id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
RECOVERY SCORE
KRITERIA
In 15 30 45 60 Out
2 2 2 2 2 2
Dapat bergerak 4 anggota gerak
Aktifitas volunter atau atas 2 anggota gerak 1 1 1 1 1 1
perintah 0
0 anggota gerak 0 0 0 0 0
Mampu bernapas dan batuk secara 2
2 2 2 2 2
bebas
Respirasi 1 1 1 1 1 1
Dyspnea, nafas dangkal atau terbatas
0 0 0 0 0 0
Apnea
Tensi 20 mmHg 2
2 2 2 2 2
preop
Tensi 20 – 50
Tensi pre-op …. 1
Sirkulasi mmHg dari 1 1 1 1 1
mmHg
preop
Tensi 50 mmHg 0
0 0 0 0 0
preop
Sadar penuh 2 2 2 2 2 2
Normal 2 2 2 2 2 2
Warna 1
Pucat kelabu 1 1 1 1 1
kulit
Sianotik 0 0 0 0 0 0
(Wirjoatmodjo, 2000)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
3. Anestesi Inhalasi
a. Pendahuluan
Anestesi inhalasi cukup banyak digunakan sebagai pilihan
anestesi saat ini dikarenakan cukup aman, meskipun peralatannya
rumit dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit (Shung J, 2011).
Keunggulan anestesi inhalasi adalah konsentrasi obat anestesi yang
dapat lebih tinggi pada darah arteri karena obatnya masuk melalui
sirkulasi paru (Karjadi W, 2000). Selain itu, potensinya juga tinggi
dan konsentrasinya dapat dikendalikan melalui mesin sehingga
memungkinkan titrasi dosis sesuai respon yang diinginkan (Stoelting
RK, 2006). Campuran dari obat anestesi dan oksigen melalui jalur
pernafasan masuk ke dalam paru-paru dan akan berdifusi dari alveoli
ke pembuluh-pembuluh kapiler sesuai sifat masing-masing obat
anestesi inhalasi itu sendiri, kemudian akan beredar dalam darah
menuju jaringan atau organ dimana obat anestesi itu bekerja, seperti
ke otak, jantung, serta otot (Coyle TT et al., 2005). Dalamnya
anestesi tergantung pada kadarnya di sistem saraf pusat. Kadar
tersebut ditentukan oleh faktor yang memengaruhi transfer anestesi
dari alveoli paru ke darah dan dari darah ke jaringan otak. Faktor
yang menentukan kecepatan transfer anestesi di jaringan otak
ditentukan oleh (1) kelarutan zat anestesi, (2) kadar anestesi dalam
udara yang dihirup pasien atau disebut tekanan parsial anestesi, (3)
ventilasi paru, (4) aliran darah paru, dan (5) perbedaan antara
tekanan parsial anestesi di darah arteri dan di darah vena (Dewoto,
2011)
Dalam praktek, kelarutan zat inhalasi dalam darah merupakan
faktor utama yang penting dalam menentukan kecepatan induksi dan
pemulihannya. Induksi dan pemulihan berlangsung cepat pada zat
yang tidak larut dan lambat pada yang larut (Latief et al., 2002).
Kadar Alveolus
Minimal (KAM) atau Minimum alveoli
commit
concentration (MAC) to user
adalah kadar minimal zat tersebut dalam
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
b. Status Fisik
Penentuan status fisik pasien dalam perencanaan tindakan anestesi
berdasarkan klasifikasi American Society of Anesthesiologist (ASA)
dibagi dalam 6 kelompok sebagai berikut:
1) ASA 1 : pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan
operasi.
2) ASA 2 : pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai
sedang, baik karena penyakit bedah maupun penyakit lain.
3) ASA 3 : pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat
yang disebabkan oleh berbagai penyebab.
4) ASA 4 : pasien dengan penyakit berat dan mengancam
kehidupannya.
5) ASA 5 : pasien yang tidak diharapkan hidup setelah 24 jam
meski dioperasi atau tidak.
