Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan di Indonesia, berkembang


pula upaya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap wanita yang semakin
membaik. Sarana dan prasarana di pelayanan kesehatan menunjang
terdeteksinya penyakit wanita yang bermacam-macam, termasuk penyakit
ginekologi. Berbagai macam penyakit sistem reproduksi yang memiliki efek
negatif pada kualitas kehidupan wanita dan keluarganya dengan gejala salah
satunya gangguan menstruasi seperti menarche yang lebih awal, periode
menstruasi yang tidak teratur, panjang siklus menstruasi yang pendek, paritas
yang rendah, dan riwayat infertilitas (Heffner & Danny, 2010).
Nyeri yang berlebih pada saat haid juga dapat terjadi akibat adanya
massa pada organ reproduksi seperti kista atau tumor. Kista adalah bentuk
gangguan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos yang abnormal.
Pertumbuhan otot polos abnormal yang terjadi pada ovarium disebut kista
ovarium. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan
dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi (Bobak, Lowdermilk &
Jensen. 2009).
Nyeri yang berlebih pada saat haid1juga dapat terjadi akibat adanya
massa pada organ reproduksi seperti kista atau tumor. Kehamilan tumor
ovarii yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau
kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan
letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala
kedalam panggul. Oophorektomy adalah operasi pengangkatan dari
ovarium atau indung telur. Tetapi istilah ini telah digunakan secara
tradisional dalam penelitian ilmu dasar yang menggambarkan operasi
pengangkatan indung telur (Wiknjosastro, 2011).

Selama tahap kehidupan, massa yang biasanya disebabkan oleh kista


ovarium fungsional, neoplasma ovarium jinak, atau perubahan pasca infeksi

1
pada tuba fallopii (Heffner & Danny, 2009). Kista ovarium yang bersifat
ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab
kematian dari semua kanker ginekologi. Di Amerika Serikat pada tahun 2001
diperkirakan jumlah penderita kanker ovarium sebanyak 23 .400 dengan
angka kematian sebesar 13.900 orang. Tingginya angka kematian karena
penyakit ini sering tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga
tidak diketahui dimana sekitar 60% - 70% penderita datang pada stadium
lanjut. Maka penyakit ini disebut juga silent killer.
B. Tujuan
Untuk memberikan asuhan keperawatan kepada Ny.W dengan

G1P0A0 Gravida 18-19 Minggu + Post OP Hari ke 1 Salpingo

Ovarektomi Sinistra E.T Kista Ovarium di Ruang Zade RSUD Dr. Slamet

Garut.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar,


kistik maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007: 346). Kista
ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho, 2010:
101). Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi
cairan,normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kistaindung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas
sampaimenopause, juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012). Kista
indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam
jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk
setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim, 2005: 17)

Gambar : Rahim normal dan kiata ovarium

3
B. ETIOLOGI
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh
gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat
hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau
mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus
luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena
tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay
bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain
adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya
pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.

C. KLASIFIKASI

Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :


1. Tipe Kista Normal
Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling
banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum,
terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal. Kista
fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur,
untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh
sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan
akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel
dan kista korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak
menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6 – 8
minggu.

4
Gambar : kista ovarium fungsional
2. Tipe Kista Abnormal
a. Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur.
Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat
menimbulkan nyeri.
b. Kista coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut
kista coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat
kehitaman.
c. Kista dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh
seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat
ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil
dan tidak menimbulkan gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium
yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan
nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.

5
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista
lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum
haematoma.

Gambar : kista corpus luteum


g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah
dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap
bulan. Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Kista
polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan
untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan
dan rasa sakit.

6
Gambar : kista polikistik ovarium
D. PATOFISIOLOGI

Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan


folikel yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk
kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk
beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pertengahan siklus,
folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan
oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang
pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-
tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari
proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak
(Nugroho, 2010).
E.

7
F. PATHWAY

Etiologi :
 Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
 Pertumbuhan folikel tidak seimbang
 Degenerasi ovarium
 Infeksi ovarium

Gangguan reproduksi

Komplikasi :
Tanda dan gejala : Diagnosa :  Pembenjolan perut
 Tanpa gejala  Anamnesa  Pola haid berubah
 Nyeri saat menstruasi  Pemeriksaan fisik  Perdarahan
 Nyeri di perut bagian bawah  Pemeriksaan  Torsio (putaran tangkai)
 Nyeri saat berhubungan penunjang  Infeksi
seksual  Dinding kista robek
 Nyeri saat berkemih atau BAB  Perubahan keganasan
 Siklus menstruasi tidak teratur Kista ovarium

