ASMA
Penyusun:
Eldy Yuslika Rombe
1965050056
Pembimbing:
dr. Ida Bagus Eka Utama, Sp.A
1 Asma
1.1.2 Patogenesis
Konsep terkini patogenesis asma adalah asma merupakan suatu proses inflamasi kronik
yang khas, melibatkan dinding saluran respiratori, peningkatan reaktivitas saluran respiratori
dan menyebabkan terbatasnya aliran udara. Hiperreaktivitas ini merupakan predisposisi terjadi
penyempitan saluran respiratori sebagai respons terhadap berbagai macam rangsang.
Gambaran khas adanya inflamasi saluran respiratori adalah aktivasi eosinofil, sel mast,
makrofag, dan sel limfosit T pada mukosa dan lumen saluran respiratori. Perubahan ini dapat
terjadi meskipun secara klinis asmanya tidak bergejala. Pemunculan sel-sel tersebut secara luas
berhubungan dengan derajat beratnya penyakit secara klinis. Sejalan dengan proses inflamasi
kronik, perlukaan epitel bronkus merangsang proses reparasi saluran respiratori. Proses
tersebut menghasilkan perubahan struktural dan fungsional yang menyimpang pada saluran
respiratori, dikenal dengan istilah remodeling.Langkah pertama terbentuknya respons imun
adalah aktivasi limfosit T oleh antigen yang dipresentasikan oleh sel-sel aksesoris, yaitu suatu
proses yang melibatkan molekul major histocompatibility complex (MHC kelas II pada sel T
CD4+ dan MHC kelas I pada sel T CD8+). Sel dendritik merupakan antigen presenting cells
(APC) yang utama dalam saluran respiratori. Sel dendritik terbentuk dari prekursornya di
dalam sumsum tulang, membentuk jaringan luas, dan sel-selnya saling berhubungan pada
epitel saluran respiratori. Kemudian, sel-sel tersebut bermigrasi ke kumpulan sel-sel limfoid di
bawah pengaruh GM-CSF, yaitu sitokin yang terbentuk oleh aktivasi sel epitel, fibroblas, sel T,
makrofag, dan sel mast. Setelah antigen ditangkap, sel dendritik pindah ke daerah yang banyak
mengandung limfosit. Di tempat tersebut, dengan pengaruh sitokin-sitokin lainnya, sel
dendritik menjadi matang sebagai APC yang efektif. Sel dendritik juga mendorong polarisasi
sel T naïve-Th0 menuju Th2 yang mengkoordinasi sekresi sitokin-sitokin yang termasuk dalam
klaster gen 5q31-33 (IL-4 genecluster). Bagan patogenesis asma tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1.1.3
Gambar 1.1.3 Patogenesis asma
1.1.3.1 Diagnosis
Anamnesis
Keluhan wheezing dan atau batuk berulang merupakan manifestasi klinis yang diterima luas
sebagai
titik awal
diagnosis
asma.
Gejala
respiratori
asma
berupa
kombinasi dari batuk, wheezing, sesak napas, rasa dada tertekan, dan produksi sputum. Chronic
recurrent cough (batuk kronik berulang, BKB) dapat menjadi petunjuk awal untuk membantu
diagnosis asma.
Pemeriksaan Fisik
Dalam keadaan stabil tanpa gejala, pada pemeriksaan fisis pasien biasanya tidak
ditemukan kelainan. Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat terdengar wheezing,
baik yang terdengar langsung (audible wheeze) atau yang terdengar dengan stetoskop.
Pemeriksaan penunjang
Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan untuk menilai variabilitas.
Gambar 1.1.4
Alur diagnostic
asma pada anak
1.1.3.2
Klasifikasi
Asma
merupakan
penyakit yang sangat heterogen dengan variasi yang sangat luas. Atas dasar itu, ada
berbagai cara mengelompokkan asma.
