Anda di halaman 1dari 11

e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING


BERBASIS LINGKUNGAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR
KREATIF DAN PENGUASAAN KONSEP IPA KELAS V
SD GUGUS VIII KECAMATAN ABANG

I Ketut Neka, A.A.I.N. Marhaeni, I Wayan Suastra

Program Studi Pendidikan Dasar


Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail :{neka.ketut@pasca.undiksha.ac.id,ngurah.marhaeni@pasca.undiksha.ac.id,
suatra.wayan@pasca.undiksha.ac.id,}

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kreatif dan
penguasaan konsep IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan siswa yang mengikuti model Pembelajaran Langsung. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan Pretest-Posttest Control Group
Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gugus VIII Kecamatan Abang.
Sampel diambil dengan cara random sampling. Data keterampilan berpikir kretif dan
penguasaan konsep IPA diukur dengan menggunakan tes. Data yang terkumpul
dianalisis dengan Manova. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat dibuat
beberapa simpulan yaitu: 1) Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif dan
penguasaan konsep IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbasis lingkungan dengan siswa yang belajar dengan model
pembelajaran langsung; 2) Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara
siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis lingkungan
dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung; 3) Terdapat
perbedaan penguasaan konsep IPA antara siswa yang belajar dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis lingkungan dengan siswa yang belajar
dengan model pembelajaran langsung.

Kata-kata kunci : keterampilan berpikir kreatif, model Pembelajaran inkuiri terbimbing,


dan penguasaan konsep IPA

Abstract
This research aims to determine the effect of environment-based guided inquiry learning
model towards creative thinking skill and science concept mastery of fifth grade
elementary school students in cluster VIII sub-district Abang. To achieve this goal,
experimental research was conducted and population in this research were fifth grade
elementary school students cluster VIII sub-district Abang. Data collected involving
creative thinking skill data and science concept mastery data. Data gathered were
analyzed using MANOVA. The findings were: First, there is a difference in creative
thinking skill and science concept mastery between students who followed environment-
based guided inquiry learning model with students who followed direct learning model.
Second, there is a difference in creative thinking skill between students who followed
environment-based guided inquiry model with students who followed direct learning
model. Third, there is a simultaneous difference in creative thinking skill and science
concept mastery between students who followed guided inquiry learning based on
environment with students who followed direct learning model.

Keywords : creative thinking skill, environment-based guided inquiry learning model,


science concept mastery

1
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

PENDAHULUAN mendapatkan pemahaman dan


IPA sebagai produk dan proses kompetensi dengan cara mengamati dan
berpotensi untuk memainkan peranan melakukan secara langsung segala
strategis menyiapkan sumber daya sesuatu yang ada di lingkungan sekitar,
manusia dalam menghadapi era baik sekolah maupun rumah.
industrialisasi dan globalisasi. Peranan Pembelajaran dengan pendekatan
IPA strategis karena IPA menanamkan lingkungan pada hakikatnya mendekatkan
kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah dan memadukan peserta didik dengan
yang kritis, kreatif, dan mandiri; lingkungannya. Dengan demikian peserta
membudayakan berpikir ilmiah secara didik memiliki rasa cinta, peduli, dan
kritis, kreatif, dan mandiri (Trihastuti, tanggung jawab terhadap lingkungan.
2008). Disamping itu, IPA memiliki tujuan Pembelajaran dengan pendekatan
untuk memahami berbagai gejala alam, lingkungan dapat meningkatkan life skill
konsep, dan prinsip IPA yang bermanfaat peserta didik. Life skill tersebut digunakan
dan dapat diterapkan dalam kehidupan untuk mempertahankan lingkungan dan
sehari-hari; mengembangkan pemahaman mengembangkan diri secara optimal
dan kemampuan IPA untuk menunjang (Mulyasa, 2008). Pendayagunaan
kompetensi produktif; meningkatkan lingkungan dalam pembelajaran harus
kesadaran untuk berperan serta dalam disesuaikan dengan perkembangan
memelihara, menjaga, dan melestarikan peserta didik, sehingga kreativitas
lingkungan serta sumber daya alam berpikirnya dapat ditingkatkan.
(Permendiknas 22 Tahun 2006). Kreativitas bisa dikembangkan
Penekanan pembelajaran IPA dengan penciptaan pembelajaran yang
adalah pemberian pengalaman secara dapat mengembangkan kreativitasnya.
langsung untuk mengembangkan Orang kreatif adalah orang-orang yang
kompetensi menjelajahi dan memahami mampu melakukan sesuatu yang baru,
alam sekitar secara ilmiah. Penekanan tidak hanya mengulang yang telah dikerja-
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kan oleh generasi yang lain. Orang yang
kemampuan siswa. Kemampuan siswa kreatif menemukan sesuatu baik yang
semakin kuat apabila dalam belum ada maupun yang sudah ada
pembelajaran, mampu menumbuhkan (Supriadi, 2001). Tingkat perkembangan
kemampuan berpikir logis, berpikir kritis, kreativitas peserta didik juga ditentukan
kreatif, berinisiatif, dan adaptif terhadap oleh perkembangan kognitif anak.
perubahan dan perkembangan (Trihastuti, Tahapan-tahapan perkembangan
2008). Kemampuan-kemampuan siswa kognitif anak dibagi menjadi empat seperti
seperti itulah yang diharapakan dalam yang dikemukan oleh Piaget. Tingkat
pelajaran IPA modern (Iskandar, 1997). perkembangan tersebut adalah tahap
Pemberlakuan KTSP di sekolah sensorimotor (sejak lahir sampai dua
memberikan otonomi yang luas bagi tahun), tahap praoperasi (2-7 tahun),
sekolah atau guru untuk mengembangkan tahap operasi konkret (7-11 tahun), dan
pembelajaran sesuai dengan karakteristik tahap operasi formal (11 tahun -
siswa dan sumber belajar yang ada di seterusnya) (Suparno, 2001). Teori Piaget
lingkungannya. Pemberdayaan sangat membantu memahami
lingkungan sekolah merupakan suatu perkembangan intelektual peserta didik.
pendekatan yang berusaha untuk Dengan demikian guru dapat menentukan
meningkat-kan keterlibatan peserta didik strategi yang sesuai dengan
melalui pendayagunaan lingkungan perkembangan kognitif peserta didik.
sebagai sumber belajar. Pendekatan ini Oleh karena itu, dalam proses
akan menjadi kegiatan pembelajaran yang pembelajaran pemilihan model
menarik perhatian peserta didik. Materi pembelajaran hendaknya memperhatikan
pelajaran menjadi sangat kontekstual tingkatakan perkembangan kognitif siswa
dengan kehidupan dan sangat bermanfaat terssebut. Disamping memperhatikan
bagi lingkungan ( Mulyasa, 2008). perkembangan kognitif anak, model
Belajar dengan pendekatan pembelajaran harus memberikan nuansa
lingkungan berarti peserta didik baru dalam belajar bagi siswa. oleh

