatan bahwa tidak terjadi retinopati pada orang mudadengan
diabetes tipe 1 paling sedikit 3-5 tahun setelah awitan penyakit ini. Hasilserupa telah diperoleh
pada diabetes tipe 2, tetapi pada pasien ini onset dan lamapenyakit lebih sulit ditentukan secara
tepat.
Perubahan abnormalitas sebagian besar hematologi dan biokimia telahdihubungkan dengan
prevalensi dan beratnya retinopati antara lain :
Adhesif platelet yang meningkat.
Agregasi eritrosit yang meningkat.
Abnormalitas lipid serum.
Fibrinolisis yang tidak sempurna.
Abnormalitas dari sekresi growth hormon
Abnormalitas serum dan viskositas darah. ( etiologi )
2. Kontrol glukosa darah yang buruk, berhubungan dengan perkembangan dan perburukan
retinopati diabetik.
3. Tipe Diabetes, dimana retinopati diabetik mengenai DM tipe 1 maupun tipe 2 dengan
kejadian hampir seluruh tipe 1 dan 75% tipe 2 setelah 15 tahun.
5. Hipertensi, yang sangat umum pada pasien dengan diabetes tipe 2, harus dikontrol dengan
ketat (<140/80 mmHg). Kontrol ketat tampaknya sangat bermanfaat pada penderita diabetes tipe
2 dengan makulopati. Penyakit kardiovaskular dan stroke sebelumnya juga bersifat prediksi
( koksi )
6. Nefropati, jika berat dapat mempengaruhi retinopati diabetik. Sebaliknya terapi penyakit ginjal
(contoh: transplantasi ginjal) dapat dihubungkan dengan perbaikan retinopati dan respon
terhadap fotokoagulasi yang lebih baik.
7. Faktor resiko yang lain meliputi merokok, obesitas, anemia dan hiperlipidemia.
Patomekanisme
Retinopati Diabetik Non Proliferatif Merupakan bentuk yang paling umum dijumpai. Merupakan
cerminan klinis dari hiperpermeabilitas dan inkompetens pembuluh yang terkena.1 Disebabkan
oleh penyumbatan dan kebocoran kapiler , mekanisme perubahannya tidak diketahui tapi telah
diteliti adanya perubahan endotel vaskuler ( penebalan membran basalis dan hilangnya pericyte )
dan gangguan hemodinamik ( pada sel darah merah dan agregasi platelet ).3 Disini perubahan
mikrovaskular pada retina terbatas pada lapisan retina ( intraretinal ), terikat ke kutub posterior
dan tidak melebihi membran internal.
Karakteristik pada jenis ini adalah dijumpainya mikroaneurisma multiple yang dibentuk oleh
kapiler-kapiler yang membentuk kantung-kantung kecil menonjol seperti titik-titik, vena retina
mengalami dilatasi dan berkelok-kelok, bercak perdarahan intraretinal. Perdarahan dapat terjadi
pada semua lapisan retina dan berbentuk nyala api karena lokasinya didalam lapisan serat saraf
yang berorientasi horizontal. Sedangkan perdarahan bentuk titik-titik atau bercak terletak di
lapisan retina yang lebih dalam tempat sel-sel akson berorientasi vertikal.
Retinopati Diabetik Preproliferatif dan Edema Makula Merupakan stadium yang paling berat
dari Retinopati Diabetik Non Proliferatif. Pada keadaan ini terdapat penyumbatan kapiler
mikrovaskuler dan kebocoran plasma yang berlanjut, disertai iskemik pada dinding retina
( cotton wool spot, infark pada lapisan serabut saraf ). Hal ini menimbulkan area non perfusi
yang luas dan kebocoran darah atau plasma melalui endotel yang rusak. Ciri khas dari stadium
ini adalah cotton wool spot, blot haemorrage, intraretinal Microvasculer Abnormal ( IRMA ),
dan rangkaian vena yang seperti manik-manik. Bila satu dari keempatnya dijumpai ada
kecendrungan untuk menjadi progresif ( Retinopati Diabetik Proliferatif ), dan bila keempatnya
dijumpai maka beresiko untuk menjadi Proliferatif dalam satu tahun.