Kista fungsional Kista non fungsional

Konservatif :
 Observasi 1-2 bulan
Laparatomi Laparoskopi

Keluhan tetap :
 Aktivitas hormon Ovarian Salpingo-
 Discomfort cystectomy oophorectomy

Bagan 2.1 Pathway Kista Perawatan post operasi : Penyulit post operasi :
Ovarium (Taufan  Obat analgetik  Nyeri
Nugroho, 2010)  Mobilisasi  Perdarahan
 Personal hygiene  Infeksi

8
A. KOMPLIKASI
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi
pada kista ovarium diantaranya:
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor
mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi,
sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut
kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat
juga mengakibatkan edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
` Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi
yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.
b. Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai
dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba
fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan
torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian.
Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma,
TOA, massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada
ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia
reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran
abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam dan

9
leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa dilepaskan
(detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap kista
dibuang dan dievaluasi secara histologis.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering
pada saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang
timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke
dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda-tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasannya. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa
kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar
kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah
yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat
diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang
cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat
membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang
dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta,
2012 :1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuahtumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan
sifat-sifat tumor itu.

10
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas
tumor,apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung
kencing,apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara
cairandalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

Gambar : USG kista ovarium


3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites.
Perludiperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
G. PENATALAKSANAAN

1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor
(dipantau) selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang
dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil
jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka
tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22

11
gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan
biasanya memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita
menopause yang memiliki kista ovarium juga disarankan operasi
pengangkatan untuk meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium.
Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis
ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian
cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba
fallopi, maka disebut salpingo oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain
tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak,
kondisi ovarium dan jenis kista.

Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit


(twisted) dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan
tindakan darurat pembedahan (emergency surgery) untuk mengembalikan
posisi ovarium menurut Yatim, (2005: 23)

Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim,


(2005: 23) yaitu:

a. Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada


pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara
ini, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul 23 dengan
melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah
dengan garis rambut kemaluan.

Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan


laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara
laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan
(kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan, operasi sekalian

12
mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar
limfe.

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny.W DENGAN


G1P0A0 GRAVIDA 22-23 MINGGU + POST OP HARI KE 1 SALPINGO
OVAREKTOMI SINISTRA E.T KISTA OVARIUM DI RUANG ZADE
RSUD dr.SLAMET GARUT

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.W
Tanggal Lahir :-
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Guntur dekat pesantren bentar
Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


Agama : Islam
Status : Menikah
Diagnosa Medis : G1P0A0 Gravida 22-23 Minggu + Post
SOP Hari ke 1 Salpingo Ovarektomi Sinistra E.T Kista Ovarium
Tanggal Masuk : 3 Desember 2019
Tanggal Operasi : 4 Desember 2019 Pukul : 09:00 WIB
Selesai Operasi : Pukul 10:09 WIB
Tanggal Pengkajian : 4 Desember 2019 Pukul 14:30 WIB.
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn.S
Usia : 28 Tahun
Alamat : Jln. Guntur dekat pesantren bentar

14
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Hubungan dengan Pasien : Suami

2. ANAMNESA
RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu dengan G1P0A0 mengatakan hamil 5 bulan, klien mengatakan
nyeri ulu hati sejak 5 bulan yang lalu, dan nyeri terasa hilang timbul,
keluhan juga kadang disertai mual muntah. Klien berobat ke Dr.rizki.,
Sp.Og. didiagnosa kista ovarium, kemudian dirujuk ke RSUD dr.Slamet
Garut. Kemudian klien masuk ke ruang zade. Gerakan bayi dirasakan
sejak 2 minggu yang lalu. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 4
Desember 2019, klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi, nyeri
terasa setiap waktu, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk benda tajam dengan
skala nyeri 6 (0-10), nyeri berkurang bila setelah diberikan obat atau pada
saat klien istirahat. Nyeri terasa bertambah ketika klien bergerak atau
miring kanan dan kiri, nyeri terasa pada daerah bekas operasi saja dan
tidak menyebar, nyeri dirasakan dibagian perut bagian bawah.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit magh dan tidak
mempunyai riwayat penyakit yang sama seperti yang sekarang diderita.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
riwayat penyakit menular maupun keturunan dan tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit yang sama seperti klien.
e. Riwayat Ginekologi
- Riwayat Menstruasi

