Anda di halaman 1dari 11

SISTEMA RESPIRASI

(FUNGSI RESPIRASI)

I. PENDAHULUAN
Internal/selular: penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh
sel, serta pertukaran gas antara sel dengan
medium cairnya

Proses Respirasi

Eksternal: absorbsi O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh


secara keseluruhan

Respirasi

Sirkulasi
 Sifat Gas
Tekanan gas sebanding (proporsional) dengan suhu dan jumlah mol per volume, sehingga:

nRT
P=
V
dimana, P = Tekanan
n = Jumlah mol
R = Konstanta gas
T = Suhu
V = Volume

Tekanan Parsial Gas


Tidak seperti cairan, gas cenderung mengembang untuk memenuhi volume yang
tersedia, dan volume tersebut ditempati oleh sejumlah molekul gas pada suhu tertentu dan
tekanan yang idealnya sama, tanpa melihat komposisi gas. Sehingga, tekanan yang diberikan
oleh satu gas dalam campuran gas-gas setara dengan tekanan total dikali fraksi dari total
jumlah gas yang ada.
Komposisi dari udara kering adalah:
 N2 = 78.06%
 O2 = 20.98%
 CO2 = 0.04%
 Senyawa lain seperti argon dan helium = 0.92%

Tekanan barometrik pada ketinggian permukaan laut adalah 760 mm Hg (1 atmosfir).


Sehingga tekanan parsial setinggi permukaan laut (yang ditunjukkan dengan simbol P) :
 PN2 dan gas lain = 0.79 × 760, atau 600 mm Hg
 PO2 = 0.21 × 760, atau 160 mm Hg
 PCO2 = 0.0004 × 760, atau 0.3 mm Hg

Udara yang diseimbangkan dengan air (air equilibrated with water) dijenuhkan dengan uap
air, dan udara yang diinspirasi akan menjadi jenuh saat mencapai paru-paru. PH 2O pada
suhu tubuh (37 °C) adalah 47 mm Hg. Sehingga tekanan parsial dari gas di udara
setinggi permukaan laut yang mencapai paru-paru adalah :
PO2= 149 mm Hg; PCO2= 0.3 mm Hg; and PN2 (termasuk gas-gas lain)= 564 mm Hg.
II. ANATOMI PARU

SALURAN UDARA
Saluran udara dimulai dari rongga hidung kemudian berlanjut ke faring, dimana merupakan
saluran untuk sistem respirasi dan pencernaan. Setelah melalui hidung dan faring, dimana udara
sudah dihangatkan, udara inspirasi turun melalui trakhea dan melalui bronkhiolus, bronkhiolus
respiratorius, dan duktus alveolar menuju ke alveoli dimana terjadi pertukaran gas. Diantara
trakhea dan alveolus, saluran udara bercabang sebanyak 23 kali. 16 cabang pertama merupakan
saluran yang mengangkut gas dari luar dan keluar, yakni bronkhus, bronkhiolus, dan
bronkhiolus terminalis. 7 cabang sisanya merupakan zona transisional dan zona respirasi
dimana pertukaran gas terjadi, yakni bronkhiolus respiratorius, duktus alveolar, dan alveoli.
Percabangan ini meningkatkan daerah potongan melintang (cross-sectional area) dari saluran
udara dari 2,5 cm2 di trakhea hingga 11.800 cm2 di alveoli. Akibatnya, kecepatan aliran
udara di saluran-saluran udara kecil menurun menjadi sangat rendah.
Agar dapat mengalirkan udara ke dalam dan ke luar dari zona pertukaran gas di paru-paru,
saluran udara harus dalam keadaan terbuka. Trakhea dan bronkhus bersifat cukup kaku,
nonmuskuler, dan dikelilingi oleh cincin kartilago yang dapat mencegah menjadi menutup.
Sementara itu, bronkhiolus tidak memiliki kartilago untuk mempertahankan agar tetap terbuka.
Dinding-dindingnya dipersarafi oleh sistem saraf autonom dan sensitif terhadap hormon dan
senyawa kimia lokal tertentu :
 Reseptor muskarinik dan discharge kolinergik menyebabkan bronkhokonstriksi.
 The β2 receptors menyebabkan bronkhodilatasi. Mereka meningkatkan sekresi bronchial,
sementara α1 adrenergic receptors menghambat sekresi.

