PENDAHULUAN
Dengue (DBD) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue ini ditemukan
baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Kejadian Luar Biasa (KLB)
musim penghujan.1
Demam dengue adalah wabah infeksi virus paling cepat menyebar yang
kesehatan masyarakat pada lebih dari 100 negara tropis dan subtropics di Timur
Laut Asia, Pasifik Barat dan Selatan, serta Amerika Tengah. Lebih dari 2.5 miliar
masyarakat dunia terancam oleh demam dengue dan bentuk yang lebih parah-
dengue hemorrhagic fever (DHF) atau dengue shock syndrome (DSS). Lebih dari
75% dari pasien ini, atau sampai dengan 1.8 miliar, hidup di daerah Timur Laut
Asia. Ketika penyakit ini menyebar ke daerah geografik yang baru, frekuensi
50 miliar kasus demam dengue timbul pada saat-saat tertentu dan setengah miliar
penderita DHF harus masuk rumah sakit tiap tahunnya, dan jumlah yang sangat
luar biasa ( mencapai 90%) merupakan pasien anak dengan usia kurang dari 5
tahun. Kira-kira 2.5% yang terinfeksi dengue, meninggal karena penyakit ini.
1
Pada awal abad ke 20, epidemic demam dengue biasa terjadi di Amerika,
Eropa, Australia, dan Asia. Namun kini demam dengue telah menjadi endemic di
Asia Tropis, Africa Tropis, Carribbean, Amerika Tengah dan Selatan. Menurut
hemorrhagic fever yang biasanya terjadi di seluruh dunia berkisar antara 50-
komplikasinya. Wabah Demam Dengue ini pertama kali muncul di Pakistan dan
tercatat pada tahun 1994-1995 di Karachi. Setelah itu, wabah yang berbeda
tercatat terjadi di daerah lain di Pakistan khususnya Karachi dan Lahore. Meski
anak-anak adalah grup utama yang biasanya terinfeksi oleh penyakit ini, namun
data tentang penyakit ini yang menginfeksi anak-anak di Asia Selatan sangat
endemi infeksi dengue, saat ini endemi dengue dilaporkan terjadi di 112 negara di
seluruh dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 2,5
terjadi 100 juta kasus demam dengue dan setengah juta kasus demam berdarah
dengue terjadi di seluruh dunia dan 90% penderita demam berdarah dengue ini
adalah anak-anak dibawah usia 15 tahun.1 Walaupun demikian tidaklah benar jika
dikatakan DD/DBD adalah penyakit pada anak, pada saat kejadian luar biasa
(KLB) tahun 2004 di enam rumah sakit di DKI Jakarta tercatat lebih dari 75%
2
kasus DD/DBD adalah dewasa. Tingkat mortalitas di sebagian besar negara di
2
Asia Tenggara mengalami penurunan dan saat ini berada dibawah 1%, walaupun
tahun 2008 terdapat 137.469 kasus, 1.187 kasus diantaranya meningga. Pada
penderita DHF sebanyak 3883 orang, pada 2010 ini naik menjadi 5556 kasus.
terinfeksi virus dengue akan terjadi respon berupa sekresi mediator vasoaktif
Penyakit DHF yang tidak segera mendapat perawatan mencapai 50%, akan
mencapai 3% atau lebih rendah lagi dengan tindakan atau pengobatan cepat.4
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : M.L
No CM : 11 68 56
Agama : Islam
1.2 ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Demam
demam sejak 3 hari SMRS, demam muncul mendadak dan naik turun. Pasien
juga mengeluhkan mual disertai muntah sebanyak 3 kali, muntah berisi makanan.
Pasien juga mengatakan nyeri pada daerah perut. Selain itu pasien juga
mengeluhkan nyeri kepala dan nyeri pada otot. Gusi berdarah, ruam merah,
mimisan, disangkal. Nafsu makan menurun. BAK terakhir 3 jam yang lalu dan
4
C. Riwayat Penyakit Dahulu
F. Riwayat Kelahiran
H. Riwayat Imunisasi
BCG : 1x bulan ke 2
Polio : 4x bulan ke 0,2,4,6,24
Hepatitis B : 3x bulan ke 0,1,6
DPT : 3x bulan ke 2,4,6,24
Campak : 1x bulan ke 9
I. Riwayat Nutrisi
5
Susu formula sejak usia 6 bulan
Saat ini pasien makan tiga kali sehari sesuai menu keluarga
A. Status Umum
B. Vital Sign
dextra : sinistra.
- Suhu : 38,5oC.
C. Status Gizi
Antropometri
- Berat badan : 30 kg
6
D. Status Generalisata
Pemeriksaan Thorax
- Jantung
- Paru
retraksi intercostal(-).
7
Abdomen :
tidak teraba.
2. Demam Dengue
3. Demam Chikungunya
Darah rutin.
8
PCT 0,18 - 0,07 – L 0,07 – L
P-LCR 22,3 - 29,2 - H 29,2 - H
1.6 DIAGNOSA
1.7 PENATALAKSANAAN
a. Terapi suportif.
- Bed rest.
b. Medikamentosa.
1.8 PROGNOSIS
Dubia ad Bonam
1.9 FOLLOW UP
20/12/2018
S: Demam (+), mual (+), muntah (+) sebanyak 2 kali berisi makanan, nyeri
perut(+), nafsu makan menurun, nyeri kepala (+), nyeri otot (+), BAB dan
BAK (+)
O: Nadi : 102x/i
Pernafasan : 21x/i
Temperature : 38,4 oC
9
A: Obs Febris ec DHF
20/12/2018
S: Demam (+), mual (+), muntah (-), nyeri perut(+), nafsu makan menurun,
O: Nadi : 98x/i
Pernafasan : 20x/i
Temperature : 38,3 oC
21/12/2018
S: Demam (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut(+), nafsu makan menurun,
nyeri kepala (-), nyeri otot (+), BAB dan BAK (+)
O: Nadi : 100x/i
Pernafasan : 20x/i
Temperature : 36,5 oC
10
A: Obs febris ec DHF
22/12/2018
S: Demam (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut(-), nafsu makan menurun,
nyeri kepala (-), nyeri otot (+), BAB dan BAK (+)
O: Nadi : 100x/i
Pernafasan : 20x/i
Temperature : 36,4 oC
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Demam dengue atau dengue fever (DF) dan demam berdarah dengue (DBD) atau
dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
hematokrit).
positif
12
2.1.2. Epidemiologi
Pada tahun 2005, virus dengue dan nyamuk aedes aegypti telah menyebar
di daerah tropis dimana terdapat 2.5 miliar orang berisiko terkena penyakit ini di
daerah endemik.
lebih besar disbanding dengan infeksi arbovirus yang lainnya pada manusia.
Setiap tahun diperkirakan terdapat 50-100 juta kejadian infeksi dengue yang mana
ratusan ribu kasus demam berdarah dengue terjadi, tergantung dari aktifitas
epidemiknya.
orang terkena DBD dengan kematian 167 penderita. Daerah yang perlu
2.1.3. Etiologi
dengue, yang termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus) dan
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
13
terbanyak. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur
hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotipe yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
Virus Dengue dapat ditularkan oleh Nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk
Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang paling sering
ditemukan. Nyamuk Aedes aegypti hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu tempat penampungan air jernih atau
tempat penampungan air sekitar rumah. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik,
berbintik – bintik putih, biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi
dan sore hari. Jarak terbang nyamuk ini 100 meter. Sedangkan nyamuk Aedes
albopictus memiliki tempat habitat di tempat air jernih. Biasanya nyamuk ini
berada di sekitar rumah dan pohon – pohon, tempat menampung air hujan yang
bersih, seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas. Nyamuk ini menggigit pada
2.1.4. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
Aegypti atau Aedes Albopictus. Organ sasaran dari virus adalah organ RES
meliputi sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfaticus, sumsum
tulang serta paru-paru. Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sel-sel
monosit dan makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam
peredaran darah, virus tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer.
14
Virus DEN mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam
sel tersebut. Infeksi virus dengue dimulai dengan menempelnya virus genomnya
masuk ke dalam sel dengan bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk
virus. Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses
dan neutralizing antibody. Pada saat ini dikenal 2 jenis tipe antibodi yang
2012):
memacu replikasi virus. Teori ini pula yang mendasari pendapat bahwa infeksi
a. Sel fagosit mononuklear yaitu monosit, makrofag, histiosit, dan sel kupffer
15
b. Antibodi non neutralisasi baik yang bebas dalam sirkulasi maupun yang
monosit memproduksi mediator. Oleh limfosit T CD4 dan CD8 spesifik virus
dengue, monosit akan mengalami lisis dan mengeluarkan mediator yang akan
menimbulkan “cross reaction” atau reaksi silang pada uji serologis, hal ini
16
menyebabkan diagnosis pasti dengan uji serologi sulit ditegakkan. Kesulitan ini
dapat terjadi diantara ke empat serotipe virus DEN. Infeksi oleh satu serotip virus
DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotip virus tersebut, tetapi tidak
selama 7 hari dan terdiri atas 3 fase, yaitu fase demam yang berlangsung 3 hari
(hari sakit ke-1 sampai dengan hari ke-3), fase kritis, dan fase penyembuhan. Pada
fase demam, anak memerlukan minum yang cukup karena demam tinggi. Anak
biasanya tidak mau makan dan minum sehingga dapat mengalami dehidrasi,
terlihat sakit berat, muka dapat terlihat kemerahan (flushing), dan biasanya tanpa
batuk dan pilek. Saat ini nilai hematokrit masih normaldan viremia berakhir pada
fase ini.
Fase demam akan diikuti oleh fase kritis yang berlangsung pada hari ke-4
dan ke-5 (24-48 jam), pada saat ini demam turun, sehingga disebut sebagai fase
sembuh oleh karena demam turun padahal anak memasuki fase berbahaya ketika
kebocoran plasma menjadi nyata dan mencapai puncak pada hari ke-5. Pada fase
tersebut akan tampak jumlah trombosit terendah dan nilai hematokrit tertinggi.
Pada fase ini, organ-organ lain mulai terlibat. Meski hanya berlangsung 24-48
jam, fase ini memerlukan pengamatan klinis dan laboratoris yang ketat.
17
interstitial masuk ke dalam pembuluh darah. Pada fase ini, jumlah trombosit mulai
meningkat, hematokrit menurun, dan hitung leukosit juga mulai meningkat. Fase
ini hanya berlangsung 1-2 harit api dapat menjadi fase berbahaya apabila cairan
intravena tetap diberikan dalam jumlah berlebih sehingga anak dapat mengalami
kelebihan cairan dan terlihat sesak. Pada hari-hari tersebut demam dapat
kurva suhu seperti pelana kuda. Seringkali anak diberikan antibitiotik yang tidak
diperlukan. Pada fase ini anak terlihat riang, nafsu makan kembali muncul, serta
Berbeda dengan DBD, pada DD, setelah fase demam tidak terjadi fase
menurun dan setelah 24-48 jam, jumlah leukosit dan trombosit akan meningkat
Pada bayi, anak, dan dewasa yang terinfeksi virus dengue untuk
pertama kali mungkin akan berkembang gejala yang tidak bisa dibedakan
demam. Biasanya juga muncul gejala saluran pernafasan atas dan gejala
gastrointestinal.
lebih sering pada anak yang lebih tua, remaja, dan dewasa. Secara umum,
18
manifestasi berupa demam akut, terkadang demam bifasik disertai dengan
kurang dari 15 tahun pada daerah yang hiperendemis. Hal ini dikaitkan
karakteristik onset akut demam yang sangat tinggi, disertai dengan tanda
dan gejala yang sama dengan demam dengue. Gejala perdarahan yang
gastrointestinal yang masif. Saat akhir dari fase demam, ada tendensi
plasma leakage.
hepar, ginjal, otak, dan jantung yang dikaitkan dengan infeksi dengue telah
19
terjadinya plasma leakage. Manifestasi tersebut dikaitkan dengan syok
yang berkepanjangan.