15
a. Menarche : 14 Tahun
b. Siklus : 28 Hari
c. Lama Haid : 6-7 Hari
d. Banyaknya : Biasa
e. Warna : warna merah darah haid
f. Disminore : klien mengatakan suka disminore ketika
hari pertama haid.
g. HPHT : 30 06 2019
h. Tapsiran kelahiran : 07 03 2020
- Riwayat Perkawinan
- Istri menikah yang pertama kalinya pada usia 26 tahun dan suami
menikah pada usia 27 tahun.
- Riwayat KB
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengguakan alat
kontrasepsi apapun.
- Riwayat Obsetrik
2019 baru hamil yang sekarang.
f. Data Psikososial Spiritual
1) Data Psikologis dan Sosial
Menurut observasi yang dilakukan oleh perawat klien terlihat melamun
dan kurang fokus. Pada saat dikaji klien mengatakan masih sedikit
khawatir dengan kondisinya saat ini, tetapi setelah bebrapa jam klien
tampak lebih tenang dan tertidur. Klien juga dapat menjawab dengan
spontan dan benar pertanyaan dari pengkaji, komunikasi klien jelas.
2) Aspek Spiritual
Klien mengatakan ketika dirumah klien sering beribadah sholat 5
waktru dan mengikuti pengajian dan klien juga sering berdoa tentang
kehamilannya.
3) Konsep diri
- Citra tubuh : klien bangga dengan seluruh anggota tubuhnya.
- Ideal diri : klien berharap cepat sembuh dan pulang.

16
- Identitas diri : klien seorang perempuan dan akan menjadi
seorang ibu.
- Peran diri : klien seorang istri dari suaminya.
- Harga diri : klien tidk malu dengan keadaanya.
g. Pola Istirahat Tidur

No. Jenis Sebelum masuk RS Selama dirawat


1. Tidur Siang
Lama Tidur 1-2 Jam 1 Jam
Keluhan Tidak ada Tidak ada
2. Tidur Malam
Lama Tidur 7-8 Jam 5-6 Jam
Keluhan Tidak ada Klien mengatakan
susah tidur pada saat
malam hari.

h. Riwayat Activity Daily Living (ADL)


No Activity Daily Living Sebelum Sakit Setelah Sakit
1 Personal Hygiene
Mandi 2 x 1 hari Belum Mandi
Berpakaian 2 x 1 hari Belum Mengganti
Menyikat Gigi 2 x 1 hari Belum Pernah
Menggunting Kuku Jika kuku sudah Belum melakukan
panjang
Keramas 3 hari 1 kali Belum melakukan
2 Mobilisasi Mandiri Dibantu keluarga
3 Makan
Jenis Nasi, lauk pauk, sayur Nasi, lauk pauk, sayur
Porsi 1 Piring Puasa
Frekuensi 3 x 1 hari Puasa
Masalah Tidak ada masalah Puasa

17
4 Minum
Jenis Air putih, teh manis Puasa
Jumlah 6-7 gelas/hari Puasa
Frekuensi ±1 liter Puasa
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
5 Eliminasi
BAB
Frekuensi 1 hari 1 kali Belum BAB
Warna Khas feses Belum BAB
Konsistensi Lunak Belum BAB
Masalah Tidak ada masalah Belum BAB
BAK
Frekuensi ± 3 kali/hari Terpasang Kateter
Warna Kuning jernih Kuning jernih/khas
Jumlah urine
800cc/24 Jam

6 Exercise Mandiri Dibantu keluarga

3. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : klien tampak Lemah,
 Kesadaran : Composmentis
 GCS : E4 M6 V5
 Tanda-tanda vital
- TD : 100/80 mmHg - RR : 20x/menit
- Nadi : 89 x/menit -S : 36,70C
 Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1. Kepala dan Wajah
Keadaan kulit bersih, rambut hitam, tidak ada lesi, penyebaran rambut merata,
tidak ada kerontokan, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
- Wajah

18
Klien tampak meringis, posisi simetris antara kiri dan kanan, warna sama
dengan warna kulit sekitarnya, kloasma gravidarum tidak ada.
2. Mata
- Posisi : Simetris antara mata dekstra dan sinitra.
- Skrela : Putih
- Konjungtiva : Anemis
- Refleks pupil : Miosis terhadap respon cahaya.
- Ketajaman Penglihatan : Baik, klien dapat membaca papan nama
mahasiswa dengan jarak 30cm.
- Lapang Pandang : Baik, klien dapat melihat saat pengkaji
menggerakan pena kearah samoing kepala lain
- Pergerakan : Baik, dapat mengikuti pergerakan jari.
3. Hidung
- Posisi : Simetris antara lubang hidung dekstra dan sinistra.
- Warna : Sama dengan kulit sekitar.
- Kebersihan : Bersih.
- Mukosa Hidung : Warna merah muda, lembab, dan tidak ada lesi.
- Fungsi hidung : Baik, terbukti klien dapat membedakan bau minyak kayu
putih dan parfum.
- Tidak ada pernafasan cuping hidung.
4. Telinga
- Posisi : Simetri
- Warna : sama dengan kulit sekitar
- Tekstrur : Halus
- Kebersihan : Bersih, tidak tampak serumen.
- Fungsi Pendengaran : Baik, terbukti dengan klien dapat menjawab
pertanyaan yang dilontarkan pengkaji dengan tepat.
5. Mulut

Bibir
- Warna : merah kehitaman

19
- Tekstur : Kering
- Mukosa : lembab
- Kondisi : tidak tampak ada lesi atau stomatitis
Gigi
- Warna : kekuning-kuningan
- Kondisi : tidak ada caries
- Lengkap
Lidah
- Warna : putih, ikterik
- Tekstur : halus
- Mukosa : lembab
- Kondisi : tidak tampak ada lesi dan tidak kotor
- Pergerakan : baik, dapat digerakan kesegala arah
- Fungsi lidah: baik, terbukti klien dapat membedakan jenis rasa
- Replek menelan : baik, dapat menelan dengan lancer

20
Gusi
- Warna : merah muda
- Keluhan : tidak ada
6. Leher
- JVP : Tidak ada peningkatan
- Kelenjar tiroid : tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
- Pergerakan : tidak ada keterbatasan pergerakan
7. Dada
- Inspeksi : Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan, tidak ada
lesi/luka, tidak ada retraksi dada.
- Palpasi : Dinding dada teraba kuat
- Auskultasi : Bunyi jantung s1 s2, tidak ada bunyi tambahan, suara
nafas vesikuler.
- Perkusi : sonor.
8. Payudara/Laktasi
- Inspeksi : Payudara simetris antara kiri dan kanan, penyebaran
areola merata, puting susu sedikit kedalam
- Palpasi : ASI belum keluar, tidak ada nyeri tekan ataupun benjolan.
9. Abdomen
- Inspeksi : Perut membesar dan cembung, gravida 18-19 minggu,
terdapat luka bekas operasi dibagian peut bawah. Tidak terdapat
kemerahan pada luka, tidak ada edema, tidak ada cairan atau sekresi yang
keluar dari luka dan luka jahitan tertutup.
- Palpasi : Nyeri tekan (+)
- Perkusi : Timpani.
- Auskultasi : Bising usus 7x/menit.
- TFU/LP : 24cm/ 102cm. Sesuai kehamilan gestasi 22-23 minggu.
10. Genetalia
Terpasang selang kateter 800cc/24jam.
11. Anus
Tidak ada hemoroid.

21
12. Ekstermitas
Tidak terdapat dapat melakukan pergerakan memutar, pergerakan baik
bisa memutar ke semua arah
Ektermitas bawah baik, tidak ada nyeri tekan pergerakan baik.
Klien mengatakan susah bergerak karena baru dilakukan operasi dan
masih terasa nyeri.
Kekuatan Otot :

5 3
5 5
13. Kulit
Warna : putih
Tekstur : halus
Kelembaban : lembab
Edema : tidak ada
Kebersihan : bersih
Cyanosis : tidak ada
Turgor kulit : kembali <2 detik
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan Laboratorium
tgl : 04/12/19 14:25
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interprestasi
1 HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 9,8 g/dL 12,0-16,0 Anemia
Hematokrit 35% 35-47 Normal
Lekosit 17,430/mm3 3.800-10.600 leukositosis
Trombosit 279.000/mm3 150.000-440.000 Normal
Eritrosit 4,74juta/mm3 3,5-5,8 Eritosis

5.PEMBERIAN TERAPI

22
Obat Yang Cara Golongan Obat
Frekuensi Pemberian
No Dosis Obat
diberikan Pemberian Waktu (jam)
1 Cefotaxime Intra vena Antibiotik 08 21 2x1gr

2 Metronidazole Intra vena Antibiotik 08 14 21 3x500mg

3 Katropensup Intra vena Nonsteroid anti 08 21 2x100mg


inflamasi drug
(NSAID)
4 RL Intra vena 20tpm

6. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Karena dilakukannya Nyeri Akut
 Klien mengatakan nyeri Tindakan pembedahan,
pada daerah bekas operasi kemudian menyebabkan
DO : pelepasan prostaglandin,
 Pasien tampak meringis bradikardin, histamin,
 Terdapat luka bekas operasi postagladin, kemudian
di perut bagian bawah nociceptor menerima

 Luka tertutup kasa rangsangan, kemudian

 Skala nyeri 6 (0-10) Rangsangan


ditransmisikan ke
 TTV : TD : 100/80mmHg
medulla spinalis,
N : 89x/menit
thalamus, dan korteks
R : 20x/menit
sensorik somatic
S : 36,7
sehingga menimbulkan
nyeri atau nyeri akut.

