c. M3 (Metode)
1. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
a) Kajian teori
Menurut Grant and Massey dan Marquis & Huston, jenis
metode pemberian asuhan keperawatan telah dijabarkan sebagai
berikut:
2)Metode Fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien.
Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda
dan dilaksanakan oleh perawat yang berbeda dan
tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya
fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan luka. Metode
ini merupakan manajemen klasik yang menekankan pada
efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai
sebagai standar. Perawat senior menyibukkan diri dengan
tugas manajerialnya sedangkan asuhan keperawatan klien
diserahkan kepada perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara
fungsi tidak memberikan kepuasan kepada klien
terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang dilakukan.
Seecara kerja yang diawasi membosankan perawat karena
berorientasi pada tugas dan sisitem ini baik dan berguna
untuk situasi dimana Rumah Sakit kekurangan tenaga
perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak profesional
dan tidak berdasar pada masalah klien.
Keuntugan dari metode ini adalah:
1)Lebih sedikit membutuhkan perawat
2)Efisien
3)Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
4)Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
5)Tunggu cepat selesai
Kerugian dari metode ini adalah:
1)Tidak efektif
2)Fragmentasi pelayanan
3)Membosankan
4)Komunikasi minimal
5)Tidak holistic
6)Tidak profesional
7)Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat
39
3)Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan asuahan keperawatan
terhadap sekelompok klien. Ketua tim bertanggung jawab
membuat perencanaan dan evaluasi asuahan keperawatan
untuk semua klien yang ada di bawah tanggung jawab
timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan
kepada klien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh
ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah
staff yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah:
a)Berikan kepuasan bagi perawat dan klien
b)Kemampuan anggota tim dikenal dan di manfaatkan
secara optimal
c)Komperehensip dan holitik
d)Produktif,kerjasama,komunikasi,dan moral
Kerugian dari metode ini adalah:
a)Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
b)Membutuhkan banyak kerja sama dan komunikasi
c)Membingungkan bila komposisi tim sering di ubah
d)Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat
non professional
40
4)Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja
terbaik dalam suatu pelayanan dengan semua staff
keperawatan yang professional. Pada metode ini setiap
perawat primer memberikan tanggung jawab penuh secara
menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan mulai dari pasien masuk sampe keluar dari
rumah sakit, mendorong peraktek kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Penangung jawab dilaksanakan oleh perawat primer
(Primary/Nurse/PN). Setiap PN merawat 4-6 klien dan
bertanggung jawab terhadap klien selama 24 jam dari klien
masuk sampe dengan pulang.
Kelebihan dari modal primer ini adalah:
a)Model ini bersipat kontinu dan komprehensif dalam
melakukan proses keperawatan kepada klien
b)Perawat primer mendapat akutabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
c)Pasien merasa di manusiakan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu.
d)Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercpai
pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan,
proteksi, informasi dan advokasi.
Kelemahan dari modal ini adalah model ini hanya dapat
dilaksankan oleh perawat yang dimiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dengan kriteria:
a)Asertif
b)Mampu mengatur diri sendiri
c)Kempuan pengambilan keputusan yang tepat
d)Penguasaan klinik
e)Akuntabel dan mampu berkomunikasi dan berkolaborasi
dengan berbagai disiplin
41
c) Observasi
Dari hasil Observasi yang dilakukan oleh Rista Agus
Kurdani Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram bahwa bentuk
metode asuhan keperawatan ruangan yaitu memakai metode Tim dan
Masing-masing perawat Asosiatif mempunyai kepala shif dengan
mempunyai tanggung jawab dari pasien masuk sampai pasien
pulang, Namun Penerapan Tim belum dimaksimalkan seperti katim
tetap masi belum di atur dan juga struktur masi belum
terbentuk.
d) Masalah
Dari hasil yang dilakukan oleh Rista Agus Kurdani
Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram observasi dan
wawancara dapat diketahui bahwa model pelaksanaan asuhan
keperawatan Diruang PERISTI memakai metode Tim yaitu
menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuahan keperawatan terhadap sekelompok
klien. Tapi metode tim masi belum murni di terapkan karna
belum adanya penetapan katim yang jelas dan ruangan Peristi
belum mempunyai Struktur Organisasi tim.
b)Wawancara
c)Observasi
d)Masalah
secara optimal, dan juga masi ada SOP yang belum ada di
ruangan.
