SITUASI
7
2. Misi Ruang Puspa
“ Menyelenggarakan pelayanan keperawatan yang paripurna bermutu
dan terjangkau dengan menjungjung tinggi kode etik keperawatan ruang
puspa ”.
3. Motto Ruang Puspa
Melayani dengan rendah hati santun ikhlas dan profesional.
4. Sifat Kekaryaan
1) Fokus Telaah
Fokus telaah Ruang Puspa RSUD dr. Slamet Garut, diantaranya:
• Bidang Pelayanan
Fokus telaah di ruang Puspa dalam bidang pelayanan yaitu
pasien perempuan dan laki-laki usia dewasa sampai dengan
tahun dengan kasus penyakit dalam. Ruangan ini merupakan
unit pelayanan bagi pengguna BPJS maupun umum.
• Bidang Pendidikan
Ruang Puspa memiliki fokus telaah pada bidang pendidikan
kepada pasien, keluarga pasien serta mahasiswa yang berdinas
di ruang Puspa yang membutuhkan pengetahuan dan
pengalaman dalam memenuhi kebutuhan pasien ataupun
dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya pada kasus
penyakit dalam. Ruang Puspa pernah menjadi tempat praktik
mahasiswa keperawatan stase manajemen dalam program
profesi Ners.
• Bidang Penelitian
Dalam bidang penelitian fokus telaah ruang Puspa yaitu
individu, sekelompok individu, maupun institusi yang akan dan
sedang menjalani riset atau penelitian pada berbagai unsur yang
ada di ruang Puspa.
2) Lingkup Garapan
Lingkup garapan di ruang Puspa RSUD dr. Slamet Garut,
diantaranya:
• Bidang Pelayanan
Lingkup garapan ruang Puspa adalah penyimpangan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia akibat kasus penyakit
dalam yang berpengaruh pada tingkat kemandirian atau
ketergantungan pasien. Secara umum lingkup garapan
keperawatan di ruang Puspa adalah:
a) Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman pasien
selama dirawat.
b) Pemberian bantuan kepada pasien dalam meningkatkan dan
memelihara status kesehatan, deteksi penyakit, dan atau
pencegahan penyakit.
c) Pemberian bantuan kepada pasien untuk mencapai
kemandirian sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
d) Pemberian bantuan kepada pasien untuk meninggal dengan
damai.
• Bidang Pendidikan
Lingkup garapan dalam bidang pendidikan di ruang Puspa
adalah memfasilitasi perubahan perilaku baik dari segi kognitif,
afektif, maupun psikomotor dari peserta didik (mahasiswa)
dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien dengan kasus penyakit
dalam.
• Bidang Penelitian
Lingkup garapan ruang Puspa dalam bidang penelitian adalah
sebagai objek dan atau subjek penelitian dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan ruangan dan rumah sakit.
3) Basis intervensi
Basis intervensi di ruang Puspa adalah ketidaktahuan,
ketidakmampuan, dan ketidakmauan pasien, keluarga pasien,
perawat, maupun tenaga kesehatan lainnya dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia akibat gangguan yang terjadi pada pasien
dengan kasus penyakit dalam.
5. Model Layanan
Pelayanan yang diberikan oleh ruang Puspa berfokus pada pasien
dan keluarga. Metode yang dipakai dalam optimalisasi pemberian
pelayanan yaitu dengan metode tim. Dalam hal ini, perawat pelaksana
dibagi menjadi 2 tim. Pembagian beban kerja didasarkan pada jumlah
tempat tidur dengan pembagian merata. Setiap tim dipimpin oleh
seorang ketua tim. Namun, pada saat pengkajian situasional dari
tanggal
23-26 Desember 2019 didapatkan hasil bahwa pelaksanaan metode
tim tersebut belum efektif dan optimal, berkaitan dengan tidak
dijalankannya unsur-unsur yang seharusnya terdapat pada metode tim.
6. Letak Ruangan
Lokasi ruang Puspa terletak di lantai 1 bersebelahan dengan ruang
Aster RSUD dr. Slamet Garut. Ruang Puspa memiliki 14 ruangan.
7. Kapasitas Unit Ruangan
Ruang Puspa memiliki 14 ruangan. Namun hanya 10 ruang yang
berfungsi. dimana masing-masing ruangan ditempati 1 bed. Terdapat 3
ruangan yang tidak terpakai dikarenakan kondisi ruangan yang bocor
dan saluran air yang mampet. Serta terdapat 1 ruang tindakan khusus
untuk tindakan keperawatan invasif pada pasien dewasa, 1 ruang
perawat, 1 ruang linen, 1 ruang spoelhock, dan 1 ruang intalasi gas
medis.
2.2.2 Analisa Terhadap Pasien
Berdasarkan kajian situasi pada tanggal 23-26 Desember 2019,
didapatkan 10 besar penyakit di ruanganPuspa sebagai berikut:
Tabel 2.1 Daftar 10 Penyakit Terbanyak 3 bulan terakhir di Ruang Puspa
No. Nama Penyakit September -
November
2019
F
1. CHF 12
2. Lain-lain 11
3. Difteri 3
4. DM 3
5. TB Paru 3
6. CKD 3
7. GE 3
8. Pneumonia 3
9. DHF 2
10. Typhoid dan Stroke 1
Jumlah 44
2) Tingkat Ketergantungan
Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungannya menurut
Douglas (1984) yaitu:
a. Kategori I : Self care/ perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-
2 jam/hari
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
- Makanan dan minum dilakukan sendiri
- Ambulasi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
- Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
- Perawatan luka sederhana.
b. Kategori II : Intermediate care/ perawatan partial,
memerlukan waktu 3-4 jam/hari
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
- Ambulasi dibantu
- Pengobatan dengan injeksi
- Pasien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran
dicatat
- Pasien dengan infus, dan pasien dengan pleura pungsi.
c. Kategori III : Total care/ Intensif care, memerlukan waktu 5-6
jam/hari
- Semua kebutuhan pasien dibantu
- Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
- Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
• Nutrisi
- Pemberian nutrisi dilakukan 3x sehari dari bagian gizi
rumah sakit yaitu: makan pagi pukul 06.00 WIB, snack
siang jam 10.00 WIB, makan siang pukul 11.30 WIB, dan
makan sore jam 16.30 WIB.
