e-mail :{neka.ketut@pasca.undiksha.ac.id,ngurah.marhaeni@pasca.undiksha.ac.id,
suatra.wayan@pasca.undiksha.ac.id,}
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kreatif dan
penguasaan konsep IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan siswa yang mengikuti model Pembelajaran Langsung. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan Pretest-Posttest Control Group
Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gugus VIII Kecamatan Abang.
Sampel diambil dengan cara random sampling. Data keterampilan berpikir kretif dan
penguasaan konsep IPA diukur dengan menggunakan tes. Data yang terkumpul
dianalisis dengan Manova. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat dibuat
beberapa simpulan yaitu: 1) Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif dan
penguasaan konsep IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbasis lingkungan dengan siswa yang belajar dengan model
pembelajaran langsung; 2) Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara
siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis lingkungan
dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung; 3) Terdapat
perbedaan penguasaan konsep IPA antara siswa yang belajar dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis lingkungan dengan siswa yang belajar
dengan model pembelajaran langsung.
Abstract
This research aims to determine the effect of environment-based guided inquiry learning
model towards creative thinking skill and science concept mastery of fifth grade
elementary school students in cluster VIII sub-district Abang. To achieve this goal,
experimental research was conducted and population in this research were fifth grade
elementary school students cluster VIII sub-district Abang. Data collected involving
creative thinking skill data and science concept mastery data. Data gathered were
analyzed using MANOVA. The findings were: First, there is a difference in creative
thinking skill and science concept mastery between students who followed environment-
based guided inquiry learning model with students who followed direct learning model.
Second, there is a difference in creative thinking skill between students who followed
environment-based guided inquiry model with students who followed direct learning
model. Third, there is a simultaneous difference in creative thinking skill and science
concept mastery between students who followed guided inquiry learning based on
environment with students who followed direct learning model.
1
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)
2
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)
3
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)
4
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)
5
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)
No Data
Gain score Kualifikasi
Model pembelajaran inkuiri 0,47 Sedang
Model pembelajaran
0,34 Sedang
langsung
6
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)
7
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)
masalah. Suastra dalam laporannya 2004 berpengaruh pula pada hasil belajar
juga mengatakan sebagian besar siswa siswa.
tidak mampu mengaplikasikan konsep- Dalam proses belajar mengajar
konsep sains yang dipelajari dalam dengan model pembelajaran
kehidupan nyata. Dalam laporan tersebut konvensional, lebih menekankan pada
juga diungkapkan bahwa pembelajaran fungsi guru sebagai pemberi informasi.
sains di sekolah lebih diarahkan pada Siswa hanya pasif mendengarkan
penguasaan pengetahuan semata dalam penjelasan guru tanpa dilibatkan secara
bentuk hafalan. Hasil penelitian Suastra, aktif dalam pembelajaran. Selain itu
2007 menyimpulkan pendekatan yang pembelajaran konvesional hanya
cocok untuk pembelajaran IPA untuk menekankan pada kognitif dan
pengembangan kemampuan berpikir pengetahuan yang diperoleh siswa
kreatif adalah contextual teaching and bersifat hafalan. Sehingga pengetahuan
learning (CTL), pakem, dan keterampilan itu cenderung tidak dapat bertahan lama.
proses sains. Sedangkan metode yang Pembelajarannya hanya sekedar
cocok untuk pembelajaran IPA dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada
pengembangan kemampuan berpikir siswa sehingga siswa tidak memperoleh
kreatif siswa adalah metode inkuiri, pengalaman belajar yang bermakna.
demonstrasi, dan diskusi. Signifikansi perbedaan
Hasil penelitian tersebut penguasaan konsep IPA berdasarkan
mengindikasikan bahwa dalam belajar analisis, diperoleh nilai Fhitung (12,003)
penerapan model pembelajaran lebih besar dari Ftabel (3,98) maka H0 yang
merupakan salah satu faktor yang menyatakan bahwa “Tidak terdapat
menentukan keberhasilan siswa dalam perbedaan penguasaan konsep IPA kelas
belajar. Dengan menerapkan model V SD antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran proses belajar lebih terarah pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
sehingga dapat membantu siswa lingkungan dengan siswa yang mengikuti
memperoleh pengetahuan secara utuh. model pembelajaran langsung”, ditolak.
Setiap proses belajar mengajar perlu Dengan kata lain, hipotesis alternatif (H1)
mengetahui hasil belajar yang dicapai yang menyatakan bahwa ”terdapat
siswa. Hal ini merupakan tugas dari guru perbedaan penguasaan konsep IPA kelas
dalam usahanya memantau hasil yang V SD antara siswa yang mengikuti model
semestinya dicapai oleh siswa. pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
Sehubungan dengan hal ini, seorang guru lingkungan dengan siswa yang mengikuti
selalu berusaha untuk meningkatkan hasil model pembelajaran langsung”, diterima.
belajar siswanya, dengan menerapkan Hasil ini kemudian dipertegas oleh
berbagai model pembelajaran. Diantara hasil penolakan LSD yang diperoleh batas
model tersebut adalah model penolakan LSD (0,0758) lebih kecil
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis dibandingkan selisih rata-rata gain score
lingkungan. Model pembelajaran ini antar kelompok yang dibedakan yaitu
menekankan aktivitas siswa secara 0,131. Jadi, kesimpulannya adalah
maksimal untuk mencari dan menemukan terdapat perbedaan penguasaan konsep
dengan bimbingan guru. siswa IPA kelas V SD antara siswa yang
ditempatkan sebagai subjek belajar, mengikuti model pembelajaran inkuiri
dalam proses pembelajaran siswa tidak terbimbing berbasis lingkungan dengan
hanya berperan sebagai penerima siswa yang mengikuti model
pelajaran melalui penjelasan guru secara pembelajaran langsung. Rata-rata gain
verbal, tetapi mereka berperan score penguasaan konsep IPA siswa
menemukan sendiri inti dari materi yang dibelajarkan dengan model
pelajaran itu sendiri dengan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan ( X = 0,47) lebih besar dari
sumber belajar. Hal ini akan membantu rata-rata kelompok siswa yang
siswa dalam mengingat pengetahuan dibelajarkan dengan model pembelajaran
jangka panjang yang tentu saja akan
langsung (X = 0,34). Hal ini
8
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)
9
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)
10
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)
11