1
ISSN : 1907 - 6037
1
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor,
Bogor 16680, Indonesia
*)
E-mail: hartoyo@ipb.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik ibu dan keluarga dengan nilai
anak dan faktor yang mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan orang tua dan keikutsertaan orang tua dalam
program KB. Penelitian ini melibatkan 60 keluarga akseptor dan nonakseptor KB yang dipilih secara acak. Usia
ibu berhubungan signifikan dengan dimensi kekuatan dan pengaruh, status pekerjaan ibu berhubungan signifikan
dengan dimensi stimulasi dan kebahagiaan dan dimensi moralitas, pendidikan ibu berhubungan signifikan
dengan dimensi moralitas, jumlah anak lahir hidup berhubungan signifikan dengan dimensi status dewasa dan
identitas sosial dan dimensi manfaat ekonomi dan jaminan di masa tua, dan pendapatan keluarga per kapita tidak
berhubungan signifikan dengan nilai anak. Selain itu, variabel besar keluarga berpengaruh signifikan positif
dengan jumlah anak yang diinginkan. Disamping itu, usia pertama menikah ibu dan selisih jumlah anak yang
dilahirkan dengan jumlah anak yang diinginkan berpengaruh signifikan positif terhadap keikutsertaan keluarga
dalam program KB.
This research was to analyze the correlation between mother and family characteristics with value of
children and the influence factors of demand for children and involvement of parent in family planning programme.
This research involved 60 families who be acceptor and non-acceptor KB that were selected randomly. Mother’s
age had significant correlation with power and influence dimension, working status of mother had significant
correlation with stimulation and fun dimension and morality dimension, mother’s education had significant
correlation with morality dimension, the number of living children had significant correlation with adult status and
social identity dimension and economic utility and security in old age dimension. Moreover, family size variable
had significant positive influence to demand for children. Beside that, age of mother’s first marriage and difference
of the number of living children with demand for children had significant positive influence to participating family in
family planning programme.
Key words: demand for children, family planning programme, value of children
group ties and affection), (2) stimulasi dan angka kelahiran total relatif kecil yaitu dari 2,75
kebahagiaan (stimulation and fun), (3) ekspansi menjadi 2,4 anak. Kondisi tersebut disebabkan
diri (expansion of the self), (4) status dewasa oleh banyaknya pasangan usia subur yang
dan identitas sosial (adult status and social drop out dari program KB dan ketidakmampuan
identity), (5) penghargaan, kompetensi dan untuk mengakses alat kontrasepsi, serta
kreativitas (achievement, competence and penyelenggaraan program KB yang tidak
creativity), (6) manfaat ekonomi dan jaminan di terarah terutama dalam periode lima tahun
masa tua (economic utility and security in old terakhir (Suyono, 2003).
age), (7) moralitas (morality), (8) kekuatan dan
pengaruh (power and influence), dan (9) Fenomena adanya perlambatan
perbandingan sosial (social comparison). penurunan angka kelahiran anak dalam
keluarga menunjukkan bahwa adanya
Persepsi orang tua terhadap nilai anak perubahan terhadap beberapa hal. Pertama,
berpengaruh terhadap jumlah anak yang kecenderungan orang tua dalam memaknai
diinginkan (demand for children). Bulatao dan kehadiran anak ataupun alasan orang tua untuk
Lee (1983) dan Shapiro (1997) menemukan memiliki anak. Pada masyarakat perdesaan,
hubungan positif antara nilai anak dan jumlah anak merupakan sumberdaya ekonomi dan
anak yang diinginkan. Ketika anak di- aset masa kini, sehingga kehadiran anak
persepsikan memiliki kegunaan dan manfaat sangat diharapkan dalam keluarga (Becker,
yang besar maka orang tua menginginkan diacu dalam Febrero & Schwartz, 1995).
jumlah anak yang lebih banyak. Sementara itu, Kedua, kecenderungan jumlah anak yang
ketika orang tua berpersepsi bahwa biaya atau diinginkan orang tua. Keluarga yang merasa
beban karena memiliki anak lebih besar, maka khawatir dengan kondisi kesepian (loneliness)
orang tua meminginkan anak yang lebih sedikit di masa tua maka anak diharapkan akan
(Shapiro, 1997). Walaupun demikian, ada faktor memberikan jaminan dan perlindungan di hari
lain, seperti pendapatan, latar belakang sosial tua. Hal ini mendorong keluarga untuk memiliki
dan budaya, modernisasi, serta kebijakan anak dalam jumlah yang lebih banyak
pemerintah yang secara langsung ataupun (Hoffman et al., 1978). Ketiga, keikutsertaan
tidak langsung berpengaruh terhadap jumlah keluarga dalam program KB. Penggunaan alat
anak yang diinginkan. kontrasepsi sangat efektif dalam menurunkan
fertilitas sehingga anak yang terlahir berjumlah
Dalam rangka mengendalikan laju sedikit (Lucas et al., 1984). Dengan demikian,
pertambahan penduduk, pemerintah sejak lama keluarga yang memutuskan tidak mengguna-
melaksanakan program Keluarga Berencana kan alat kontrasepsi KB tidak akan meng-
(KB). Pada masa orde baru, penyelenggaraan hentikan kehamilan selama usia subur. Namun
program KB dianggap berhasil menekan laju demikian, berbagai alasan tersebut perlu
fertilitas dan pertambahan penduduk. Keber- dibuktikan kebenarannya apakah masih terjadi
hasilan KB terjadi pada masa orde baru, yaitu pada kondisi masa kini.
melalui sosialisasi keluarga kecil (Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera/NKKBS)
dan kampanye penggunaan alat kontrasepsi Oleh karenanya, dipandang perlu untuk
secara gratis dan besar-besaran (Suyono, melakukan penelitian yang mengkaji keikut-
2003). Dalam rangka mengendalikan laju sertaan keluarga saat ini pada program KB.
pertambahan penduduk, pemerintah sejak lama Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
melaksanakan program Keluarga Berencana mengidentifikasi nilai anak (value of children)
(KB). Pada masa orde baru, penyelenggaraan dan jumlah anak yang diinginkan (demand for
program KB dianggap berhasil menekan laju children); menganalisis pengaruh usia ibu,
fertilitas dan pertambahan penduduk. pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, usia
Keberhasilan KB terjadi pada masa orde baru, suami, pendidikan suami, pendapatan per
yaitu melalui sosialisasi keluarga kecil kapita keluarga, besar keluarga, dan nilai anak
(NKKBS/Norma Keluarga Kecil Bahagia dan terhadap jumlah anak yang diinginkan orang
Sejahtera) dan kampanye penggunaan alat tua (demand for children); dan menganalisis
kontrasepsi secara gratis dan besar-besaran pengaruh usia ibu, pendidikan ibu, usia
(Suyono, 2003). Program ini berhasil me- menikah pertama ibu, status pekerjaan ibu, usia
nurunkan angka kelahiran total secara suami, pendidikan suami, besar keluarga,
signifikan dari enam anak menjadi sekitar 2,75 pendapatan per kapita keluarga, selisih jumlah
anak per keluarga. Hanya saja, keberhasilan anak lahir hidup dengan jumlah anak yang
tersebut mengalami penurunan pada masa diinginkan terhadap keikutsertaan keluarga
reformasi. Pada masa tersebut, penurunan dalam program KB.
Vol. 4, 2011 NILAI ANAK DAN KEIKUTSERTAAN KB 39
Pada kelompok akseptor, proporsi orang regresi linier berganda, seperti yang disajikan
tua yang menilai bahwa keberadaan anak pada Tabel 3, menunjukkan bahwa besar
dapat menjadikan orang tua lebih bertanggung- keluarga berpengaruh positif nyata terhadap
jawab lebih besar dibandingkan pada kelompok jumlah anak yang diinginkan (p=0,022). Artinya,
nonakseptor. Selain itu bahwa anak dinilai semakin banyak jumlah anggota keluarga maka
menjadi perlindungan orang tua di hari tua juga semakin banyak jumlah anak yang diinginkan.
lebih besar proporsinya pada kelompok
akseptor. Sementara itu, proporsi orang tua Tabel 3 Koefisien regresi karakteristik ibu,
pada kelompok nonakseptor yang menilai karakteristik keluarga, dan nilai anak
bahwa keberadaan anak dapat menghindar dari terhadap jumlah anak yang diinginkan
kesendirian, memberikan berkah, dan sebagai Beta (β)
perbandingan sosial lebih tinggi dibanding pada
kelompok akseptor (Tabel 2). Variabel bebas tidak terstan- Sig
terstan- darisasi
Jumlah Anak yang Diinginkan dan darisasi
Keikutsertaan dalam Program KB. Jumlah (Konstanta) 0,376 0,895
anak yang diinginkan (demand for children) Usia Ibu (tahun) 0,056 0,265 0,165
menjadi salah satu faktor penting dalam Pendidikan ibu 0,156 0,214 0,203
pengambilan keputusan penggunaan alat (tahun)
kontrasepsi KB. Jumlah anak yang diinginkan
Status pekerjaan -0,217 -0,051 0,744
pada kelompok nonakseptor KB berkisar antara
ibu
1 dan 12, dengan rata-rata sebesar 3,80 jiwa.
Sementara itu, pada kelompok akseptor KB, Pendidikan ayah -0,064 -0,120 0,386
kisaran jumlah anak yang diinginkan adalah 2 (tahun)
sampai 6 dengan rata-rata sebesar 3,47 jiwa. Besar keluarga 0,500 0,383 0,022*
Kelompok keluarga akseptor memiliki rata-rata (orang)
jumlah anak yang diinginkan relatif lebih kecil Pendapatan per 2,14E- 0,153 0,318
dibanding dengan dengan kelompok keluarga kapita (rupiah per 006
nonakseptor KB, namun perbedaannya tidak bulan)
signifikan (p > 0,05). Cinta dan kasih -0,174 -0,047 0,747
sayang
Pada kelompok nonakseptor KB, masih (0=tidak, 1=ya)
sekitar 46,7% keluarga yang masih mengingin- Stimulasi dan -0,551 -0,142 0,359
kan kelahiran anak lagi (jumlah anak yang kebahagiaan
sekarang dimilikinya masih lebih sedikit (0=tidak, 1=ya)
dibandingkan dengan jumlah anak yang Ekspansi diri 0,628 0,149 0,248
diinginkan), lebih besar dibanding dengan pada (0=tidak, 1=ya)
kelompok akseptor KB (33,3%). Fenomena Status dewasa -0,452 -0,062 0,659
masih banyaknya proporsi keluarga pada dan identitas
kelompok akseptor KB yang masih meng- sosial (0=tidak,
inginkan kelahiran lagi menunjukkan bahwa 1=ya)
keikutsertaan pada program KB tidak semata- Penghargaan, -0,737 -0,162 0,278
mata untuk membatasi jumlah kelahiran, tetapi kompetensi, dan
juga mengatur jarak kelahiran. Lebih lanjut, dari kreativitas
total 30 keluarga kelompok akseptor KB, 96,7% (0=tidak, 1=ya)
istri yang ikut program KB dan hanya 3,3% Manfaat ekonomi -0,892 -0,135 0,391
suami yang ikut program KB. Jenis alat dan jaminan di
kontrasepsi KB yang digunakan istri adalah masa tua
suntik KB (65,5%), pil KB (27,6%) dan IUD (0=tidak, 1=ya)
(6,9%), sementara satu orang suami yang Moralitas -0,562 -0,154 0,359
mengikuti program KB jenis MOP (sterilisasi (0=tidak, 1=ya)
khusus pria). Kekuatan dan 0,426 0,113 0,428
pengaruh
Variabel-variabel yang Berpengaruh (0=tidak, 1=ya)
terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan. Perbandingan -0,585 -0,144 0,313
Dalam model regresi linear, variabel yang diuji sosial (0=tidak,
yaitu usia ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan 1=ya)
ibu, besar keluarga, pendapatan per kapita Adjusted R
keluarga, pendidikan kepala keluarga dan 14,9
Square
sembilan dimensi nilai anak. Hasil analisis Keterangan: ** Signifikan pada taraf α = 0,05
42 HARTOYO, LATIFAH, & MULYANI Jur. Ilm. Kel. & Kons.
Meningkatnya selisih jumlah anak lahir dari tekanan sosial budaya, seperti keluarga
hidup dengan jumlah anak yang diinginkan yang menuntut segera memiliki anak, agama
sebanyak satu anak maka akan meningkatkan dan kelompok etnis yang mendorong memiliki
peluang keikutsertaan keluarga dalam KB anak dalam jumlah banyak. Hasil penelitian ini
sebesar 1,724 kali. Ini artinya, keikutsertaan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil
keluarga dalam program KB akan terjadi ketika keluarga yang tidak menjadikan faktor sosial
jumlah anak dalam keluarga sesuai dengan budaya sebagai tekanan untuk memperoleh
persepsi jumlah anak ideal, yakni jumlah anak anak.
lahir hidup melebihi atau sama dengan jumlah
anak yang diinginkan keluarga. Hasil analisis ini Sebagian besar orang tua menginginkan
sejalan dengan hasil Survey Demografi dan anak dalam jumlah sedang (3-5 orang anak).
Kesehatan Indonesia (2007) yang menunjukkan Hal ini sejalan dengan BKKBN yang
bahwa keluarga akan berpartisipasi dalam KB menyatakan bahwa untuk menuju keluarga
setelah tercapainya besar keluarga ideal dan yang bahagia, sejahtera dan berkualitas tidak
terjadinya fertilitas yang tidak diinginkan (BPS & perlu membentuk keluarga besar dengan
Macrointernational, 2008). jumlah anak yang banyak, jika tidak mampu
memenuhi kebutuhan keluarga. Kebutuhan
PEMBAHASAN keluarga tidak hanya kebutuhan pangan,
namun terdapat kebutuhan lain seperti
Nilai anak direpresentasikan sebagai
kepuasan psikologis yang diberikan anak sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan
kepada orang tuanya (Hoffman, Thronton, & dan kebutuhan masa depan anak. Kondisi
perubahan jumlah anak yang diinginkan saat ini
Manis, 1978). Dari kesembilan dimensi nilai
anak yang diteliti, dimensi nilai anak yang menunjukkan telah adanya pergeseran nilai
paling banyak dinyatakan keluarga adalah yang dianut pada keluarga pascasosialisasi KB.
Fakta ini juga menunjukkan bahwa keluarga
dimensi manfaat ekonomi dan jaminan di masa
tua (economic utility, security in old age). Hal ini saat ini, meskipun di perdesaan, menjawab
menunjukkan bahwa pada era modern seperti kelemahan sumber daya yang mereka miliki
dengan membatasi jumlah anak menjadi lebih
sekarang ini, investasi dapat dilakukan pada
berbagai hal seperti asuransi, tabungan, emas, sedikit dari generasi sebelumnya.
tanah, rumah, hewan peliharaan, ataupun
tanaman peliharaan. Namun pada ke- Penelitian ini menunjukkan bahwa
nyataannya, di desa penelitian, keluarga tetap keikutsertaan keluarga dalam program KB
memprioritaskan anak sebagai investasi masa didominasi oleh ibu. Hal ini menunjukkan
depan yang dapat menjamin ekonomi dan bahwa keikutsertaan istri dalam KB jumlahnya
perlindungan orang tua di hari tua. Hal ini lebih besar dibandingkan suami. Dengan
senada dengan pernyataan Kammeyer (1987) demikian, keberhasilan program KB cenderung
bahwa anak dapat menjamin ekonomi orang tergantung pada istri. Hasil penelitian
tua untuk bertahan hidup di usia tua. Penelitian menunjukkan bahwa alasan yang mendominasi
yang dilakukan Sunarti (2009) menunjukkan responden ikut serta dalam program KB adalah
bahwa sebagian besar ibu mengharapkan membatasi kelahiran. Hal ini menunjukkan
anaknya dapat memberi bantuan ekonomi di bahwa lebih banyak keluarga yang telah
hari tua, anak dapat membantu orang tua untuk melahirkan anak dalam jumlah yang sesuai
menyekolahkan adik-adiknya ketika sudah dengan yang diinginkan ataupun lebih besar
besar dan bekerja, bahkan sejak kecil anak dari jumlah yang diinginkan sehingga
diharapkan dapat meringankan beban responden ingin membatasi kelahiran anak
pekerjaan orang tua, baik pekerjaan di rumah dengan menggunakan cara yang efektif yaitu
maupun di tempat kerja. alat kontrasepsi KB. Hal ini sejalan dengan
Suyono (2003) menyatakan bahwa partisipasi
Nilai anak yang paling sedikit dinyatakan masyarakat dalam program KB ditentukan oleh
keluarga terletak pada dimensi status dewasa keinginan untuk membatasi kelahiran (limiting
dan identitas sosial (adult status and social birth) dan menjarangkan kelahiran (spacing
identity). Rendahnya nilai anak pada dimensi birth).
tersebut dikarenakan kehadiran anak dalam
keluarga hanya memberikan status ke- Uji regresi yang dilakukan menunjukkan
banggaan setelah menjadi orang tua. Dengan bahwa besar keluarga berpengaruh positif
demikian, nilai anak dimensi ini kemungkinan terhadap jumlah anak yang diinginkan. Artinya,
besar hanya dirasakan oleh keluarga yang baru semakin banyak jumlah anggota keluarga maka
pertama kali melahirkan anak. Lebih jelas semakin banyak jumlah anak yang diinginkan.
Kammeyer (1978) menyatakan bahwa alasan Meningkatnya jumlah anggota keluarga
orang tua memiliki anak adalah menghindar sebanyak dua orang maka akan meningkatkan
44 HARTOYO, LATIFAH, & MULYANI Jur. Ilm. Kel. & Kons.
jumlah anak yang diinginkan sebanyak satu berbeda signifikan. Jumlah anak yang
anak. Senada dengan pernyataan Bulatao dan diinginkan keluarga dipengaruhi oleh besar
Lee (1983), jumlah anak yang diinginkan keluarga. Sementara itu, keikutsertaan keluarga
menuju pada kecenderungan dalam mem- dalam program KB sebagian besar ditentukan
bentuk besar keluarga yang diinginkan. Dengan oleh ibu. Keikutsertaan keluarga dalam
demikian, besar keluarga akan meningkat program KB dipengaruhi oleh usia menikah
seiring dengan peningkatan jumlah anak yang pertama ibu dan selisih jumlah anak yang
diinginkan, karena setiap keluarga berupaya dilahirkan dengan jumlah anak yang diinginkan.
untuk mencapai jumlah anak yang diinginkan Pada kelompok nonakseptor KB, jumlah anak
dengan menggunakan caranya tersendiri. yang yang lahir hidup telah sesuai dengan
jumlah anak yang diinginkan. Sementara itu,
Hasil lain juga menunjukkan bahwa pada kelompok akseptor KB, jumlah anak yang
keikutsertaan keluarga dalam program KB lahir hidup lebih sedikit dari jumlah anak yang
dipengaruhi oleh usia menikah pertama ibu dan diinginkan. Selisih jumlah anak lahir hidup
selisih antara jumlah anak yang dilahirkan dengan jumlah anak yang diinginkan pada
dengan jumlah anak yang diinginkan. kelompok akseptor KB dan nonakseptor KB
Meningkatnya usia menikah pertama ibu akan tidak berbeda signifikan.
berpengaruh terhadap keikutsertaan keluarga
dalam program KB. Usia yang semakin dewasa Berdasarkan hasil yang diperoleh,
pada saat menikah dapat disebabkan oleh penelitian ini menyarankan untuk adanya
berbagai kemungkinan seperti meningkatnya sosialisasi mengenai perencanaan menikah
pendidikan, meningkatnya penerimaan dan memiliki anak. Selain itu, untuk mencapai
informasi dari berbagai media massa, dan keberhasilan program KB secara utuh maka
meningkatnya pengembangan pekerjaan dan dibutuhkan perhatian khusus dari pemerintah
karir (Tanziha, 1992). Menurut Ilyas (1987), dalam memberikan pelayanan publik seperti
pada status perkawinan yang stabil maka menyediakan alat kontrasepsi berbiaya murah
semakin rendah usia wanita menikah, semakin dengan kualitas terjamin atau melakukan
panjang waktu yang terpakai dalam proses subsidi silang agar seluruh lapisan masyarakat
reproduksinya. Oleh karena itu, orang yang dapat menikmati pelayanan publik tersebut.
menikah pertama di usia muda akan lebih
banyak melahirkan anak. Pada masa klimaks,
keluarga yang memiliki anak banyak akan DAFTAR PUSTAKA
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian Arnold, F., Bulatao, R., Buripakdi, C., Chung, B.
memiliki anak. Dengan demikian, akan J., Fawcett, J., Iritani, T., Lee, S. J., & Wu,
dipertimbangkan pula penggunaan alat T. S. (1975). The Value Of Children: A
kontrasepsi. Cross-National Study Introduction and
Comparative Analysis. J Pop 1. Honolulu:
Selain usia menikah pertama ibu, faktor East-West Population Institute.
lain yang berpengaruh nyata positif terhadap
peluang keikutsertaan keluarga dalam program [BPS, Macrointernational]. Badan Pusat
KB adalah selisih jumlah anak lahir hidup Statistik – Macro International. (2008).