2
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

karena itu, model pembelajaran inkuiri mengembangkan pikirannya hanya


dirasa tepat sebagai fasilitas belajar dengan menggunakan potensinya. Bruner
siswa. menekankan bahwa hanya orang-orang
Pembelajaran inkuiri memberikan yang belajar teknik inkuiri mempunyai
kesempatan untuk menemukan sesuatu kesempatan menemukan oleh dirinya
yang baru. Di dalam pembelajaran sendiri. Melalui inkuiri terbimbing, siswa
penemuan berarti kegiatan melibatkan akan memperlambat cara belajarnya agar
hal-hal sebagai berikut 1) siswa pertama mereka dapat mengorganisasikan dan
dapat menemukan sesuatu yang berarti melakukan investigasi dengan baik. Hasil
khusus bagi pebelajar. 2) siswa merasa yang paling besar dalam dalam inkuiri
ada sesuatu tambahan dari sebelumnya terbimbing adalah pembelajaran akan
yang belum diketahui melalui diskusi, dan membantu retensi memori dan dapat
3) siswa mensintesa informasi yang di- diterapkan dengan mudah pada situasi
peroleh untuk menginterpretasikan baru. Jika siswa menemukan atau
sesuatu yang khusus (Arifin, dkk., 2003). membangun pengetahuan secara
Keterampilan dalam mencari tahu dan indipenden, maka siswa akan mengingat
berbuat tersebut dinamakan inquiry skill pengetahuan tersebut lebih lama, dan
(BSNP, 2006). sebaliknya. Penelitian Glaser
Pembelajaran inkuiri sangat sesuai menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri
dengan IPA. IPA untuk anak-anak SD terbimbing sangat membantu
didefinisikan: mengamati apa yang terjadi, perkembangan pemecahan masalah,
mencoba memahamai apa yang terjadi, kreativitas, dan belajar independen
mempergunakan pengetahuan baru untuk (Redhana, 2009) dan keterampilan
meramalkan apa yang akan terjadi, dan berpikir siswa.
menguji ramalan-ramalan di bawah Keterampilan berpikir, dapat
kondisi-kondisi untuk melihat apakah dikelompokkan menjadi keterampilan
ramalan tersebut benar (Iskandar, 1997). berpikir dasar dan keterampilan berpikir
Pembelajaran inkuiri yang sesuai dengan kompleks (Presseisen dalam Sunarya, et
anak-anak SD adalah pembelajaran inkuiri al., 2001). Keterampilan berpikir kompleks
terbimbing. Karena anak-anak SD belum dikenal sebagai keterampilan berpikir
berpengalaman dengan pembelajaran tingkat tinggi, yang dikategorikan menjadi
inkuiri (Suastra, 2009). empat kelompok yaitu: pemecahan
Pada pembelajaran inkuiri masalah, pembuatan keputusan, berpikir
terbimbing, guru mengajukan masalah kritis, dan berpikir kreatif (Costa, 1985).
dan siswa menentukan proses dn Lebih lanjut dijelaskan bahwa berpikir
solusinya. Pembelajaran inkuiri terbimbing kritis dan berpikir kreatif memiliki pola
sangat penting diterapkan: 1) yang bertolak belakang satu dengan yang
menginginkan siswa menjadi seorang lain, karena itu akan sangat bermanfaat
yang literasi sains/teknologi dan dapat jika digunakan secara bergantian dalam
memecahkan masalah, sehingga siswa pembelajaran. Berpikir kritis
harus berpartisipasi secara aktif pada menggunakan dasar menganalisis
jenjang yang sesuai dalam aktivitas sains argumen dan memunculkan wawasan
dengan bantuan dan bimbingan guru, 2) terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi.
pembalajaran ini sangat penting bagi Pola berpikir ini mengembangkan
siswa yang masih muda (siswa kelas penalaran yang kohesif, logis, dapat
rendah), karena mereka membutukan dipercaya, ringkas dan meyakinkan
pengalaman belajar secara konkret (Ennis, 1985).
(Redhana, 2009). Dipihak lain berpikir kreatif
Jerome Bruner menyatakan empat menggunakan dasar pengembangan dan
alasan menggunakan pembelajaran inkuiri penemuan ide yang asli, estetis dan
terbimbing, yaitu: potensi intelektual, motif konstruktif yang menekankan pada
intrinsik, heuristik belajar inkuiri, dan berpikir intuitif untuk memunculkan
konservasi memori. Dengan potensi persepektif asli pemikir (Costa, 1985;
intelektual, Bruner menyatakan bahwa Perkins, 1985).
seorang individu belajar dan

3
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

Kreativitas lebih banyak mengarah Berdasarkan paparan tersebut,


pada konsep berpikir dan bertindak yang maka peneliti melkukan penelitian di
baru (think new and doing new). Gugus VIII Kecammatan Abang dengan
Kreativitas merupakan sumber yang mengenerapkan model pembelajaran
terpenting dari kekuatan persaingan inkuiri terbimbing untuk mengetahui
karena lingkungan cepat sekali berubah. pengaruhnya terhadap keterampilan
Untuk dapat memberikan respon atau berpikir kreatif dan penguasaan konsep
tanggapan perubahan manusia harus IPA siswa kelas V.
kreatif (Suryana, 2003). Sejalan dengan penelitian
Kreativitas dirumuskan dalam tersebut, maka penelitian ini bertujuan
istilah pribadi (person), proses (process), untuk menentukan pengaruh model
dan produk (product). Kemudian pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
berkembang sehingga kreativitas dapat lingkungan terhadap keterampilan berpikir
pula ditinjau dari kondisi pribadi dan kreatif dan penguasaan konsep IPA di
lingkungan yang mendorong (press) kelas V SD Gugus VIII Kecamatan Abang.
individu ke perilaku kreatif. Dengan Dengan demikian pembelajaran menjadi
demikian definisi tentang kreativitas kontekstual dengan kehidupan peserta
dikenal sebagai four P’s of creativity: didik.
Person, Process, Press, Product
(Susiana, 2008). METODE
Berdasarkan dimensi pribadi, Rancangan adalah kuasi
kreativitas merupakan sesuatu yang unik eksperimen. Populasi dalam penelitian ini
dari kepribadian seseorang, hasil interaksi adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus
antara intelegensi, gaya kognitif dan VIII, Kecamatan Abang, Kabupaten
kepribadian / motivasi. Berdasarkan Karangasem pada tahun pelajaran
ungkapan pribadi tersebut diharapkan 2014/2015. Variabel dalam penelitian ini
timbul ide-ide baru dan produk-produk dapat dikelompokkan menjadi variabel
yang inovatif (Susiana, 2008). bebas (X) dan variabel terikat (Y).
Berdasarkan dimensi proses, Variabel bebas (X) adalah model
proses kreatif pada dasarnya menyerupai pembelajaran, yaitu model pembelajaran
langkah-langkah dalam metode ilmiah, inkuiri terbimbing berbasis lingkungan dan
yaitu merasakan adanya masalah, model pembelajaran langsung. Variabel
membuat dugaan, menguji dugaan, dan terikat (Y) adalah keterampilan berpikir
menyampaikan hasil. Berdasarkan kreatif dan penguasaan konsep IPA kelas
dimensi proses tersebut maka siswa perlu V SD. Varibel bebas, model pembelajaran
diberi kesempatan untuk bersibuk sendiri inkuiri terbimbing berbasis lingkungan
secara kreatif (Susiana, 2008). dibandingkan dengan model
Berdasarkan dimensi produk, pembelajaran langsung. Varibel terikat,
kreativitas adalah suatu ciptaan yang baru pemahaman konsep IPA kelas V SD dan
(orisinal) dan bermakna yang relatif keterampilan berpikir kreatif yang diukur
berbeda dengan yang telah ada dengan tes yang dikembangkan oleh
sebelumnya baik gagasan maupun karya peneliti. Data yang akan dikumpulkan
nyata. Kondisi yang memungkinkan dalam penelitian ini adalah data
seseorang menciptakan produk kreatif pemahaman konsep IPA kelas V SD dan
yang bermakna adalah kondisi pribadi dan keterampilan berpikir kreatif siswa. Data
lingkungan yang mendorong seseorang tersebut diperoleh melalui tes
untuk melibatkan dirinya dalam proses keterampilan berpikir kreatif siswa dan tes
kreatif. Produk dikatakan kreatif apabila, pemahaman konsep IPA Kelas V SD.
produk tersebut bersifat baru, unik, Data hasil penelitian dengan
berguna, benar atau bernilai dilihat dari menggunakan Manova (multivariate
segi keutuhan tertentu; lebih bersifat analysis of variance). Perhitungan
heuristik, yaitu menampilkan metode yang dilakukan dengan menggunakan bantuan
belum pernah atau jarang dilakukan orang SPSS 13.0 for windows dengan kreteria
lain sebelumnya (Supriadi, 2001). pengujian taraf signifikansi F = 5 %
(Candiasa, 2004:61).

4
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

HASIL DAN PEMBAHASAN pembelajaran langsung, (3) kelompok


Varibel terikat dalam penelitian ini A1Y2 yaitu penguasaan konsep kelompok
adalah pemahaman konsep IPA dan siswa yang belajar dengan menggunakan
keterampilan berpikir kreatif siswa sebagai pembelajaran inkuiri berbasis lingkungan,
hasil treatment antara penerapan model dan (4) kelompok A2Y2 yaitu penguasaan
pembelajaran inkuiri berbasis lingkungan konsep kelompok siswa yang belajar
dan model pembelajaran langsung. dengan menggunakan pembelajaran
Penelitian ini menggunakan analisis langsung. Data yang dianalisis adalah
multivariat. Berdasarkan rasional tersebut, peningkatan antara skor pre-test dan skor
maka data dalam penelitian ini dapat post-test pemahaman konsep IPA dan
dikelompokkan menjadi: (1) kelompok keterampilan berpikir kreatif (gain score).
A1Y1 yaitu keterampilan berpikir kreatif Penghitungan ukuran sentral
kelompok siswa yang belajar dengan (rerata, modus, median) dan ukuran
model pembelajaran inkuiri berbasis penyebaran data (standar deviasi) untuk
lingkungan, (2) kelompok A2Y1 yaitu data gain score penguasaan konsep IPA
keterampilan berpikir kreatif kelompok dan keterampilan berpikir kreatif disajikan
siswa yang yang belajar dengan pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Statistik Data Hasil Penelitian

Deskriptif Statistik A1Y1 A1Y2 A2Y2 A2Y2


Mean 0,47 0,47 0,34 0,34
Median 0,50 0,50 0,30 0,35
Mode 0,40 0,40 0,30 0,40
Std. Deviation 0,17 0,15 0,20 0,15
Range 0,60 0,60 0,80 0,60
Berdasarkan Tabel 1, tampak pembelajaran inkuiri berbasis lingkungan
bahwa data pemahaman konsep IPA memiliki rata-rata gain score sebesar
siswa yang belajar dengan menggunakan 0,47, sedangkan data keterampilan
model pembelajaran inkuiri berbasis berpikir kreatif siswa yang belajar dengan
lingkungan memiliki rata-rata gain score menggunakan model pembelajaran
sebesar 0,47, sedangkan data langsung memiliki rata-rata gain score
pemahaman konsep IPA siswa yang sebesar 0,34. Oleh karena itu dapat
belajar dengan menggunakan model dinyatakan bahwa rata-rata gain score
pembelajaran langsung memiliki rata-rata keterampilan berpikir kreatif siswa yang
gain score sebesar 0,34. Oleh karena itu belajar dengan model pembelajaran inkuiri
dapat dinyatakan bahwa rata-rata gain berbasis lingkungan lebih besar
score pemahaman konsep IPA siswa dibandingkan dengan rata-rata gain score
yang belajar dengan model pembelajaran keterampilan berpikir kreatif siswa yang
inkuiri berbasis lingkungan lebih besar belajar dengan model pembelajaran
dibandingkan dengan rata-rata gain score langsung. Perbandingan gain score
pemahaman konsep IPA siswa yang pemahaman konsep siswa untuk
belajar dengan model pembelajaran kelompok model pembelajaran dapat
langsung. diiktisarkan seperti Tabel 2.
Tabel 1 menyajikan bahwa data
keterampilan berpikir kreatif siswa yang
belajar dengan menggunakan model

5
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

Tabel 2. Perbandingan Gain Score Siswa

No Data
Gain score Kualifikasi
Model pembelajaran inkuiri 0,47 Sedang
Model pembelajaran
0,34 Sedang
langsung

Berdasarkan Tabel 2, tampak permasalahan yang dihadapi baik melalui


bahwa rata-rata gain ternormalisasi percobaan atau pencatatan informasi
pemahaman konsep model pembelajaran dengan memanfaatkan sumber
inkuiri berbasis lingkungan memiliki lingkungan. Melalui inkuiri terbimbing,
kualifikasi yang sama dengan rata-rata peserta didik mendapat pengalaman
gain ternormalisasi model pembelajaran langsung dalam mengkonstruksi
langsung, namun secara kuantitatif rata- pengetahuan yang telah mereka miliki.
rata gain score model pembelajaran inkuiri Dalam pembelajaran inkuiri, siswa
berbasis lingkungan (0,47) berbeda didorong untuk terlibat aktif dalam mencari
dengan rata-rata gain ternormalisasi informasi sebanyak-banyaknya melalui
model pembelajaran langsung (0,34). percobaan sehingga pembelajaran
Signifikansi perbedaan rata-rata gain menjadi bermakna, guru hanya
ternormalisasi akan diuji dengan analisis memberikan petunjuk-petunjuk
multivarat. seperlunya. Peserta didik yang terlibat
Berdasarkan hasil Manova nilai- aktif dalam pembelajaran dapat
nilai statistik Pillai's Trace, Wilks' Lambda, menunjukkan kreativitas peserta didik
Hotelling's Trace, Roy's Largest Root untuk terus belajar menemukan hal-hal
menunjukkan nilai Fhitung = 13,185 dengan yang baru. Hal ini ditandai dengan
taraf signifikansi kurang dari 0,05. Dengan kebebasan berpikir dan berimajinasi tanpa
demikian H0 yang menyatakan bahwa ikatan-ikatan aturan berpikir konvensional.
“tidak terdapat perbedaan keterampilan Kemampuan berpikir kreatif merupakan
berpikir kreatif dan penguasaan konsep suatu proses dari tiga dimensi
IPA kelas V SD antara siswa yang kemampuan intelektual serta unsur-
mengikuti model pembelajaran inkuiri unsurnya yang beroperasi secara melalui
terbimbing berbasis lingkungan dengan berpikir divergen dengan bahan-bahan
siswa yang mengikuti model yang membentuk gambar, lambang,
pembelajaran langsung”, ditolak. Ini bahasa, perilaku, atau kombinasinya
berarti H1 yang menyatakan bahwa (Suastra, 2007). Berpikir kreatif adalah
“terdapat perbedaan keterampilan berpikir berpikir divergen yang menekankan pada
kreatif dan penguasaan konsep IPA kelas kegiatan pencarian jawaban melalui
V SD antara siswa yang mengikuti model kebebasan berpikir yang tersebar
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kesegala arah untuk menemukan
lingkungan dengan siswa yang mengikuti berbagai alternatif jawaban terhadap
model pembelajaran langsung”, diterima. suatu permasalahan (Surya, 2003).
Jadi hasil penelitian ini mengindikasikan Konsep adalah gagasan atau abstraksi
terdapat perbedaan gain score yang dibentuk untuk menyederhanakan
keterampilan berpikir kreatif dan lingkungan di sekitar kita (Depdiknas,
penguasaan konsep IPA antara siswa 2004). Konsep dibentuk dengan
yang dibelajarkan dengan model menggolongkan hasil-hasil pengamatan
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis dalam suatu katagori tertentu.
lingkungan dengan siswa yang Penggolongan didasarkan pada
dibelajarkan dengan model pembelajaran kesamaan dan mengesampingkan
langsung. perbedaan-perbedaan.
Dalam model pembelajaran inkuiri Konsep disebut abstraksi karena
terbimbing, seorang pendidik memberikan konsep menyatakan proses abstraksi
dorongan kepada peserta didik untuk (penggambaran) pada berbagai
menemukan jawaban sendiri atas pengalaman aktual. Konsep tersusun