Berdasarkan umur
• Asma bayi – baduta (bawah dua tahun)
• Asma balita (bawah lima tahun)
• Asma usia sekolah (5-11 tahun)
• Asma remaja (12-17 tahun)
Berdasarkan fenotip
Fenotip asma adalah pengelompokan asma berdasarkan penampakan yang serupa dalam
aspek klinis, patofisologis, atau demografis.
• Asma tercetus infeksi virus
• Asma tercetus aktivitas (exercise induced asthma)
• Asma tercetus alergen
• Asma terkait obesitas
• Asma dengan banyak pencetus (multiple triggered asthma)
Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala
• Asma intermiten
• Asma persisten ringan
• Asma persisten sedang
• Asma persisten berat
Berdasarkan derajat beratnya serangan
Asma merupakan penyakit kronik yang dapat mengalami episode gejala akut yang
memberat dengan progresif yang disebut sebagai serangan asma.
• Asma serangan ringan-sedang
• Asma serangan berat
• Serangan asma dengan ancaman henti napas
1.1.4
Tatalaksana
Gambar 1.1.4.1 Alur Tatalaksana Serangan Asma pada Anak di Fasyankes dan Rumah Sakit
Gambar 1.1.4.2. (Lanjutan) Alur Tatalaksana Serangan Asma pada Anak di
Fasyankes dan Rumah Sakit
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
MR No. : 00.07.68.64
Nama : An. A D
Agama : Islam
Ayah Ibu
a. KEHAMILAN
Perawatan Antenatal Trimester I 1x/bulan di Rumah Sakit
b. KELAHIRAN
Penyulit :-
APGAR : Normal
Psikomotor
o Tengkurap : 4 bulan
o Duduk : 6 bulan
o Berdiri : 13 bulan
o Berjalan : 14 bulan
o Berbicara : 14 bulan
o Membaca/menulis : 48 bulan
Riwayat Imunisasi
BCG 1 Bulan - - - - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan 18 bulan - -
POLIO 0 & 2 bulan 4 bulan 6 bulan 18 bulan - -
Campak 9 bulan 18 bulan 6 tahun - -
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan - -
MMR 15 bulan 6 tahun - - - -
TIPA - - - - - -
Kesan: Imunisasi dasar lengkap menurut IDAI 2017
Riwayat Makanan
o 0-6 Bulan : Asi Eksklusif setiap 2 jam selama ± hisapan kuat. Bergantian
pada payudara kanan dan kiri
o 6-9 bulan :
Pagi: ASI setiap 5 jam selama ± 10-15 menit, hisapan kuat bergantian payudara
kanan dan kiri, bubur susu ½ mangkok
Siang: ASI setiap 5 jam selama ± 10-15 menit, hisapan kuat bergantian payud ara
kanan dan kiri + Bubur susu ½ mangkok kecil + ½ potong pisang
Malam: susu formula 1 botol kecil (50 cc) + Bubur susu ½ mangkok
o 9 bulan – 12 bulan
12 bulan – sekarang
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan tidak cukup sesuai menurut Depkes
Atap : Genteng
II. Anamnesa
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari SMRS. Sebelumnya,
keluhanan sesak masi dapat diatasi dengan pasien karena menggunakan symbicort.Tetapi,
keluhan semakin dirasakan memberat sekitar 3 jam SMRS. Penggunaan simicort 2 kali
sehari sejak 1 tahun yang lalu digunakan hanya jika pasien merasa sesak . Tahun 2019
pasien biasanya mengalami serangan asma1-2x/bulan. Keluhan pada pasien disertai batuk
sesekali dengan mengeluarkan dahak berwarna putih kental sejak 2 hari SMRS . Batuk
mulai timbul ketika pasien sedang berlibur Bersama paman ke puncak 3 hari SMRS. Tidak
ada keluhan demam, pilek , BAB dan BAK. Nafsu makanan pasien menjadi berkurang sejak
mulai batuk. Pasien hanya menghabiskan ½ porsi dari jumlah makanan yang disediakan.
