Anda di halaman 1dari 7

BORANG PORTOFOLIO KASUS MEDIK

Topik : TB Paru Pada Anak


Tanggal (kasus) : 8 Desember 2016 Presenter : dr. Anggun Setyawati
Tanggal Presentasi : 23 Desember 2016 Pendamping : dr. Adriana K. Galla
Tempat Presentasi : RSUD Syekh Yusuf, Gowa
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan √ □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka √
□ Diagnostik √ □ Manajemen √ □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak √ □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Pasien anak laki-laki diantar oleh tantenya ke poli anak RSUD Syekh
Yusuf dengan keluhan batuk sejak + 1 bulan yang lalu. Batuk berdahak
(+). Sesak (+) kadang. Riwayat sering demam (+). Riwayat kontak
□ Deskripsi :
dengan penderita TB (+), ayah dan ibu. Bapak minum OAT tahun lalu
dan dinyatakan sembuh. Ibu meninggal dengan penyakit TB 3 tahun lalu,
riwayat terapi OAT pada ibu (-). Nafsu makan ↓, anak malas makan.
Mampu mendiagnosis TB paru pada anak dan mampu melaksanakan
□ Tujuan : tatalaksana yang tepat.

Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus √ □ Audit
Bahasan :
Cara
□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi √ □ E-mail □ Pos
Membahas :
Data Pasien : Nama : An.MA No. Registrasi : 45.58.44
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
TB Paru Pada Anak
Pasien anak laki-laki diantar oleh tantenya ke poli anak RSUD Syekh Yusuf
dengan keluhan batuk sejak + 1 bulan yang lalu. Batuk berdahak (+). Sesak (+)
kadang. Riwayat sering demam (+). Riwayat kontak dengan penderita TB (+),
bapak dan ibu. Bapak minum OAT tahun lalu dan dinyatakan sembuh. Ibu
meninggal dengan penyakit TB 3 tahun lalu, riwayat terapi OAT pada ibu (-).
Nafsu makan ↓, anak malas makan.
2. Riwayat Pengobatan : Riwayat diterapi di puskesmas dengan batuk dan sesak (GG,
CTM, Salbutamol)
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit : -
4. Riwayat Keluarga : Bapak dan ibu menderita TB Paru
5. Riwayat Pekerjaan : Pelajar
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : tidak ada yang berhubungan
7. Lain-lain : tidak ada
Daftar Pustaka :
1. Baratawidjaja, K.G., 2004. Imunologi Dasar (edisi ke-6), Balai Penerbit FK UI,
Jakarta.
2. Behrman, Kliegman, Arvin, 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Buku
Kedokteran AGC, Jakarta.
3. Corry, S., Wahidiyat, I., Sastroasmoro, S., 2003. Diagnosis Fisis pada Anak. CV

1
Sagung Seto, Jakarta.
4. Nastiti N Rahajoe, dkk. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. 2005. Jakarta :
UKK Pulmonologi PP IDAI : 33-50
Hasil Pembelajaran :
1. TB Paru Pada Anak
2. Penegakkan diagnosa TB Paru Pada Anak
3. Tatalaksana TB Paru Pada Anak

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subyektif

Pasien anak laki-laki diantar oleh tantenya ke poli anak RSUD Syekh Yusuf dengan
keluhan batuk sejak + 1 bulan yang lalu. Batuk berdahak (+). Sesak (+) kadang. Riwayat
sering demam (+). Riwayat kontak dengan penderita TB (+), bapak dan ibu. Bapak
minum OAT tahun lalu dan dinyatakan sembuh. Ibu meninggal dengan penyakit TB 3
tahun lalu, riwayat terapi OAT pada ibu (-). Nafsu makan ↓, anak malas makan.

2. Objektif :

Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Composmentis
 Nadi : 68 x/menit
 Frekuensi Nafas : 20 x/ menit
 Suhu : 37.00 C

Status Internus
 Kepala : Tidak ada kelainan
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik
 Kulit : Turgor kulit baik, bibir sianosis (-)
 Thoraks
o Paru
Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri = kanan, retraksi dinding dada(-)
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, rhonki +/+ wheezing -/-
o Jantung
Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat
Palpasi : Iktus jantung teraba di linea midclavicula sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bising tidak ada, bunyi jantung tambahan tidak ada
 Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (-)

2
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

 Ekstremitas : Edema (-/-)


 Alat kelamin : Skrotum edema (-)

Pemeriksaan Penunjang:
 Tes tuberculin (8/12/2016) : 12 mm (positif)
3. Assesment (penalaran klinis) :

Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya. TB Anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak
usia 0-14 tahun.

Cara Penularan
- Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA positif, baik dewasa maupun anak.
- Anak yang terkena TB tidak selalu menularkan pada orang di sekitarnya, kecuali anak
tersebut BTA positif atau menderita adult type TB.
- Faktor risiko penularan TB pada anak tergantung dari tingkat penularan, lama pajanan,
daya tahan pada anak. Pasien TB dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko
penularan lebih besar daripada pasien TB dengan BTA negatif.
- Pasien TB dengan BTA negatif masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB.
Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan
hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto
thoraks positif adalah 17%.

Patogenesis
Kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil (<5 µm),
akan terhirup dan dapat mencapai alveolus.. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat
dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak terjadi
respons imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya
dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman,
makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar dihancurkan. Akan
tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang
biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya, kuman
TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang dinamakan fokus primer Ghon.
Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar
limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer.
Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di
kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di lobus bawah atau
tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler),
sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar

3
paratrakeal. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan
kompleks primer (primary complex).
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer
secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal ini berbeda dengan pengertian masa
inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman
hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB bervariasi selama 2−12 minggu,
biasanya berlangsung selama 4−8 minggu. Selama masa inkubasi tersebut, kuman
berkembang biak hingga mencapai jumlah 103–104, yaitu jumlah yang cukup untuk
merangsang respons imunitas selular.
Pada saat terbentuknya kompleks primer, TB primer dinyatakan telah terjadi. Setelah
terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TB terbentuk, yang dapat
diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu uji tuberkulin
positif. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Pada sebagian besar individu
dengan sistem imun yang berfungsi baik, pada saat sistem imun selular berkembang,
proliferasi kuman TB terhenti. Akan tetapi, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup
dalam granuloma. Bila imunitas selular telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke
dalam alveoli akan segera dimusnahkan oleh imunitas selular spesifik (cellular mediated
immunity, CMI).
Setelah imunitas selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya akan
mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah terjadi
nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis
dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di
jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam
kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan gejala sakit TB

Diagnosis TB Pada Anak


Pasien TB anak dapat ditemukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada :
1. Anak yang kontak erat dengan pasien TB menular. Yang dimaksud dengan kontak erat
adalah anak yang tinggal serumah atau sering bertemu dengan pasien TB menular. Pasien
TB menular adalah terutama pasien TB yang hasil pemeriksaan sputumnya BTA positif
dan umumnya terjadi pada pasien TB dewasa. Pemeriksaan kontak erat ini akan diuraikan
secara lebih rinci dalam pembahasan pada bab profilaksis TB pada anak.
2. Anak yang mempunyai tanda dan gejala klinis yang sesuai dengan TB anak.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi sistemik dan organ yang paling sering terkena
adalah paru. Gejala klinis penyakit ini dapat berupa gejala sistemik/umum atau sesuai
organ terkait. Perlu ditekankan bahwa gejala klinis TB pada anak tidak khas, karena
gejala serupa juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit selain TB.

Gejala sistemik/umum TB anak adalah sebagai berikut:


1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan adekuat
atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik.
2. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam

4
tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi.
Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai
dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.
3. Batuk lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau intensitas
semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat disingkirkan.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to
thrive).
5. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
6. Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
diare.

Penegakkan diagnosis TB Anak dan waktu untuk memulai terapi OAT pada anak
menggunakan sistem skoring TB.

ALGORITME TATALAKSANA TB ANAK

5
4. Plan :

Diagnosis Kerja
Tuberkulosis Paru Pada Anak

Terapi
• Kombinasi dosis tetap 3 tablet/hari
• Vitamin B kompleks
• Vitamin C

Edukasi :
• TB Paru Pada Anak merupakan suatu kondisi klinis yang memerlukan terapi
selama 6 bulan (tidak boleh putus obat)
• Penjaringan kasus TB pada orang-orang yang serumah dengan pasien

Konsultasi : Konsultasi dokter spesialis anak.

6
Kontrol :

Hasil yang
Kegiatan Periode
Diharapkan

Follow up keadaan pasien Dilakukan setiap bulan selama Perbaikan dari gejala
pasien kontrol di poli anak RSUD yang dialami pasien.
Syekh Yusuf

Nasihat Setiap kontrol Diberikan kepada


pasien dan keluarga
pasien agar kualitas
hidup pasien membaik

Gowa, 23 Desember 2016

Peserta, Pendamping,

dr. Anggun Setyawati dr. Adriana K. Galla

Anda mungkin juga menyukai