dengan jumlah anak yang diinginkan. Indonesia Demografic and Health Survey
Keikutsertaan keluarga dalam program KB 2007. Jakarta, Catverlton, Maryland, USA:
akan terjadi ketika jumlah anak dalam keluarga BPS and Macro International.
sesuai dengan persepsi jumlah anak ideal,
Bulatao, R.A., & Lee, R.D. (1983). Determinant
yakni jumlah anak lahir hidup melebihi atau
of Fertility in Developing Countries. J Pop
sama dengan jumlah anak yang diinginkan
1. London: Academic press.
keluarga. Hasil analisis ini sejalan dengan hasil
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia Easterlin, R. A. (1975). An Economic
(2007) yang menunjukkan bahwa keluarga Framework for Fertility Analysis. J Pop :
akan berpartisipasi dalam KB setelah 6(3). [terhubung berkala]. Tersedia pada
tercapainya besar keluarga ideal dan terjadinya http://links.Jstor.org/journals/popcouncil.ht
fertilitas yang tidak diinginkan (BPS & ml. [diunduh 18 Juni 2009].
Macrointernational 2008).
Febrero, R., & Schwartz, P.S., editor. (1995).
The Essence of Becker. California: Hoover
SIMPULAN DAN SARAN Institution Press.
Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Hoffman, L.W., Thornton, A., & Manis, J.D.
anak dan jumlah anak yang diinginkan antara (1978). The value of children to parents in
kelompok akseptor dan nonakseptor tidak the United States. J Pop 1(2) : 91-105.
Vol. 4, 2011 NILAI ANAK DAN KEIKUTSERTAAN KB 45
Hurlock EB. 1980. Psikologi perkembangan Lucas, D., McDonald, P., Young, E., & Young,
anak: suatu pendekatan sepanjang C. (1984). Pengantar Kependudukan.
rentang kehidupan. Istiwidayanti, Yogyakarta : Gadjah Mada University
Soedjarwo, penerjemah; Silabat RM, Press Pusat Penelitian dan Studi
editor. Ed ke-5. Jakarta: Erlangga. Kependudukan Universitas Gadjah Mada.
Ilyas, B. (1987). Kajian faktor-faktor sosial Saphiro, D. (1997). The Economic Approach to
ekonomi yang mempengaruhi fertilitas Fertility. J Pop : 3(5). [terhubung berkala].
pasangan usia subur dalam rangka Tersedia pada: http//econ.la.psu.edu/~d
pengelolaan kependudukan (Studi kasus di shapiro/463ib.htm. [diunduh 26 Juni 2009].
Kotamadya Ujungpandang) [tesis]. Bogor:
Sunarti, E. (2009). Keragaan ketahanan
Fakultas pascasarjana, Institut Pertanian
keluarga wanita pemetik teh serta
Bogor.
hubungannya dengan pengasuhan dan
Kagitcibasi, C., & Ataca, B. (2005). Value of tumbuh kembang anak. Bogor: Institut
Children and Family Change: A Three- Pertanian Bogor.
Decade Portrait from Turkey. Applied
Suyono, H. (2003). Memotong Rantai
Psychology: An International Review, 54
Kemiskinan. Jakarta: Yayasan Dana
(3), 317-337.
Sejahtera Mandiri.
Kammeyer, K. C. W. (1987). Marriage and
Tanziha, I. (1992). Faktor-faktor sosial-ekonomi
Family A Foundation for Personal
yang mempengaruhi fertilitas (Kasus di
Decision. Sidney: Universitas Maryland.
Desa Ciapus dan Padasuka, Kecamatan
Kim, U., Park, Y. S., Kwon, Y. E., & Koo, J. Ciomas, Kabupaten Bogor) [tesis]. Bogor:
(2005). Values of Children, Parent-Child Fakultas Program Pascasarjana, Institut
Relationship, and Social Change in Korea: Pertanian Bogor.
Indigenous, Cultural, and Psychological
Trommsdorff, G., Kim, U., & Nauck, B. (2005).
Analysis. Applied Psychology: An
Factor Influencing Value of Children and
International Review, 54 (3), 338-354.
Intergenerational Relations in Times of
Leavy, R. L., & Hough, O. B. (1983). The value Social Change: Analyses from
and cost of children: cross-generational Psychological and Socio-Cultural
and sex differences in perceptions among Perspectives: Introduction to the Special
parents. Home economics research Issue. Applied Psychology: An
journal, 12 (1). International Review, 54 (3), 313-316.