Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saliva adalah cairan sekret eksokrin di dalam mulut yang
berkontak dengan mukosa dan gigi, berasal terutama dari tiga pasang
kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor pada mukosa oral.
(Kasuma, N.2015).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju aliran saliva yaitu
stimulus kimiawi dan mekanik, penyakit sistemik, obat-obatan, irama
sirkadian dan sirkanual, derajat hidrasi, usia, dan stres (Niken, Y.dkk,
2017). Rangsangan rasa merupakan stimulusi yang paling efektif dalam
menstimulasi saliva (Niken Yulia, dkk, 2017). Salah satu akibat dari laju
aliran saliva rendah yaitu mulut menjadi kering dan rentan terhadap karies
(Niken ,Y.dkk, 2017).

Prevalensi penduduk yang pernah karies sebesar 72,1% Prevalensi


karies aktif sebesar 46,5%. Dengan total DMF-T 4,9, dan menunjukkan
adanya kecenderungan semakin bertambah umur semakin meningkat rata-
rata indeks kariesnya, sebagai contoh untuk kelompok umur 12 tahun 0,9 ;
1 5 tahun 1,1 ; 18 tahun 1,4 dan umur 35-44 lebih meningkat lagi menjadi
4,5, bahkan pada umur > 65 tahun m enjadi 18,3.Kenyataan ini apabila
dibangdingkan dengan target tahun 2010 dengan DMF-T <= 2 masih jauh
dari harapan (Sutomo, B.dkk, 2016).

Masih didapatkannya kejadian gigi berlubang, disebabkan oleh


banyak faktor.Kejadian karies gigi dikarenakan adanya aktifitas jasad
renik (mikroorganisme) yang meragikan karbohidrat (substrat) dan
membentuk asam sehingga kondisi pH rongga mulut akan menurun
sampai dibawah 5, penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu
tertentu (waktu) akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi (host
& gigi) yang rentan sehingga proses kariespun dimulai dan perlu diketahui

1
apabila saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena
banyak yang mengandung ion kalsium dan fosfat, selain mempengaruhi
pH, karena itu jika aliran saliva berhenti kemudian karies tidak akan
terkendali (Sutomo, B.dkk, 2016).

Untuk dapat mempertahankan kondisi pH saliva dalam rongga


mulut bisa dilakukan dengan obat tradisional. Bahan obat tradisional yang
bisa dimanfaatkan diantaranya buah manggis. Dalam buah manggis
terdapat kandungan alpha-mangostin dan gamma-mangostin pada buah
manggis juga bersifat sebagai anti bakteri yang efek penggunaanya sama
baiknya dengan antibiotik seperti amphicillin dan minocycline. Selain itu
juga terdapat kandungan xanthones yang salah satunya bisa berperan
sebagai antibiotik menanggulangi infeksi bakteri anti jamur anti radang
(Sutomo, B. dkk, 2016).

Senyawa lain yang terkandung dalam kulit buah manggis yaitu


xanthone yang meliputi mangostin, magosterol, mangostinon A dan B,
trapezifolixanthone, tovophyllin B, alfa dan beta mangostin, garcinon B,
mangostanol, flavonoidepikatekin dan gartanin (Atika PR, dkk., 2017).
Senyawa xanthone pada kulit buah manggis merupakan antioksidan
tingkat tinggi karena kandungan antioksidannyna 66,7 kali wortel dan 8,3
kali jeruk, selain itu sifat antioksidannya melebihi vitamin E dan vitamin
C. Senyawa flanovonid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial
sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Pigmen/zat
warna yang terdapat dalam tumbu-tumbuhan seperti zat warna merah,
ungu, biru, kuning, dan hijau tergolong senyawa flavonoid (Atika PR,
dkk., 2017).

Xanthones dalam buah manggis, mampu menghambat


pertumbuhan bakteri salah satunya Steptococussmutans penyebab suasana
asam dalam rongga mulut (Bambang Sutomo, dkk, 2016).Sehingga diduga
ketika berkumur air rebusan buah manggis dapat mempengaruhi suasana
pH (Sutomo, B.dkk, 2016). Meskipun banyak terdapat kandungan vitamin

2
C dan karbohidrat didalam buah manggis namun tidak bisa diabaikan
bahwa kandungan xanthone dalam buah manggis masih lebih banyak
terdapat sebanyak 123,97 mg/ml.

Dalam peneliti terdahulu, dari beberapa derivate xanthone, a-


mangostin diketahui mempunyai aktivitas anti mikroba yang paling poten,
selain itu xanthones dalam buah manggis (G.mangostana L.) mampu
menghambat pertumbuhan bakteri salah satunya Streptococus mutans
salah satu penyebab suasana asam da lam rongga mulut (Sutomo, B. dkk,
2016).

Penelitian Iswari tahun 2005 melaporkan kandungan ksanton


tertinggi terdapat pada kulit manggis, yakni 107,76 mg per 100 g kulit
buahnya (Ratih Widyasari, dkk, 2017). ksanton pada manggis memiliki
aktivitas biologis yang luar biasa diantaranya sebagai antioksidan,
antitumor, antiinflamasi, antialergi, antibakterial, antifungal, dan anti viral
(Ratih Widyasari, dkk, 2017). Selain memiliki manfaat yang luar biasa
untuk tubuh, kulit manggis juga memiliki sifat fisikokimia yaitu memiliki
tingkat keasaman (pH = 4,28-4,42) namun untuk dapat dikonsumsi oleh
manusia kadar tanin yang terkandung dalam kuliatnya harus dikurangi
sampai kadar aman agar baik untuk sistem pencernaan (Ratih Widyasari,
dkk, 2017).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti perbedaan


konsentrasi larutan dalam berkumur air rebusan buah manggis dengan
perubahan pH saliva.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah


yaitu:“apakah terdapat perubahan konsentrasi larutan berkumur air rebusan
buah manggis dengan perubahan pH saliva pada Mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Makassar Jurusan keperawatan Gigi”

3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan konsentrasi larutan
berkumur air rebusan buah manggis dengan perubahan pH saliva
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh larutan berkumur air rebusan buah
manggis terhadap perubahan pH saliva
b. Untuk mengetahui perbedaan konsentrasi larutan berkumur air
rebusan buah manggis terhadap perubahan pH saliva
D. Manfaat penelitian
1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perbedaan
konsentrasi larutan berkumur air rebusan buah manggis terhadap
perubahan pH saliva
2. Memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa tentang
hubungan konsentrasi larutan berkumur air rebusan buah manggis
dengan perubahan pH saliva

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembahasan
1. Pengertian saliva
Saliva adalah suatu cairan mulut yang kompleks, tidak berwarna,
dan disekreksikan dari kelenjar saliva mayor dan minor untuk
mempertahankan homeostatis dalam rongga mulut. Saliva terdapat
sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan
rongga mulut. Sebagian besar sekitar 90 persennya dihasilkan saat
makan yang merupakan reaksi atas rangsangan yang berupa
pengecapan dan pengunyahan makanan. Saliva merupakan cairan tidak
berwarna didalam rongga mulut yang dihasilkan oleh kelenjar saliva.
Saliva mempunyai peran sebagai kapasitas buffer sehingga dapat
mengatur naik turunnya pH saliva (Nifarea AV,dkk, 2015).
Air ludah dikeluarkan oleh kelenjar parotis, kelenjar sublingualis,
dan kelenjar submandibularis. Selama 24 jam, air ludah yang
dikeluarkan ketiga glandula adalah 1000-2500 ml, dengan kelenjar
submandibularis mengeluarkan 40% dan kelenjar parotis sebanyak
26%. Pada malam hari pengeluaran air ludah lebih sedikit. pH rata-rata
air ludah berkisar antara 5,25-8,5 (Tarigan Rasinta, 2014).
Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4
ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal
adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar/asam)
dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko
terjadinya karies yang tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa)
akan mengakibatkan pembentukan karang gigi.
Dalam rongga mulut terdapat saliva yang merupakan suatu cairan
yang sangat penting selain celah gusi, saliva membantu pencernaan
dan proses penelanan, disamping itu juga untuk mempertahankan

