KMB
OLEH
(1906.1490.1282)
MALANG
2020
A. DEFINISI
Apendisitis merupakan suatu kondisi dimana infeksi terjadi di umbai
cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak
kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang
terinfeksi.Sebagai penyakit yang paling sering memerlukan tindakan bedah
kedaruratan, apendisitis merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada
apendiks vermiformis. Apendiks vermiformis yang disebut pula umbai cacing
atau lebih dikenal dengan nama usus buntu, merupakan kantung kecil yang
buntu dan melekat pada sekum. Apendisitis dapat terjadi pada segala usia
dan megenai laki – laki serta perempuan sama banyak. Akan tetapi pada
usia antara pubertas dan 25 tahun, prevalensi apendisitis lebih tinggi pada
laki – laki. Sejak terdapat kemajuan dalam terapi antibiotik, insidensi dan
angka kematian karena apendisitis mengalami penurunan. Apabila tidak
ditangani dengan benar, penyakit ini hampir selalu berkibat fatal (Kowalak,
2011).
B. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesiik tetapi ada
factor prediposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obststruksi
ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah Ekoli dan
Streptococus.
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. yang terbanyak pada umur 19-20
tahun (remaja dewasa". Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan
limpoid pada masa tersesut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks
a. Appendik yang terlalu panjang.
b. Massa appendiks yang pendek.
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks (Nuzulul 2011)
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi apendisitis dapat dibagi menjadi lima berdasarkan gejala
dan penyebab. Klasifikasinya yaitu apendisitis akut, apendisitis perforata,
apendisitis rekurens, apendisitis kronik, dan mukokel apendiks (Sjamsuhida
at, 2010).
a. Apendisitis akut terjadi karena peradangan mendadak pada umbai cacing
yangmemberikan tanda setempat. Gejalanya nyeri samar-samar dan
tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar
umbilikus. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mc Burney,
disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
merupakan nyeri somatik setempat. Sering disertai mual, muntah dan
nafsu makan berkurang.
b. Apendistis Perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah gangren
yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi
peritonitis umum.
c. Apendisitis rekurens dapat didiagnosa jika adanya riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukannya
apendektomi dan hasil patologi menunjukkan peradangan akut. Kelainan
ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan.
Pada apendisitis rekurens biasanya dilakukan apendektomi karena
penderita sering mengalami serangan akut.
d. Apendisitis kronik dapat menegakkan diagnosa jika ditemukan adanya
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik
apendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik
apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan
parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama
dimukosa dan adanya sel inflamasi kronik.
e. Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin
akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks yang biasanya berupa
jaringan fibrosa. Penderita sering datang dengan keluhan ringan berupa
rasa tidak enak di perut kanan bawah. Kadang teraba massa
memanjangdiregio iliaka kanan.
E. PATHOFISIOLOGI
Appendisitis
Obatruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tekanan intraluminal
Nyeri
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang bias dilakukan pada penderita appendicitis
mencakup penanggulangan konservatif & tindakan operasi :
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan kepada penderita yang
tidak mempunyai akses kepelayanan bedah berupa pemberian terapi
antibiotic pemberian terapi antibiotic berguna untuk mencegah terjadinya
infeksi umumnya pada penderita appendicitis perforasi sebelum
dilaksanankan tindakan operasi dilakukan cairan & elektrolit ,serat
pemberian terapi antibiotic sistemik .
2. Operasi
Apabila dignosa sudah tepat & jelas ditemukan Appendisitis maka
tindakan yang dillakukan ialah operasi untuk membuang appendisitid
(appendektomi).penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotic
dapat mengakibatkan adanya abses dan perforasi. Pada abses
Appendisitis dilakukan drainage (mengeluarka nanah).
3. Pencegahan tersier
Tujuan utama dilaksanakan pencegahan tersier yaitu agar dapat
mencegah terjadinya sebuah komplikasi yang lebih berat seperti
komplikasi pada intra-abdomen .Komplikasi utama ialah infeksi luka &
abses intraperitonium. Apabila di perkiraan terjadi perforasi maka
abdomen biasanya dicuci dengan gram fisiologis atau terapi antibiotic
pasca appendektomi di perukan pelaksanaan perawatan insentif &
pemberian antibiotic dengan lama terapi disesuaikan dengan besar
infeksi intra-abdomen.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Wawancara Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya
mengenai:
a. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri
di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul
keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau diepigastrium dirasakan
dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeridirasakan terus-
menerus dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktuyang
lama.k'eluhan yang menyertai siasanya klien mengeluh rasamual
dan muntah panas.
b. Riwat ayat kesehatan masa lalu siasanya berhubungan dengan
masalah.kesehatan klien sekarang.
c. Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
d. Kebiasaan eliminasi.
2. Pemeriksaan Fisika.
a. Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit
ringan,sedang,berat.
b. Sirkulasi:Takikardia.
c. Respirasi:Takipnoe,pernapasan dangkal.
d. Aktifitas/istirahat:malaise.
e. Eliminasi:konstipasi pada awitan awal,diare kadang-kadang.
f. Distensi andomen, nyeri tekan,nyeri lepas,kekakuan penurunan,
atau tidak ada bising usus.
g. Nyeri/kenyamanan,nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilicus,yang,meningkatberatdanterlokalisasipadatitik
Mc.Burney,meningkat karena berjalan, bersin, batuk atau napas
dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi
kaki kanan/posisi duduk tegak.
h. Demam bebih dari 38oC.
i. Data psikologis klien nampak gelisah.
j. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
k. Pada pemeriksaan rektal toucher akan terasa benjolan penderita,
merasa nyeri pada daerah prolitomi .
l. Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (luka insisi post operas Appenditomi)
b. Resiko infeksi b/d tindakan invasive (insisi post pembedahan)
c. Deficit care b/d nyeri
d. Kekurangan pengetahuan tetang kondisi prognosis dankebutuhan
pengobatan b/d kekurangan informasi
C. RENCANA KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2014, Nursing Intervention Classification (NIC) Second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Smeltzer, Bare (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart.
Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC