Anda di halaman 1dari 7

BORANG PORTOFOLIO KASUS JIWA

Topik : Gangguan Cemas Menyeluruh


Tanggal (kasus) : 3 Apil 2017 Presenter : dr. Elim Jusri
Tanggal Presentasi : 17 April 2017 Pendamping : dr. Adriana K Galla
Tempat Presentasi : RSUD Syekh Yusuf, Gowa
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan √ □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka √
□ Diagnostik √ □ Manajemen √ □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa √ □ Lansia □ Bumil
Pasien masuk rumah sakit datang dengan keluhan gelisah, susah tidur dan
jantung berdebar-debar, terutama pada malam hari menjelang tidur.
□ Deskripsi :
Dialami sejak 6 bulan yang lalu setelah pasien terdiagnosa menderita
penyakit jantung. Pasien juga mengeluh sering merasa sesak napas.
□ Tujuan : Mengenal gejala gangguan cemas menyeluruh dan penatalaksanaannya

Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus √ □ Audit
Bahasan :
Cara
□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi √ □ E-mail □ Pos
Membahas :
Data Pasien : Nama : Ny K No. Registrasi : 45.88.16
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Pasien perempuan 50 tahun masuk poli jiwa rumah sakit dengan keluhan jantung
berdebar-debar, terutama pada malam hari menjelang tidur. Dialami sejak 6 bulan
yang lalu setelah pasien terdiagnosa penyakit jantung. Pasien juga mengeluh susah
tidur dan sering merasa sesak napas.
2. Riwayat Pengobatan : -
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit : Riwayat PJK , dan rutin berobat di poli Interna
4. Riwayat Keluarga : Hubungan dengan keluarga baik. Tidak ada keluhan yang sama
dalam keluarga
5. Riwayat Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : tidak ada yang berhubungan
7. Lain-lain : tidak ada
Daftar Pustaka :
1. Maslim R. F41.1. Gangguan cemas menyeluruh dalam buku PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UnikaAtma Jaya, 2003.
2. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga University Press,
2004.
3. Mansjoer. A, dkk. Gangguan Cemas Menyeluruh dalam Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 2001.

Hasil Pembelajaran :
1. Definisi gangguan cemas menyeluruh
2. Penegakkan diagnosa gangguan cemas menyeluruh

1
3. Tatalaksana gangguan cemas menyeluruh
4. Prognosis gangguan cemas menyeluruh

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subyektif

Pasien perempuan, 50 tahun, datang ke poli jiwa RSUD Syekh Yusuf diantar oleh
keluarganya dengan keluhan jantung berdebar-debar, terutama pada malam hari yang
dialami sejak 6 bulan yang lalu setelah pasien terdiagnosa PJK. Pasien juga mengeluh
susah tidur dan sering merasa sesak napas. Pasien merasakan cemas karena penyakit
DM yang dideritanya. Nyeri kepala (+) , sulit tidur dan sering terbangun saat tidur serta
sulit untuk tidur kembali. BAK lancar. BAB biasa.
- Riwayat DM (-)
- Riwayat hipertensi tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal tidak ada

2. Objektif :

Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Composmentis
 Nadi : 100 x/menit
 Frekuensi Nafas : 22 x/ menit
 Suhu : 36.70 C

Status Internus
 Kepala : Tidak ada kelainan
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik
 Kulit : Turgor kulit baik, bibir sianosis (-)

 Thoraks
o Paru
Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri = kanan, retraksi dinding dada(-)
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, rhonki +/+ wheezing -/-
o Jantung
Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat
Palpasi : Iktus jantung teraba di linea midclavicula sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bising tidak ada, bunyi jantung tambahan tidak ada
 Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (-)

2
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

 Ekstremitas : Edema (-/-)


 Alat kelamin : Tidak tampak kelainan

Dari pemeriksaan status psikiatrik diperoleh; kesan umum seorang wanita sesuai
umur, tidak tampak sakit jiwa, rawat diri baik. Kesadaran composmentis; orientasi orang,
waktu, tempat, dan situasi baik. Sikap/tingkah laku tenang dan kooperatif; roman muka
terbatas; afek appropriate. Proses arus pikir kualitatif relevan dan koheren; isi pikir berupa
kecemasan berlebihan. Bentuk pikir realistik, gangguan persepsi tidak ada serta
perhatian dan insight baik. 

Status mental pasien dalam batas normal, dan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kelainan. Tidak terdapat halusinasi, ilusi,
depersonalisasi dan derealisasi. Arus pikiran, produktivitas cukup, kontinuitas relevan –
koheren, tidak ada hendaya berbahasa.

Diagnosis sementara : gangguan cemas menyeluruh


3. Assesment (penalaran klinis) :

Gangguan cemas menyeluruh adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan


dihayati disertai berbagai gejala somatik, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam
fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien.
Pada gangguan ini, terdapat hipotesis bahwa pasien mewujudkan respons secara tidak
tepat dan tidak akurat terhadap bahaya yang dihadapinya. Dikatakan pula terdapat gejala
konfik bawah sadar yang tidak terpecahkan.
Gejala yang ditunjukkan pasien ini menunjukkan adanya kecemasan yang tidak
terbatas pada situasi khusus tertentu. Penderita dengan kecemasan umumnya menyadari
bahwa ia sedang terganggu. Untuk memahami suatu gangguan cemas tidak dapat dilihat
hanya pada gejala- gejalanya saja. Gejala- gejala hanya menunjukkan bahwa individu itu
sedang terganggu karena keadaan tegang atau cemas. Gejala dapat menunjukkan jalan ke
jenis konflik yang sedang dialami pasien.
Dokter harus dapat mencari sumber kecemasan, peristiwa atau keadaan yang
menimbulkan rasa cemas pada pasien. Gangguan cemas mudah terjadi dalamkeadaan yang
menimbulkan perubahan besar dalam kehidupan manusia dan individu itu harus
menyesuaikan diri dengan keadaan baru itu. Pasien ini diketahui adalah seorang pensiunan
pegawai negeri. Keluhan ini dirasakan oleh pasien sejak 6 bulan yang lalu sejak
terdiagnosa PJK setahun yang lalu.
Faktor yang menyebabkan gangguan ini terletak terutama pada bidang emosi.
Kebanyakan penyebab gangguan cemas terdapat dalam perasaan yang direpresi, didesak
lalu diubah atau dialihkan menjadi dorongan rasa kebencian, permusuhan, kebutuhan akan
persetujuan dan keamanan, ketidak mampuan untuk mengadakan ketertiban dan keamanan
dalam penghidupan. Hal- hal ini sering menimbulkan konflik dan menimbulkan
kecemasan.

3
Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan berdasarkan:
 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau
hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating”
atau “mengambang”).
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
berkonsentrasi, dsb)
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,
sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)

Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F.32.-), gangguan
anxietas fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0), atau gangguan obsesif-kompulsif
(F.42.-). Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh:

Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar


2. Otot tegang/kaku/pegal
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat
6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah/dingin
8. Mulut kering
9. Kepala pusing/rasa melayang
10. Mual, mencret, perut tak enak
11. Muka panas/ badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
Kewaspadaan berlebihan dan 13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu
Penangkapan berkurang 14. Mudah terkejut/kaget
15. Sulit konsentrasi pikiran
16. Sukar tidur
17. Mudah tersinggung

Pengobatan yang efektif adalah kombinasi psikoterapi, farmakoterapi dan pendekatan


suportif. Psikoterapi dan suportif gangguan cemas menyeluruh adalah dengan mencari dan
membicarakan konflik yang dialami pasien, menjamin kembali (reassurance), gerak badan
serta rekreasi yang baik. Obat tranquilaizer dan benzodiazepin biasanya dapat
menghilangkan dengan segera suatu gangguan cemas menyeluruh.