Edema makula pada retinopati diabetik non proliferatif merupakan penyebab tersering timbulnya
gangguan penglihatan. Edema ini terutama disebabkan oleh rusaknya sawar retina-darah bagian
dalam pada endotel kapiler retina sehingga terjadi kebocoran cairan dan konstituen plasma ke
dalam retina dan sekitarnya. Edema ini dapat bersifat fokal dan difus. Edema ini tampak sebagai
retina yang menebal dan keruh disertai mikroaneurisma dan eksudat intraretina sehingga
terbentuk zona eksudat kuning kaya lemak bentuk bundar disekitar mikroaneurisma dan paling
sering berpusat dibagian temporal makula.
• Perubahan sedikit demi sedikit dari pada penutupan kapiler intraretinal yang menyebabkan
iskemik makular.
Hiperglikemia menyebabkan kerusakan kapiler retina. Ini melemahkan dinding kapiler dan
menghasilkan outpouchings kecil dari lumen kapal, yang dikenal sebagai microaneurysms.
Microaneurysms akhirnya pecah untuk membentuk perdarahan jauh di dalam retina, dibatasi
oleh internal limiting membrane (ILM). Karena penampilannya yang seperti dot, mereka disebut
pendarahan “dot and-blot”. Pembuluh darah yang melemah juga menjadi bocor, menyebabkan
cairan meresap ke dalam retina. Deposisi cairan
di bawah makula, atau edema makula, mengganggu fungsi normal makula dan merupakan
penyebab umum hilangnya penglihatan pada mereka yang menderita DR. Resolusi danau cairan
dapat meninggalkan endapan, mirip dengan sungai surut setelah banjir. Sedimen ini terdiri dari
produk sampingan lipid dan muncul sebagai lilin, endapan kuning yang disebut eksudat keras.
Ketika NPDR berlangsung, kapal yang terkena akhirnya menjadi terhambat. Obstruksi ini dapat
menyebabkan infark pada lapisan serat saraf, menghasilkan bercak putih halus yang disebut
bintik-bintik kapas (CWS) ( gejala klonis) tambahko gambar
Gejala objektif yang dapat ditemukan pada retina dapat berupa (Ilyas S).
1. Microaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah vena dengan berupa
bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus posterior.
2. Perdarahan dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat
microaneurisma di polus posterior.
3. Dilatasi pembuluh darah dengan lumennya ireguler dan berkelok-kelok.
4. Hard exudate merupakan ilfiltrasi lipid kedalam retina. Gambarannya khusus yaitu iraguler,
kekuning-kuningan pada permulaann exudate pungtata membesar dan bergabung. Exudate ini
dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu.
5. Soft exudate yang sering disebut cotton woll patches merupakan iskemia retina. Pada
pemeriksaan optalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus dan berwarna
putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan dihubungkan dengan iskemia retina.
6. Pembuluh darah baru (neovaskularisasi) pada retina biasanya terletak dipermukaan jaringan.
Tampak sebagai pembuluh yang berkelokkelok dalam, berkelompok, dan ireguler. Mula-mula
terletak pada jaringan retina, kemudian berkembang kedaerah preretinal, kebadan kaca.
Pecahnya neovaskularisasi pada daerah-daerah ini dapat menimbulkan perdarahan retina,
perdarahan subhialoid (preretinal) maupun perdarahan kaca.
7. Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah makula sehingga dapat
mengganggu tajam penglihatan. ( ambil bagusskali)
Penglihatan kabur
Kesulitan membaca
Sedangkan gejala objektif dari retinopati diabetes non proliferative diantaranya adalah: 1,5,6
6. Soft exudate yang sering disebut cotton woll patches merupakan iskemia retina. Pada
pemeriksaan optalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus dan
berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan dihubungkan
dengan iskemia retina.
Anamnesis
Pada tahap awal retinopathy DM tidak didapatkan keluhan. Pada tahap
lanjut dari perjalanan penyakit ini, pasien dapat mengeluhkan penurunan tajam
penglihatan serta pandangan yang kabur.
Pemeriksaan oftalmologi
Temuan pemeriksaan oftalmologi pada retinopathy DM dapat dibagi menurut
Diabetik Retinopathy Severity Scale :
Tidak tampak adanya tanda-tanda retinopathy
Nonproliferative retinopathy
Retinopathy DM merupakan progressive microangiopathy yang
mempunyai karakteristik pada kerusakan pembuluh darah kecil dan oklusi.
Kelainan patologis yang tampak pada awalnya berupa penebalan membran
basement endotel kapiler dan reduksi dari jumlah perisit. Kapiler
berkembang dengan gambaran dot-like outpouchings yang disebut
mikroaneurisma. Perdarahan dengan gambaran flame-shaped tampak jelas.
o Mild nonproliferative retinopathy ditandai dengan
ditemukannya minimal 1 mikroaneurisma. Pada moderate
nonproliferative retinopathy terdapat mikroaneurisma ekstensif,
perdarahan intra retina, venous beading, dan/ atau cotton wool spots. Kriteria lain juga
menyebutkan pada Mild
nonproliferative retinopathy: kelainan yang ditemukan hanya
adanya mikroaneurisma dan moderate nonproliferative
retinopathy dikategorikan sebagai kategori antara mild
dansevereretinopathy DM.
o Severe nonproliferative retinopathyditandai dengan
ditemukannya cotton-wool spots, venous beading, and
intraretinal microvascular abnormalities (IRMA). Hal tersebut
didiagnosis pada saat ditemukan perdarahan retina pada 4
kuadran, venous beading dalam 2 kuadran atau IRMA pada 1
kuadran. Kriteria lain menyebutkan proliferative diabetik
retinopathy dikategorikan jika terdapat 1 atau lebih:
neovaskularisasi (seperti pada : iris, optic disc, atau di tempat
lain), atau perdarahan retina/ vitreus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Glukosa puasa dan Hemoglobin A1c (HbA1c) merupakan tes laboratorium
yang sangat penting yang dilakukan untuk membantu mendiagnosis diabetes.
Kadar HbA1c juga penting pada follow-up jangka panjang perawatan pasien
dengan diabetes dan retinopati diabetik. Mengontrol diabetes dan
mempertahankan level HbA1c pada range 6-7% merupakan sasaran pada
manajemen optimal diabetes dan retinopati diabetik. Jika kadar normal
dipertahankan, maka progresi dari retinopati diabetik bisa berkurang secara
signifikan. Angiografi fluoresensi fundus (Fundus Fluorescein Angiography (FFA))
merupakan pemeriksaan tambahan yang tidak terhingga nilainya dalam diagnosis
dan manajemen retinopathy DM :
o Mikroaneurisma akan tampak sebagai hiperfluoresensi pinpoint
yang tidak membesar tetapi agak memudar pada fase akhir tes.
o Perdarahan berupa noda dan titik bisa dibedakan dari
mikroaneurisma karena mereka tampak hipofluoresen.
o Area yang tidak mendapat perfusi tampak sebagai daerah gelap
homogen yang dikelilingi pembuluh darah yang mengalami oklusi.
o IRMA (Intra Retinal Microvascular Abnormality) tampak sebagai
pembuluh darah yang tidak bocor, biasanya ditemukan pada batas
luar retina yang tidak mendapat perfusi.
es lainnya
Tes yang lain meliputi optical coherence tomography (OCT), yang
menggunakan cahaya untuk menghasilkan bayangan cross-sectional dari
retina. Uji ini digunakan untuk menentukan ketebalan retina dan ada atau tidaknya
pembengkakan di dalam retina akibat tarikan vitreomakular. Tes ini juga
digunakan untuk diagnosis dan penatalaksanaan edema makular diabetik atau
edema makular yang signifikan secara klinis.