ALVEOLUS

Paru-paru merupakan struktur yang ideal untuk pertukaran gas. Menurut hukum difusi
milik Fick, semakin pendek jarak yang ditempuh untuk difusi maka semakin besar kecepatan
difusi. Selain itu, semakin luas permukaan tempat difusi terjadi, maka semakin besar pula
kecepatan difusi. Alveoli merupakan kantung yang berdinding tipis, dapat mengembang, dan
bentuknya menyerupai anggur. Dinding alveolus terdiri atas satu lapis sel-sel alveolus tipe 1.
Tiap alveolus dikelilingi oleh jaring-jaring pembuluh darah kapiler, yang jaraknya dengan
alveolus hanya 0.5 µm yang memfasilitasi terjadinya pertukaran gas. Selain itu, 5% dari
permukaan epitelium juga dilapisi oleh sel-sel alveolar tipe 2. Sel-sel ini mensekresi surfaktan,
yakni kompleks phospholipoprotein yang menyebabkan paru-paru dapat mengembang.

Terdapat pori-pori Kohn di dinding antar alveolus. Adanya pori-pori Kohn menyebabkan
udara dapat mengalir antar alveolus yang berdekatan, proses ini disebut ventilasi kolateral.
Saluran ini penting agar udara segar dapat masuk ke alveolus ketika saluran udara terminal
tersumbat akibat suatu penyakit.

III. MEKANISME RESPIRASI


Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi  rendah , yang
menimbulkan suatu gradient tekanan. Tiga tekanan yang penting selama proses ventilasi adalah :

1. Tekanan atmosferik (barometrik)


- Merupakan tekanan yang dilakukan oleh udara di atmosfer terhadap benda-benda di
permukaan bumi.
- Pada ketinggian permukaan laut tekanan atmosfer bernilai 760 mm Hg
- Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan peningkatan ketinggian diatas permukaan laut

2. Tekanan intra-alveolar (intrapulmonar)

- Merupakan tekanan yang ada di dalam alveoli.

- Prinsip = udara mengalir dari tekanan tinggi ke rendah, sehingga tekanan intra-alveolar
harus lebih rendah dari tekanan atmosfer selama inspirasi (pada saat ekspirasi berarti
kebalikannya). Tekanan intra-alveolar dapat berubah dengan cara perubahan volume paru,
hal ini sesuai dengan hukum Boyle  pada suhu yang konstan, tekanan yang
dikeluarkan oleh gas berbanding terbalik dengan volume gas.

Gambar disamping menunjukkan tiap


tabung memiliki jumlah molekul gas
yang sama. Ternyata tekanan gas
tabung A>B>C. Hal ini sesuai dengan
hukum Boyle  P1V1 = P2V2 .
Semakin meningkat volume gas, maka
tekanannya akan semakin kecil, dan
begitu pula sebaliknya.

- Perubahan dari volume paru, begitu pula dengan intra-alveolar, secara tidak langsung dapat
dipengaruhi oleh aktivitas otot. Otot-otot pernapasan tidak berperan secara langsung untuk
mengubah volume paru, melainkan mengubah volume rongga dada.

- Pada saat inspirasi tekanan alveolus menurun hingga -1 mmHg (759 mmHg), yang
mampu menarik 0,5 L udara dalam waktu 2 detik sebagaimana yang diperlukan untuk
inspirasi normal

- Selama ekspirasi, terjadi peningkatan menjadi +1 mmHg (761 mmHg), yang mendorong
0,5 L udara selama 2-3 detik.

- Aliran udara akan terus berlanjut hingga tekanan keduanya seimbang (menjadi 760
mmHg).
3. Tekanan intrapleural (intrathoraks)

- Merupakan tekanan di dalam kantong pleura.

- Biasanya sedikit lebih rendah dari tekanan atmosfer, yakni sekitar 756 mm Hg ≈ -4 mmHg
(ini berdasarkan Sherwood, tapi di Ganong menyebutkan -2,5 mmHg).

- Pada awal inspirasi tekanan intrapleural sebesar -6 mmHg, sementara pada inspirasi
maksimal dapat mencapai -30 mmHg.

- Karena kantong pleura merupakan kantong tertutup tanpa adanya jalan masuk, maka udara
tidak dapat masuk maupun keluar dari kantong pleura, meskipun ada perbedaan tekanan.

 Paru-paru Normalnya Mengembang Untuk Memenuhi Dinding Thorax


- Rongga toraks normalnya lebih besar dibandingkan paru-paru yang tidak mengembang,
karena pada saat perkembangan, dinding toraks tumbuh lebih cepat.
- Terdapat dua gaya yang membuat paru-paru dan dinding toraks selalu berada berdekatan
dan membuat paru-paru mengembang untuk memenuhi dinding toraks, yakni :
1. Kohesivitas Cairan Intrapleura
 Molekul air dalam cairan intrapleura sulit untuk dipisahkan karena sifatnya yang
polar dan saling menarik antar molekul.
 Kohesivitas dari cairan pleura ini dapat disebut sebagai “lengket” atau “lem”
antara dinding toraks dengan paru-paru, sehingga pada saat dinding toraks
mengembang, paru-paru juga ikut mengembang.
2. Gradien Tekanan Transmural
 Tekanan intra-alveolar (760 mmHg) > tekanan intrapleura (756 mm Hg), sehingga
tekanan akan mendorong paru-paru ke luar (mengembang).
 Tekanan atmosfer > tekanan intrapleura yang mendorong ke dalam, yang
menyebabkan dinding dada cenderung terkompresi.
 Namun, efek gradient tekanan transmural sepanjang dinding dada lebih menonjol
oleh karena sifat paru-paru yang sangat mudah mengembang dibandingkan
dengan dinding dada yang sifatnya lebih kaku.

 Otot yang Menimbulkan Pengembangan dan Pengempisan Paru

Metode pernapasan normal = 1. Gerakan naik turunnya diafragma


2. Gerakan depresi dan elevasi tulang iga

1. Gerakan diafragma
 Pada saat relaksasi, bentuk diafragma melengkung ke atas
 Pada saat inspirasi, kontraksi diafragma akibat stimulasi dari nervus phrenicus
menyebabkan diafragma turun dan menarik permukaan bawah paru ke arah bawah
(pernapasan tenang turun 1 cm, saat napas berat bisa turun mencapai 10 cm).
 Pada saat ekspirasi, diafragma mengalami relaksasi, dan sifat elastis daya lenting
paru (elastic recoil), dinding dada, dan struktur abdomen akan menekan paru-paru
dan mengeluarkan udara. Namun, pada saat bernapas kuat dibutuhkan tenaga ekstra
yang terutama diperoleh dari kontraksi otot-otot abdomen, yang mendorong isi
abdomen ke atas melawan dasar diafragma, sehingga mengkompresi paru.
 Otot diafragma diinervasi oleh n. phrenicus yang berjalan dari C3–C5

2. Gerakan tulang iga


 Pengembangan paru dapat terjadi akibat terangkatnya rangka iga, yang terjadi karena
pada posisi istirahat iga miring ke bawah, dengan demikian sternum turun ke
belakang kea rah kolumna vertebralis. Tetapi, jika rangka iga diangkat, tulang iga
langsung maju sehingga sternum bergerak ke depan menjauhi spinal, membentuk
jarak anteroposterior dada kira-kira 20% lebih besar selama inspirasi maksimum
dibandingkan selama ekspirasi.

 Otot-otot inspirasi (dari Guyton) :


1. Otot interkostalis eksterna  paling penting
2. Otot sternokleidomastoideus
3. Otot serratus anterior otot yang membantu
4. Otot skalenus= mengangkat dua iga pertama

 Otot-otot ekspirasi :
1. Rektus abdominis
2. Interkostalis internus

(Sherwood, 2010)

IV. VENTILASI ALVEOLUS


 “Ruang Rugi” dan Efeknya pada Ventilasi Alveolus
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada daerah
pertukaran gas, tapi hanya mengisi saluran napas yang tidak mengalami pertukaran gas,
seperti pada hidung, faring, dan trakea. Udara ini disebut udara ruang rugi sebab tidak
berguna untuk pertukaran gas.
Pada saat ekspirasi, yang pertama kali dikeluarkan adalah udara dalam ruang rugi,
sebelum udara alveoli sampai ke udara luar. Oleh karena itu, ruang rugi merupakan kerugian
untuk pengeluaran gas ekspirasi dari paru.
Volume ruang rugi normal pada laki-laki dewasa muda kira-kira 150 ml. Nilai ini
meningkat dengan bertambahnya usia. Ruang rugi anatomis sangat mempengaruhi efisiensi
dari ventilasi paru. Meskipun 500 ml udara masuk dan keluar tiap kali bernapas, hanya 350
ml udara yang sebenarnya terjadi pertukaran antara atmosfer dengan alveolus, karena 150 ml
udara menempati ruang rugi anatomis.

 Ruang Rugi Anatomis vs Ruang Rugi Fisiologis


Penting untuk dapat membedakan antara ruang rugi anatomis (volume sistem respirasi
selain alveolus) dan ruang rugi fisiologis /ruang rugi alveolar (volume gas yang tidak
terdifusi dengan darah). Kita asumsikan bahwa semua udara di atmosfer yang masuk ke
alveolus, akan mengalami pertukaran O2 and CO2 dengan darah pulmo. Namun, pertukaran
udara dengan darah itu tidak selalu sempurna, karena tidak semua alveolus mengalami
ventilasi dan perfusi yang sama. Alveolus yang terventilasi tapi tidak ikut serta dalam
pertukaran gas dengan darah akibat tidak terperfusi secara adekuat disebut dengan ruang
rugi alveolar. Pada orang yang sehat, ruang rugi fisiologis/alveolar ini cukup kecil dan tidak
terlalu bermakna, tapi dapat meningkat menjadi mematikan pada beberapa jenis penyakit
paru.

V. VOLUME DAN KAPASITAS PARU


 Volume Paru
1. Volume Tidal, bahasa inggrisnya Tidal Volume (TV)
 Volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal
 Kira-kira 500 ml
2. Volume cadangan inspirasi, bahasa Inggrisnya Inspiratory Reserve Volume (IRV)
 Volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal
bila dilakukan inspirasi kuat
 Biasanya mencapai 3000 ml
3. Volume cadangan ekspirasi, bahasa Inggrisnya Expiratory Reserve Volume (ERV)
 Volume udara ekstra maksimal yang dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada
akhir ekspirasi tidal normal
 Jumlah normalnya adalah sekitar 1100 ml  Guyton (kalau di Sherwood 1000 ml,
kalau di Ganong 1200 ml)
4. Volume residu, bahasa Inggrisnya Residual Volume (RV)
 Volume udara yang masih tetap berada di dalam paru setelah ekspirasi paling kuat
 Besarnya kira-kira 1200 ml

 Kapasitas Paru
1. Kapasitas inspirasi, bahasa Inggrisnya Inspiratory Capacity (IC)
 Merupakan udara yang dapat dihirup seseorang dimulai pada tingkat ekspirrasi
normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum
 TV + IRV = 3500 ml
2. Kapasitas residu fungsional, bahasa Inggrisnya Functional Residual Capacity (FRC)
 Jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal
 RV + ERV = 2200 ml (Sherwood, 2300 ml (Guyton), 2400 ml (Ganong)
3. Kapasitas vital, bahasa Inggrisnya Vital Capacity (VC)
 Jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah
terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum kemudian mengeluarkan sebanyak-
banyaknya
 ERV + TV + IRV = 4500 ml (Sherwood), 4600 ml (Guyton), 4700 ml (Ganong)
4. Kapasitas paru total, bahasa Inggrisnya Total Lung Capacity (TLC)
 Volume maksimum yang dapat mengembangkan paru sebesar mungkin dengan
inspirasi sekuat mungkin
 RV + VC = 5700 ml (Sherwood), 5800 ml (Guyton), 5900 ml (Ganong)

Anda mungkin juga menyukai