- Makanan dari bagian gizi langsung dibagikan kepada
pasien oleh pengantar makanan dari bagian gizi. Makanan
disajikan di piring stainles.
- Makanan disajikan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan.
- Dari hasil wawancara dengan keluarga pasien, dari 4 pasien
2 pasien jarang menghabiskan makanan yang diberikan
dari bagian gizi dikarenakan mengalami penurunan
kesadaran dan keluhan mual muntah. Hasil observasi
tanggal 26 Desember 2019 terdapat 1 keluarga yang
menanyakan masalah pemasangan NGT.
• Cairan dan elektrolit
- Dari hasil observasi pada tanggal 23-26 Desember, seluruh
pasien di ruang Puspa terpasang IV cath dengan terapi
cairan asering, D5, Nacl dan ringer laktat.
• Eliminasi
- Pada tanggal 23-26 Desember 2019, tidak terdapat
pasien yang terpasang kateter. Namun, 2 orang memakai
pempers.
- Pasien yang tidak terpasang kateter, dapat BAK
menggunakan pempers dan dapat berjalan ke toilet
dengan dibantu oleh keluarga.
- Dalam pemenuhan BAB pasien menggunakan pempers
atau dapat berjalan ke toilet dengan dibantu oleh keluarga.
- Pembuangan urine dilakukan oleh keluarga pasien yang
sebelumnya telah diajarkan terlebih dahulu oleh perawat.
• Aktivitas dan Istirahat Tidur
- Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tanggal 23-26
Desember 2019, keluarga pasien menyatakan ada sebagian
yang bisa tidur dan ada yang tidak bisa karena keluhan yang
dirasakan sehingga membuat pasien sulit tidur.
• Personal hygiene
- Personal hygiene pasien sebagian besar dilakukan atau
dibantu oleh keluarga pasien tidak dilakukan oleh
perawat karena keterbatasan alat.
- Berdasarkan hasil pengkajian, kecemasan didapatkan
hasil, tiga orang pasien tidak cemas, satu orang pasien
cemas ringan.
f. Discharge Planning
Dari hasil observasi yang dilakukan, perencanaan pulang tidak
dilakukan dengan semestinya. Dari hasil wawancara yang dilakukan
dengan CI ruangan, perencanaan pasien pulang disamakan dengan
formulir atau format edukasi pasien dan keluarga selama dirawat di
ruang Puspa. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 23-26
Desember 2019 perawat melakukan evaluasi pendokumentasian pasien
pulang kepada 2 orang pasien namun tidak ditulis secara lengkap,
perawat hanya menulis keterangan pasien pulang, serta jam
berapa pasien tersebut pulang. Pasien juga tidak diberikan pendidikan
kesehatan mengenai penyakit pasien, nutrisi yang harus diberikan
selama di rumah, apa yang harus dilakukan keluarga apabila pasien
kambuh di rumah, perawat hanya memberikan surat kontrol dan hanya
memberikan informasi terkait kapan pasien harus kontrol
2. Sumber Daya / Kekuatan Kerja
1) Man
a. Struktur Organisasi
PP I PP II
Asep Sopian , S.Kep., Ners Irma Rosmayanti,
S.Kep., Ners
PA
PA
1. Nurul Alfisah, S.Kep
1. Rina Maria Fitriyati, S.Kep
2. Yuyu Yulianti, S.Kep
2. Gian Lumniary R, S.Kep., Ners
3. Yusuf Mauluddin, Amd.Kep
3. N Sri Maharani, Amd.Kep
4. Elis Kurniati, Amd.Kep
4. Hidayat, Amd.Kep
5. Cindy Mahardika, Amd.Kep
5. Riska Risviasari, S.Kep
24
b. Tenaga Keperawatan
Tenaga keperawatan yang ada di ruang Puspa berjumlah 12
orang dengan karakteristik sebagai berikut:
Tabel 2.5 Tenaga Keperawatan di Ruang Mirah
Kategori Jumlah (orang)
a. Pendidikan
- Ners 3
- S1 Keperawatan 4
- D3 Keperawatan 5
Jumlah 12
b. Jenis Kelamin
- Laki-laki 3
- Perempuan 9
Jumlah 12
c. Status Kepegawaian
- PNS 5
- Kontrak 5
d. Jenjang Karir Perawat
- PK 3 3
- PK 2 6
- PK1 3
Jumlah 12
- Tim II
Tim 2 bertugas dikamar sebelah kanan, dengan seorang
ketua tim dan 5 orang perawat pelaksana. Perawat
pelaksana pada saat dinas pagi 3 orang, dinas siang 1
orang dan dinas malam 1 orang.
3) Material
Tabel 2.6 Daftar Fasilitas di Ruang Puspa
KAMAR 2 :
• Luas kamar 4 x 5 meter
• Jumlah bed 1 semuanya terdapat bedplang
• Terdapat 1 loker, 2 sofa, dan 1 lemari besar.
• Terdapat WC duduk
• Jumlah jendela 2 buah dan yang terbuka terdapat 1 jendela
• Terdapat lampu
• Kondisi kamar bersih
• Tidak terdapat penunjuk kiblat
KAMAR 3 :
KAMAR 5
• Luas kamar 4 x 5 meter
• Jumlah bed 1 semuanya terdapat bedplang
• Terdapat 1 loker, 2 sofa, dan 1 lemari besar.