SpO2 : 94%
Data Antropometri :
o Berat Badan : 48 kg
o BB/U :
o TB/U :
o BB/TB : Obesitas
1. Status Generalis
Kepala
● Bentuk : Bulat, normocephali, lingkar kepala 48 cm.
● Rambut : Warna hitam, tumbuh merata, tidak mudah dicabut
● Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
● Telinga : Liang telinga lapang kanan dan kiri, sekret (-/-)
● Hidung : Cavum nasi lapang kanan dan kiri, septum deviasi (-), sekret
(+/+)
Mulut
● Bibir : Sianosis sirkum oral (-), mukosa bibir lembab
● Gigi : Gigi lengkap untuk usianya, karies dentis (-)
● Lidah : Terletak di tengah,, coated tongue (+),
● Tonsil : T1– T1, hiperemis (-/-)
● Faring : Arcus faring simetris, Hiperemis (+)
Leher : Kelenjar getah bening retroauricula, infraauricula, submandibular,
submentalis, coli anterior et posterior tidak teraba membesar. Nyeri tekan
(-).
Thoraks
● Dinding thoraks : Diameter laterolateral > anteroposterior
● Paru
▪ Inspeksi : Pergerakan dinding thoraks simetris, retraksi sela iga (-)
▪ Palpasi : Vocal fremitus simetris kanan dan kiri
▪ Perkusi : Sonor / sonor
▪ Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler, ronki (-/-), wheezing (+/+)
● Jantung
o Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis sinistra
o Perkusi : Batas jantung kanan di linea parasternalis dextra ICS IV, batas
jantung kiri di linea midclavicula sinistra ICS V
o Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
● Inspeksi : Perut tampak datar
● Auskultasi : Bising usus (+) 4 kali/menit
● Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
● Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba membesar (-),
turgor baik
Anus dan rektum : Tidak dilakukan pemeriksaan
Genitalia : Belum disirkumsisi
Anggota gerak
● Atas : Akral hangat, CRT < 2”, edema -/-, normotonus
● Bawah : Akral hangat, CRT < 2”, edema -/-, normotonus
Tulang belakang : Lordosis (-), kifosis (-), skoliosis (-)
Kulit : Warna coklat, ikterik (-), sianosis (-)
Nervus Kranialis
I : normotia VII : wajah simetris
II: visus kasar baik VIII : gesekan jari (+)
III : refleks cahaya langsung IX : arkus faring simetris
+/+, refleks cahaya tidak X : disfonia (-)
langsung +/+ XI : angkat bahu +/+
IV : pergerakan bola mata ke XII : lidah ditengah, fasikulasi
tengah bawah baik (-), tremor (-)
V : reflex maseter (+)
VI: pergerakan bola mata ke
lateral baik
Pemeriksaan Refleks
Refleks Fisiologis : Refleks biceps ++/++, refleks triceps ++/++, refleks KPR ++/++,
APR ++/++
Refleks patologis : Babinski -/-, Chaddock -/-, Gordon-/-, Schaffer -/-, Oppeinheim
-/-, Klonus lutut -/-, Klonus kaki -/-, Rossolimo -/-, Mendel Bechtrew -/-
Pemeriksaan Penunjang
III. RESUME
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak sejak 1 hari SMRS. Sesak yang
dirasakan semakin memberat 3 jam SMRS setelah pulang berlibur dari puncak.