2 DS : Karena dilakukannya Hambatan Mobilitas


 Klien mengatakan baru Tindakan Pembedahan, Fisik

23
dilakukan operasi sehingga menyebabkan
 Klien mengatakan belum terputusnya kontinuitas
bisa bergerak dan jaringan, dan
beraktifitas. menyebabkan
DO : pembatasan gerak kepada
 Klien tampak berbaring klien, sehingga klien
 Terpasang selang kateter takut untuk bergersk

 Terpasang infus menyebabkan

 Terdapat luka bekas OP di keterbatasan rentang

perut bagian bawah dan gerak kemudian

luka tertutup kasa. menimbulkan masalah


hambatan mobilitas fisik.

3. DS : Tindakan Pembedahan Resiko Infeksi


 Klien mengatakan baru ↓
dilakukan operasi Terputusnya kontinuitas
DO: jaringan
 Terdapat luka operasi ↓
diperut bagian bawah Merupaka Post Dientri
 Luka tertutup kasa. agen2 penyebab infeksi

 Leukosit : 17.430/mm3 ↓
Resiko Infeksi

5. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan Tindakan pembedahan ditandai dengan
terdapatnya luka bekas operasi dibagian perut bawah.
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan tindakan pebedahan
ditandai dengan klien tampak berbaring dan terdapat luka bekas operasi
diperut bagian bawah.

24
c. Resiko Infeski berhubungan dengan Tindakan pembedahan ditandai dengan
terdapatnya luka bekas operasi diperut bagian bawah.
6. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


NOC NIC
Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan - Ajarkan teknik non
berhubungan dengan keperawatan 1 x 24 jam pasien farmakologi ( relaksasi,
agen biologis memperlihatkan pengendalian distraksi, terapi murotal)
nyeri dan melaporkan nyeri - Ciptakan lingkungan yang
berkurang, dengan kriteria nyaman
hasil : - Berikan informasi seperti
penyebab nyeri, dll
 Nyeri terkontrol / berkurang
- Monitor skala nyeri
 Skala nyeri berkurang
- Kolaborasi dengan dokter
 Klien mengatakan tidak
untuk pemberian obat
merasakan nyeri
- Berikan obat sesuai advice
dokter
Hambatan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu dalam perawatan diri
Fisik keperawatan 3 x 24 jam pasien (ADL)
menunjukan aktivitas mandiri, 2. Ciptakan lingkungan yang
dengan kriteria hasil : nyaman
 Tingkat ketidaknyaman 3. Ajarkan dan annjurkan klien
berkurang untuk melakukan mobilisasi.
 Tingkat kelelahan 4. Kaji kemampuan klien dalam
berkurang mobilisasi.
 Tanda – tanda vital dalam 5. Dampingi dan bantu klien saat
batas normal mobilisasi
6. Ajarkan pasien bagaimana cara
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
Resiko Infeksi  Setelah dilakukan 1. Cuci tangan sebelum dan

25
tindakan keperawatan 2 x 24 sesudah melakukan
jam pasien tidak mengalami tindakan keperawatan.
infeksi dengan kriteria hasil : 2. Monitor tanda dan gejala
 Klien bebas dari tanda infeksi.
dan gejala infeksi 3. Tingkatkkan intake nutrisi
 Jumlah leukosit dalam 4. Lakukan perawatan luka
batas normal dan ganti balitan luka
secara rutin.

26
8.IMPLEMENTASI

Diagnosa. TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI/CATATAN PARAF


PERKEMBANGAN
Nyeri 04-12-19 1. Mengajarkan teknik non farmakologi S : klien mengatakan nyeri
akut Jam 15 : 00 ( relaksasi, distraksi ) berkurang.
WIB Respon hasil : - klien mengatakan nyeri O : - klien tampak meringis
berkurang saat dilakukan teknik nafas - Skala nyeri 5 (0-10)
15:15 dalam - Terdapat luka operasi diperut
15:30 2. Menciptakan lingkungan yang nyaman bagian bawah
17:00 3. Memonitor skala nyeri - TD : 110/80mmHg
Respon Hasil : skala nyeri 5 (0-10) - Nadi : 90x/m
4. Memberikan terapi obat - RR : 19x/m
- Kaltropensup melalui anus : A : Nyeri Akut
1x100mg. P : lanjutkan intervensi
Respon Hasil : klien mengatakan nyeri I : - berikan informasi tentang
berkurang ketika setelah diberikan nyeri
terapi obat - Ajarkan teknik nonfarmakologi
5. Observasi TTV - Ciptakan lingkungan yang

27
Respon Hasil : TD : 100/80mmHg N : nyaman
90x/m R : 20x/m - Berikan obat sesuai adv dokter
E : masalah teratasi sebagian
Hambata 04/12/19 1. Membantu dalam perawatan diri (ADL) S : -klien mengatakan mulai bisa
n 17:20 WIB 2. Menciptakan lingkungan yang nyaman beraktivitas ringan dengan sendiri.
Mobilitas 3. Menganjurkan dan mengajarkan klien O :- Terdapat luka bekas operasi
Fisik untuk mobilisasi. diperut bagian bawah.
Respon Hasil : klien mampu melakukan - Luka tertutup kasa.
miring kanan dan kiri secara mandiri A : Hambatan mobilitas fisik
4. Mengkaji kemampuan klien dalam P : Lanjutkan intervensi
mobilisasi I : -Ciptakan lingkungan yang
Respon Hasil : klien mampu melakukan nyaman
miring kanan dan kiri dengan mandiri - Mengkaji kemampuan
5. Mendampingi dan membantu klien pada klien dalam mobilisasi
saat mobilisasi. - Mendampingi dan
Respon Hasil : klien mampu melakukan membantu klien pada
miring kanan dan kiri dengan mandiri. saat mobilisasi.
E : Masalah belum teratasi
Resiko 05/12/19 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah S : -
Infeksi 08:00 WIB melakukan tindakan keperawatan. O:- Terdapat luka bekas operasi

28
2. Memonitor tanda dan gejala infeksi. diperut bagian bawah.
Respon hasil : tidak tampak tanda dan - Setelah diganti balutan
gejala infeksi dengan hasil : didaptkan hasil luka :
- Dolor : klien mengatakan sudah R : Tidak ada kemerahan
tidak terlalu terasa nyeri pada luka E : Tidak ada Edema
bekas operasi. E : Tidak ada
- Kalor : klien mengatakan tidak D : Tidak ada keluaran cairan dari
merasakan panas pada daerah luka luka
- Tumor : tidak terdapat edema atau A : Luka tertutup kasa.
pembengkakan pada luka maupun - TD : 110/80 mmHg
daerah sekitar luka. RR : 22x/menit
- Rubor : tidak terdapat kemerahan N : 90x/menit
pada luka A : resiko infeksi
- Fungsio laesa : tidak terjadi P : lanjutkan intervensi
perubahan funsi. I : Memonitor tanda dan gejala
3. Meningkatkkan intake nutrisi infeksi.
4. Melakukan perawatan luka dan Meningkatkkan intake nutrisi
mengganti balutan luka pada bekas Melakukan perawatan luka dan
operasi. ganti balutan.

29
5. Memberikan edukasi untuk Memberikan edukasi untuk
memeriksakan ulang keadaan serta memeriksakan ulang keadaan serta
lukanya setelah 1 minggu kemudian ke lukanya setelah 1 minggu
poli klinik kebidanan RSUD dr.Slamet kemudian ke poli klinik kebidanan
Garut. RSUD dr.Slamet Garut.
E : masalah teratasi sebagian

30
BAB IV

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada

Ny.W dengan dengan G1P0A0 Gravida 22-23 Minggu + Post OP Hari ke 1

Salpingo Ovarektomi Sinistra E.T Kista Ovarium di Ruang Zade RSUD dr.slamet

Garut. Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 04 Desember 2019 pukul 07.30

WIB, dan klien datang ke rumah sakit pada tanggal 03 Desember 2019 dengan

diagnosa kista ovarium dan akan dilakukan operasi. Kemudian operasi dilakukan

pada tanggal 04 Desember 2019 pada pukul 09:00 WIB dan selesai pada pukual

10:00 WIB, operasi yang dilakukan yaitu Salpingo Ovarektomi Sinistra. Alasan

kenapa ibu hamil harus dilakukan operasi dengan segera dengan resiko yang

banyak terutama sangat beresiko pada kandungannya karena jika tidak dilakukan

operasi dengan segera ditakututkan kistanya akan semakin membesar kemudian

menghalangi jalan lahir nantinya dan yang lebih pentingnya ditakutkan akan

menekan bayi yang berada dalam kandungannya, sehingga itu menjadi salah satu

alasan dilakukannya operasi ini dengan harapan kandungannya masih bisa

dipertahankan.

Kemudian setelah dilakukan operasi pada tanggal 04 Desember 2019

didapatkan hasil laporan operasi yaitu sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan tindakan a dan antiseptik didalam abdomendan

selanjutnya dilakukan insisi sepanjang ±10cm.

31
2. Setelah pentonieum dibuka tampak massa tumor sebesar (jeruk bali),

warna putih keabuan.

3. Kista ovarium kiri

4. Kemudian diputuskan untuk dilakukan salpingo ovarektomi sinistra.

Selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny.W kami banyak

menjumpai beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor

pendukung yang dijumpai yaitu saat pelaksanaan, pasien dan keluarga

menerima dengan baik saat melakukan pengkajian dan intervensi pada

pasien, sehingga terbina hubungan saling percaya yang akhirnya pasien

mau terbuka dan memberikan informasi tentang masalah penyakit dan

riwayat penyakit yang dirasakan. Setelah melakukan pengkajian pada

Ny.w, berikut ini adalah diagnosa keperawatan yang muncul dalam asuhan

keperawatan pada Ny.W dengan dengan dengan G1P0A0 Gravida 22-23

Minggu + Post OP Hari ke 1 Salpingo Ovarektomi Sinistra E.T Kista

Ovarium dengan konsep dasar yang akan dibahas oleh penulis. Adapun

diagnosa yang muncul pada klien adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan Tindakan pembedahan ditandai dengan


terdapatnya luka bekas operasi dibagian perut bawah.
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan tindakan pebedahan
ditandai dengan klien tampak berbaring dan terdapat luka bekas operasi
diperut bagian bawah.
3. Resiko Infeski berhubungan dengan Tindakan pembedahan ditandai dengan
terdapatnya luka bekas operasi diperut bagian bawah.
Untuk mengatasi semua masalah atau diagnosa diatas kami membuat
perencanaan atau intervensi keperawatan tentang apa saja yang akan

32
dilakukan kepada Ny.W dengan diagnosa medis Post Op Salpingo
Ovarektomi Sinistra yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan Tindakan pembedahan ditandai dengan
terdapatnya luka bekas operasi dibagian perut bawah.
Untuk intervensi atau perencanaan yang kami buat untuk menangani
diagnosa diatas yaitu sebagai berikut :
- Ajarkan teknik non farmakologi ( relaksasi, distraksi, terapi murotal)
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Berikan informasi seperti penyebab nyeri, dll
- Monitor skala nyeri
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
- Berikan obat sesuai advice dokter.
Sedangkan untuk implementasi yang kami telah lakukan kepada Ny.W
adalah sebagai berikut :
- Mengajarkan teknik non farmakologi ( relaksasi, distraksi )
Respon hasil : - klien mengatakan nyeri berkurang saat dilakukan teknik
nafas dalam
- Menciptakan lingkungan yang nyaman
- Memonitor skala nyeri
Respon Hasil : skala nyeri 5 (0-10)
- Memberikan terapi obat
- Kaltropensup melalui anus : 1x100mg.
Respon Hasil : klien mengatakan nyeri berkurang ketika setelah diberikan
terapi obat
- Observasi TTV
Respon Hasil : TD : 100/80mmHg N : 90x/m R : 20x/m.
Setelah kami melakukan implementasi kepada Ny.w kemudian kami
melakukan evaluasi atau catatan perkembangan, dan diadaptkan hasil
sebagai berikut :
S : klien mengatakan nyeri berkurang
O : - klien tampak meringis

33
- Skala nyeri 5 (0-10)
- Terdapat luka operasi diperut bagian bawah
- TD : 110/80mmHg
- Nadi : 90x/m
- RR : 19x/m
A : Nyeri Akut

P : lanjutkan intervensi

I : - berikan informasi tentang nyeri

- Ajarkan teknik nonfarmakologi


- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Berikan obat sesuai adv dokter
E : masalah teratasi sebagian
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan tindakan pebedahan
ditandai dengan klien tampak berbaring dan terdapat luka bekas operasi
diperut bagian bawah.
Untuk intervensi atau perencanaan yang kami buat untuk menangani
diagnosa diatas yaitu sebagai berikut :
1. Bantu dalam perawatan diri (ADL)
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman
3. Ajarkan dan annjurkan klien untuk melakukan mobilisasi.
4. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi.
5. Dampingi dan bantu klien saat mobilisasi.
6. Ajarkan pasien bagaimana cara merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
Sedangkan untuk implementasi yang kami telah lakukan kepada Ny.W
adalah sebagai berikut :
1. Membantu dalam perawatan diri (ADL)
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman
3. Menganjurkan dan mengajarkan klien untuk mobilisasi.