• Terdapat WC duduk
• Jumlah jendela 2 buah dan yang terbuka terdapat 1 jendela
• Terdapat lampu
• Kondisi kamar bersih
• Tidak terdapat penunjuk kiblat
KAMAR 6
• Luas kamar 4 x 5 meter
• Jumlah bed 1 semuanya terdapat bedplang
• Terdapat 1 loker, 2 sofa, dan 1 lemari besar.
• Terdapat WC duduk
• Jumlah jendela 2 buah dan yang terbuka terdapat 1 jendela
• Terdapat lampu
• Kondisi kamar bersih
• Tidak terdapat penunjuk kiblat
KAMAR 7
• Luas kamar 4 x 5 meter
• Jumlah bed 1 semuanya terdapat bedplang
• Terdapat 1 loker, 2 sofa, dan 1 lemari besar.
• Terdapat WC duduk
• Jumlah jendela 2 buah dan yang terbuka terdapat 1 jendela
• Terdapat lampu
• Kondisi kamar bersih
• Tidak terdapat penunjuk kiblat
KAMAR 8
• Luas kamar 4 x 5 meter
• Jumlah bed 1 semuanya terdapat bedplang
• Terdapat 1 loker, 2 sofa, dan 1 lemari besar.
• Terdapat WC duduk
• Jumlah jendela 2 buah dan yang terbuka terdapat 1 jendela
• Terdapat lampu
• Kondisi kamar bersih
• Tidak terdapat penunjuk kiblat
KAMAR 9
• Luas kamar 4 x 5 meter
• Jumlah bed 1 semuanya terdapat bedplang
• Terdapat 1 loker, 2 sofa, dan 1 lemari besar.
• Terdapat WC duduk
• Jumlah jendela 2 buah dan yang terbuka terdapat 1 jendela
• Terdapat lampu
• Kondisi kamar bersih
• Tidak terdapat penunjuk kiblat
KAMAR 10
• Luas kamar 4 x 5 meter
• Jumlah bed 1 semuanya terdapat bedplang
• Terdapat 1 loker, 2 sofa, dan 1 lemari besar.
• Terdapat WC duduk
• Jumlah jendela 2 buah dan yang terbuka terdapat 1 jendela
• Terdapat lampu
• Kondisi kamar bersih
• Tidak terdapat penunjuk kiblat
KAMAR 11
• Luas kamar 4 x 5 meter
• Jumlah bed 1 semuanya terdapat bedplang
• Terdapat 1 loker, 2 sofa, dan 1 lemari besar.
• Terdapat WC duduk
• Jumlah jendela 2 buah dan yang terbuka terdapat 1 jendela
• Terdapat lampu
• Kondisi kamar bersih
• Tidak terdapat penunjuk kiblat
KAMAR 12
• Luas kamar 4 x 5 meter
• Jumlah bed 1 semuanya terdapat bedplang
• Terdapat 1 loker, 2 sofa, dan 1 lemari besar.
• Terdapat WC duduk
• Jumlah jendela 2 buah dan yang terbuka terdapat 1 jendela
• Terdapat lampu
KAMAR 13
• Luas kamar 4 x 5 meter
• Jumlah bed 1 semuanya terdapat bedplang
• Terdapat 1 loker, 2 sofa, dan 1 lemari besar.
• Terdapat WC duduk
• Jumlah jendela 2 buah dan yang terbuka terdapat 1 jendela
• Terdapat lampu
32
Tabel 2.7 Daftar Peralatan di Ruang Puspa
Observasi
No Item
Ada Tidak
1 Peralatan
√
• Tensimeter
√
• Stetoskop
√
• Termometer
√
• Meteran
√
• Timbangan berat badan
√
• Suction
√
• Tabung oksigen dan manometer
√
• Standar infus
√
• Bak instrumen
√
• Bak injeksi
√
• Bengkok besar
√
• Baskom mandi
√
• Gunting verband
√
• Kursi roda
√
• Tempat sampah infeksius
• Tempat sampah non infeksius √
√
• Plester
√
• Kassa
• Bethadine √
• Alkohol √
• Saflon √
• Kapas √
• Cairan infus
√
• Obat-obatan emergensi
√
• Handscoon steril
√
• Masker
• Handscoon bersih √
33
4) Money
Ruang Puspa tidak mengatur keuangan sendiri, keuangan
diatur oleh RSU dr. Slamet Garut. Berdasarkan wawancara pada
perawat, untuk pelatihan atau seminar yang diikuti diluar RSU dr.
Slamet Garut biaya dibebankan kepada masing-masing
individu sedangkan untuk pelatihan atau seminar yang
diselenggarakan di RSU dr. Slamet Garut ditanggung oleh pihak
Rumah Sakit.
5) Marketing
Secara khusus, ruang Puspa tidak memiliki kewenangan
dalam mengatur marketing yang dilakukan oleh RS. Kegiatan
marketing terpusat dilakukan oleh manajemen RSUD dr. Slamet
Garut.
3. Lingkungan Kerja
a. Lingkungan Fisik
• Ruangan
Ruang Puspa merupakan salah satu ruang rawat inap di RSUD
dr. Slamet Garut. Keadaan ruangan secara umum yaitu sebagai
berikut:
- Lantai
Lantai berupa keramik disemua ruangan, permanen, warna
lantai krem, kondisi lantai baik, tidak licin, bersih,
dan dibersihkan setiap hari oleh petugas cleaning service.
- Dinding
Berupa tembok di semua ruangan, tembok kokoh,
permanen, warna cat putih, dinding bersih, tidak berjamur,
dan tidak mengelupas.
34
- Langit-Langit
Langit-langit berwarna putih, bersih, dan tidak berjamur.
Hal tersebut sudah sesuai dengan kriteria langit-langit
yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.
24 tahun
2016 (Kemenkes, 2016). Untuk tinggi langit-langit yang
dianjurkan di ruangan minimal 2,8 meter dan tinggi di
selasar atau koridor minimal 2,4 meter. Diperkirakan
tinggi langit-langit sudah memenuhi kriteria minimal.
- Pintu, Jendela, dan Pencahayaan
Terdapat 1 pintu masuk dan keluar di ruang Puspa dan
masing masing kamar terdapat satu pintu. Terdapat 14
buah jendela di yang berfungsi dengan baik, bisa dibuka
dan ditutup. Berdasarkan pengkajian kami, pencahayaan
di ruangan ini cukup. Terdapat 3 lampu tiap ruangan dan 6
lampu di koridor ruangan.
• Koridor
Koridor ruang Puspa tidak terdapat ruang tunggu.
• Nurse Station
Terletak di tengah koridor. Terdapat meja untuk ATK dan
terdapat 3 kursi untuk perawat dan 3 kursi untuk tamu.
• Kantor
Di sebelah kanan nurse station terdapat ruang kantor
Kepala Ruangan, di dalamnya terdapat lemari berisikan
dokumen, sebuah komputer, 2 buah meja dan kursi, sebuah rak
untuk menyimpan lembar asuhan keperawatan dan dokumen-
dokumen penting lainnya. Sebelah kiri nurse station terdapat
ruang perawat dan ruang tindakan.
• Dapur
Di ruangan Puspa tidak terdapat dapur.
• Limbah
Tempat sampah yang tersedia adalah tempat sampah infeksius
dan non infeksius sebanyak masing-masing 1 tempat sampah
disetiap ruang kamar pasien yang ditempatkan di depan kamar.
• Linen
Linen yang digunakan di ruangan Puspa mencukupi semua
jumlah kapasitas bed. Untuk pengelolaan linen kotor, linen
yang sudah kotor dibawa oleh cleaning service untuk nantinya
diserahkan ke laundry rumah sakit.
• Ruang Peralatan
Di samping nurse station terdapat ruang tindakan dan
ruang peralatan.
b. Lingkungan Non Fisik
• Hubungan Perawat dengan Perawat
Berdasarkan hasil kajian situasi, hubungan antar perawat
terlihat dapat berkomunikasi dengan baik satu sama lain. Pada
saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat
saling membantu. Selain itu, interaksi perawat terjadi pada
saat perawat melakukan tindakan keperawatan dan
pendokumentasian serta pada saat handover.
• Hubungan Perawat dengan Pasien
Perawat memiliki hubungan yang baik dengan pasien dan
keluarga. Menurut hasil kajian situasi pada tanggal 23-26
Desember 2019 didapatkan dalam tahapan interaksi dengan
pasien berupa perawat memberikan salam dan tersenyum pada
pasien dan keluarga, perawat menanyakan keluhan utama
pasien, perawat memberikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk bertanya, dan perawat menghargai pasien
ketika berbicara. Beberapa perawat menjelaskan tujuan
tindakan yang akan dilakukan, dan setelahnya perawat
memberikan pujian
kepada pasien. Namun, seringkali perawat masih lupa
untuk memperkenalkan diri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien dan keluarga,
sebagian besar keluarga pasien menyatakan hubungan dengan
perawat baik dan membantu jika pasien atau keluarga meminta
bantuan seperti untuk personal hygiene namun tidak
terlaksana karena keterbatasan alat, penggantian cairan infus,
maupun konsultasi makanan yang boleh atau tidak boleh
dikonsumsi oleh pasien.
• Hubungan Perawat dengan Mahasiswa
Berdasarkan wawancara kepada perawat dan mahasiswa,
perawat dan mahasiswa merasa hubungan dan komunikasi
terjalin dengan baik. Perawat merasa terbantu dengan adanya
mahasiswa, dan mahasiswa merasa adanya bimbingan dari
perawat sehingga mendapatkan ilmu dan pengalaman baru.
• Hubungan Perawat dengan Dokter
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dalam diskusi
rencana perawatan pasien, perawat dan dokter saling bertukar
informasi mengenai keadaan pasien. Perawat dan dokter
bersama-sama menyusun rencana perawatan pasien. Dalam
diskusi mengenai pemecahan masalah pasien, perawat atau
dokter mengemukakan kondisi pasien dan menanyakan
pendapat tentang permasalahan pasien, perawat atau dokter
bersama-sama mencari pemecahan masalah pasien. Setelah
dipastikan tindakan atau terapi yang akan dilakukan, dokter
menuliskan dan memberitahu perawat, dan perawat
mengkonfirmasi kembali serta mengusulkan beberapa hal jika
terdapat kekurangan.
Pelaksanaan sistem koordinasi sesuai dengan ketentuan di
ruangan, berdasarkan hasil observasi pada tanggal 21
September
2019, terdapat 1 perawat yang berkonsultasi dengan dokter
jaga di IGD mengenai pasien yang mengalami kegawatan dan
berdiskusi tentang perencanaan tindakan selanjutnya (operasi)
yang selanjutnya akan dikonsultasikan ke dokter bedah oleh
dokter jaga di IGD.
• Hubungan Perawat dengan Farmasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan,
komunikasi antara perawat ruangan dan farmasi terjadi
saat bagian farmasi memberikan obat tertentu ke ruangan.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 23-26 Desember
2019, belum ditemukan petugas dari bagian farmasi yang
datang ke ruang Puspa.
Jumlahlama rawat
×1
Jumlah pasienkeluar (mati dan hidup)
472
= ×1
37
= 13 hari
Jadi rata-rata lama rawat pasien di ruang Puspa pada tahun 2019
yaitu 13 hari.
3. TOI (Turn Over Interval)
TOI / rata-rata hari dimana tempat tidur tidak di tempati di
ruang Puspa yaitu 125 hari.
( jumlah tempat tidur × periode ) −hari perawatan
jumlah pasien keluar( hidup dan mati)
( 14 ×365 ) −472
=
37
= 125 hari
42
tanda gejala pasien harus dibawa - Bersama pasien dan keluarga, mengkaji faktor-
ke rumah sakit. faktor lingkungan rumah sehingga mengganggu
• Perawat memberikan surat kontrol perawatan diri (fasilitas rumah, kamar mandi);
lalu memberikan informasi terkait kapan - Berkoordinasi dengan dokter dan disiplin ilmu yang
pasien harus kontrol, dan cara meminum lain, mengkaji perlunya rujukan untuk
obat, serta hanya memberikan informasi mendapatkan perawatan di rumah atau di tempat
yang ditanyakan oleh keluarga pasien. pelayanan yang lain atau support sistem;
- Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan
larangan yang berhubungan dengan masalah
kesehatan tersebut atau pemahaman pasien terhadap
penjelasan dari fisioterpi dan ahli gizi;
- Konsultasi dengan tim kesehatan lain tentang
berbagai kebutuhan pasien setelah pulang.
• Perencanaan
Perencanaan berfokus pada kebutuhan pengajaran yang
baik untuk persiapan pulang pasien, yang disingkat
dengan METHOD yaitu:
- Medication (obat): pasien diharapkan mengetahui
jenis, jumlah obat yang dilanjutkan pasca rawat
inap.
- Environment (lingkungan): dalam proses discharge
planning dibutuhkan lingkungan yang nyaman serta
fasilitas kesehatan yang baik untuk proses
perawatan
setelah rawat inap.
- Treatment (pengobatan): perawat
memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut
setelah pasien pulang, yang dilakukan oleh pasien
dan anggota keluarga.
- Health Teaching (pengajaran kesehatan):
sebelum pasien dijadwalkan untuk pulang,
sebaiknya diberikan edukasi tentang kondisi
43
- Outpatient Referal: pasien sebaiknya mengenal
pelayanan dari rumah sakit atau komunitas lain
diluar rumah sakit yang dapat meningkatkan
perawatan berkelanjutan.
- Diet Pasien: perawat sebaiknya memberikan
edukasi tentang pola makan yang sebaiknya
dikonsumsi oleh pasien.
• Implementasi
Implementasi dalam discharge planning adalah
pelaksanaan rencana pengajaran referal. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada
catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge
summary). Instruksi tertulis diberikan kepada pasien,
penatalaksanaan dilakukan persiapan sebelum hari
pemulangan pasien dan pada hari pemulangan.
Demontrasi ulang harus memuaskan, pasien dan
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan
melakukannya dengan alat yang digunakan dirumah.
Antara lain:
- Anjurkan cara-cara merubah pengaturan fisik di
rumah sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi;
- Berikan informasi tentang sumber-sumber
pelayanan
kesehatan di masyarakat kepada pasien dan
keluarga;
- Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga
sesegera mungkin setelah pasien dirawat
dirumah sakit. Pasien dapat diberikan leaflet atau
buku;
• Evaluasi
Evaluasi sangat penting dalam proses discharge
planning digunakan untuk persiapan pasien pulang,
44
evaluasi kesiapan pasien perlu dilakukan tindakan
pada hari kepulangan diantaranya:
- Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau
berdiskusi tentang berbagai isu yang berkaitan
dengan perawatan di rumah;
- Menanyakan kepasien dan keluarga tentang
pengetahuan tentang semua proses discharge
planning yang telah di terima;
- Perikasa order pulang dari dokter tentang
resep, perubahan tindakan. pengobatan, atau alat-
alat khusus yang diperlukan;
- Menentukan pasien atau keluarga telah
mengatur transportasi untuk pulang ke rumah;
- Periksa seluruh barang pasien agar tidak tertinggal;
- Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai
instruksi dokter;
- Gunakan alat bantu untuk membawa barang-barang
pasien dan untuk mobilisasi pasien (kursi roda);
- Bantu pasien pindah dari kursi roda;
- Bantu pasien pindah dari kursi roda ke kendaraan
dan bantu untuk memindahkan barang-barang
pasien;
- Beritahu ke bagian lain tentang waktu
pemulangan pasien;
- Catat kepulangan pasien pada format ringkasan;
- Dokumentasi status masalah kesehatan saat
pasien pulang.
- Evaluasi apakah pasien dapat menjelaskan penyakit
yang diderita, pengobatan yang dibutuhkan, tanda-
tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan
kepada tim medis, dapat mendemonstrasikan
penatalaksanaan pengobatan dilanjutkan di
45
serta memastikan hambatan yang
membahayakan pasien di rumah sudah diperbaiki.
2. Pelaksanaan Dari hasil observasi dan wawancara SOP Pemasangan Infus (RSU dr. Slamet Garut) Risiko terjadi
IPSG pada tanggal 23-26 Desember 2019 1. Pengertian infeksi di rumah
didapatkan hasil: Pemasangan cairan atau obat langsung ke dalam sakit: flebitis
- Berdasarkan observasi, sebanyak 5 pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam
pasien yang terpasang infus tidak waktu yang lama dengan menggunakan infus set.
dilakukan penulisan tanggal pada 2. Tujuan
saat pemasangan infus. - Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
- Infus pengobatan dan pemberian
- Berdasarkan observasi, sebanyak 5
nutrisi
pasien tidak terpasang label atau 3. Persiapan Alat
etiket pada botol infus. - Standar infus
- Berdasarkan hasil wawancara dengan - Set infus
kepala ruangan dan 5 orang perawat - Cairan infus sesuai program
pelaksana, pergantian IV line - IV Chateter dengan ukuran yang
dilakukan setiap 3 hari sekali, akan sesuai
- Torniquet
tetapi belum berjalan sesuai jadwal
- Kapas alkohol dalam tempatnya
dan hanya dilakukan ketika infus - Sarung tangan steril
sudah mulai macet atau menunjukan - Kasa steril
gejala flebitis. - Plester
- Berdasarkan hasil observasi dan - Gunting plester
wawancara dari tanggal 23-26 - Bak steril
Desember 2019 didapatkan data - Pengalas
terdapat 1 orang pasien yang - Bengkok
mengalami flebitis, pasien - Spalk siap pakai bila perlu
mengeluh - Kasa gulung bila perlu
46
nyeri dan bengkak pada area infus. 4. Prosedur
Keluarga mengatakan bengkak sudah - Ucapkan salam, “Assalamualaikum,
sedikit berkurang karena sebelumnya ibu/bapak/adik/kakak”
- Jelaskan tujuan prosedur, ibu/bapak/adik/kakak,
sudah dikompres menggunakan air
pada saat ini saya akan memasang
hangat, dan pasien mengatakan tidak infus
ingin dipasang ulang IV cath karena - Cuci tangan
sakit. - Hubungkan cairan infus set dengan memasukan ke
- Berdasarkan hasil wawancara kepada bagian karet atau akses selang ke botol infus
pasien dan keluarga mengatakan - Klem selang infus, lalu alirkan cairan sambil
infus belum pernah diganti selama menekan buble trap dan cairan dalam buble trap
tersebut isinya mencapai setengah dari ruang
pasien dirawat.
buble
- Sebagian besar perawat sudah trap, buka klem selang hingga cairan memenuhu
melakukan teknik aseptik yaitu cuci selang dan udara selang keluar tanpa membuka
tangan saat melakukan tindakan jarum penutup selang
invasif maupun non invasif, namun - Dekatkan bengkok di sekitar tempat penusukan
tidak menggunakan handscoon saat jarum infus
melakukan tindakan pemasangan - Lakukan pembendungan dengan torniqet 10-12 cm
di atas area penusukan dan anjurkan pasien untuk
infus. menggemgam dengan gerakan sirkulasi (bila sadar)
- Hasil observasi tangal 23-26 - Gunakan sarung tangan steril
Desember 2019, sebagian besar - Lakukan penusukan pasa vena dengan bantuan ibu
perawat mencuci tangan sebelum jari regangkan area yang akan ditusuk dan posisi
kontak dengan pasien, seluruh jarum mengarah ke atas
perawat melakukan cuci tangan saat - Perhatikan keluarnya darah melalui jarum, apabila
saat penusukan terjadi pengeluaran darah melalui
akan tindakan aseptik. Perawat
jarum atau (IV) tarik keluar bagian dalam (jarum)
melakukan cuci tangan setelah kontak sementara bagian luar dorong perlahan-lahan
dengan pasien dan lingkungan pasien. memgikuti jalur vena
- Beri jarak lalu tekan dengan jari bagian atas
47
dengan selang infus buka klem lalu atur tetesan
dan kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan
- Fiksasi jarum dengan plester dimana plester tidak
menyentuh area tusukan lalu tutup kasa steri yang
telah diolesi antiseptik atau plester selanjutnya
fiksasi kembali dengan plester di atas kasa tadi
pada anak-anak dapat ditambahspalk agar tidak
mudah lepas
- Rapihkan alat-alat
- Lepaskan sarung tangan
- Cuci tangan
- Catat dan dokumentasikan respon yang terjadi
sebelum, selama dan setelah dilakukan. Juga
dokumentasikan tindakan yang diberikan paada
catatan perawatan dan catatan tanggal, waktu
pemasangan infus, jenis cairan, letak infusan,
kecepatan aliran, ukuran dan tipe jarum
- Beritahukan kepada pasien tindakan telah selesai
“ibu/bapak/adik/kakak”, pemasangan infus telah
selesai “bagaimana keadaan saudara/
ibu/bapak/adik/kakak sekarang?”, “sepertinya
sekarang saya sudah bisa meninggalkan saudara/
ibu/bapak/adik/kakak”
- Ucapkan salam “Assalamualaikum”
3. Pengelolaan Dari hasil observasi dan wawancara Metode Keperawatan Tim Ketidakefektifan
Tim pada tanggal 23-26 Desember 2019 Metode keperawatan tim merupakan metode dalam pelaksanaan
didapatkan hasil: memberikan asuhan keperawatan dimana seorang perawat metode tim
- Model asuhan keperawatan di Ruang profesional dapat memimpin sekelompok tenaga
Puspa adalah menggunakan model
48
pelayanan keperawatan tim tetapi keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif
pada kenyataannya masih belum dan kolaboratif. (Douglas, 1992)
berjalan seperti semestinya. Tujuan :
- Metode tim diaplikasikan dengan - Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
pembagian pasien berdasarkan kamar - Menerapkan penggunaan proses keperawatan
yang terdiri dari 2 wing yaitu wing sesuai standar yang berlaku
kanan bertanggung jawab untuk - Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
kamar no 1-8 dan wing kiri Konsep :
bertanggung jawab untuk kamar 9- - Ketua tim sebagai perawat profesional harus
14. mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan
- Hasil observasi menunjukan terdapat - Menggunakan komunikasi efektif agar
adanya pembentukan tim, akan tetapi rencana keperawatan terjamin
untuk aplikasinya masih kurang - Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim
efektif, misalnya pelaksanaan - Peran kepala ruangan sebagai model tim, dimana model
handover tidak dilakukan dengan tim akan berhasil jika didukung oleh kepala ruangan
langsung melihat kondisi pasien Kelebihan :
namun dilakukan di nurse station. - Dapat memungkinkan pelayanan keperawatan
- Terkait dengan timbang terima dan yang menyeluruh
ronde, selama observasi, belum - Mendukung proses keperawatan
menemukan kegiatan timbang terima - Menjaga komunikasi antar tim agar konflik mudah
secara langsung dengan melihat teratasi dan memberikan kepuasan terhadap sesama
kondisi pasien ke bed pasien, anggota tim.
melainkan melakukan di nurse Kelemahan :
station. Sedangkan untuk ronde, dari - Bentuk komunikasi berupa konferensi tim yang
hasil observasi belum menemukan biasanya membutuhkan waktu tertentu
kegiatan ronde di ruangan - Perawat yang belum terampil cenderung bergantung pada
perawat yang sudah mampu
49
- Terkait komunikasi antara katim dan - Jika pembagian tugas tidak jelas maka tanggungjawab
anggota tim ditemukan pada saat dalam tim tidak akan terwujud
shift pagi dan pergantian dari shift
pagi ke shift siang. Selanjutnya bila Proses Timbang Terima
ada hal- hal yang harus Timbang terima merupakan proses komunikasi
dikomunikasikan maka melalui keperawatan yang ada dalam manajemen antar staf
telepon atau grup di sosial media. keperawatan dalam rangka mewujudkan kesinambungan
- Supervisor tidak terlihat datang pada pelayanan serta proses interaksi staf dengan pasien,
sore hari untuk mengecek kodisi keluarga, maupn petugas lainnya dalam menjalaskan
ruangan secara umum, dan sebuah asuhan keperawatan. Hal- hal yang bersifat khusus
mengecek pendokumentasian status dan memerlukan perincian yang lengkap harus segera
pasien. didokumentasikan untuk selanjutnya diserahterimakan pada
perawat shift yang berdinas berikutnya. Harus dipersiapkan
semua kelengkapan operan, status pasien dan hal-hal lain
yang diperlukan dan semua petugas harus sudha bersiap
semua di nurse station.
Pelaksanaan :
- Kepala ruangan/ Ka. Tim / Penanggungjawab shift
memimpin operan
- Sebelum kegiatan diawali dengan
doa
- Ka. Tim/ PJ shift sebelumnya menyampaikan laporan
kegiatan shift sebelumnya yang meliputi jumlah pasien,
pasien yang perlu pengawasan/observasi ketat/konsultasi
serta kondisi lainnya yang perlu disampaikan
- Serah terima inventaris ruangan meliputi
50
diketahui oleh petugas berikutnya(sesuai petugas
yang ditunjuk)
- Perawat yang menerima laporan melakukan klarifikasi
dan tanya jawab terkait hal-hal yang kurang jelas
- Kepala ruangan / Ka.Tim/ Pj shift berikutnya menerima
laporan dan menandatangani buku komunikasi.
- Setelah laporan selesai dilanjutkan dengan doa
untuk
kelancarn yang dipimpin oleh staf yang ditunjuk.
- Khusus operan malam ke pagi, pada saat keliling
ada perawat yang memimpin berdoa didepan pasien dan
keluarga secara bergiliran
- Jika selesai operan keliling semua perawat kembali
ke
nurse station dan masuk ke kelompok timnya
masing- masing.
Ronde Keperawatan
Ronde merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat. Kllien
dilibatkan dalam membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan. Hal ini dilakukan oleh penanggungjawab
dengan melibatkan seluruh anggota tim dengan tujuan :
- Menumbuhkan cara berpikir
kritis
- Menumbuhkan pemikiran tentang keperawatan yang
berasal dari masalah pasien
- Meningkatkan validitas data pasien
51
- Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana
perawatan
- Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas tindakan yang perlu
didiskusikan. Diskusi dilakukan oleh anggota tim tentang
kasus pada salah satu pasien , dalam diskusi terdapat
pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor
atau kepala ruangan tentang masalah pasien dan rencana
tindakan yang akan dilakukan (tujuan,evaluasi, dan
perbaikan), rekomendasi penegakan diagnosis dan
intervensi keperawatan selanjutnya .
4 Pelayanan flow - Ruang Puspa sudah memiliki petunjuk SOP Transfer pasien dari ruang IGD ke Kamar Ketidakoptimalan
of care: pelaksanaan (protap) dan alur Perawatan flow of care:
• Penerimaan penerimaan pasien baru tetapi belum - Pasien diterima IGD, skrining pasien melalui triase penerimaan pasien
pasien baru berjalan dengan optimal. baru
- Bila pasien ada indikasi memerlukan rawat inap
- Tidak ada pelaksanaan hand over
dengan perawat IGD secara langsung. harus setelah ada persetujuan dari dokter dengan
Kondisi pasien diketahui oleh perawat membuat surat pengantar
ruangan dengan komunikasi dengan - Dilakukan inform consent kepada pasien atau keluarga
perawat IGD melalui telepon, dan dari - Petugas memberitahu keluarga pasien
buku status pasien dan menanyakan untuk menanyakan ketersediaan tempat atau ruangan
kejadian awal kepada keluarga pasien, ke AO
dikarenakan pasien diantar oleh
- Petugas mengisi atau melengkapi data dengan
pekarya dari IGD.
- Persiapan ruangan dilakukan setelah format suerah terima pasien dari IGD ke ruangan
pasien baru sudah sampai di ruangan - Pastikan pasien ditranfer ke ruangan dengan kondisi
Puspa. yang layak untuk di transfer
52
- Perawat tidak memperkenalkan diri - Sertakan alat yang diperlukan pasien selama transfer
- Tidak terdapat prosedur pemasangan ke ruangan
gelang identitas pasien - Melakukan identifikasi pasien di ruangan
- Pasien tidak diberikan orientasi denah
- Perawat ruagan melakukan klarifikasi ulang
ruangan Puspa
- Perawat tidak memperkenalkan tenaga- serah terima pasien
tenaga kesehatan yang ada di ruangan - Setelah dilakukan klarifikasi dan identifikasi ulang
yang dapat membantu pasien. pada pasien, perawat ruangan yang menyerahkan dan
- Pasien dan keluarga tidak mendapatkan menerima tanda tangan di format yang sudah
edukasi tentang: cuci tangan, disediakan.
pengelolaan limbah, hak dan kewajiban
pasien, etika batuk, fasilitas yang ada
diruangan.
53
3.2 Skoring Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat Inap Puspa
Tabel 3.2 Skoring Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat Inap Puspa
Masalah Urgensi Kemudahan dalam Biaya Mutu Total Ranking
Mengatasi
5. Tidak penting, Tidak mendesak 1. Sulit 1. Mahal 1. Sangat
6. Tidak penting, menndesak 2. Sedang 2. Murah rendah
7. Penting, tidak mendesak 3. Mudah 2. Sedang
8. Penting, mendesak 3. Tinggi
Ketidakoptimalan pelaksanaan 3 3 2 3 11 IV
discharge planning
Risiko terjadi infeksi rumah 4 3 2 3 12 I
sakit: Flebitis
Ketidakefektifan pelaksanaan 4 2 2 3 11 III
metode tim
Ketidakoptimalan flow of care: 3 3 2 3 11 II
penerimaan pasien baru
Ketidakoptimalan pemeliharaan 3 3 2 2 10 V
terapi bermain
3.4 Plan Of Action
Tabel 3.3 Plan Of Action Manajemen Keperawatan di Ruang Puspa
No Masalah Tujuan Perencanaan Perencanaan Operasional Waktu PJ
1. Risiko terjadi Tujuan jangka panjang: tidak terjadi Koordinasi 1. Buat media seperti poster tentang
infeksi di rumah flebitis di ruang Puspa dengan kepala derajat flebitis
sakit: flebitis Tujuan jangka pendek: ruangan dan staf 2. Sosialisasikan derajat flebitis kepada
Setelah dilakukan intervensi 5 hari ruangan yang tenaga keperawatan di ruangan
pelaksanaan IPSG depat berjalan bertugas. 3. Sosialisasikan kembali SPO
optimal dengan kriteria hasil: pemasangan infus kepada perawat
• Sosialisasi SPO pemasangan 4. Cek dalam waktu 3 hari setelah
infus kepada perawat terlaksana pemmasangan infus tanda-tanda
• Tersedianya APD terjadinya flebitis pada pasien
• Terpasang etiket pada plabot
infus
• Terpasang poster derajat
flebitis
• Tidak terjadi kejadian di
flebitis pada pasien di ruang
2. Ketidakoptimalan Tujuan jangka panjang : Koordinasi 1. Buat lembar balik yang berisikan
pelaksanaan flow Penerimaan pasien baru terlaksana dengan kepala denah dan tata tertib ruangan.
of dengan optimal. ruangan dan staf
care: penerimaan Tujuan jangka pendek setelah ruangan yang 2. Buat petunjuk arah kiblat di setiap
pasien baru dilakukan perawatan 5 harin bertugas. kamar dan slogan ”jagalah kerapihan
penerimaan pasien baru dapat dan kebersihan” pada kamar mandi
berjalan dengan optimal dengan pasien.
indikator ketercapaian: 3. Role play bersama perawat di ruang
• Terlaksana pemberian Mirah dalam pelaksanaan penerimaan
orientasi ruangan pasien baru di ruang Puspa
• Tersedia media yang digunakan
dalam penerimaan pasien baru
• Keluarga pasien mengetahui tata
tertib, denah ruang Puspa, dan
info kesehatan yang wajib
dipatuhi selama dirawat di
ruang Puspa
3. Ketidaefektifan Tujuan Jangka Panjang Optimalnya Koordinasi 1. Lakukan resosialisasi dengan kepala
pelaksanaan metode TIM ruangan dan perawat mengenai konsep
pelaksanaan dengan kepala
Tujuan Jangka Pendek : Setelah metode tim
metode tim. dilakukan intervensi selama 5 ruangan dan staf 2. Lakukan role play pelaksanaan metode
hari pelaksanaan metode TIM dapat tim
ruangan yang
berjalan optimal dengan kriteria
hasil: bertugas.
• Pengetahuan perawat tentang
metode tim meningkat
57
• Kehadiran perawat da;am
sosialisasi metode tim 80%
• Adanya perubahan kebiasaan
dalam pengelolaan tim
4. Ketidakoptimalan Tujuan jangka panjang: optimalnya Koordinasi 1. Rekomendasikan penggunaan lembar
pelaksanaan perencanaan pasien pulang dengan kepala balik atau leaflet kepada kepala
Tujuan jangka pendek:
discharge planning ruangan, humas ruangan mengenai 10 penyakit
Setelah dilakukan intervensi dalam
5 hari perencanaan pasien rumah sakit, dan terbanyak di ruang Puspa
pulang dapat optimal sesuai dengan staf ruangan yang 2. Bekerja sama dengan humas RSU dr.
SPO yang terdapat di Rumah sakit
bertugas. Slamet Garut terkait pembuatan leaflet
dengan kriteria hasil:
• Kebutuhan pasca rawat pasien 10 penyakit terbanyak di ruang Puspa
terpenuhi 3. Buat media lembar balik yang berisi
• Tersedianya lembar balik
materi edukasi terkait discharge
keperawatan untuk penyuluhan
kepada pasien dan keluarga planning 10 penyakit terbanyak di
pulang ruang Puspa
• Terdokumentasinya kegiatan 4. Roleplay pelaksanaan discharge
discharge planning bagi pasien
planning
pulang
5. Menyediakan buku untuk
mendokumentasikan kegiatan
discharge planning yang ditulis
perawat setelah memberikan asuhan
discharge planning