Anda di halaman 1dari 7

komite sekolah secara legal mulai dicanangkan sejak 2 April 2002 meski fungsinya bisa saja

secara spesifik lokal telah dijalankan oleh beberapa sekolah, walau dalam nama bukan komite
sekolah. Konsep pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah yang terkandung di
dalamnya memerlukan pemahaman berbagai pihak terkait, di mana posisinya dan apa
manfaatnya.

A. Pengertian Komite Sekolah

Sejak diterbitkan Kepmendiknas 044/U/2002 sebagai pelaksanaan amanat dalam UU


Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional, Dewan Pendidikan
Kabupaten/Kota telah dibentuk hampir di semua kabupaten/kota di Indonesia. Komite
Sekolah/Madrasah juga telah dibentuk hampir di seluruh satuan pendidikan. Bahkan
hampir separuh provinsi juga telah dibentuk Dewan Pendidikan Provinsi atas inisiatif
proaktif dari pemerintah provinsinya masing-masing. Kini Departemen Pendidikan
Nasional juga sedang merancang proses dan mekanisme pembentukannya oleh
Departemen Pendidikan Nasional.

Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan disebutkan


bahwa komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan.

Berkenaan dengan peran serta masyarakat dan Dewan Pendidikan, serta Komite Sekolah
lebih lanjut dijelaskan dalam undang-undang no. 20 tahun 2003, pada pasal 56, yaitu
sebagai berikut:

1. Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang


meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui
dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.
2. Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan
pendidikan pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang tidak
mempunyai hubungan hierarkis.
3. Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan
dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan
dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan.
4. Ketentuan mengenai pembentukan dewan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Tim Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah mengatakan bahwa
Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, yang telah ditetapkan dalam
Keputusan Mendiknas No.044/U/2002, juga merupakan amanat dari UU No. 25 Tahun
2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004, di mana
dinyatakan bahwa sasaran yang akan dicapai dalam program pembinaan pendidikan
dasar dan menengah di antaranya adalah terwujudnya manajemen pendidikan yang
berbasis sekolah/masyarakat (school/community based management) dengan
memperkenalkan konsep dan merintis pembentukan Dewan Sekolah (Pendidikan) di
setiap kabupaten/kota, serta pemberdayaan atau pembentukan Komite Sekolah di
setiap sekolah.

Menurut keputusan Menteri Pendidikan Nasional, Komite Sekolah berperan sebagai


pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan mediator sekolah. Sampai saat ini
di sebagian besar sekolah peran komite sekolah masih terbatas pada pengumpulan
dana. Pada umumnya anggota komite sekolah dipilih oleh kepala sekolah dan mengikuti
perintahnya, mereka kurang dapat mengambil inisiatif sendiri.

Maka dapat disimpulkan bahwa komite sekolah adalah:

kumpulan orang-orang yang terdiri dari komponen sekolah, kepala sekolah,


guru, dan masyarakat yang ikut serta dalam mendukung, mengawasi untuk
mencapai tujuan pendidikan.

Lebih lanjut berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa tujuan pembentukan
komite sekolah di antaranya sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi dan prakarsa
masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di tiap
satuan pendidikan. Dengan demikian, segala kebijakan operasional tiap satuan
pendidikan sebenarnya dapat melalui konsultasi dengan komite sekolah.

B. Peran Komite Sekolah

Menurut Mujiran (2007) Komite sekolah dibentuk untuk desentralisasi dan diharapkan


bekerja sama dengan kepala sekolah sebagai partner untuk mengembangkan kualitas
sekolah dengan menggunakan konsep manajemen berbasis sekolah dan masyarakat
yang demokratis, transparan, dan akuntabel.

Di dalam pasal 56 UU 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, komite sekolah dan
madrasah berperan meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan melalui: (i) nasihat; (ii)
pengarahan; (iii) bantuan personalia, material, dan fasilitas; maupun (iv) pengawasan
pendidikan. Dasar pembentukan komite ini adalah SK No 44/U/2002 tentang Komite
Sekolah dan Dewan Pendidikan.
Sedangkan Tim Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite sekolah mengatakan
bahwa Komponen dan indikator kinerja Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah terkait
pada peran yang dilakukannya, yakni sebagai 1) badan pertimbangan (advisory agency),
pendukung (supporting agency), 2) pengawas (controlling agency), dan 3) badan
mediator (mediator agency). Berkaitan dengan peran Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah tercakup di dalamnya pelaksanaan berbagai fungsi badan-badan tersebut dan
fungsi manajemen pendidikan.

Di bawah ini adalah peran komite sekolah berikut dengan penjelasannya:

1. Komite Sekolah sebagai Penasihat


Komite Sekolah dalam fungsi perencanaan memiliki peran mengidentifikasi
sumber daya pendidikan di sekolah serta memberikan masukan dan
pertimbangan dalam menetapkan RAPBS, termasuk dalam penyelenggaraan
rapat RAPBS.
Dalam pelaksanaan program, yang menyangkut: kurikulum, PBM, dan penilaian.
Komite Sekolah sebagai badan penasihat berperan penting dalam memberikan
pertimbangan dalam pelaksanaan proses pengelolaan pendidikan di sekolah,
termasuk proses pembelajarannya. Hal ini penting, sebab dengan berlakunya
otonomi pendidikan dengan pengelolaan pendidikan yang lebih otonom di
sekolah, guru memiliki peran yang penting dalam penciptaan proses
pembelajaran yang kondusif bagi sarana demokratisasi pendidikan.

1. Dalam pengelolaan terhadap sumber daya pendidikan, antara lain: SDM, Sarana
dan prasarana, dan alokasi anggaran.
Komite Sekolah dalam fungsinya sebagai badan penasihat bagi sekolah, dalam
kaitannya dengan pengelolaan sumber daya pendidikan antara lain berperan
mengidentifikasi berbagai potensi sumber daya pendidikan yang ada dalam
masyarakat. Fungsi ini akan dapat berguna dalam memberikan pertimbangan
mengenai sumber daya pendidikan yang ada dalam masyarakat yang dapat
diperbantukan di sekolah.
2. Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung (Supporting Agency)
Komite Sekolah bersama dengan Dewan Pendidikan diharapkan mendapat
gambaran yang utuh mengenai persoalan yang terjadi di beberapa sekolah, yang
kemudian dapat ditindaklanjuti bersama dengan Dewan sekolah guna melakukan
memberdayakan guru sukarelawan, termasuk tenaga kependidikan non-guru, di
sekolah yang masih menghadapi persoalan dalam kekurangan tenaga
kependidikan.
Salah satu fungsi komite Sekolah adalah untuk memfasilitasi kebutuhan sarana
dan prasarana pendidikan di sekolah. Selanjutnya, Komite Sekolah akan
memberdayakan bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan di sekolah
melalui sumber daya yang ada pada masyarakat, dengan melibatkan Dewan
Pendidikan. Dalam hal ini tidak terlepas karena sarana dan prasarana sebagai
bagian dari pelaksanaan proses pendidikan, yang juga harus mendapat perhatian
penting dari komponen sekolah. Sekolah yang kurang memiliki sarana dan
prasarana memadai tentu akan mengalami banyak kendala dalam pencapaian
hasil belajar, dan peningkatan kualitas pendidikan.
Dalam era otonomi pendidikan yang meletakkan otonomi sekolah sebagai hal
yang terpenting, sekolah harus merupakan bagian yang terpenting dari
masyarakat, sehingga masyarakat memiliki kepedulian dan rasa memiliki
terhadap sekolah, dalam hal ini kaitannya dengan pendanaan di sekolah
mengingat anggaran pendidikan yang pada pemerintah (daerah) sangat terbatas.
Karena itu pemanfaatan sumber-sumber anggaran pendidikan yang ada pada
masyarakat menjadi kebutuhan yang mendesak.
3. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah sebagai Badan Pengontrol
(Controlling Agency)
Pengontrol atau controlling adalah bagian yang penting dalam manajemen agar
tercapai tujuan sesuai dengan rencana. Peran Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah sebagai badan pengontrol tentu akan berbeda dengan apa yang
dilakukan DPRD Komisi E Bidang Pendidikan. Berkaitan dengan pengembangan
kinerja ini, perlu dilihat sejauh mana peran pengontrol yang dilakukan Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah berjalan dengan optimal terhadap pelaksanaan
pendidikan. Beberapa fungsi yang dapat dilakukan Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah dalam hubungannya dengan perannya sebagai badan
pengontrol terhadap perencanaan pendidikan antara lain: melakukan kontrol
terhadap proses pengambilan keputusan di lingkungan Dinas Pendidikan,
termasuk penilaian terhadap kualitas kebijakan yang ada.
Komite Sekolah juga dapat melakukan fungsi yang sama seperti yang dilakukan
Dewan Pendidikan, yaitu: melakukan kontrol terhadap proses pengambilan
keputusan dan perencanaan pendidikan di sekolah, termasuk kualitas kebijakan
yang ada.
Komite Sekolah dalam hal ini juga dapat melakukan fungsi yang sama dengan
Dewan Pendidikan. Yang menjadi perbedaan adalah objek yang diamati. Komite
Sekolah dalam hal ini mengontrol pelaksanaan program di sekolah, di samping
alokasi dana dan sumber-sumber daya bagi pelaksanaan program tersebut.
4. Komite Sekolah sebagai Mediator (Mediator Agency)
Dalam kaitannya dengan fungsi manajemen pendidikan, koordinasi, kerlibatan,
serta partisipasi merupakan kegiatan yang penting dalam perencanaan. Sebagai
badan mediator, Pada level sekolah, Komite Sekolah juga dapat berfungsi
sebagai mediator dan menjadi penghubung Sekolah dengan masyarakat, atau
antara sekolah dengan Dinas Pendidikan. Banyak permasalahan yang sering
timbul di antara komponen pendidikan, dalam hal ini sekolah dengan
masyarakat, memberikan peluang bagi komite sekolah sebagai badan mediator
untuk meminimalisir permasalahan yang ada, sehingga tercipta suasana yang
kondusif antara masyarakat dan sekolah
Selain menjembatani antara masyarakat dan sekolah, komite sekolah memiliki
peranan sebagai mediator dalam pelaksanaan program sekolah, sehingga
berbagai kebijakan dan program yang telah ditetapkan sekolah dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Bagi Komite Sekolah, peran yang harus dijalankan sebagai mediator adalah
memberdayakan sumber daya, dalam hal ini sumber daya yang ada pada orang
tua atau masyarakat bagi pelaksanaan pendidikan di sekolah.

C. Pemberdayaan Komite Sekolah

Salah satu tujuan pembentukan komite sekolah adalah sebagai wadah untuk
menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional
dan program pendidikan pada tiap satuan pendidikan. Dengan demikian, segala
kebijakan operasional tiap satuan pendidikan sebenarnya dapat melalui konsultasi
dengan komite sekolah yang sebelumnya dikenal dengan sebutan BP3 (Badan
Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan).

Menurut Mardiyono (2004), komite sekolah mempunyai peran di satuan pendidikan,


yaitu sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
pendidikan; sebagai pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun
tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; sebagai pengontrol dalam rangka
transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan; serta mediator
antara pemerintah (eksekutif) dan masyarakat. Bentuk dan sifat peran serta masyarakat
umumnya masih dalam pemberian sumbangan dana, misalnya pembayaran SPP dan
iuran dana Komite Sekolah. Hal ini tidak terlepas dari semakin terbatasnya berbagai
sumber pendukung dari pemerintah.

Karena itu, untuk mewujudkan kondisi yang memadai, Mulyasa dalam bukunya


“Manajemen Berbasis Sekolah” (2004:12) mengemukakan bahwa tanggung jawab
masyarakat mengandung pengertian bahwa masyarakat harus membantu terlaksananya
pendidikan yang diselenggarakan pemerintah, berpartisipasi secara aktif dalam
penyelenggaraan pendidikan, dan dapat menciptakan kondisi belajar untuk
mewujudkan pendidikan seumur hidup.
Lebih tegas lagi, Jalal dan Supriadi dalam buku “Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
Otonomi Daerah” (2001:99) berpendapat bahwa sumbangan masyarakat diharapkan
tidak hanya berbentuk materi tetapi tenaga dan pemikiran.

Maka kesimpulan yang dapat kita tarik adalah dibutuhkan suatu pemberdayaan dari
sebuah organisasi sekolah yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan, dalam hal ini
komite sekolah.

Salamuddin (2005) mengatakan bahwa Pemberdayaan Komite Sekolah merupakan


alternatif pengelolaan sekolah dengan harapan mampu mendorong terwujudnya mutu
pendidikan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam batas operasional, Komite Sekolah
melahirkan kebijakan pengelolaan dana masyarakat (public fund), meningkatkan
tanggung jawab dan peran aktif masyarakat, serta menciptakan suasana kondusif,
transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya
peningkatan mutu akan lebih awal tercapai jika kepala sekolah dan Komite Sekolah
menjadi tim yang kompak dan cerdas.

D. Fungsi Komite Sekolah

Fungsi Komite Sekolah adalah sebagai berikut:

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap


penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
2. Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/ organisasi), pemerintah,
dan DPRD berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada pemerintah
daerah/DPRD mengenai:
- kebijakan dan program pendidikan
- kriteria kinerja daerah dalam bidang pendidikan
- kriteria tenaga kependidikan, khususnya guru/tutor dan kepala satuan
pendidikan
- kriteria fasilitas pendidikan ◦ hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan
5. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
6. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan.

Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Komite Sekolah dalam


implementasinya memiliki peran sebagai berikut:
1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan.
2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun
tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan.
3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan.
4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dan DPRD dengan masyarakat.

Sedangkan tugas pokok komite sekolah adalah sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan rapat-rapat komite sesuai program yang ditetapkan.


2. Bersama-sama sekolah merumuskan dan menetapkan visi dan misi, menyusun
standar pembelajaran, menyusun rencana strategis pengembangan sekolah,
menyusun dan menetapkan rencana program tahunan, serta mengembangkan
potensi ke arah prestasi unggulan.
3. Membahas dan turut menetapkan pemberian tambahan kesejahteraan.
4. Menghimpun, menggali dan mengelola sumber dana dan kontribusi lainnya baik
material maupun non-material dari masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai