PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pada tuba fallopii (Heffner & Danny, 2009). Kista ovarium yang bersifat
ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab
kematian dari semua kanker ginekologi. Di Amerika Serikat pada tahun 2001
diperkirakan jumlah penderita kanker ovarium sebanyak 23 .400 dengan
angka kematian sebesar 13.900 orang. Tingginya angka kematian karena
penyakit ini sering tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga
tidak diketahui dimana sekitar 60% - 70% penderita datang pada stadium
lanjut. Maka penyakit ini disebut juga silent killer.
B. Tujuan
Untuk memberikan asuhan keperawatan kepada Ny.W dengan
Ovarektomi Sinistra E.T Kista Ovarium di Ruang Zade RSUD Dr. Slamet
Garut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
3
B. ETIOLOGI
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh
gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat
hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau
mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus
luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena
tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay
bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain
adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya
pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
C. KLASIFIKASI
4
Gambar : kista ovarium fungsional
2. Tipe Kista Abnormal
a. Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur.
Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat
menimbulkan nyeri.
b. Kista coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut
kista coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat
kehitaman.
c. Kista dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh
seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat
ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil
dan tidak menimbulkan gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium
yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan
nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
5
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista
lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum
haematoma.
6
Gambar : kista polikistik ovarium
D. PATOFISIOLOGI
7
F. PATHWAY
Etiologi :
Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
Pertumbuhan folikel tidak seimbang
Degenerasi ovarium
Infeksi ovarium
Gangguan reproduksi
Komplikasi :
Tanda dan gejala : Diagnosa : Pembenjolan perut
Tanpa gejala Anamnesa Pola haid berubah
Nyeri saat menstruasi Pemeriksaan fisik Perdarahan
Nyeri di perut bagian bawah Pemeriksaan Torsio (putaran tangkai)
Nyeri saat berhubungan penunjang Infeksi
seksual Dinding kista robek
Nyeri saat berkemih atau BAB Perubahan keganasan
Siklus menstruasi tidak teratur Kista ovarium
Konservatif :
Observasi 1-2 bulan
Laparatomi Laparoskopi
Keluhan tetap :
Aktivitas hormon Ovarian Salpingo-
Discomfort cystectomy oophorectomy
Bagan 2.1 Pathway Kista Perawatan post operasi : Penyulit post operasi :
Ovarium (Taufan Obat analgetik Nyeri
Nugroho, 2010) Mobilisasi Perdarahan
Personal hygiene Infeksi
8
A. KOMPLIKASI
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi
pada kista ovarium diantaranya:
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor
mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi,
sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut
kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat
juga mengakibatkan edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
` Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi
yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.
b. Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai
dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba
fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan
torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian.
Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma,
TOA, massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada
ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia
reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran
abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam dan
9
leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa dilepaskan
(detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap kista
dibuang dan dievaluasi secara histologis.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering
pada saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang
timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke
dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda-tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasannya. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa
kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar
kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah
yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat
diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang
cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat
membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang
dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta,
2012 :1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuahtumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan
sifat-sifat tumor itu.
10
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas
tumor,apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung
kencing,apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara
cairandalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor
(dipantau) selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang
dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil
jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka
tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22
11
gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan
biasanya memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita
menopause yang memiliki kista ovarium juga disarankan operasi
pengangkatan untuk meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium.
Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis
ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian
cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba
fallopi, maka disebut salpingo oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain
tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak,
kondisi ovarium dan jenis kista.
12
mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar
limfe.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.W
Tanggal Lahir :-
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Guntur dekat pesantren bentar
Pendidikan : SMA
14
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Hubungan dengan Pasien : Suami
2. ANAMNESA
RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu dengan G1P0A0 mengatakan hamil 5 bulan, klien mengatakan
nyeri ulu hati sejak 5 bulan yang lalu, dan nyeri terasa hilang timbul,
keluhan juga kadang disertai mual muntah. Klien berobat ke Dr.rizki.,
Sp.Og. didiagnosa kista ovarium, kemudian dirujuk ke RSUD dr.Slamet
Garut. Kemudian klien masuk ke ruang zade. Gerakan bayi dirasakan
sejak 2 minggu yang lalu. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 4
Desember 2019, klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi, nyeri
terasa setiap waktu, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk benda tajam dengan
skala nyeri 6 (0-10), nyeri berkurang bila setelah diberikan obat atau pada
saat klien istirahat. Nyeri terasa bertambah ketika klien bergerak atau
miring kanan dan kiri, nyeri terasa pada daerah bekas operasi saja dan
tidak menyebar, nyeri dirasakan dibagian perut bagian bawah.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit magh dan tidak
mempunyai riwayat penyakit yang sama seperti yang sekarang diderita.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
riwayat penyakit menular maupun keturunan dan tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit yang sama seperti klien.
e. Riwayat Ginekologi
- Riwayat Menstruasi
15
a. Menarche : 14 Tahun
b. Siklus : 28 Hari
c. Lama Haid : 6-7 Hari
d. Banyaknya : Biasa
e. Warna : warna merah darah haid
f. Disminore : klien mengatakan suka disminore ketika
hari pertama haid.
g. HPHT : 30 06 2019
h. Tapsiran kelahiran : 07 03 2020
- Riwayat Perkawinan
- Istri menikah yang pertama kalinya pada usia 26 tahun dan suami
menikah pada usia 27 tahun.
- Riwayat KB
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengguakan alat
kontrasepsi apapun.
- Riwayat Obsetrik
2019 baru hamil yang sekarang.
f. Data Psikososial Spiritual
1) Data Psikologis dan Sosial
Menurut observasi yang dilakukan oleh perawat klien terlihat melamun
dan kurang fokus. Pada saat dikaji klien mengatakan masih sedikit
khawatir dengan kondisinya saat ini, tetapi setelah bebrapa jam klien
tampak lebih tenang dan tertidur. Klien juga dapat menjawab dengan
spontan dan benar pertanyaan dari pengkaji, komunikasi klien jelas.
2) Aspek Spiritual
Klien mengatakan ketika dirumah klien sering beribadah sholat 5
waktru dan mengikuti pengajian dan klien juga sering berdoa tentang
kehamilannya.
3) Konsep diri
- Citra tubuh : klien bangga dengan seluruh anggota tubuhnya.
- Ideal diri : klien berharap cepat sembuh dan pulang.
16
- Identitas diri : klien seorang perempuan dan akan menjadi
seorang ibu.
- Peran diri : klien seorang istri dari suaminya.
- Harga diri : klien tidk malu dengan keadaanya.
g. Pola Istirahat Tidur
17
4 Minum
Jenis Air putih, teh manis Puasa
Jumlah 6-7 gelas/hari Puasa
Frekuensi ±1 liter Puasa
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
5 Eliminasi
BAB
Frekuensi 1 hari 1 kali Belum BAB
Warna Khas feses Belum BAB
Konsistensi Lunak Belum BAB
Masalah Tidak ada masalah Belum BAB
BAK
Frekuensi ± 3 kali/hari Terpasang Kateter
Warna Kuning jernih Kuning jernih/khas
Jumlah urine
800cc/24 Jam
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : klien tampak Lemah,
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 M6 V5
Tanda-tanda vital
- TD : 100/80 mmHg - RR : 20x/menit
- Nadi : 89 x/menit -S : 36,70C
Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1. Kepala dan Wajah
Keadaan kulit bersih, rambut hitam, tidak ada lesi, penyebaran rambut merata,
tidak ada kerontokan, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
- Wajah
18
Klien tampak meringis, posisi simetris antara kiri dan kanan, warna sama
dengan warna kulit sekitarnya, kloasma gravidarum tidak ada.
2. Mata
- Posisi : Simetris antara mata dekstra dan sinitra.
- Skrela : Putih
- Konjungtiva : Anemis
- Refleks pupil : Miosis terhadap respon cahaya.
- Ketajaman Penglihatan : Baik, klien dapat membaca papan nama
mahasiswa dengan jarak 30cm.
- Lapang Pandang : Baik, klien dapat melihat saat pengkaji
menggerakan pena kearah samoing kepala lain
- Pergerakan : Baik, dapat mengikuti pergerakan jari.
3. Hidung
- Posisi : Simetris antara lubang hidung dekstra dan sinistra.
- Warna : Sama dengan kulit sekitar.