5
integritas gigi, lidah, dan membran mukosa mulut itu sendiri. Makanan
dapat menyebabkan ludah bersifat asam maupun basa.
Saliva mengandung beberapa elektrolit (Na+,K+,Cl-, HCO3-,
Ca2+, Mg2+, HPO42, SCN-, dan F-), protein (amilase, musin, histatin,
cystatin, peroksidase, lisozim, dan laktoferin), immunoglubulin (slgA,
Ig G, dan Ig M), serta molekul organik (glukosa, asam amino, urea,
asam uric, dan lemak). Saliva berfungsi untuk melindungi jaringan di
dalam rongga mulut dengan cara membersihkan secara mekanis untuk
mengurangi akumulasi plak, lubrikasi, dan sebagai buffer.
2. Komposisi Saliva
Saliva terdiri dari 99% air dan 1% bahan padat yang dapat
didominasi oleh protein dan elektrolit. Elektrolit yang paling banyak
terdapat disaliva adalah natrium, kalium, Klorida, bikarbonat, kalsium
fosfat dan magnesium. Komposisi saliva dirongga mulut ditentukan
oleh tingkatan konsentrasi garam dan osmuluritas seiring dengan
peningkatan laju aliran saliva (Almeida, 2008). Komponen saliva
berperan penting dalam menjalankan fungsi-fungsi saliva.
3. Fungsi saliva
Didalam rongga mulut saliva memiliki fungsi atau peranan sebagai
berikut (Ida Rahmawati, dkk, 2015).
a. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu
proses mengunyah dan menelan makanan.
b. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah
cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan
c. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman
d. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer
e. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim
ptyalin (zmilase ludah) dan lipase ludah

6
f. Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka
karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth
faktor pada saliva
g. Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang
keseimbangan air dalam tubuh
h. Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah)
Secara kimiawi, dengan adanya unsur Ca dan ion fosfat, akan
membantu penggantian mineralisasi terhadap email atau
menetralisasi keadaan asam dan basa dari ludah. Enzim-enzim
mucine, zidine dan lisosim yang terdapat dari air ludah mempunyai
sifat bakteriostatis yang dapat membuat beberapa bakteri mulut
menjadi tidak berbahaya.
4. Sekresi Saliva
Sekresi kelenjar saliva dikontrol oleh sistem syaraf otunum
parasympalhetic dan sympathetic melalui saliva refles (refleks saliva).
refleks stimulus kelenjar saliva memiliki peran penting dalam salivia.
Proses keluarnya saliva diawali oleh stimulus yang mengaktivasi
refleks stimulus. Aktivitas mengunyah dan makanan adalah stimulus
utama terhadap sekresi saliva. Reseplor yang diaktivasi pada saat
mengunyah dan makanan yaitu gustatory receptor, mechanoreceptor,
nociceptor, dan olfactory receptor. Ada empat tipe rasa yang memicu
sekresi saliva melalui gustatory saliva refleks yaitu rasa asam , asin,
manis dan pahit. Rasa asam dan asin adalah merupakan stimulus kuat
dalam memicu sekresi saliva. gustatory receptor terdapat pada papilla
lidah dalam bentuk latse buds. (Kasuma Nila, 2015).
5. Komposisi Kimia
Komposisi kimia air ludah amat bervariasi. Biasanya terdiri dari:
a. 99,0-99,5% air
b. Musin (glikoprotein air ludah)
c. Putih telur
d. Mineral-mineral, seperti K, Na, dan lain sebagainya

7
e. Epitel
f. Leukosit dan limposit
g. Bakteri
h. Enzim
6. Derajat keasaman pH saliva
Derajat keasaman pH saliva merupakan faktor penting yang
berperan dalam rongga mulut,agar saliva dapat berfungsi dengan baik
maka susunan serta sifat dari saliva harus tetap terjaga dalam
keseimbangan yang optimal, khususnya derajat keasaman. Karena pH
sangat terkait dengan beberapa aktivitas pengunyahan yang terjadi
dirongga mulut. Penurunan pH saliva dapat menyebabkan
demineralisasi elemen-elemen gigi dengan cepat, sedangkan kenaikan
pH dapat membentuk kolonisasi bakteri yang menyimpan juga
meningkatnya juga kalkulus.
Pengukuran pH saliva menggunakan pH meter contonya merk
eutech. Sebelum pengukuran pH meter dikalibrasi menggunakan
larutan buffer pH 7.Setelah dikalibrasi elektroda dicuci dengan
aquadest steril lalu dikeringkan dengan tisu. Kemudian pH meter
dihidupkan dan memasukkan elektroda kedalam saliva yang telah
ditampung dalam facon tube. Elektroda diputar agar saliva homogen
hingga muncul tulisan READY yang tidak berkedip-kedip dan angka
pH akan muncul di layar. Elektroda dicuci kembali dengan aquadest
steril dikeringkan dengan tisu untuk pengukuran pH saliva selanjutnya.
pH normal saliva berkisar antara 6,8-7. Sedangkan pH krisis saliva
adalah d 5,5. Mengukur pH saliva, dapat digunakan alat pH meter atau
kertas lakmus dengan pH indicator. Caranya dengan merendam lakmus
selama 10 detik. Kemudian cocokkan warna yang terbentuk dengan
menggunakan pH indicator. Hasil yang didapat berupa berwarna
merah (asam) dan hijau (basa).