34
Respon Hasil : klien mampu melakukan miring kanan dan kiri secara
mandiri
4. Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi
Respon Hasil : klien mampu melakukan miring kanan dan kiri dengan
mandiri
5. Mendampingi dan membantu klien pada saat mobilisasi.
Respon Hasil : klien mampu melakukan miring kanan dan kiri dengan
mandiri.
Setelah kami melakukan implementasi kepada Ny.w kemudian
kami melakukan evaluasi atau catatan perkembangan, dan diadaptkan hasil
sebagai berikut :
S : -klien mengatakan mulai bisa beraktivitas ringan dengan sendiri.

O :- Terdapat luka bekas operasi diperut bagian bawah.

- Luka tertutup kasa.

A : Hambatan mobilitas fisik

P : Lanjutkan intervensi

I : -Ciptakan lingkungan yang nyaman

- Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi


- Mendampingi dan membantu klien pada saat mobilisasi.
E : Masalah belum teratasi.
3. Resiko Infeski berhubungan dengan Tindakan pembedahan ditandai
dengan terdapatnya luka bekas operasi diperut bagian bawah.
Untuk intervensi atau perencanaan yang kami buat untuk menangani
diagnosa diatas yaitu sebagai berikut :
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.
2. Monitor tanda dan gejala infeksi.
3. Tingkatkkan intake nutrisi
4. Lakukan perawatan luka dan ganti balitan luka secara rutin.

35
Sedangkan untuk implementasi yang kami telah lakukan kepada Ny.W
adalah sebagai berikut :

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.


2. Memonitor tanda dan gejala infeksi.
Respon hasil : tidak tampak tanda dan gejala infeksi dengan hasil :
- Dolor : klien mengatakan sudah tidak terlalu terasa nyeri pada luka
bekas operasi.
- Kalor : klien mengatakan tidak merasakan panas pada daerah luka
- Tumor : tidak terdapat edema atau pembengkakan pada luka maupun
daerah sekitar luka.
- Rubor : tidak terdapat kemerahan pada luka
- Fungsio laesa : tidak terjadi perubahan funsi.
3. Meningkatkkan intake nutrisi
4. Melakukan perawatan luka dan mengganti balutan luka pada bekas
operasi.
5. Memberikan edukasi untuk memeriksakan ulang keadaan serta lukanya
setelah 1 minggu kemudian ke poli klinik kebidanan RSUD dr.Slamet
Garut.
Setelah kami melakukan implementasi kepada Ny.w kemudian kami
melakukan evaluasi atau catatan perkembangan, dan diadaptkan hasil
sebagai berikut :
S:-

O:- Terdapat luka bekas operasi diperut bagian bawah.

- Setelah diganti balutan didaptkan hasil luka :

R : Tidak ada kemerahan

E : Tidak ada Edema

E : Tidak ada

D : Tidak ada keluaran cairan dari luka

36
A : Luka tertutup kasa.

- TD : 110/80 mmHg

RR : 22x/menit

N : 90x/menit

A : resiko infeksi

P : lanjutkan intervensi

I : Memonitor tanda dan gejala infeksi.

Meningkatkkan intake nutrisi

Melakukan perawatan luka dan ganti balutan.

Memberikan edukasi untuk memeriksakan ulang keadaan serta lukanya setelah 1


minggu kemudian ke poli klinik kebidanan RSUD dr.Slamet Garut.

E : masalah teratasi sebagian

37
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuhan keperawatan yang meliputi diagnosa keperawatan,

pengkajian, analisa data, rumusan masalah, perencanaan dan implementasi

pada Ny.w Dengan dengan G1P0A0 Gravida 22-23 Minggu + Post OP

Hari ke 1 Salpingo Ovarektomi Sinistra E.T Kista Ovarium di Ruang Zade

RSUD Dr. Slamet Garut. Sudah di lakukan sesuai dengan yang telah di

tetapkan.

B. SARAN

3.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru

tentang Keperawatan Mternitas, sehingga perawat dapat memberi asuhan

keperawatan komprehensif terhadap masalah Maternitas.

3.2.2. Bagi Praktek Keperawatan

Sebaiknya peran perawat lebih dioptimalkan dalam memberi

implementasi terhadap Keperawatan Maternitas.

3.2.2 Bagi Penulis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru

penulis tentang Keperawatan Maternitas, sehingga penulis dapat

memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif terhadap

Keperawatan Maternitas Khususnya Kista Ovarium.

38
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa
Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Benson Ralp C dan Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.

Jakarta: EGC.
Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Heffner, Linda J. & Danny J.Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II.
Jakarta : EMS, Erlangga Medical Series.
Lowdermil, Perta. 2005.  Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Muslihatun, Nur Wafi. 2009. Dokumentasi Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya

Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Purwandari Atik. 2008. Konsep Keperawatan. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC

Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan Ed.2. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwomo Prawirohardjo.

Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

39

Anda mungkin juga menyukai