NYERI
DEFINISI
Menurut The International Association for the
Study of Pain (IASP) tahun 1979, nyeri
didefinisikan sebagai suatu sensori subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang
didapat terkait dengan kerusakan jaringan
aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan.
Manajemen Nyeri
KLASIFIKASI
Berdasarkan Jenisnya
1. Nyeri nosiseptif
Nyeri karena kerusakan jaringan baik somatik maupun viseral.
Stimulasi nosiseptor mediator inflamasi dari jaringan, sel imun dan ujung
saraf sensoris dan simpatik.
2. Nyeri neurogenik
Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada
sistem saraf perifer. Hal ini disebabkan karena cedera pada jalur serat saraf
perifer, infiltrasi sel kanker pada serabut saraf, dan terpotongnya saraf perifer .
(panas, tertusuk dan kadang disertai hilangnya rasa tidak enak pada perabaan.
3. Nyeri psikogenik
Nyeri yang berhubungan dengan gangguan jiwa misalnya cemas dan depresi.
Manajemen Nyeri
KLASIFIKASI
Berdasarkan timbulnya nyeri
Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera
(kerusakan jaringan), misalnya nyeri pasca bedah.
Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten
yang menetap sepanjang suatu periode tertentu,
berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya
berlangsung lebih dari tiga bulan.
Manajemen Nyeri
Tabel
Perbedaan Nyeri Akut dan Kronik
Nyeri Akut Nyeri Kronik
Lamanya dalam hitungan Lamanya sampai > 3 bulan
menit
Sensasi tajam menusuk Sensasi terbakar, tumpul,
pegal.
Dibawa oleh serat A-delta Dibawa oleh serat C
Ditandai dengan Fungsi fisiologis bersifat
peningkatan BP, nadi, dan normal
respirasi
Kausanya spesifik, dapat Kausanya mungkin jelas
diidentifikasi secara biologis mungkin tidak
Respon pasien: Fokus pada Tidak ada keluhan nyeri,
nyeri depresi dan kelelahan.
Manajemen Nyeri
KLASIFIKASI
Berdasarkan Derajatnya
KLASIFIKASI
Berdasarkan Sumbernya
Nyeri somatik
Nyeri yang stimulusnya berasal dari kulit,
jaringan subkutan dan membran mukosa. Nyeri biasanya
dirasakan seperti terbakar, tajam dan terlokalisasi.
Nyeri visceral
Nyeri karena perangsangan organ viseral atau
membran yang menutupinya (pleura parietalis,
perikardium, peritoneum). Nyeri tipe ini dibagi lagi
menjadi nyeri viseral terlokalisasi, nyeri parietal
terlokalisasi, nyeri alih viseral dan nyeri alih parietal.
Manajemen Nyeri
Mekanisme
Nyeri
1. Transduksi
2. Transmisi
3. Modulasi
4. Persepsi
Manajemen Nyeri
EFEK NYERI
1. Sistem Respirasi
Karena pengaruh dari peningkatan laju
metabolisme, dan hormon seperti bradikinin dan
prostaglandin menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen tubuh dan produksi karbondioksida
mengharuskan terjadinya peningkatan ventilasi
sehingga meningkatkan kerja pernafasan, Disaat yang
bersamaan terjadi penurunan gerakan dinding
thoraks. Hal ini mengarah pada terjadinya
atelektasis, intrapulmonary shunting, hipoksemia, dan
terkadang dapat terjadi hipoventilasi.
Manajemen Nyeri
EFEK NYERI
2. Sistem Kardiovaskuler
EFEK NYERI
3. Sistem Gastrointestinal
EFEK NYERI
4. Sistem Urogenital
EFEK NYERI
5. Sistem Metabolisme dan Endokrin
EFEK NYERI
6. Sistem Hematologi
EFEK NYERI
7. Sistem Imunitas
EFEK NYERI
8. Secara Psikologis
1. Blood Pressure
2. Heart Rate
3. Respiratory Rate
4. Temperature
5. Pain
American Pain Society (APS) has redefined PAIN as the 5th vital sign
Health care professional has to assess patients for pain every time
Manajemen Nyeri
PAIN ASSESSMENT
O nset
When did it begin? How long does it last? How often
does it occur?
P recipitating/Alleviating Factors:
What brings it on? What makes it better? What makes
it worse?
Q uality of Pain:
Ask the patient to describe the pain using words like
sharp, dull, stabbing, burning
R adiation
Does pain exist in one location or radiate to other
areas?
S everity
Have patient use a descriptive, numeric or visual scale
to rate the severity of pain.