6
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

sebagai penggambaran mental atas langsung (X = 0,34). Hal ini


pengalaman yang diamati, yang didasari mengindikasikan bahwa dalam
oleh berbagai fakta sehingga konsep pencapaian pemahaman konsep, model
memiliki kedudukan di atas fakta-fakta pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
tersebut. lingkungan memberikan hasil yang lebih
Model pembelajaran konvensional baik dibandingkan dengan model
lebih banyak didominasi oleh peran guru pembelajaran langsung.
daripada peran siswa. Siswa menjadi Hasil penelitian ini sejalan dengan
pasif dan tidak mengkonstruksi penelitian yang telah dilakukan
pengetahunnya sendiri. Siswa tidak sebelumnya oleh Ardhana, dkk dan Sadia.
mencari pemecahannya dari suatu Ardhana, dkk.,2005 dalam penelitiannya
masalah dengan melakukan pengamatan mengungkapkan bahwa tingkat
langsung sehingga siswa akan merasa keterampilan berpikir siswa kelas V SD
bosan dan tidak tertarik. peserta didik pada pelajaran IPA masih tergolong
tidak menemukan sendiri jawaban atas sangat rendah. Dalam laporannya,
permasalahan yang mereka hadapi, Ardhana menyimpulkan bahwa: 1)
sehingga tidak memunculkan dan pendekatan pembelajaran kontekstual
mengembangkan minat belajar siswa. belum terimplementasikan dalam
Selanjutnya diuji perbedaan pelajaran IPA, 2) guru paling sering
masing-masing data dengan one way menggunakan metode ceramah, 3)
anova. Berdasarkan analisis, diperoleh kegiatan pembelajaran IPA di kelas
nilai Fhitung (8,697) lebih besar dari Ftabel seperti guru menerangkan, siswa
(3,98) maka H0 yang menyatakan bahwa mencatat atau meringkas materi
“Tidak terdapat perbedaan keterampilan pelajaran, menjawab soal-soal latihan di
berpikir kreatif kelas V SD antara siswa buku atau membahas pekerjaan rumah
yang mengikuti model pembelajaran (PR), 4) pembelajaran belum
inkuiri terbimbing berbasis lingkungan diorientasikan pada masalah-masalah
dengan siswa yang mengikuti model aktual, 5) aktivitas belajar untuk
pembelajaran langsung”, ditolak. Dengan mengamati di lingkungan sekitar siswa
kata lain, hipotesis alternatif (H1) yang sangat jarang dilakukan, dan 6) strategi
menyatakan bahwa ” terdapat perbedaan kooperatif belum terimplementasikan,
keterampilan berpikir kreatif kelas V SD sehingga tugas dikerjakan secara sendiri-
antara siswa yang mengikuti model sendiri oleh siswa. Dalam penelitian
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis tersebut Ardhana juga meng-ungkapkan
lingkungan dengan siswa yang mengikuti bahwa 90% dari 10 orang kepala sekolah
model pembelajaran langsung”, diterima. menyatakan kurang puas dengan hasil
Hasil ini kemudian dipertegas oleh belajar siswa, 70% dari 10 orang guru
hasil penolakan LSD yang diperoleh batas juga menyatakan kurang puas dengan
penolakan LSD (0,098) lebih kecil hasil belajar yang dicapai siswa, dan 50%
dibandingkan selisih rata-rata gain score kepala sekolah menyatakan kurang puas
antar kelompok yang dibedakan yaitu dengan proses pembelajaran sains.
Δµ=0,134. Jadi, kesimpulannya adalah Dalam penelitian tersebut juga terungkap
terdapat perbedaan keterampilan berpikir bahwa siswa mengatakan sebagian besar
kreatif kelas V SD antara siswa yang tugas yang dilakukan adalah menjawab
mengikuti model pembelajaran inkuiri soala-soal latihan yang ada di buku dan
terbimbing berbasis lingkungan dengan hanya sebagian kecil melakukan
siswa yang mengikuti model pengamatan di luar kelas.
pembelajaran langsung. Rata-rata gain Suastra dan Sadia (2003), dalam
score keterampilan berpikir kreatif siswa laporannya mengatakan pembalajaran
yang dibelajarkan dengan model IPA yang dikembangkan di sekolah-
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis sekolah adalah pengulangan dan hafalan,
lingkungan ( X = 0,47) lebih besar dari siswa belajar dengan ketakutan jika salah,
rata-rata gain score kelompok siswa yang kurang mendorong siswa untuk berpikir
dibelajarkan dengan model pembelajaran kreatif, dan jarang melatihkan pemecahan

7
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

masalah. Suastra dalam laporannya 2004 berpengaruh pula pada hasil belajar
juga mengatakan sebagian besar siswa siswa.
tidak mampu mengaplikasikan konsep- Dalam proses belajar mengajar
konsep sains yang dipelajari dalam dengan model pembelajaran
kehidupan nyata. Dalam laporan tersebut konvensional, lebih menekankan pada
juga diungkapkan bahwa pembelajaran fungsi guru sebagai pemberi informasi.
sains di sekolah lebih diarahkan pada Siswa hanya pasif mendengarkan
penguasaan pengetahuan semata dalam penjelasan guru tanpa dilibatkan secara
bentuk hafalan. Hasil penelitian Suastra, aktif dalam pembelajaran. Selain itu
2007 menyimpulkan pendekatan yang pembelajaran konvesional hanya
cocok untuk pembelajaran IPA untuk menekankan pada kognitif dan
pengembangan kemampuan berpikir pengetahuan yang diperoleh siswa
kreatif adalah contextual teaching and bersifat hafalan. Sehingga pengetahuan
learning (CTL), pakem, dan keterampilan itu cenderung tidak dapat bertahan lama.
proses sains. Sedangkan metode yang Pembelajarannya hanya sekedar
cocok untuk pembelajaran IPA dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada
pengembangan kemampuan berpikir siswa sehingga siswa tidak memperoleh
kreatif siswa adalah metode inkuiri, pengalaman belajar yang bermakna.
demonstrasi, dan diskusi. Signifikansi perbedaan
Hasil penelitian tersebut penguasaan konsep IPA berdasarkan
mengindikasikan bahwa dalam belajar analisis, diperoleh nilai Fhitung (12,003)
penerapan model pembelajaran lebih besar dari Ftabel (3,98) maka H0 yang
merupakan salah satu faktor yang menyatakan bahwa “Tidak terdapat
menentukan keberhasilan siswa dalam perbedaan penguasaan konsep IPA kelas
belajar. Dengan menerapkan model V SD antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran proses belajar lebih terarah pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
sehingga dapat membantu siswa lingkungan dengan siswa yang mengikuti
memperoleh pengetahuan secara utuh. model pembelajaran langsung”, ditolak.
Setiap proses belajar mengajar perlu Dengan kata lain, hipotesis alternatif (H1)
mengetahui hasil belajar yang dicapai yang menyatakan bahwa ”terdapat
siswa. Hal ini merupakan tugas dari guru perbedaan penguasaan konsep IPA kelas
dalam usahanya memantau hasil yang V SD antara siswa yang mengikuti model
semestinya dicapai oleh siswa. pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
Sehubungan dengan hal ini, seorang guru lingkungan dengan siswa yang mengikuti
selalu berusaha untuk meningkatkan hasil model pembelajaran langsung”, diterima.
belajar siswanya, dengan menerapkan Hasil ini kemudian dipertegas oleh
berbagai model pembelajaran. Diantara hasil penolakan LSD yang diperoleh batas
model tersebut adalah model penolakan LSD (0,0758) lebih kecil
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis dibandingkan selisih rata-rata gain score
lingkungan. Model pembelajaran ini antar kelompok yang dibedakan yaitu
menekankan aktivitas siswa secara 0,131. Jadi, kesimpulannya adalah
maksimal untuk mencari dan menemukan terdapat perbedaan penguasaan konsep
dengan bimbingan guru. siswa IPA kelas V SD antara siswa yang
ditempatkan sebagai subjek belajar, mengikuti model pembelajaran inkuiri
dalam proses pembelajaran siswa tidak terbimbing berbasis lingkungan dengan
hanya berperan sebagai penerima siswa yang mengikuti model
pelajaran melalui penjelasan guru secara pembelajaran langsung. Rata-rata gain
verbal, tetapi mereka berperan score penguasaan konsep IPA siswa
menemukan sendiri inti dari materi yang dibelajarkan dengan model
pelajaran itu sendiri dengan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan ( X = 0,47) lebih besar dari
sumber belajar. Hal ini akan membantu rata-rata kelompok siswa yang
siswa dalam mengingat pengetahuan dibelajarkan dengan model pembelajaran
jangka panjang yang tentu saja akan
langsung (X = 0,34). Hal ini

8
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

mengindikasikan bahwa dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing


pencapaian penguasaan konsep IPA, berbasis lingkungan dengan siswa yang
model pembelajaran inkuiri terbimbing mengikuti model pembelajaran langsung,
berbasis lingkungan memberikan hasil dengan nilai Fhitung =8,697 dan Δµ sebesar
yang lebih baik dibandingkan dengan 0,134 lebih besar daripada batas
model pembelajaran langsung. penolakan LSD; dan 3) terdapat
Model pembelajaran inkuiri perbedaan penguasaan konsep IPA kelas
terbimbing dalam proses pembelajaran V SD antara siswa yang mengikuti model
IPA, dapat memberi peluang kepada pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam lingkungan dengan siswa yang mengikuti
proses belajar. Untuk menemukan model pembelajaran langsung, dengan
konsep yang dipelajari siswa belajar dan nilai Fhitung =12,003 dan Δµ sebesar 0,134
menemukan sendiri, dengan lebih besar daripada batas penolakan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai LSD.
sumber belajar. Keterlibatan siswa dalam Berdasarkan hasil penelitian dan
memecahkan masalah dan dengan pembahasan, maka dapat diajukan saran-
memanfaatkan lingkungan sebagai saran bahwa dalam penerapan model
sumber belajar akan menimbulkan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
perasaan senang dan peserta didik akan lingkungan guru hendaknya selalu
lebih tertarik dan aktif dalam menyadari bahwa siswa sudah memilki
pembelajaran. Siswa akan memperoleh gagasan awal tentang suatu konsep
pengalaman lebih bermakna dan apa tertentu sehingga menjadi pijakan bagi
yang pelajari akan lebih kuat melekat guru dalam merumuskan pembelajaran
dalam pikiran mereka. Dengan kuatnya kedepannya; dan mampu menyajikan
informasi yang melekat pada memori suasana belajar yang mengakomodir
siswa, tentu akan berdampak pula miskonsepsi awal secara tepat sehingga
terhadap perolehan hasil belajar siswa. menimbulkan restrukturisasi yang kuat
Dalam pembelajaran dengan pada diri siswa dan pemahaman konsep
model konvensional, pendidik cenderung akan lebih mudah tercapai.
menggunakan metode ceramah. Siswa
dijejali dengan pengetahuan yang bersifat DAFTAR RUJUKAN
hafalan, kurang dalam aplikasinya
sehingga siswa tidak dapat mengkaitkan Arifin, Zaenal. 1990. Evaluasi
konsep yang dipelajari dengan Instruksional Prinsip-Teknik-
permasalahan yang dihadapi dalam Prosedur. Bandung: Remaja
kehidupan sehari-hari. Siswa hanya pasif Rosdakarya.
mendengarkan penjelasan guru tanpa
dilibatkan secara aktif dalam Dedi Supriadi. 1994. Kreativitas,
pembelajaran, sehingga siswa merasa Kebudayaan & Perkembangan
bosan dan pengetahuan yang diperoleh IPTEK. Bandung: Alfabeta.
siswa kurang bermakna
Iskandar, Srini M. 1997. Pendidikan Ilmu
PENUTUP Pengetahuan Alam. Jakarta:
Berdasarkan hasil penelitian dan Depdikbud.
pembahasan, maka dapat ditarik simpulan
sebagai berikut: 1) terdapat perbedaan Jeo Exlin, 2004. Workshop Inquiry Based
keterampilan berpikir kreatif dan Learning. hhtp://www.thirteen. org/
penguasaan konsep IPA kelas V SD edonline/concept2class/inquiry/index
antara siswa yang mengikuti model .html. diakses 25 Juni 2009.
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
lingkungan dengan siswa yang mengikuti Munandar, SCU. 1992. Kreativitas dan
model pembelajaran langsung, denga Keberbakatan: Strategi Mewujudkan
nilai Fhitung = 13,185 p<0,05; 2) terdapat Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta:
perbedaan keterampilan berpikir kreatif PT. Gramedia Pustaka.
kelas V SD antara siswa yang mengikuti