8
B. Buah manggis
Indonesia terkenal dengan keanekaragaman jenis buah. Salah
satunya adalah buah manggis (Garcinia mangostana L.) .Manggis
memiliki perpaduan warna yang indah dan citarasa yang khas, yakni
perpaduan rasa manis, asam dan sepat yang tidak dimiliki oleh buah
lainnya. Oleh karena itu, buah manggis sering disebut sebagai buah
eksotik. Selain itu, buah manggis juga mendapat sebutan Finest fruit of
the tropics dan Queen of fruits. Tanaman manggis merupakan tanaman
tropis dari Asia Tenggara, tepatnya Semenangjung malaya
(Darmawansyih, 2014).
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spematophyt
SubDivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Keluarga : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L.

Gambar : 1.Buah Manggis

9
2. Marfologi Buah Manggis
Buah manggis (Garcinia mangostana L.) adalah buah musiman
dengan kulitnya berwarna unggu tua karena mengandung banyak
antosianin dan isi berwarna putih. Dalam satu buah terdapat 5-6 daging
buah. Mempunyai 1-3 biji, selaput biji tebal berair, putih serta dapat
dimakan. Pohon selalu hijau, tinggi 6-20 m. Batang tegak, batang
pokok jelas, kulit batang coklat, memiliki getah kuning. Daun tunggal,
duduk daun berhadapan atau bersilang berhadapan, helaian; mengkilat
dipermukaan, permukaan atas hijau gelap permukaan bawah hijau
terang, bentuk elips memanjang, 12-23 x 4,5-10 cm, tangkai 1,5-2 cm.
Bunga betina 1-3 di ujung batang, susunan menggarpu, garis tegah 5-6
cm. Kelopak daun kelopak, dua daun kelopak yang terluar hijau
kuning, 2 yang terdalam lebih kecil, bertepi merah, melengkung kuat,
tumpul. Mahkota terdiri dari 4 daun mahkota, bentuk telur terbalik,
berdaging tebal, hijau kuning, tepi merah atau hampir semua merah.
Bakal buah beruang 4-8, kepala putik berjari-jari 4-6. Buah berbentuk
bola tertekan, garis tegah 3,5-7 cm, ungu tua, dengan kepala putik
duduk (tetap), kelopak tetap, dinding buah tebal, berdaging, ungu,
dengan getah kuning. Pohon manggis mempuanyai akar serabut.
(Darmawansyih, 2014).
3. Kandungan Senyawa Buah Manggis
Buah manggis merupakan buah yang mempunyai banyak
keunggulan dibandingkan buah lainnya. Bukan hanya daging buahnya
saja, namun kulit buah manggispun sangat kaya dengan zat-zat yang
bermanfaat bagi tubuh. Buah manggis terkenal dengan rasa asam
manis yang berasal dari perpaduan kandungan kadar gula dan kadar
asam. Selain itu buah manggis dan kulitnya terbukti mengandung
antioksidan yang sangat tinggi yakni senyawa yang dapat bereaksi
dengan radikal bebas sehingga mengurangi kapasitas radikal bebas
untuk menimbulkan kerusakan pada sel, jaringan dan atau organ.

10
a. Kandungan Senyawa Buah manggis (Garcinia manggostana L)
Tabel: 1 .Kandungan dan komposisi gizi buah manggis dalam tiap
100 gram bahan.