Sebelumnya sudah menggunakan simicort tetapi keluhan sesak masih dirasakan. Keluhan
juga disertai batuk dengan sesekali mengeluarkan dahak berwarna putih. Nafsu makan
Obesitas
V. Diagnosa Banding
• Bronkopneumonia
VI. Penatalaksanaan
O Rawat Inap
X.PEMERIKSAAN
ANJURAN
Spirometri
TANGGA
S O A P
L
27/12/19 Sesak (+) KU: TSS -Asma Diet :nasi biasa
PH 1 masih dirasakan tetapi Kes: Compos mentis Bronkial IVFD : D5 ½ NS
PP 2 sudah berkurang TD: 110/80 mmHg Eksaserbasi Akut 23 tpm (makro)Mm/
disbanding kemarin. N: 104x/menit Derajat Ringan Inhalasi Combivent
Batuk (+) sesekali RR: 30x/menit Sedang 2x/hari
mengeluarkan dahak. S: 36o C -Faringitis ec Ceftriaxone 2x1.5 gr
SpO2 : 95 % dengan 02 bacterial infection (IV) H2
nasal canul obesitas Paracetamol 3x250 mg
BB: 48 kg, TB : 159 Cm k/p
Kepala: normocephali Salbutamol 2x2.5 mg
Mata: CI -/-, SI -/-
THT: T1-T1,
Mulut: mukosa bibir
lembab, Faring :
hiperemis (-+Thoraks:
BND vesikuler, rh -/-,
wh+/+, BJ I&II reg
Abdomen: BU (+) 4x/m,
supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas: akral
hangat, CRT <2”
XI. FOLLOW UP
TANGGAL S O A P
28/12/19 Sesak (+) masih KU: TSS -Asma Bronkial Diet :nasi biasa
PH 2 dirasakan tetapi sudah Kes: Compos mentis Eksaserbasi Akut IVFD : D5 ½ NS 23
PP 3 berkurang disbanding TD: 110/80 mmHg Derajat Ringan tpm (makro)
kemarin. Batuk (+) N: 119x/menit Sedang Mm/
sesekali RR: 30x/menit -Faringitis ec Ceftriaxone 2x1.5 gr
mengeluarkan dahak. S: 36.9o C bacterial infection (IV) H3
BAB kemarin 1x SpO2 : 94 % tanpa 02 obesitas Paracetamol 3x250 mg
konsistensi padat nasal canul k/p
warna kuning- BB: 48 kg, TB : 159 Inhalasi Combivent
kecoklatan. Nafsu Cm 2x/hari (selang seling)
makan sudah Baik Kepala: normocephali Salbutamol 2x2.5
Mata: CI -/-, SI -/- mg(Lihat KU pagi jika
THT: T1-T1, sesak beri inhalasi)
Mulut: mukosa bibir
lembab,
Faring : hiperemis (-+
Thoraks: BND
vesikuler, rh -/-, wh+/
+, BJ I&II reg
Abdomen: BU (+)
4x/m, supel, nyeri
tekan (-)
Ekstremitas: akral
hangat, CRT <2”
TANGGAL S O A P
28/12/19 Sesak (+) KU: TSS Asma Bronkial Diet :nasi biasa
PH 3 dirasakan tetapi Kes: Compos mentis Eksaserbasi IVFD : D5 ½ NS 23
PP 4 sudah berkurang TD: 110/80 mmHg Akut Derajat tpm (makro)
disbanding hari N: 102x/menit Ringan Sedang Mm/
pertama. Batuk (+) RR: 28x/menit Faringitis ec Ceftriaxone 2x1.5 gr
frekuensi S: 36.8o C bacterial (IV) H4
berkurang.BAB SpO2 : 96 % tanpa infection Paracetamol 3x250
terakhir 2 hari yang 02 nasal canul obesitas mg k/p
lalu. BB: 48 kg, TB : 159 Salbutamol 2x2.5 mg
Cm
Kepala:
normocephali
Mata: CI -/-, SI -/-
THT: T1-T1,
Mulut: mukosa bibir
lembab,
Faring : hiperemis
(+/+)
Thoraks: BND
vesikuler, rh -/-,
wh+/+, BJ I&II reg
Abdomen: BU (+)
4x/m, supel, nyeri
tekan (-)
Ekstremitas: akral
hangat, CRT <2”
BAB III
ANALISIS KASUS