Manajemen Nyeri
Subyektif
SKALA NYERI :
TIDAK NYERI : SKOR 0
RINGAN : SKOR 1 3
SEDANG : SKOR 4 6
BERAT : SKOR 7 - 10
Manajemen Nyeri
0 1 2
Face (wajah) Tidak ada ekspresi Kadang meringis atau mengerutkan Sering cemberut konstan, rahang
tertentu atau kening, menarik diri, tidak tertarik, terkatup, dagu bergetar, kerutan
senyum, kontak mata wajah terlihat cemas, alis diturunkan, yang dalam di dahi, mata tertutup,
dan bunga di mata sebagian tertutup, pipi terangkat,
mulut terbuka, garis yang dalam di
lingkungan mulut mengerucut
sekitar hidung / bibir
Leg (kaki) Posisi normal atau Tidak nyaman, gelisah, tegang, tonus Menendang atau kaki disusun,
santai meningkat, kaku, fleksi / ekstensi hipertonisitas fleksi / ekstensi
anggota badan intermiten anggota badan secara berlebihan,
tremor
Activity Berbaring dengan Menggeliat, menggeser maju mundur, Melengkung, kaku, atau
(Aktivitas) tenang, posisi normal, tegang, ragu-ragu untuk bergerak, menyentak, posisi tetap, goyang,
bergerak dengan menjaga, tekanan pada bagian tubuh. gerakan kepala dari sisi ke sisi,
mudah dan bebas menggosok bagian tubuh.
Cry (Menangis) Tidak ada teriakan / Erangan atau rengekan, sesekali Terus menerus menangis, menjerit,
erangan (terjaga menangis, mendesah, sesekali isak tangis, mengerang,
atau tertidur) mengeluh. menggeram, sering mengeluh
Consolability Tenang, santai, tidak Perlu keyakinan dengan sekali-sekali Sulit untuk dibujuk atau dibuat
memerlukan menyentuh sesekali, memeluk, nyaman
Menghibur atau 'berbicara'. Perhatian mudah
beralih
Manajemen Nyeri
Pengkajian nyeri pada Neonatus
Faces pain
0 1 2 3 4 5
assessment No hurt Hurts Hurts Hurts Hurts Hurts
NO scale Little bit Little more Even more Whole lot Worst
Alternative
(Fig A) coding 0 2 4 6 8 10
Patient
Fig. B VRS*
VAS
Fig. D VAS1
assessment Visual analogue scale (VAS)
scale
(Fig D) No pain Worst
possible pain
1 adapted from McCaffery M, pasero C. pain; Clinical Manual 1999 with permission from Elsevier
* With permission from Elsevier
Manajemen Nyeri
PENATALAKSANAAN NYERI
5 essential concepts
By mouth
By the clock
By the ladder
By individual
With attention to detail
Manajemen Nyeri
Skala nyeri 1-3 : Ringan Skala Nyeri 4-6 : Sedang Skala Nyeri 7-10 : Berat
Pemantauan derajat nyeri setiap pergantian jaga dan Lapor DPJP Lapor DPJP
didokumentasikan (catatan Observasi komprehensif ) Tatalaksana penanganan nyeri oleh DPJP Konsul Tatalaksana Nyeri
Edukasi manajemen nyeri Pemantauan derajat nyeri setiap 2 jam (catatan Tatalaksana Nyeri oleh Tim Tatalaksana Nyeri
Observasi komprehensif ) Pemantauan derajat nyeri setiap 1 jam dan
disesuaikan dengan rute pemberian obat (1 jam
setelah diberi obat Oral dan 30 menit setelah
diberi obat Intra Muscular dan Intra Vena
Pendekatan Farmakologis
Analgetik
1. Analgetik non-opioid
Asetaminofen (paracetamol)
OAINS. (COX 1 dan COX 2)
Analgetik
2. Analgetik Opioid
Reseptor (agonis morfin).
Reseptor k (agonis ketocyclazocine).
Reseptor delta (agonis delta-alanin-
leusin-enkefalin).
Manajemen Nyeri
Analgesia Balans
cont
menggunakan beberapa macam obat analgetika
yang mempunyai titik tangkap kerja yang berbeda
disebut balans anlgesia atau pendekatan polifarmasi.
Dapat digunakan dua atau lebih jenis obat dengan titik
tangkap yang berbeda.
Dengan pendekatan ini, dosis masing-masing
individu obat tersebut menjadi jauh lebih kecil, tetapi
akan menghasilkan kualitas analgesia yang lebih adekuat
dengan durasi yang lebih panjang. Dengan demikian efek
samping yang dapat ditimbulkan oleh masing-masing
obat dapat dihindari.
Manajemen Nyeri
PCA
(Patient Controlled Analgesia)