Komposisi gisi Kandungan gisi


Kalori 63.00 cal
Protein 0.60 gr
Lemak 0.60 gr
Karbohidrat 15.60 gr
Kalsium 8.00 mg
Fosfor 12.00 mg
Zat besi 0.80 mg
Vitamin B 0.03 mg
Vitamin C 2.00 mg
Air 83.00 mg

Kulit buah manggis mengandung senyawa xanthone. Senyawa


xanthone merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh spesies
G. mangostana. Lebih dari 60 turunan xanthone yang diisolasi dari
bagian tanaman G. mangostana seperti a-mangostin, β-mangostin, y-
mangostin 1-isomangostin, 3-isomangostin, 9-hidroxicalaba xanthone,
8-deoxigartanin, mangostanol, mangostanin and mangostinon terdapat
pada kulit buah manggis (Qoslim Warid Ali, 2015).

Kandungan senyawa lainnya;

1. Kandungan Senyawa lain didalam buah manggis


Senyawa aktif xanthones (Mangostin, Alfa Mangostin, Beta
Mangostin, Mangostenol, Mangostanol, Mangostinon A,
Mangostenon B, Tovophyllin B, Tovophylin B, Trapezifolixanthone,
Garcinon B, Flavonoid Epicatechin, dan Gartanin).(Darmawansyih,
2014)..
2. Catechins
Catechins terbukti mengandung lima kali antioksidan dibanding
vitamin C.
3. Polysacharides dan Quinones

11
Polysacharides dan Quinones dikenal sebagai antibakteri sehingga
dapat melindungi tubuh dari bakteri dan berfungsi sebagai pencengah
kanker.
4. Stilbenes
Stilbenes adalah zat mencengah timbulnya aneka jamur yang
merugikan tubuh.
b. Kandungan Senyawa didalam kulit buah manggis
1. Senyawa Aktif Xantone
Sekitar 50 jenis senyawa xanton yang berfungsi sebagai antioksidan
tinggi telah berhasil diisolasi dari kulit buah manggis.
2. Antosianin seperti Cyanidin-3-sophoroside dan Cyanidin-3-
glucoside
3. Getah Kuning
4. Senyawa Pektin, Tanin, dan Resin.
4. Komponen kimia buah manggis
Komponen utama turunan xanthone adalah a-mangosteen dan y-
mangosteen (Jung et al., 2006). Senyawa xanthone ditemukan dari
kulit buah manggis, namun para peneliti telah menemukan xanthone
dari bagian batang dan biji (Qoslim Warid Ali, 2015).

12
Gambar : 2. Inti xanthone dengan jumlah karbon dan struktur kimianya
(Qoslim Warid Ali, 2015)

Pemanfaatan xanthone memiliki fungsi sebagai antimikroba,


antioksidan dan sitotosik sebagai anti jamur (Jung et al., 2006). Kulit
buah manggis mengandung senyawa 5 polyxygenated-xanthonas
termasuk mangostin-4, β-mangostin, non mangostin dan gartanin yang
berguna untuk kesehatan.
Ekstrak kulit buah yang larut dalam petroleum eter ditemukan dua
senyawa alkaloid. Kulit kayu, kulit buah dan lateks kering Garcinia
mangostana mengandung sejumlah zat warna kuning yang yang berasal
dari dua metabolit yaitu a mangostin dan β-mangostin yang berhasil
diisolasi. Mangostin merupakan komponen utama sedangkan β-
mangostin merupakan konstituen minor. Ditemukan metabolit baru
yaitu 1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-di (3-metil-2butenil) xanthone yang
diberi nama a-mangostanin dari kulit buah Garcini mangostana (Qoslim
Warid Ali, 2015).

13
C. Manfaat Buah Manggis
Manfaat buah Manggis yaitu :

1. Sebagai antioksidan
Antioksidan berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang
menyebabkan sejumlah penyakit kronis.
Manggis diketahui mengandung beberapa nutrisi dengan kandungan
antioksidan seperti vitamin C dan folat. Selain itu, kandungan
xanthone pada manggis juga dikenal dengan sifat antioksidannya
yang kuat.
2. Sebagai antiinflamasi
Xanthone yang ditemukan pada manggis berperan dalam
mengurangi peradangan. Xanthone dipercaya dapat menekan risiko
kanker, penyakit jantung, dan diabetes.
3. Mengatasi kanker
Lagi-lagi adalah xanthone. Sifat antioksidan dan antiinflamasi yang
dimilikinya membuat manggis dipercaya mampu melawan
perkembangan dan penyebaran sel kanker.

14
D. Kerangka konsep

Berkumur air
rebusan buah pH Saliva
manggis

Konsentrasi

Gambar : 3. Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Variabel Perancu

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
eksperimen semu (Quasi experimental).
B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan pre-test,
post-test experiment design. Dengan bentuk rancangan adalah
sebagai berikut :
Pretest Perlakuan Posttest

O1 X1 O2

O3 X2 O4

Keterangan :
O1, O2 : pengambilan dan pengukuran pH saliva sebelum berkumur
air rebusan buah manggis pada kelompok perlakukan
dengan konsentrasi 50%
O3, O4 : pengambilan dan pengukuran pH saliva sesudah berkumur air
rebusan buah manggis pada kelompok perlakukan dengan
konsentrasi 75%

X1 : perlakukan berkumur air rebusan buah manggis dengan

Konsentrasi 50%

X2 : perlakukan berkumur air rebusan buah manggis dengan


konsentrasi 75%

16
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di kampus poltekkes kemenkes
makassar jurusan keperawatan Gigi
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada april-mei 2020
D. Variabel Penelitian
1. Variebel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh berkumur air
larutan berkumur air rebusan buah manggis.
2. Variabel Terikat
Variabel Terikat Dalam penelitian ini adalah pH saliva
3. Variabel Perancu
Variabel perancu dalam penelitian adalah Konsentrasi
E. Populasi dan sampale
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa D3 tingkat
1 poltekkes kemenkes makassar jurusan keperawatan Gigi
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 30 Mahasiswa D3 tingkat 1
poltekkes kemenkes makassar jurusan keperawatan Gigi

17
F. Defenisi Operasional

Defenisi Alat/cara Hasil Ukur Skala Ukur


Operasional Ukur

berkumur
dengan Gelas ukur Non-
konsentrasi (ml) parametrik Nominal
larutan 75%
berkumur
dengan Gelas ukur non- Nominal
konsentrasi (ml) parametrik
larutan 50%

G. Bahan Penelitian

1. Buah manggis (Garcinia mangostana L.


2. Masker
3. Air Mineral
4. Aquadest
5. Aquadest steril
6. Tisu
7. Kapas
8. Handscoon
9. Pulpen
10. Kertas
H. Alat Penelitian
1. pH meter
2. Lakmus
4. Gelas kumur
5. Gelas ukur

I. Prosedur Penelitian

18
1. Persiapan Subjek Penelitian
Melakukan identifikasi terhadap subyek penelitian yang meliputi :
nama, umur, jenis kelamin
a. Prosedur Penelitian
1. Subjek penelitian dipilih sesuai dengan kriteria inklusi yang
telah ditetapkan
2. Subjek penelitian diinstruksikan untuk tidak
mengkomsumsi apapun selama 1 jam sebelum penelitian.
3. Sebelum diberi perlakuan, pada subjek penelitian dilakukan
pengumpulan saliva dengan metode spitting, yaitu saliva
dikumpulkan dalam posisi bibir tertutup, kemudian
dikeluarkan dalam gelas ukur setiap 1 menit.
4. Subjek diminta untuk mengelurkan saliva yang terkumpul
didalam mulut dan dikeluarkan dalam gelas ukur.Data yang
telah didapat langsung dicatat pada lembar yang telah
disediakan.
5. Subjek penelitian dibagi secara dua kelompok, yaitu :
a. Kelompok perlakuan dengan berkumur dengan
konsentrasi larutan berkumur air rebusan buah manggis
75%
b. Kelompok perlakuan dengan berkumur dengan
konsentrasi 50%
6. Subjek diinstruksikan untuk berkumur dengan air rebusan
buah manggis sebanyak 15 ml selama 30 detik.
7. Subjek diinstruksikan untuk diam selama 1 menit,
kemudian setiap 1 menit subjek diminta untuk
mengeluarkan saliva yang terkumpul didalam mulut
kedalam gelas ukur. Kemudian laju aliran saliva yang
terkumpul dicatat sebagai laju aliran saliva dengan stimulus
rebusan buah manggis.

J. Analisis Data

19
Analisi data dilakukan dengan secara deskriftif kuantitatif
yaitu mendeskripsikan hasil penelitian yang berupa angka
dimana data diperoleh, diolah dan dimasukkan kedalam tabel
kemudian dilihat perubahan pH saliva sebelum dan sesudah
berkumur, dicari selisihnya, kemudian dilihat perubahannya
naik kearah basa, atau turun kearah asam. Untuk melihat
fenomena hubungan dilakukan dengan uji korelasi. Sesuai sifat
skala data yaitu kategori nominal merupakan data non
parametrik maka jenis uji yang digunakan adalah chi Square
dengan tingkat kepercayaan 95% (a = 0,05)

K. Alur Penelitian

20
Sample 30 Orang di
bagi menjadi 2

Kelompok 1 Kelompok 2
15 orang 15 orang

pH Saliva diukur sebelum pH Saliva diukur sebelum


berkumur larutan buah berkumur larutan buah
manggis manggis

Berkumur air rebusan Berkumur air rebusan


buah manggis dengan buah manggis dengan
konsentrasi 75% konsentrasi 50%

Subjek diinstruksikan untuk diam selama 1 menit,


kemudian setiap 1 menit subjek diminta untuk
mengeluarkan saliva yang terkumpul didalam
mulut kedalam gelas ukur

Perhitungan menggunakan
secara deskriftif kuantitatif

Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA

21
Darmawansyih. 2014. Khasiat Buah Manggis Untuk Kehidupan . Jurnal Al
Hikmah.Vol.xv, Nomor 1.

Kasuma, N., M. Biomed. 2015. Fisiologi Dan Patologi Saliva. Padang ; Andaks
University Press

Qosim, A.W. 2015. Manggis ; Kegunaan , Budidaya, Agribisnis & Pengolahan.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Rukmana, R. 1995. Budidaya Manggis. Yogyakarta : Kanisius.

Rahayu, Y.C., Atika Kurniawati. 2018. Cairan Rongga Mulut. Yogyakarta :


Pustaka Panasea.

Rahmawati, I., Fahmi, S., Sri Hidayanti. 2015. Perbedaan pH Saliva Antara
Sebelum Dan Sesudah Mengkomsumsi Minuman Ringan. Jurnal Skala
Kesehatan, Vol 6 , No. 1.

Reski, A.P., Siang, T.G., Sri, M.S., 2017. Analisi Flavonoid Dan Fenolat Pada
Kulit Buah Manggis (Garcininia mangostana L.). Jurnal Akademik Kimia,
vol 6 , No 4.

Sutomo, B., Bodjo, S., Irmanita, W., Riski. 2017. Hubungan Konsentrasi Larutan
Berkumur Air Rebusan Buah Manggis Dengan Perubahan pH Saliva. Jurnal
Kesehatan Gigi, volKesehatan Gigi, vol. 03, No. 1.

Taringan, R. 2012. Karies Gigi. Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal. 20-21.

Vesthi, A.V., Grahita, A., Riski, A. 2015. Hubungan Kadar Urea Saliva
Terhadap Derajat Keasaman (pH) Saliva Pada Anak Usia 12-15 Tahun.
Odonto Dental Journal. Vol 2, No. 2.

Widyasari, R., Euis, R.Y., Mirza, M.S. 2017. Potensi Ekstrak Air Kulit Manggis
(Garcinia mangostana L.) Dalam Menentukan Ion Kalsium Gigi (In Vitro)
(Potential Of Mangosteen Skin Extract (Garcinia mangostana L.) In Soluting
Dental Calcium Ions (In Vitro). Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, Vol 1,
No. 1.

22
www.cnnindonesia.com, 2019. Manfaat Buah Manggis : Jaga Imun Hingga
Turunkan Berat Badan https://m.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20190927120601-255-434591/manfaat-buah-manggis-jaga-imun-
hingga-turunkan-berat-badan

Yulia, N., Ridha, A., Abdillah, I.N. 2017. Perubahan Laju Aliran Saliva Sebelum
Dan Sesudah Berkumur Rebusan Jahe Merah (Zingiber Official Var.
Rubrum) Pada Mahasiswa FKG Unsyiah Angkatan 2016. Journal Caninus
Dentistry, Vol. 2, No. 2

23

Anda mungkin juga menyukai