- Kebersihan : Bersih.
- Mukosa Hidung : Warna merah muda, lembab, dan tidak ada lesi.
- Fungsi hidung : Baik, terbukti klien dapat membedakan bau minyak kayu
putih dan parfum.
- Tidak ada pernafasan cuping hidung.
4. Telinga
- Posisi : Simetri
- Warna : sama dengan kulit sekitar
- Tekstrur : Halus
- Kebersihan : Bersih, tidak tampak serumen.
- Fungsi Pendengaran : Baik, terbukti dengan klien dapat menjawab
pertanyaan yang dilontarkan pengkaji dengan tepat.
5. Mulut
Bibir
- Warna : merah kehitaman
19
- Tekstur : Kering
- Mukosa : lembab
- Kondisi : tidak tampak ada lesi atau stomatitis
Gigi
- Warna : kekuning-kuningan
- Kondisi : tidak ada caries
- Lengkap
Lidah
- Warna : putih, ikterik
- Tekstur : halus
- Mukosa : lembab
- Kondisi : tidak tampak ada lesi dan tidak kotor
- Pergerakan : baik, dapat digerakan kesegala arah
- Fungsi lidah: baik, terbukti klien dapat membedakan jenis rasa
- Replek menelan : baik, dapat menelan dengan lancer
20
Gusi
- Warna : merah muda
- Keluhan : tidak ada
6. Leher
- JVP : Tidak ada peningkatan
- Kelenjar tiroid : tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
- Pergerakan : tidak ada keterbatasan pergerakan
7. Dada
- Inspeksi : Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan, tidak ada
lesi/luka, tidak ada retraksi dada.
- Palpasi : Dinding dada teraba kuat
- Auskultasi : Bunyi jantung s1 s2, tidak ada bunyi tambahan, suara
nafas vesikuler.
- Perkusi : sonor.
8. Payudara/Laktasi
- Inspeksi : Payudara simetris antara kiri dan kanan, penyebaran
areola merata, puting susu sedikit kedalam
- Palpasi : ASI belum keluar, tidak ada nyeri tekan ataupun benjolan.
9. Abdomen
- Inspeksi : Perut membesar dan cembung, gravida 18-19 minggu,
terdapat luka bekas operasi dibagian peut bawah. Tidak terdapat
kemerahan pada luka, tidak ada edema, tidak ada cairan atau sekresi yang
keluar dari luka dan luka jahitan tertutup.
- Palpasi : Nyeri tekan (+)
- Perkusi : Timpani.
- Auskultasi : Bising usus 7x/menit.
- TFU/LP : 24cm/ 102cm. Sesuai kehamilan gestasi 22-23 minggu.
10. Genetalia
Terpasang selang kateter 800cc/24jam.
11. Anus
Tidak ada hemoroid.
21
12. Ekstermitas
Tidak terdapat dapat melakukan pergerakan memutar, pergerakan baik
bisa memutar ke semua arah
Ektermitas bawah baik, tidak ada nyeri tekan pergerakan baik.
Klien mengatakan susah bergerak karena baru dilakukan operasi dan
masih terasa nyeri.
Kekuatan Otot :
5 3
5 5
13. Kulit
Warna : putih
Tekstur : halus
Kelembaban : lembab
Edema : tidak ada
Kebersihan : bersih
Cyanosis : tidak ada
Turgor kulit : kembali <2 detik
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
tgl : 04/12/19 14:25
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interprestasi
1 HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 9,8 g/dL 12,0-16,0 Anemia
Hematokrit 35% 35-47 Normal
Lekosit 17,430/mm3 3.800-10.600 leukositosis
Trombosit 279.000/mm3 150.000-440.000 Normal
Eritrosit 4,74juta/mm3 3,5-5,8 Eritosis
5.PEMBERIAN TERAPI
22
Obat Yang Cara Golongan Obat
Frekuensi Pemberian
No Dosis Obat
diberikan Pemberian Waktu (jam)
1 Cefotaxime Intra vena Antibiotik 08 21 2x1gr
6. ANALISA DATA
23
dilakukan operasi sehingga menyebabkan
Klien mengatakan belum terputusnya kontinuitas
bisa bergerak dan jaringan, dan
beraktifitas. menyebabkan
DO : pembatasan gerak kepada
Klien tampak berbaring klien, sehingga klien
Terpasang selang kateter takut untuk bergersk
Leukosit : 17.430/mm3 ↓
Resiko Infeksi
5. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan Tindakan pembedahan ditandai dengan
terdapatnya luka bekas operasi dibagian perut bawah.
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan tindakan pebedahan
ditandai dengan klien tampak berbaring dan terdapat luka bekas operasi
diperut bagian bawah.
24
c. Resiko Infeski berhubungan dengan Tindakan pembedahan ditandai dengan
terdapatnya luka bekas operasi diperut bagian bawah.
6. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
25
tindakan keperawatan 2 x 24 sesudah melakukan
jam pasien tidak mengalami tindakan keperawatan.
infeksi dengan kriteria hasil : 2. Monitor tanda dan gejala
Klien bebas dari tanda infeksi.
dan gejala infeksi 3. Tingkatkkan intake nutrisi
Jumlah leukosit dalam 4. Lakukan perawatan luka
batas normal dan ganti balitan luka
secara rutin.
26
8.IMPLEMENTASI
27
Respon Hasil : TD : 100/80mmHg N : nyaman
90x/m R : 20x/m - Berikan obat sesuai adv dokter
E : masalah teratasi sebagian
Hambata 04/12/19 1. Membantu dalam perawatan diri (ADL) S : -klien mengatakan mulai bisa
n 17:20 WIB 2. Menciptakan lingkungan yang nyaman beraktivitas ringan dengan sendiri.
Mobilitas 3. Menganjurkan dan mengajarkan klien O :- Terdapat luka bekas operasi
Fisik untuk mobilisasi. diperut bagian bawah.
Respon Hasil : klien mampu melakukan - Luka tertutup kasa.
miring kanan dan kiri secara mandiri A : Hambatan mobilitas fisik
4. Mengkaji kemampuan klien dalam P : Lanjutkan intervensi
mobilisasi I : -Ciptakan lingkungan yang
Respon Hasil : klien mampu melakukan nyaman
miring kanan dan kiri dengan mandiri - Mengkaji kemampuan
5. Mendampingi dan membantu klien pada klien dalam mobilisasi
saat mobilisasi. - Mendampingi dan
Respon Hasil : klien mampu melakukan membantu klien pada
miring kanan dan kiri dengan mandiri. saat mobilisasi.
E : Masalah belum teratasi
Resiko 05/12/19 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah S : -
Infeksi 08:00 WIB melakukan tindakan keperawatan. O:- Terdapat luka bekas operasi
28
2. Memonitor tanda dan gejala infeksi. diperut bagian bawah.
Respon hasil : tidak tampak tanda dan - Setelah diganti balutan
gejala infeksi dengan hasil : didaptkan hasil luka :
- Dolor : klien mengatakan sudah R : Tidak ada kemerahan
tidak terlalu terasa nyeri pada luka E : Tidak ada Edema
bekas operasi. E : Tidak ada
- Kalor : klien mengatakan tidak D : Tidak ada keluaran cairan dari
merasakan panas pada daerah luka luka
- Tumor : tidak terdapat edema atau A : Luka tertutup kasa.
pembengkakan pada luka maupun - TD : 110/80 mmHg
daerah sekitar luka. RR : 22x/menit
- Rubor : tidak terdapat kemerahan N : 90x/menit
pada luka A : resiko infeksi
- Fungsio laesa : tidak terjadi P : lanjutkan intervensi
perubahan funsi. I : Memonitor tanda dan gejala
3. Meningkatkkan intake nutrisi infeksi.
4. Melakukan perawatan luka dan Meningkatkkan intake nutrisi
mengganti balutan luka pada bekas Melakukan perawatan luka dan
operasi. ganti balutan.
29
5. Memberikan edukasi untuk Memberikan edukasi untuk
memeriksakan ulang keadaan serta memeriksakan ulang keadaan serta
lukanya setelah 1 minggu kemudian ke lukanya setelah 1 minggu
poli klinik kebidanan RSUD dr.Slamet kemudian ke poli klinik kebidanan
Garut. RSUD dr.Slamet Garut.
E : masalah teratasi sebagian
30
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
Salpingo Ovarektomi Sinistra E.T Kista Ovarium di Ruang Zade RSUD dr.slamet
Garut. Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 04 Desember 2019 pukul 07.30
WIB, dan klien datang ke rumah sakit pada tanggal 03 Desember 2019 dengan
diagnosa kista ovarium dan akan dilakukan operasi. Kemudian operasi dilakukan
pada tanggal 04 Desember 2019 pada pukul 09:00 WIB dan selesai pada pukual
10:00 WIB, operasi yang dilakukan yaitu Salpingo Ovarektomi Sinistra. Alasan
kenapa ibu hamil harus dilakukan operasi dengan segera dengan resiko yang
banyak terutama sangat beresiko pada kandungannya karena jika tidak dilakukan
menghalangi jalan lahir nantinya dan yang lebih pentingnya ditakutkan akan
menekan bayi yang berada dalam kandungannya, sehingga itu menjadi salah satu
dipertahankan.
31
2. Setelah pentonieum dibuka tampak massa tumor sebesar (jeruk bali),
Ny.w, berikut ini adalah diagnosa keperawatan yang muncul dalam asuhan
Ovarium dengan konsep dasar yang akan dibahas oleh penulis. Adapun
32
dilakukan kepada Ny.W dengan diagnosa medis Post Op Salpingo
Ovarektomi Sinistra yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan Tindakan pembedahan ditandai dengan
terdapatnya luka bekas operasi dibagian perut bawah.
Untuk intervensi atau perencanaan yang kami buat untuk menangani
diagnosa diatas yaitu sebagai berikut :
- Ajarkan teknik non farmakologi ( relaksasi, distraksi, terapi murotal)
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Berikan informasi seperti penyebab nyeri, dll
- Monitor skala nyeri
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
- Berikan obat sesuai advice dokter.
Sedangkan untuk implementasi yang kami telah lakukan kepada Ny.W
adalah sebagai berikut :
- Mengajarkan teknik non farmakologi ( relaksasi, distraksi )
Respon hasil : - klien mengatakan nyeri berkurang saat dilakukan teknik
nafas dalam
- Menciptakan lingkungan yang nyaman
- Memonitor skala nyeri
Respon Hasil : skala nyeri 5 (0-10)
- Memberikan terapi obat
- Kaltropensup melalui anus : 1x100mg.
Respon Hasil : klien mengatakan nyeri berkurang ketika setelah diberikan
terapi obat
- Observasi TTV
Respon Hasil : TD : 100/80mmHg N : 90x/m R : 20x/m.
Setelah kami melakukan implementasi kepada Ny.w kemudian kami
melakukan evaluasi atau catatan perkembangan, dan diadaptkan hasil
sebagai berikut :
S : klien mengatakan nyeri berkurang
O : - klien tampak meringis
33
- Skala nyeri 5 (0-10)
- Terdapat luka operasi diperut bagian bawah
- TD : 110/80mmHg
- Nadi : 90x/m
- RR : 19x/m
A : Nyeri Akut
P : lanjutkan intervensi
34
Respon Hasil : klien mampu melakukan miring kanan dan kiri secara
mandiri
4. Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi
Respon Hasil : klien mampu melakukan miring kanan dan kiri dengan
mandiri
5. Mendampingi dan membantu klien pada saat mobilisasi.
Respon Hasil : klien mampu melakukan miring kanan dan kiri dengan
mandiri.
Setelah kami melakukan implementasi kepada Ny.w kemudian
kami melakukan evaluasi atau catatan perkembangan, dan diadaptkan hasil
sebagai berikut :
S : -klien mengatakan mulai bisa beraktivitas ringan dengan sendiri.
P : Lanjutkan intervensi
35
Sedangkan untuk implementasi yang kami telah lakukan kepada Ny.W
adalah sebagai berikut :
E : Tidak ada
36
A : Luka tertutup kasa.
- TD : 110/80 mmHg
RR : 22x/menit
N : 90x/menit
A : resiko infeksi
P : lanjutkan intervensi
37
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
RSUD Dr. Slamet Garut. Sudah di lakukan sesuai dengan yang telah di
tetapkan.
B. SARAN
38
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa
Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Benson Ralp C dan Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: EGC.
Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Heffner, Linda J. & Danny J.Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II.
Jakarta : EMS, Erlangga Medical Series.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC
Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
39