9
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

Munandar SCU. 1999. Mengembangkan Suastra, I Wayan, dkk. 2003.


Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Implementasi Pembelajaran
Jakarta: PT Gramedia. Berbasis Inkuiri di SLTP. Laporan
Penelitian. IKIP Negeri Singaraja.
Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Suastra, I Wayan, dkk. 2007.
Kemandirian Guru dan Kepala Pengembangan Model
Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Pembelajaran IPA Bagi
Pengembangan Kemampuan
Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Berpikir Kreatif Siswa Sekolah
Kontekstual (Contextual Teaching Dasar. Laporan Penelitian.
and Learning/CTL) dan Singaraja: Undiksha.
Penerapannya dalam KBK. Malang:
UNM. Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran
Sains Terkini Mendekati Siswa
Permen 22.thn 2006. Standar Isi dengan Lingkungan Alamiah dan
Pendidikan Nasional. Sosial Budayanya. Singaraja:
Undiksha.
Puskur. 2007. Gagasan Kurikulum Masa
Depan. Depdiknas Badan Penelitian Suparno, Paul. 2001 Teori Perkembangan
dan Pengembangan Pusat Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Kurikulum. Kanisius.

Redhana, I Wayan. 2009. Pengembangan Supriadi, D. 2001. Kreativits, Kebudayaan,


Program Pembelajaran Berbasis dan Perkembangan IPTEK.
Masalah Terbimbing Untuk Bandung: Alfabeta.
meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa pada mata Pelajaran Surya, Dewi M. 2003. Gerak Tari Kreatif
Kimia SMA. Disertasi.Bandung: UPI. Siswa dan Minat Tari Kreatif Siswa
terhadap Keberhasilan Belajar
Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Menari Kreatif Siswa SLTP Santa
Pendidikan Demoktratis Sebuah Ursula Jakarta. Tesis. PPS Fakultas
Model Pelibatan Masyarakat dalam Psikologi UI.
Penyelenggaraan Pendidikan.
Jakarta: Kencana. Suryana. 2003. Kewirausahaan. Jakarta:
Selemba Empat.
Sadia, I Wayan, dkk. 2003.
Pengembangan Model Belajar Susiana, Nancy. 2008. Program
Perubahan Konseptual di SMA. Pembeljaran Kimia untuk
Laporan Penelitian. IKIP Negeri Menumbuhkan Sikap Wirausaha
Singaraja. Siswa SMA.

Sadia, I Wayan, dkk. 2004. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran


Pengembangan Model dan Strategis Inovatif Berorientasi Konstruktivistik
Pembelajaran Fisika di Sekolah Konsep, Landasan, Teoritis-Praktis,
Menengah Umum (SMU) untuk dan Implementasinya. Jakarta:
Memperbaiki Miskonsepsi siswa. Prestasi Pustaka.
Laporan Penelitian. Singaraja : IKIP
N. Trihastuti, Singgih. 2008. Filosofis sains.
http://lpmpjogja.diknas.go.id.diakses
Samiawan, C., dkk. 1998. Petunjuk 25 Juni 2009.
layanan dan Kecerdasan Anak.
Bandung: Remaja Rosda Karya. Warpala, I Wayan Sukra. 2007. Pengaruh
Pendekatan Pembelajaran dalam
Setting Kooperatif STAD terhadap

10
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

Kterampilan Berpikir pada


Pembelajaran SD. Laporan
Penelitian. Singaraja: Undiksha.

Zamrosi. 2000. Paradigma Pendidikan


Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf
Publishing.

11

Anda mungkin juga menyukai