(FUNGSI RESPIRASI)
I. PENDAHULUAN
Internal/selular: penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh
sel, serta pertukaran gas antara sel dengan
medium cairnya
Proses Respirasi
Respirasi
Sirkulasi
Sifat Gas
Tekanan gas sebanding (proporsional) dengan suhu dan jumlah mol per volume, sehingga:
nRT
P=
V
dimana, P = Tekanan
n = Jumlah mol
R = Konstanta gas
T = Suhu
V = Volume
Udara yang diseimbangkan dengan air (air equilibrated with water) dijenuhkan dengan uap
air, dan udara yang diinspirasi akan menjadi jenuh saat mencapai paru-paru. PH 2O pada
suhu tubuh (37 °C) adalah 47 mm Hg. Sehingga tekanan parsial dari gas di udara
setinggi permukaan laut yang mencapai paru-paru adalah :
PO2= 149 mm Hg; PCO2= 0.3 mm Hg; and PN2 (termasuk gas-gas lain)= 564 mm Hg.
II. ANATOMI PARU
SALURAN UDARA
Saluran udara dimulai dari rongga hidung kemudian berlanjut ke faring, dimana merupakan
saluran untuk sistem respirasi dan pencernaan. Setelah melalui hidung dan faring, dimana udara
sudah dihangatkan, udara inspirasi turun melalui trakhea dan melalui bronkhiolus, bronkhiolus
respiratorius, dan duktus alveolar menuju ke alveoli dimana terjadi pertukaran gas. Diantara
trakhea dan alveolus, saluran udara bercabang sebanyak 23 kali. 16 cabang pertama merupakan
saluran yang mengangkut gas dari luar dan keluar, yakni bronkhus, bronkhiolus, dan
bronkhiolus terminalis. 7 cabang sisanya merupakan zona transisional dan zona respirasi
dimana pertukaran gas terjadi, yakni bronkhiolus respiratorius, duktus alveolar, dan alveoli.
Percabangan ini meningkatkan daerah potongan melintang (cross-sectional area) dari saluran
udara dari 2,5 cm2 di trakhea hingga 11.800 cm2 di alveoli. Akibatnya, kecepatan aliran
udara di saluran-saluran udara kecil menurun menjadi sangat rendah.
Agar dapat mengalirkan udara ke dalam dan ke luar dari zona pertukaran gas di paru-paru,
saluran udara harus dalam keadaan terbuka. Trakhea dan bronkhus bersifat cukup kaku,
nonmuskuler, dan dikelilingi oleh cincin kartilago yang dapat mencegah menjadi menutup.
Sementara itu, bronkhiolus tidak memiliki kartilago untuk mempertahankan agar tetap terbuka.
Dinding-dindingnya dipersarafi oleh sistem saraf autonom dan sensitif terhadap hormon dan
senyawa kimia lokal tertentu :
Reseptor muskarinik dan discharge kolinergik menyebabkan bronkhokonstriksi.
The β2 receptors menyebabkan bronkhodilatasi. Mereka meningkatkan sekresi bronchial,
sementara α1 adrenergic receptors menghambat sekresi.
ALVEOLUS
Paru-paru merupakan struktur yang ideal untuk pertukaran gas. Menurut hukum difusi
milik Fick, semakin pendek jarak yang ditempuh untuk difusi maka semakin besar kecepatan
difusi. Selain itu, semakin luas permukaan tempat difusi terjadi, maka semakin besar pula
kecepatan difusi. Alveoli merupakan kantung yang berdinding tipis, dapat mengembang, dan
bentuknya menyerupai anggur. Dinding alveolus terdiri atas satu lapis sel-sel alveolus tipe 1.
Tiap alveolus dikelilingi oleh jaring-jaring pembuluh darah kapiler, yang jaraknya dengan
alveolus hanya 0.5 µm yang memfasilitasi terjadinya pertukaran gas. Selain itu, 5% dari
permukaan epitelium juga dilapisi oleh sel-sel alveolar tipe 2. Sel-sel ini mensekresi surfaktan,
yakni kompleks phospholipoprotein yang menyebabkan paru-paru dapat mengembang.
Terdapat pori-pori Kohn di dinding antar alveolus. Adanya pori-pori Kohn menyebabkan
udara dapat mengalir antar alveolus yang berdekatan, proses ini disebut ventilasi kolateral.