3. Timbang Terima
a. Wawancara.
Berdasarkan hasil wawancara dan dengan beberapa perawat
diruang Peristi RSUD Awet Mudah Narmada prosedur timbang
terima selama ini di lakukan pada setiap pergantian shift
dengan model SOAP. Pada saat observasi selama 3 hari di
ruang Peristi diadakan timbang terima sudah berjalan sesuai
tahapan timbang terima dilakukan seefektif mungkin dengan
secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum
dan perkembangan pasien saat itu.
b. Analisa data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan selama 3 hari pengkajian tentang timbang terima
di Ruang PERISTI RSUD Awet Mudah Narmada sudah cukup
44
PASIEN
tindakan
Tindakan
Masalah
1. Teratasi
2. Belum teratasi
3. Teratasi sebagian
4. Muncul masalah baru
45
c. Kajian teori
Timbang terima sering disebut dengan operan atau over
hand. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum
dan perkembangan saat itu Informasi yang disampaikan harus
akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna.
Tujuan Umum: Mengkomunikasikan keadaan pasien dan
menyampaikan informasi yang penting.
Tujuan Khusus:
1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
2) Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
3) Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti
oleh perawat dinas berikutnya
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
Manfaat bagi perawat :
1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
2) Menjalin suatu hubungan kerjasama dan
bertanggungjawab antar perawat
3) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara
paripurna
4) Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima
pasien
5) Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan
keperawatan
6) Menimbulkan rasa aman
7) Meningkatkan percaya diri/bangga
Manfaat bagi pasien:
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap
46
a) Efek fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif
tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu
istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.
Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan
mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan.
b) Efek psikologis
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan
keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang, kecil
kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu
48
5. Discharge Planning
a. Kajian teori
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan
komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang
diperlukan klien secara berkelanjutan dan bantuan untuk
perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat
tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau
(Doenges & Moorhouse)
( ) ( )
54
Perawat
Pasien selama Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yang lain
Docter
dirawat Melakukan asuhan keperawatan
Tim kesehatan
Penyuluhan kesehatan: penyakit, perawatan, pengobatan,
lain
diet, aktivitas, control
b. Wawancara
Hasil dari Wawancara oleh Rista Agus Kurdani Mahasiswa
Profesi Ners Stikes Mataram Discharge planning telah
dilaksanakan namun perlu ditingkatkan. Pelaksanaan Discharge
planning di ruang peristi masih dilakukan secara lisan, belum
menggunakan flipshart, media gambar / lembar balik maupun
leaflet yang dapat dibawa pulang oleh pasien atau keluarga
pasien sebagai media untuk perawatan pasien secara mandiri di
rumah (perawatan lanjutan).
c. Observasi/Analisa data
Pelaksanaan discharge planning sudah terlaksana namun metode
yang digunakan masih belum optimal yaitu masih berupa lisan
tanpa adanya media sebagai alat bantu. Media penyampaian
informasi berkaitan dengan perawatan seperti lembar balik/
gambar dan leaflet untuk membantu pemahaman pasien terhadap
penyampaian informasi yang telah diberikan bidan maupun
perawat terhadap perawatan yang harus dilakukan saat pasien
sudah berada di rumah.
d. Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan
kesenjangan antara teori dan pengaplikasian diruangan yaitu
Pelaksanaan discharge planning sudah terlaksana namun metode
yang digunakan masih belum optimal yaitu masih berupa lisan
tanpa adanya media sebagai alat bantu.
6. Ronde Keperawatan
a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh rista agus
kurdani dengan kepala ruangan peristi, bahwa ronde keperawatan
belum pernah dilakukan, dikarenakan belum ada kasus yang perlu
diadakan ronde keperawatan dan ruangan peristi tergolong masi
baru.
56
b. Kajian Teori.
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan disamping klien,
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus
tertentu yang dilakukan oleh perawat primer, kepala ruangan,
perawat associate serta melibatkan seluruh anggota tim.
1) Kriteria klien yang dilakukan ronde:
(a) Klien dengan masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan
(b) Klien dengan kasus baru atau langka
2) Karakteristik:
(a) Klien dilibatkan secara langsung.
(b) Klien merupakan fokus kegiatan.
(c) PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
(d) Konselor memfasilitasi kreatifitas.
(e) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP untuk
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
3) Prosedur Pelaksanaan Ronde Keperawatan
(a) Persiapan
(1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelumnya waktu
pelaksanaan ronde.
(2) Pemberian informed consent kepada klien/keluarga.
(b) Pelaksanaan ronde:
(1) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer
dalam hal ini penjelasan difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau
telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang
perlu didiskusikan.
TAHAP PRA PP
RONDE
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien:
Inform Concernt
Hasi Pengkajian/ Validasi
data
validasi data
TAHAP RONDE PADA BED KLIEN
Diskusi PP-PP,
Konselor,KARU
Kesimpulan dan
rekomendasi
solusi masalah
Dokter
Kordinasi dengan
Farmasi/apotik perawat
Keluarga pasien
- Surat perstujuan
setralisasi obat dari
PP/Perawat yang menerima perawat
- Lembar serah terima
obat
- Buku serah
terima/masuk obat
Pasien/keluarga Perawat
Pembagian Obat
b. Wawancara
Berdasarkan wawancara alur sentralisasi obat yang
terdapat di Ruang PERISTI RSUD Awet Mudah Narmada berawal
dari dokter, kemudian diberikan kepada perawat/bidan, lalu
diberikan kepada farmasi/apoteker, kemudian obat diserahkan
kepada perawat/bidan, selanjutnya Perawat menyimpan dilemari
obat (loker) dan diberikan kepada pasien pada sat waktunya
pemberian obat.
64
c. Observasi
Berdasarkan Observasi dilakukan oleh Rista Agus
Kurdani mahasiswa stikes mataram bahwwa Alur sentralisasi
Obat kurang sesuai dengan tahapan yang ada di teori, dimana
keluarga pasien tidak mengambil sendiri ke apoteker,
sehingga apoteker tidak memberikan penjelasan terkait obat
kepada keluarga pasien.
d. Masalah
Berdasarkan hasil Wawancara dan observasi, didapatkan
bahwa Alur sentralisasi Obat kurang sesuai dengan tahapan
yang ada di teori, dimana keluarga pasien tidak mengambil
sendiri ke apoteker, sehingga apoteker tidak memberikan
penjelasan terkait obat kepada keluarga pasien.
8. Supervisi
a. Kajian Teori
Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu
fungsi pokok manager berupa proses pemberian sumber-sumber
yang dibutuhkan perawat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
untuk pencapaian tujuan, meliputi: 1) Langkah-langkah
supervisi, 2) Prinsip supervisi, 3) Peran dan fungsi
supervisi, 4) Tugas supervisi, dan 5) Teknik supervisi.
1) Langkah-langkah Supervisi:
- Pra supervisi
(a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan
disupervisi.
(b) Supervisor menetapkan tujuan supervisi, instrumen.
- Supervisi
(a) Supervisor ikut dalam pendokumentasian kegiatan
pelayanan bersama-sama PP dan PA.
(b) Supervisor meneliti dokumentasi status pasien.
(c) Supervisor mendapatkan hal-hal yang perlu dilakukan
pembinaan.
(d) Supervisor memanggil PP dan PA yang perlu dilakukan
pembinaan.
(e) Supervisor mengklasifikasi permasalahan yang ada.
65
6) Alur Supervisi
Kabid Perawatan
Kasi
Perawatan
KabidPerawat
an
Menetapkan kegiatan dan tujuan
Karu
serta instrument / alat ukur
supervi
b. Wawancara
c. Observasi
Berdasarkan Hasil Observasi yang dilakukan oleh Rista
Agus Kurdani Mahasiswa Stikes Mataram bahwa supevisi ruang
sudah dilakukan dengan cara bersifat tidak langsung.