6) ASA 6 : pasien dengan kematian batang otak dan organnya
dapat diambil (Wirjoatmojo, 2000).
c. Stadium Anestesi
Berikut ini merupakan tahap yang penting untuk diperhatikan dalam
anestesi eter yang awitan kerja sentralnya lambat akibat kelarutannya
yang tinggi dalam darah sehingga tiap tahap dapat dilihat dengan
jelas:
1) Tahap I, stadium analgesi.
Awalnya pasien mengalami analgesi tanpa disertai amnesia
(hilangnya kesadaran) dan di akhir stadium I baru didapatkan
amnesia dan analgesi
2) Tahap II, stadium eksitasi (delirium).
Mulai dari hilangnya kesadaran (amnesia) sampai permulaan
tahap bedah. Tahap I dan II bersama-sama disebut tahap induksi.
3) Tahap III, stadium operasi (Surgical Stage).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
Nitrous
Oxide
Anestesi Inhalasi
(N₂O) Halotan Enfluran Isofluran Desfluran Sevofluran
Berat molekul 44 197 184 184 168 200
Titik didih (°C) -68 50.2 56.6 48.5 22.8 58.5
Tekanan uap 5200 243-244 172-174.5 238-240 669-673 160-170
(mmHg; 20°C)
Bau Manis Organik Eter Eter Eter Eter
Pengawet - Perlu - - - -
Turunan eter Bukan Bukan Ya Ya Ya Ya
Koefisien partisi 0.46 2.54 1.90 1.46 0.42 0.65
darah/gas
(Omoigui, 2009)
1) Isofluran
(a) Sifat umum
Isofluran yang memiliki nama kimia 1-chloro-
2,2.trifluoroethyl difluoromethyl ether merupakan eter metil
etil terhalogenasi eter yang dikemas dalam bentuk cairan,
tidak berwarna, tidak eksplosif, tidak mengandung zat
pengawet dan relatif tidak larut dalam darah, namun baunya
commit to user
relatif tajam sehingga kadar obat yang tinggi dalam udara
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
2) Farmakodinamik
Minimum Alveoli Concentration (MAC) adalah
konsentrasi minimal zat tersebut dalam gas alveoli yang
menyebabkan imobilitas 50% pasien ketika terpajan
rangsangan yang merugikan seperti insisi bedah
(noxious) (Dewoto, 2011). Isofluran memiliki nilai MAC
1,4. Dari nilai MAC ini dapat dilihat distribusi frekuensi
commit
dosis obat yangto diperlukan
user untuk menghasilkan efek
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
(e) Keuntungan
Induksi pada isofluran ini cepat dan lancar,
pemulihannya juga lebih cepat dibanding dengan halotan dan
enfluran, tidak menimbulkan mual-muntah, dan tidak
menimbulkan menggigil paska anestesia. Isofluran juga tidak
mengubah sensitivitas otot jantung terhadap katekolamin,
tidak menimbulkan guncangan terhadap fungsi
kardiovaskuler, dan tidak menimbulkan efek eksitasi SSP
(Morgan GE commit to user
et al., 2006).
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
(f) Kelemahan
Isofluran memerlukan kombinasi degan obat lain,
dikarenakan analgesi dan relaksasinya yang kurang.
Memiliki batas keamanan yang sempit sehingga membuat
mudah terjadi kelebihan dosis dan cukup iritatif terhadap
mukosa jalan nafas (Shapiro dan Fred, 2007).
(g) Dosis
1) Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara
inspirasi adalah 2.0 – 3.0% bersama-sama dengan N₂O
2) Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan,
konsentrasinya berkisar 1.0 – 2.5 %, sedangkan untuk
nafas kendali, berkisar antara 0.5 – 1.0% (Mangku dan
Senapathi, 2010).
2) Sevofluran
(a) Sifat Umum
Sama halnya dengan isofluran, sevofluran juga
merupakan halogenasi eter dalam bentuk cairan, yang tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak iritatif sehingga baik
untuk induksi inhalasi. Agen inhalasi ini, paling cepat
dalam induksi dan proses pemulihannya, bila dibandingkan
dengan agen inhalasi lain (Wijaya A, 2013).
Koefisien partisi darah/gas pada 37°C adalah 0,59.
Dimana semakin kecil nilainya maka semakin zat tersebut
tidak larut dalam darah. Kelarutan yang rendah ini
menimbulkan induksi anestesi yang cepat dan lebih cepat
juga pasien untuk sadar karna zat tersebut cepat dieliminasi
di dalam darah (Butterworth et al., 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
(2) Farmakodinamik
Sevofluran memiliki nilai MAC sebesar 2,0.
Koefisien partisi darah/gas pada 37°C adalah 0,59.
Kelarutannya yang menengah dalam darah ini
menimbulkan induksi anestesi yang cepat dan juga
recovery yang cepat (Katzung, 2007).
Berbeda dengan isofluran, sevofluran tidak
menyebabkan vasodilatasi pada arteria koronaria yang
dapat menyebabkan fenomena coronary steal (Wijaya
A, 2013). Sevofluran dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah arteri melalui vasodilatasi primer, namun
kejadian ini dapat terjadi terkait dengan dosis yang
digunakan (Bruno B dan Bernard D, 2005). Sama
halnya dengan isofluran, sevofluran juga menimbulkan
penurunan tekanan darah terkait dengan dosis dan
memiliki efek yang sama (Dewoto, 2011).
i. Sistem saraf pusat
Hampir sama dengan isofluran. Aliran darah ke otak
commit
sedikit to user sehingga meningkatkan tekanan
meningkat
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
(e) Keuntungan
Induksi sevofluran cepat dan lancer, tidak iritatif
terhadap mukosa jalan nafas, dan pemulihannya paling
cepat dibandingkan dengan agen volatil yang lain (Latief et
al., 2002).
(f) Kelemahan
Sevofluran memiliki kelemahan yang sama seperti
isofluran, yaitu memiliki batas keamanan yang sempit
sehingga mudah terjadi kelebihan dosis (Shapiro dan Fred,
2007).
(h) Dosis
(1) Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara
inspirasi adalah 3.0 – 5.0% bersama-sama dengan N₂O
(2) Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan,
konsentrasinya berkisar 2.0 – 3.0 %, sedangkan untuk
nafas kendali, berkisar antara 0.5 – 1.0% (Mangku dan
Senapathi, 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
B. Kerangka Penelitian
Isofluran Sevofluran
SSP : SSP :
1. Koefisien partisi 1. Koefisien partisi
darah/gas tinggi (1.46) 1. Efek depresi 1. Efek depresi
2. ↓ Konsumsi darah/gas rendah (0.65)
2. Efek anestesi timbul 2. Aliran darah 2. Efek anestesi timbul
oksigen otak
dalam 11.5 menit otak sedikit ↑ dalam 7 menit
3. Induksi & pemulihan Respirasi : 3. ↓ Konsumsi 3. Induksi & pemulihan
lebih lama dari sevofluran oksigen otak lebih cepat dari isofluran
1. Depresi
4. Biotransformasi rendah 4. Biotransformasi rendah
pernafasan Respirasi :
Kardiovaskular : 1. Depresi
pernafasan
1. Depresi otot
2. Frekuensi nafas
jantung
sedikit ↑
Dan pembuluh
darah Kardiovaskular :
Otot rangka : 1. Tahanan
1. ↓ Tonus otot vascular &
curah jantung ↓
2. Tekanan darah
↓
Otot rangka :
1. ↓ Tonus otot
- Kelainan metabolisme
tubuh Efek terhadap waktu pulih sadar
Aldrete score
- Sensitivitas masing-masing
individu
- Penyakit penyerta
- Suhu Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
C. Hipotesis
Terdapat perbedaan waktu pulih sadar antara penggunaan anestesi sevofluran dan
isofluran dimana waktu pulih sadar sevofluran lebih cepat daripada isofluran.
commit to user