Demam Dengue
konstitusional dan nyeri kepala, nyeri punggung, dan malaise. Awal penyakit
biasanya mendadak dengan adanya trias yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota
Demam : suhu tubuh biasanya mencapai 39oC sampai 40oC dan demam
tubuh serta abdomen, menyebar ke anggota gerak dan muka. Ruam bersifat
makulopapular yang menghilang pada tekanan. Ruam timbul pada 6-12 jam
sebelum suhu naik pertama kali (hari sakit ke 3-5) dan berlangsung 3-4 hari.
nyaman di daerah epigastrium disertai nyeri kolik dan perut lembek sering
limfa servikal dilaporkan membesar pada 67-77% kasus atau dikenal sebagai
Castelani’s sign.
Kelainan darah tepi demam dengue adalah leukopeni selama periode pra
demam dan demam, nutrofilia relatif dan limfopenia, disusul oleh neutropenia
relatif dan limfositosis pada periode puncak penyakit dan pada masa konvalesens.
Eusinofil menurun atau menghilang pada permulaan dan pada puncak penyakit,
hitung jenis neutrofil bergeser ke kiri selama periode demam, sel plasma
20
meningkat pada periode memuncaknya penyakit dengan terdapatnya
Pada awal perjalanan penyakit, DBD menyerupai kasus DD. Pada DBD
terdapat perdarahan kulit, uji tornikuet positif, memar dan perdarahan pada tempat
pengambilan darah vena. Petekia halus tersebar di anggota gerak, muka, aksila
sering kali ditemukan pada masa dini demam. Epistaksis dan perdarahan gusi
jarang dijumpai sedangkan perdarahan saluran pencernaan hebat lebih jarang lagi
Hati biasanya teraba sejak awal fase demam, bervariasi mulai dari teraba
2-4 cm dibawah lengkung iga kanan. Derajat pembesaran hati tidak berhubungan
perabaan setiap hari. Nyeri tekan di daerah hati sering kali ditemukan dan pada
sebagian kecil kasus dapat disertai ikterus. Nyeri tekan di daerah hati tampak jelas
21
Menurut Kalayanarooj dan Nimmannitya tahun 2004 mengklasifikasikan
manifestasi unusual infeksi virus dengue berupa keterlibatan gangguan susunan saraf
pusat (SSP), gagal fungsi hati, gagal fungsi ginjal, fungsi pernapasan, fungsi jantung,
lemah dan cepat, tekanan nadi menurun (<20mmHg), hipotensi, kulit dingin dan
2.1.6. Diagnosis
Dengue:
a. Kriteria Klinis
1. Demam
Demam mendadak terus menerus 2-7 hari tanpa sebab yang jelas. Tipe
22
Demam Bifasik pada Demam Berdarah Dengue
perdarahan gusi
3. Hepatomegali
mmHg), capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak
gelisah.
b. Kriteria Laboratoris
23
Penegakan diagnosis Demam Berdarah Dengue berdasarkan atas 2 kriteria
hematokrit. Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14
hari), timbul gejala prodormal yang tidak khas, seperti nyeri kepala, nyeri tulang
Klasifikasi derajat penyakit Infeksi Virus Dengue, dapat dilihat pada table berikut:
24
Kewaspadaan dalam mengantisipasi kemungkinan terjadi syok pada
penderita DBD yaitu mengenal tanda dan gejala yang mendahului syok (Warning
sign).
Kriteria Gejala
Klinis - Demam turun tetapi keadaan anak memburuk
- Nyeri perut dan nyeri tekan abdomenMuntah yang menetap
- Letargi, gelisah
- Perdarahan mukosa
- Pembesaran hati
- Akumulasi cairan
- Oligouria
Laboratorium - Peningkatan hematokrit bersaman dengan penurunan cepat
trombosit
- Hematokrit awal tinggi
Jumlah trombosit mulai menurun pada hari ke-3 dan mencapai titik
terendah pada hari sakit ke-5. Trombosit akan mulai meningkat pada fase
penyembuhan serta mencapai nilai normal pada hari ke-7. Meski jarang, ada
pasien yang jumlah trombositnya mencapai normal pada hari ke-10 sampai ke-14.
nilai hematokrit 20% atau lebih disertai turunnya hitung trombosit yang tampak
sewaktu demam mulai turun atau mulainya pasien masuk ke dalam fase
25
kritis/syok mencerminkan kebocoran plasma yang bermakna dan
Saat ini uji serologi Dengue IgM dan IgG seringkali dilakukan. Pada
infeksi primer, IgM akan muncul dalam darah pada hari ke-3, mencapai
puncaknya pada hari ke-5 dan kemudian menurun serta menghilang setelah 60-90
hari. IgG baru muncul kemudian dan terus ada di dalam darah. Pada infeksi
sekunder, IgM pada masa akut terdeteksi pada 70% kasus, sedangkan IgG dapat
terdeteksi lebih dini pada sebagian besar (90%) pasien, yaitu pada hari ke-2.
Apabila ditemukan hasil IgM dan IgG negatif tetapi gejala tetap menunjukkan
kecurigaan DBD, dianjurkan untuk mengambil sampel kedua dengan jarak 3-5
hari bagi infeksi primer dan 2-3 hari bagi infeksi sekunder.
IgM pada sesorang yang terkena infeksi primer akan bertahan dalam darah
beberapa bulan dan menghilang setelah 3 bulan. Dengan demikian, setelah fase
penyembuhan, baik IgM maupun IgG dengue akan tetap terdeteksi meskipun anak
tidak menderita infeksi dengue. Setelah 3 bulan, hanya IgG yang bertahan di
yang telah terinfeksi oleh salah satu serotipe virus dengue,. Hal itu disebabkan
oleh IgG dalam darah bertahan dalam jangka waktu yang lama bahkan dapat
seumur hidup.
Untuk itu, interpretasi serologi tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus
a. Pemeriksaan laboratorium
26
Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang
biasa ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit, sering terjadi sebelum
hematokrit.
peningkatan nilai hematokrit sangat unik untuk DBD, kedua hal tersebut
biasanya terjadi pada saat suhu turun atau sebelum syok terjadi. Perlu
pada saat sebelum suhu turun atau syok. Hipoproteinemi akibat kebocoran
jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis
Diangnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
27
rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap
NS1
Antigen NS1 dapat terdeteksi pada awal demam hari pertama sampai hari
virus. Hasil negatif antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus
dengue.
menekan kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab
kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler
manset tekanan darah diterapkan dan meningkat ke titik antara sistolik dan
diastolik tekanan darah selama lima menit. Tes positif jika ada 10 atau
lebih ptekia per inci persegi. Pada penderita demam berdarah tes dengue
biasanya memberikan hasil positif yang pasti dengan 20 ptekia atau lebih.
Dewasa ini rumple leed test dianggap tes yang sudah usang atau tidak
dapat diandakan. Akan tetapi tes ini tetap menjadi bagian penting dari
28
c. Pemeriksaan lainnya :
-Isolasi Virus
Karakteristik serotypic/genotypic
pemeriksaan Ig G ELISA.
hari saat sakit. Selama periode ini, asam nukleat virus dan antigen virus
dapat terdeteksi.
dan menetap hingga bertahun – tahun. Pada infeksi sekunder virus dengue,
titer antibodi meningkat cepat. Antibodi IgG terdeteksi pada level tinggi,
29
pada saat fase inisial, dan menetap hingga beberapa bulan. Antibodi IgM
b. Pemeriksaan Radiologis
kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat
dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah
kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan
USG.
2.1.8. Komplikasi
a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan maupun tanpa syok.
syok, cenderung terjadi edema otak dan alkalosis, maka bila syok teratasi
cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HCO3-, dan jumlah
cairan harus segera dikurangi. Larutan laktar ringer dekstrosa segera ditukar
dengan larutan Nacl (0,9%) : glukosa (5%) = 3:1. untuk mengurangi edema
30
dan laktulosa. Pada DBD ensefalopati mudah terjadi infeksi bakteri sekunder,
b. Kelainan Ginjal
ginjal akut. Dalam keadaan syok harus yakin benar bahwa penggantian
dan kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya
syok juga belum dapat dikoreksi dengan baik, maka pemasangan CVP
selanjutnya.
c. Edema paru
pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga
Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskular, apabila
31
mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan
ditunjang dengan gambaran edem paru pada foto roentgen dada. Gambaran
2.1.9. Penatalaksanaan
Tata laksana dengue sesuai dengan perjalanan penyakit yang terbagi atas
3 fase. Pada fase demam yang diperlukan hanya pengobatan simtomatik dan
durasi demam.
Pengobatan suportif lain yang dapat diberikan antara lain larutan oralit,
kebutuhan. Apabila cairan intravena perlu diberikan, maka pada fase ini
diawasi dengan ketat sejak hari sakit ke-3. Selama fase demam, belum dapat
demam selama 24 jam tanpa antipiretik, pasien demam dengue akan masuk
harus diawasi ketat dan dirawat di rumah sakit. Leukopenia <5000 sel/ mm3
32
dan limfositosisdisertai peningkatan limfosit atipikal mengindikasikan bahwa
dalam waktu 24 jam pasien akan bebas demam serta memasuki fase kritis.
fase kritis dan memerlukan pengobatan cairan intravena apabila tidak dapat
minum oral. Pasien harus dirawat dan diberikan cairan sesuai kebutuhan.
Tanda vital, hasil laboratorium, asupan dan luaran cairan harus dicatat dalam
Umumnya pada fase ini pasien tidak dapat makan dan minum karena
dengan risiko tinggi, seperti bayi, DBD derajat III dan IV, obesitas,
ditandai dengan peningkatan Ht 10-20% atau pasien tidak mau makan dan
minum melalui oral. Cairan yang dipilih adalah golongan kristaloid (ringer
laktat dan ringer asetat). Selama fase kritis pasien harus menerima cairan
rumatan ditambah defisit 5-8% atau setara dehidrasi sedang. Pada pasien
dengan berat badan lebih dari 40 kg, total cairan intravena setara dewasa,
yaitu 3000 ml/24 jam. Pada pasien obesitas, perhitungkan cairan intravena
berdasarkan berat badan idéal. Pada kasus non syok, untuk pasien dengan
berat badan (BB) <15 kg, pemberian cairan diawali dengan tetesan 6-7 ml/
33
kg/jam, antara 15-40 kg dengan 5 ml/kg/jam, dan pada anak dengan BB >40
lekosit, trombosit), serta luaran urin. Pada fase ini sering dipergunakan
antipiretik yang tidak tepat dan pemberian antibiotik yang tidak perlu. Cairan
Cairan yang dibutuhkan pada fase kritis setara dengan dehidrasi sedang
yang berlangsung tidak lebih dari 48 jam. Kemampuan untuk memberi cairan
berat atau tidak mendapat cairan sesuai dengan kebutuhan akan jatuh ke
Pemantauan tanda vital pada fase kritis bertujuan untuk mewaspadai gejala
syok. Kegagalan tata laksana pada fase ini biasanya disebabkan oleh
34
penggunaan cairan hipotonik dan kertelambatan penggunaan koloid selama
fase kritis.
saluran cerna, atau gangguan organ berat. Tata laksana dini pemberian cairan
10-15 menit sampai tekanan darah dan nadi dapat diukur, kemudian turunkan
sampai 10 ml/kg/jam. Berikan oksigen pada kasus dengan syok. Enam sampai
12 jam pertama setelah syok, tekanan darah dan nadi merupakan parameter
tidak dapat dikurangi menjadi <10ml/kg/jam karena tanda vital tidak stabil
(tekanan nadi sempit, cepat dan lemah), ulangi pemeriksaan Ht. Dalam
kenaikan Ht, ganti cairan dengan koloid yang sesuai, dengan tetesan
dan pantau nilai Ht lebih sering. Berikan transfusi darah sesuai kebutuhan bila
35
darah adalah bila terdapat kehilangan darah bermakna, misalnya >10%
volume darah total. (T\total volume darah= 80 ml/kg). Berikan darah sesuai
sejumlah besar cairan pengganti dan tetesan tidak dapat diturunkan sampai
tersembunyi dicurigai apabila ada penurunan Ht dan tanda vital yang tidak
stabil meski telah diberi cairan pengganti dengan volume cukup banyak. Pada
keadaan demikian, berikan packed red cell (PRC) 5 ml/kg/kali. Apabila tidak
kebocoran plasma yang dapat dilihat dari nilai Ht, tanda vital, dan luaran urin,
untuk menghindari kelebihan cairan (kebocoran lebih cepat pada 6-12 jam
36
pertama). Apabila pasien mengalami syok berkepanjangan atau syok berulang
Secara umum, sebagian besar pasien DBD akan sembuh tanpa komplikasi
dalam waktu 24-48 jam setelah syok. Tanda pasien masuk ke dalam fase
tanda vital stabil, Ht stabil dan menurun sampai 35-40%, dan diuresis cukup.
Pada fase penyembuhan dapat ditemukan confluent petechial rash (30%) atau
ini. Apabila nafsu makan tidak meningkat dan dan perut terlihat kembung
dengan atau tanpa penurunan atau menghilangnya bising usus, kadar kalium
buahan, jus buah atau larutan oralit dapat diberikan untuk menanggulangi
gangguan elektrolit.
terdapat demam tanpa antipiretik, kondisi klinis membaik, nafsu makan baik,
nilai Ht stabil,tiga hari sesudah syok teratasi, tidak ada sesak napas atau
37
Kegagalan tata laksana umumnya disebabkan oleh kegagalan untuk
memantau tetesan dan jumlah cairan pengganti selama fase kritis. Pemberian
cairan yang berkelebihan atau lebih lama dari masa kebocoran plasma,
trombosit yang tidak perlu, serta kegagalan memantau pasien berobat jalan,
Tata laksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD,
bersifat simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah
dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau
minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena
DBD.
Fase Kritis
Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada
umumnya hari ke 3-5 fase demam. Pasien harus diawasi ketat terhadap
terjadi sebelum dijumpai perubahan tekanan darah dan tekanan nadi. Tetesan
berikutnya harus selalu disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit, dan
38
jumlah volume urin. Secara umum, volume yang dibutuhkan selama terjadi
elektrolit;
dehidrasi sedang (6-7 ml/kgBB/jam). Monitor tanda vital, diuresis setiap jam
dan hematokrit serta trombosit setiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12-24 jam.
Apabila selama observasi keadaan umum membaik yaitu anak tampak tenang,
tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup, dan kadar Ht
Fase Penyembuhan/konvalesen
39
Pengobatan DBD menurut WHO (2011) bersifat suportif simptomatik
fase demam pada Demam Berdarah Dengue dan Demam Dengue tidak jauh
berbeda, bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk
mencegah dehidrasi. Berikan nasihat kepada orang tua agar anak diberikan minum
banyak seperti air teh, susu, sirup, oralit, jus buah, dan lain – lain. Selain itu
15 mg/KgBB/kali.
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam
tinggi, anoreksia, dan muntah. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/KgBB dalam
4 – 6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat teratasi, anak dapat diberikan
masih minum ASI, tetap diberikan disamping larutan oralit. Bila terjadi kejang
masih demam.
Masa kritis ialah pada atau setelah hari sakit yang ke 3 – 5 yang
40
kadar hematokrit, trombosit dan jumlah urin 6 jam sekali (minimal 12 jam sekali)
Pada pasien DBD derajat II apabila dijumpai demam tinggi, terus menerus
selama < 7 hari tanpa sebab yang jelas, disertai tanda perdarahan spontan, disertai
penurunan jumlah trombosit, dan peningkatan kadar hematokrit. Pada saat pasien
dating, berikan cairan kristaloid 7 ml/KgBB/jam. Monitor tanda vital dan kadar
selama observasi keadaan umum membaik, yaitu anak tampak tenang, tekanan
nadi kuat, tekanan darah stabil, dan kadar PCV cenderung turun minimal dalam 2
24 – 48 jam. Apabila keadaan klinis pasien tidak ada perbaikan, yaitu : anak
tampak gelisah, nafas cepat, frekuensi nadi meningkat, deuresis kurang, tekanan
nadi < 20 mmHg memburuk, serta peningkatan PCV, maka tetesan dinaikkan
dievaluasi 12 jam lagi. Apabila tampak distress pernafasan menjadi lebih berat
ml/KgBB/jam.
41
Bila terdapat asidosis, ¼ dari cairan total dikeluarkan dan diganti dengan
larutan berisi 0,167 mol/liter Natrium bikarbonat (3/4 bagian berisi larutan NaCl
Sindroma syok dengue adalah DBD dengan gejala gelisah, nafas cepat,
nadi teraba kecil, lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit, bibir biru,
tangan dan kaki dingin, dan tidak ada produksi urin. Langkah yang harus
hematokrit dan trombosit tiap 4 – 6 jam, serta periksa pula elektrolit dan gula
darah.
ml/KgBB maksimal 30 ml/KgBB. Koloid ini diberikan pada jalur infus yang sama
keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa hematokrit tiap 4 – 6 jam. Lakukan pula
Apabila syok teratasi disertai penurunan kadar Hb/Ht, tekanan nadi > 20
mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10 ml/KgBB/jam dan
dipertahankan hingga 24 jam atau sampai klinis stabil dan Ht menurun < 40%.
setelah syok teratasi. Apabila syok belum teratasi, sedangkan Ht menurun tapi
42
masih > 40%, berikan darah dalam volume kecil 10 ml/KgBB. Apabila tampak
Bila pada syok DBD tidak berhasil diatasi selama 30 menit dengan
prosedur pengerjaannya juga tidak mudah dan manfaatnya juga tidak banyak.
bila terjadi perdarahan secara klinis dan pada keadaan KID. Bila diperlukan
agregasi trombosit yang lebih hebat. Bila kadar hemoglobin rendah dapat pula
mencegah terjadinya edem paru. Pada fase penyembuhan (setelah hari ketujuh)
bila terdapat penurunan kadar hemoglobin, bukan berarti perdarahan tetapi terjadi
hemodilusi sehingga kadar hemoglobin akan kembali ke awal seperti saat anak
masih sehat. Pada anak yang awalnya menderita anemia akan tampak kadar
43
Tatalaksana infeksi virus Dengue pada kasus tersangka DBD.
44
Tatalaksana kasus DBD derajat I dan II
45
Tatalaksana infeksi virus Dengue pada kasus tersangka DBD.
46
Tatalaksana kasus DBD dengan peningkatan Ht > 20%
47
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
4. Hematokrit stabil
asidosis).
2.10 Prognosis
infeksi awal virus yang menyebabkan terjadinya DBD. Keparahan terlihat dari
usia dan infeksi awal terhadap serotipe dengue virus yang lainnya sehingga dapat
Prognosis baik jika diatasi maksimal 90 menit dan buruk jika melebihi 90 menit.
menjadi baik. Kalau lebih dari 36 jam belum ada tanda perbaikan, kemungkinan
Berdarah Dengue cukup tinggi yaitu 41,5 %.. Secara keseluruhan tidak terdapat
kematian lebih banyak ditemukan pada anak perempuan daripada laki – laki.
BAB IV
48
Kesimpulan
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis eritema kulit, nyeri
seluruh badan, mialgia, atralgia, dan sakit kepala, pada beberapa pasien dapat
memiliki gejala sakit tenggorokan, faring hiperemis dan injeksi konjungtiva.
Anoreksia, mual dan muntah sering terjadi. Uji tourniquet positif pada fase ini
meningkatkan kepastian dari dengue.. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue adalah demam berdarah dengue
yang ditandai oleh renjatan/syok.
DAFTAR PUSTAKA
49
1. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. 2004. Nelson textbook of
pediatrics 17th ed. Saunders. Philadelphia.
2. Hadinegoro, Sri Rezeki, Muzal Kadim, dkk. 2012. Pendidikan
Kesehatan Anak.
Availablefrom:Http://www.pkfi.net/file/download/Pedoman
%20Pengobatan%20Dasar%20di%20Puskesmas%202007.pdf
Availablefrom:http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/buletin/buletin-dbd.pdf
Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit
50