1) Psikoterapi

4
a. Psikodinamik (Insight), ditujukan untuk mengungkap konflik masa lalu yang mendasari
dan merupakan sumber kecemasan yang sebenarnya
b. CBT (Cognitive-Behavioral Therapy), dengan cognitive restructuring, yaitu
mengidentifikasi pikiran-pikiran yang berhubungan dengan kecemasan lalu
menggantinya dengan respon ‘coping’yang lebih positif
2) Somatoterapi
a. Ansiolitik Benzodiazepin,
·  Ansiolitik yang paling sering digunakan
· Tidak mengurangi kekhawatiran, namun mengatasi kecemasan dengan menurunkan
kewaspadaan dan dengan menghilagkan gejala somatik seperti ketegangan otot
· Semua benzodiazepin memiliki efikasi yang sama, menyebabkan sedasi, gangguan
kosentrasi, dan amnesia anterograde. Spektrum klinis benzodiazepin meliputi:
 Ansiolitik
 Antikonvulsan
 Antiinsomnia
 Premedikasi bedah
·         Beberapa contoh benzodiazepin:
 Diazepam dan Chlordiazepoxide, merupakan benzodiazepin broadspectrum
 Nitrazepam dan Flurazepam, lebih efektif sebagai antiinsomnia karena dosis
antiinsomnia berdekatan dengan dosis anticemas
 Midazolam, onset cepat dan kerja singkat, cocok untuk premedikasi bedah
 Bromazepam, Lorazepam, dan Clobazam, lebih efektif sebagai anticemas karena dosis
antiinsomnia dan anticemas yang berjauhan
 Clobazam, efek samping terhadap performa psikomotor paling kecil, cocok untuk
pasien dewasa atau pasien lansia yang ingin aktif
 Lorazepam, benzodiazepin dengan waktu paruh pendek dan tidak ada akumulasi obat
yang signifikan pada dosis terapi, cocok untuk pasien dengan kelainan fungsi hati dan
ginjal
 Alprazolam, efektif untuk ansietas antisipatorik, memiliki onset cepat dan komponen
anti depresi

b. Ansiolitik Non Benzodiazepin


 Sulpiride, efektif untuk meredakan gejala somatik dari sindrom ansietas dan resiko
ketergantungan paling kecil
 Buspirone, obat yang sering digunakan untuk pasien dengan kecemasan kronik,
pasien yang relaps setelah terapi dengan benzodiazepin, dan pasien dengan riwayat
penyalahgunaan zat. Tidak seperti benzodiazepin, buspirone lebih mengurangi
kecemasan daripada gejala somatik pada Gangguan cemas menyelurh (Generalized
Anxiety Disorder, GAD). Buspirone sama efektifnya dengan benzodiazepin untuk

5
terapi pasien dengan GAD. Buspiron juga tidak menyebabkan ketergantungan dan
toleransi. Namun perlu diinformasikan pada pasien bahwa, tidak seperti
benzodiazepin yang dapat langsung menghilangkan gejala kecemasan, onset
Buspirone perlu 2-3 minggu.
c. Antidepresan Trisiklik, Imipramine, efektif dalam mengendalikan kecemasan pada
GAD, namun belum diteliti efektivitasnya jika dibandingkan dengan Benzodiazepin
atau Buspirone. Dapat juga digunakan alternatif Desmipramine atau Nortriptiline
dengan efek samping antikolinergik dan antiadrenergik yang lebih ringan.
d. Antidepresan Atipikal, Trazodone, untuk pasien yang tidak merespon pada agen yang
lain, penggunaan dibatasi karena efek samping sedasi dan priapismus yang tinggi.
Nefazodone dapat digunakan sebagai alternatif karena efek sampingnya lebih dapat
ditoleransi
e. Antidepresan Atipikal, Venlafaxine, memiliki efek anticemas dan antidepresi untuk
pasien dengan GAM disertai Depresi Mayor

4. Plan :

Diagnosis Kerja
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis, ditemukan gejala dan tanda yang mengarah ke
diagnosis gangguan cemas menyeluruh (F41.1).

Terapi
Pasien dianjurkan untuk berkonsultasi dengan ahli psikiatrik untuk dapat mengobati lebih
lanjut penyakit yang sedang dideritanya.

Konsultasi
Konsultasi diperlukan untuk memberikan penatalaksanaan yang optimal kepada pasien.
Pasien ini kemudian dirujuk kepada dokter ahli psikiatrik untuk mendapatkan advis
pengobatan selanjutnya.

Prognosis:
Prognosis pasien pada umumnya tergantung pada kepribadian sebelumnya, bila relatif
stabil, maka prognosa lebih baik. Bila akut, prognosa juga lebih baik. Bila stres yang
menyebabkan kecemasan itu mudah diatasi, maka prognosa juga baik. Tetapi jika kronik
mungkin dapat berlangsung seumur hidup.

6
Gowa, 17 April 2017

Peserta, Pendamping,

dr. Elim Jusri dr. Adriana K Galla

Anda mungkin juga menyukai