Saluran ini penting agar udara segar dapat masuk ke alveolus ketika saluran udara terminal
tersumbat akibat suatu penyakit.
- Prinsip = udara mengalir dari tekanan tinggi ke rendah, sehingga tekanan intra-alveolar
harus lebih rendah dari tekanan atmosfer selama inspirasi (pada saat ekspirasi berarti
kebalikannya). Tekanan intra-alveolar dapat berubah dengan cara perubahan volume paru,
hal ini sesuai dengan hukum Boyle pada suhu yang konstan, tekanan yang
dikeluarkan oleh gas berbanding terbalik dengan volume gas.
- Perubahan dari volume paru, begitu pula dengan intra-alveolar, secara tidak langsung dapat
dipengaruhi oleh aktivitas otot. Otot-otot pernapasan tidak berperan secara langsung untuk
mengubah volume paru, melainkan mengubah volume rongga dada.
- Pada saat inspirasi tekanan alveolus menurun hingga -1 mmHg (759 mmHg), yang
mampu menarik 0,5 L udara dalam waktu 2 detik sebagaimana yang diperlukan untuk
inspirasi normal
- Selama ekspirasi, terjadi peningkatan menjadi +1 mmHg (761 mmHg), yang mendorong
0,5 L udara selama 2-3 detik.
- Aliran udara akan terus berlanjut hingga tekanan keduanya seimbang (menjadi 760
mmHg).
3. Tekanan intrapleural (intrathoraks)
- Biasanya sedikit lebih rendah dari tekanan atmosfer, yakni sekitar 756 mm Hg ≈ -4 mmHg
(ini berdasarkan Sherwood, tapi di Ganong menyebutkan -2,5 mmHg).
- Pada awal inspirasi tekanan intrapleural sebesar -6 mmHg, sementara pada inspirasi
maksimal dapat mencapai -30 mmHg.
- Karena kantong pleura merupakan kantong tertutup tanpa adanya jalan masuk, maka udara
tidak dapat masuk maupun keluar dari kantong pleura, meskipun ada perbedaan tekanan.
1. Gerakan diafragma
Pada saat relaksasi, bentuk diafragma melengkung ke atas
Pada saat inspirasi, kontraksi diafragma akibat stimulasi dari nervus phrenicus
menyebabkan diafragma turun dan menarik permukaan bawah paru ke arah bawah
(pernapasan tenang turun 1 cm, saat napas berat bisa turun mencapai 10 cm).
Pada saat ekspirasi, diafragma mengalami relaksasi, dan sifat elastis daya lenting
paru (elastic recoil), dinding dada, dan struktur abdomen akan menekan paru-paru
dan mengeluarkan udara. Namun, pada saat bernapas kuat dibutuhkan tenaga ekstra
yang terutama diperoleh dari kontraksi otot-otot abdomen, yang mendorong isi
abdomen ke atas melawan dasar diafragma, sehingga mengkompresi paru.
Otot diafragma diinervasi oleh n. phrenicus yang berjalan dari C3–C5
Otot-otot ekspirasi :
1. Rektus abdominis
2. Interkostalis internus
(Sherwood, 2010)
Kapasitas Paru
1. Kapasitas inspirasi, bahasa Inggrisnya Inspiratory Capacity (IC)
Merupakan udara yang dapat dihirup seseorang dimulai pada tingkat ekspirrasi
normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum
TV + IRV = 3500 ml
2. Kapasitas residu fungsional, bahasa Inggrisnya Functional Residual Capacity (FRC)
Jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal
RV + ERV = 2200 ml (Sherwood, 2300 ml (Guyton), 2400 ml (Ganong)
3. Kapasitas vital, bahasa Inggrisnya Vital Capacity (VC)
Jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah
terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum kemudian mengeluarkan sebanyak-
banyaknya
ERV + TV + IRV = 4500 ml (Sherwood), 4600 ml (Guyton), 4700 ml (Ganong)
4. Kapasitas paru total, bahasa Inggrisnya Total Lung Capacity (TLC)
Volume maksimum yang dapat mengembangkan paru sebesar mungkin dengan
inspirasi sekuat mungkin
RV + VC = 5700 ml (Sherwood), 5800 ml (Guyton), 5900 ml (Ganong)