Anda di halaman 1dari 25

CASE REPORT

ASMA

Penyusun:
Eldy Yuslika Rombe
1965050056

Pembimbing:
dr. Ida Bagus Eka Utama, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UKI
PERIODE 9 DESEMBER 2019-22 FEBRUARI 2020
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1 Asma

1.1 Definisi Asma


GINA mendefinisikan asma sebagai gangguan inflamasi kronis saluran nafas dengan
banyak sel berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan
inflamasi tersebut menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan, dan
batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala tersebut biasanya berhubungan dengan
penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi, yang paling tidak sebagian bersifat
reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan.5

1.1.2 Patogenesis
Konsep terkini patogenesis asma adalah asma merupakan suatu proses inflamasi kronik
yang khas, melibatkan dinding saluran respiratori, peningkatan reaktivitas saluran respiratori
dan menyebabkan terbatasnya aliran udara. Hiperreaktivitas ini merupakan predisposisi terjadi
penyempitan saluran respiratori sebagai respons terhadap berbagai macam rangsang.
Gambaran khas adanya inflamasi saluran respiratori adalah aktivasi eosinofil, sel mast,
makrofag, dan sel limfosit T pada mukosa dan lumen saluran respiratori. Perubahan ini dapat
terjadi meskipun secara klinis asmanya tidak bergejala. Pemunculan sel-sel tersebut secara luas
berhubungan dengan derajat beratnya penyakit secara klinis. Sejalan dengan proses inflamasi
kronik, perlukaan epitel bronkus merangsang proses reparasi saluran respiratori. Proses
tersebut menghasilkan perubahan struktural dan fungsional yang menyimpang pada saluran
respiratori, dikenal dengan istilah remodeling.Langkah pertama terbentuknya respons imun
adalah aktivasi limfosit T oleh antigen yang dipresentasikan oleh sel-sel aksesoris, yaitu suatu
proses yang melibatkan molekul major histocompatibility complex (MHC kelas II pada sel T
CD4+ dan MHC kelas I pada sel T CD8+). Sel dendritik merupakan antigen presenting cells
(APC) yang utama dalam saluran respiratori. Sel dendritik terbentuk dari prekursornya di
dalam sumsum tulang, membentuk jaringan luas, dan sel-selnya saling berhubungan pada
epitel saluran respiratori. Kemudian, sel-sel tersebut bermigrasi ke kumpulan sel-sel limfoid di
bawah pengaruh GM-CSF, yaitu sitokin yang terbentuk oleh aktivasi sel epitel, fibroblas, sel T,
makrofag, dan sel mast. Setelah antigen ditangkap, sel dendritik pindah ke daerah yang banyak
mengandung limfosit. Di tempat tersebut, dengan pengaruh sitokin-sitokin lainnya, sel
dendritik menjadi matang sebagai APC yang efektif. Sel dendritik juga mendorong polarisasi
sel T naïve-Th0 menuju Th2 yang mengkoordinasi sekresi sitokin-sitokin yang termasuk dalam
klaster gen 5q31-33 (IL-4 genecluster). Bagan patogenesis asma tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1.1.3
Gambar 1.1.3 Patogenesis asma

1.1.3 Diagnosis dan Klasifikasi

1.1.3.1 Diagnosis
Anamnesis
Keluhan wheezing dan atau batuk berulang merupakan manifestasi klinis yang diterima luas
sebagai
titik awal
diagnosis
asma.
Gejala
respiratori
asma
berupa

kombinasi dari batuk, wheezing, sesak napas, rasa dada tertekan, dan produksi sputum. Chronic
recurrent cough (batuk kronik berulang, BKB) dapat menjadi petunjuk awal untuk membantu
diagnosis asma.

Pemeriksaan Fisik

Dalam keadaan stabil tanpa gejala, pada pemeriksaan fisis pasien biasanya tidak
ditemukan kelainan. Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat terdengar wheezing,
baik yang terdengar langsung (audible wheeze) atau yang terdengar dengan stetoskop.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini untuk menunjukkan variabilitas gangguan aliran napas akibat


obstruksi, hiperreaktivitas, dan inflamasi saluran respiratori, atau adanya atopi pada pasien.

Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan untuk menilai variabilitas.

Gambar 1.1.4
Alur diagnostic
asma pada anak

1.1.3.2
Klasifikasi
Asma
merupakan
penyakit yang sangat heterogen dengan variasi yang sangat luas. Atas dasar itu, ada
berbagai cara mengelompokkan asma.
Berdasarkan umur
• Asma bayi – baduta (bawah dua tahun)
• Asma balita (bawah lima tahun)
• Asma usia sekolah (5-11 tahun)
• Asma remaja (12-17 tahun)
Berdasarkan fenotip
Fenotip asma adalah pengelompokan asma berdasarkan penampakan yang serupa dalam
aspek klinis, patofisologis, atau demografis.
• Asma tercetus infeksi virus
• Asma tercetus aktivitas (exercise induced asthma)
• Asma tercetus alergen
• Asma terkait obesitas
• Asma dengan banyak pencetus (multiple triggered asthma)
Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala
• Asma intermiten
• Asma persisten ringan
• Asma persisten sedang
• Asma persisten berat
Berdasarkan derajat beratnya serangan
Asma merupakan penyakit kronik yang dapat mengalami episode gejala akut yang
memberat dengan progresif yang disebut sebagai serangan asma.
• Asma serangan ringan-sedang
• Asma serangan berat
• Serangan asma dengan ancaman henti napas

1.1.4
Tatalaksana

Gambar 1.1.4.1 Alur Tatalaksana Serangan Asma pada Anak di Fasyankes dan Rumah Sakit
Gambar 1.1.4.2. (Lanjutan) Alur Tatalaksana Serangan Asma pada Anak di
Fasyankes dan Rumah Sakit
BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

MR No. : 00.07.68.64

Nama : An. A D

Umur : 8 tahun7 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : Sekolah Dasar

Alamat : Jl. Smea VI, Cawang

II. Identitas Orang Tua

Ayah Ibu

Nama Tn. E Ny. R


Umur 40 tahun 39 tahun
Pekerjaan Karyawan Karyawan
Agama Islam Islam
Perkawinan Pertama Pertama

Hubungan dengan orang tua : anak kandung

II. 2 RIWAYAT KEHAMILAN & KELAHIRAN

a. KEHAMILAN
 Perawatan Antenatal Trimester I 1x/bulan di Rumah Sakit

Trimester II 1x/bulan di Rumah Sakit

Trimester III 2x/bulan di Rumah Sakit

 Penyakit Kehamilan : Tidak Ada

b. KELAHIRAN

 Tempat lahir : Rumah Sakit

 Penolong persalinan : Dokter

 Cara Persalinan : Spontan

 Penyulit :-

 Masa Gestasi : Cukup Bulan

 Berat Badan lahir : 3800 gr

 Panjang Badan Lahir : 48 cm

 Lingkar kepala : Ibu tidak ingat

 Keaadaan saat lahir : Langsung menangis

 APGAR : Normal

 Kelainan Bawaan : Tidak ada

II. 3 RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

 Gigi Pertama : 5 bulan

 Psikomotor

o Tengkurap : 4 bulan

o Duduk : 6 bulan

o Berdiri : 13 bulan

o Berjalan : 14 bulan
o Berbicara : 14 bulan

o Membaca/menulis : 48 bulan

Kesan: Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan milestones

 Riwayat Imunisasi

Vaksin Dasar (Umur) Ulangan (Umur)

BCG 1 Bulan - - - - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan 18 bulan - -
POLIO 0 & 2 bulan 4 bulan 6 bulan 18 bulan - -
Campak 9 bulan 18 bulan 6 tahun - -
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan - -
MMR 15 bulan 6 tahun - - - -
TIPA - - - - - -
Kesan: Imunisasi dasar lengkap menurut IDAI 2017

 Riwayat Makanan

o 0-6 Bulan : Asi Eksklusif setiap 2 jam selama ± hisapan kuat. Bergantian
pada payudara kanan dan kiri

o 6-9 bulan :

Pagi: ASI setiap 5 jam selama ± 10-15 menit, hisapan kuat bergantian payudara
kanan dan kiri, bubur susu ½ mangkok
Siang: ASI setiap 5 jam selama ± 10-15 menit, hisapan kuat bergantian payud ara
kanan dan kiri + Bubur susu ½ mangkok kecil + ½ potong pisang
Malam: susu formula 1 botol kecil (50 cc) + Bubur susu ½ mangkok

o 9 bulan – 12 bulan

 Pagi: nasi tim dengan potongan ayam/ikan + sayur +susu formula

 Siang: nasi tim dengan potongan ayam/ikan + sayur + susu formula


 Malam: Susu formula + bubur nasi + potongan ayam/ikan dicincang 1/2
mangkok anak

12 bulan – sekarang

Pagi: Nasi dengan potongan ikan/daging ayam/telur 1 mangkok penuh + sayur +


susu formula 1 botol (120 cc)

Siang: Nasi dengan potong ikan/daging ayam/telur sebanyak 1 mangkok anak +


sayur + biscuit

Malam: Nasi + 1 potong kecil ikan/daging ayam/telur sebanyak 1 mangkok anak +


susu formula 1 botol (120 cc)

Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan tidak cukup sesuai menurut Depkes

II. 4 DATA KELUARGA

 Riwayat penyakit yang pernah di derita: Tidak ada

 Ayah dan Ibu bukan saudara kandung

 Kepemilikan rumah : Pribadi

 Keadaan rumah : Ukuran 3x6m

 Dinding : Batu bata

 Atap : Genteng

 Ventilasi : Baik, di setiap ruangan terdapat jendela

 Jarak septic tank ke sumber air bersih ± 10 meter

II. Anamnesa

Keluhan Utama : Sesak

Keluhan tambahan : Batuk


Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari SMRS. Sebelumnya,
keluhanan sesak masi dapat diatasi dengan pasien karena menggunakan symbicort.Tetapi,
keluhan semakin dirasakan memberat sekitar 3 jam SMRS. Penggunaan simicort 2 kali
sehari sejak 1 tahun yang lalu digunakan hanya jika pasien merasa sesak . Tahun 2019
pasien biasanya mengalami serangan asma1-2x/bulan. Keluhan pada pasien disertai batuk
sesekali dengan mengeluarkan dahak berwarna putih kental sejak 2 hari SMRS . Batuk
mulai timbul ketika pasien sedang berlibur Bersama paman ke puncak 3 hari SMRS. Tidak
ada keluhan demam, pilek , BAB dan BAK. Nafsu makanan pasien menjadi berkurang sejak
mulai batuk. Pasien hanya menghabiskan ½ porsi dari jumlah makanan yang disediakan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi + Difteri - Peny. Jantung -


5tahun
,cuaca
dingin
Cacingan - Diare - Peny. Ginjal -

Demam berdarah - Kejang demam - Peny. Darah -

Demam tifoid - Kecelakaan - Radang Paru -


Otitis - Morbili - Tuberculosis -
Parotitis - ISK - Asma +5tahu
n
Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu pasien penderita asma

IV. PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : Tampak sakit sedang (compos mentis)

 Frekuensi Nadi : 116 x/menit (reguler, kuat angkat, isi cukup)

 Tekanan Darah : 100/70 mmHg

 Frekuensi Pernafasan : 33 x/menit (reguler)

 Suhu tubuh : 36 °C (Axilla)

 SpO2 : 94%

 Data Antropometri :

o Berat Badan : 48 kg

o Tinggi Badan : 159 cm

o Lingkar lengan atas : cm

o BB/U :

o TB/U :

o BB/TB : Obesitas

1. Status Generalis

Kepala
● Bentuk : Bulat, normocephali, lingkar kepala 48 cm.
● Rambut : Warna hitam, tumbuh merata, tidak mudah dicabut
● Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
● Telinga : Liang telinga lapang kanan dan kiri, sekret (-/-)
● Hidung : Cavum nasi lapang kanan dan kiri, septum deviasi (-), sekret
(+/+)
Mulut
● Bibir : Sianosis sirkum oral (-), mukosa bibir lembab
● Gigi : Gigi lengkap untuk usianya, karies dentis (-)
● Lidah : Terletak di tengah,, coated tongue (+),
● Tonsil : T1– T1, hiperemis (-/-)
● Faring : Arcus faring simetris, Hiperemis (+)
Leher : Kelenjar getah bening retroauricula, infraauricula, submandibular,
submentalis, coli anterior et posterior tidak teraba membesar. Nyeri tekan
(-).
Thoraks
● Dinding thoraks : Diameter laterolateral > anteroposterior
● Paru
▪ Inspeksi : Pergerakan dinding thoraks simetris, retraksi sela iga (-)
▪ Palpasi : Vocal fremitus simetris kanan dan kiri
▪ Perkusi : Sonor / sonor
▪ Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler, ronki (-/-), wheezing (+/+)
● Jantung
o Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis sinistra
o Perkusi : Batas jantung kanan di linea parasternalis dextra ICS IV, batas
jantung kiri di linea midclavicula sinistra ICS V
o Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
● Inspeksi : Perut tampak datar
● Auskultasi : Bising usus (+) 4 kali/menit
● Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
● Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba membesar (-),
turgor baik
Anus dan rektum : Tidak dilakukan pemeriksaan
Genitalia : Belum disirkumsisi
Anggota gerak
● Atas : Akral hangat, CRT < 2”, edema -/-, normotonus
● Bawah : Akral hangat, CRT < 2”, edema -/-, normotonus
Tulang belakang : Lordosis (-), kifosis (-), skoliosis (-)
Kulit : Warna coklat, ikterik (-), sianosis (-)

Nervus Kranialis
 I : normotia  VII : wajah simetris
 II: visus kasar baik  VIII : gesekan jari (+)
 III : refleks cahaya langsung  IX : arkus faring simetris
+/+, refleks cahaya tidak  X : disfonia (-)
langsung +/+  XI : angkat bahu +/+
 IV : pergerakan bola mata ke  XII : lidah ditengah, fasikulasi
tengah bawah baik (-), tremor (-)
 V : reflex maseter (+)
 VI: pergerakan bola mata ke
lateral baik
Pemeriksaan Refleks
 Refleks Fisiologis : Refleks biceps ++/++, refleks triceps ++/++, refleks KPR ++/++,
APR ++/++
 Refleks patologis : Babinski -/-, Chaddock -/-, Gordon-/-, Schaffer -/-, Oppeinheim
-/-, Klonus lutut -/-, Klonus kaki -/-, Rossolimo -/-, Mendel Bechtrew -/-

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium 30 Oktober 2019


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Laju Endap Darah 37 mm/jam <20 mm/jam
Hemoglobin 15.3 g/dL 14-16 g/dl
Leukosit 12.6 ribu/µL 5,0 –10 ribu/ µL
Eritrosit 6.01 juta/ml 4.5-5.5 juta/ ml
Hematokrit 45.1 % 40-48%
Trombosit 275 ribu/µL 150.000-400.000/ µL
Hitung Jenis Basofil 0% 0-1%
Leukosit Eosinofil 2% 0-3%
Neutrofil batang 0% 2-5%
Neutrofil segmen 86% 50-70%
Limfosit 8% 25-40%
Monosit 4% 2-8%
MCV 75.1/ fl 82- 92 fL
MCH 25.5 pg 27-31 pg
MCHC 33.9 g/dl 32-36 g/dL

III. RESUME

Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak sejak 1 hari SMRS. Sesak yang

dirasakan semakin memberat 3 jam SMRS setelah pulang berlibur dari puncak.

Sebelumnya sudah menggunakan simicort tetapi keluhan sesak masih dirasakan. Keluhan

juga disertai batuk dengan sesekali mengeluarkan dahak berwarna putih. Nafsu makan

pasien berkurang sejak keluhan batuk.Pemeriksaan Fisik : Suhu : 36 °C Axilla, F.

Pernapasan : 33x/menit, DN :116x/menit, TD : 100/70 mmhg, SpO2 :94%. Faring :

Hiperemis (+) Thorax : A : BND Vesikuler, Wh +/+ Lab : LED : 37 mm/jam,Leukosit :

12.6 rb/ul, Segmen : 8


IV. Diagnosa Kerja

Asma Bronkiale eksaserbasi akut derajat ringan sedang

Faringitis ec bacterial infection

Obesitas

V. Diagnosa Banding

• Bronkopneumonia

VI. Penatalaksanaan

O Rawat Inap

O Diet : Nasi Biasa

O IVFD : D5 ½ NS 23 tpm (makro)

Inj. Ceftriaxone 1x1.5 gr (iv)

Paracetamol 3x 250 mg (po) k/p

Salbutamol 2x2.5mg (po)

Inhalasi Combivent 2x/hari

O Quo ad vitam : Bonam

O Quo ad sanationam : bonam

O Quo ad fungtionam : Bonam

X.PEMERIKSAAN
ANJURAN

 Spirometri
TANGGA
S O A P
L
27/12/19 Sesak (+) KU: TSS -Asma Diet :nasi biasa
PH 1 masih dirasakan tetapi Kes: Compos mentis Bronkial IVFD : D5 ½ NS
PP 2 sudah berkurang TD: 110/80 mmHg Eksaserbasi Akut 23 tpm (makro)Mm/
disbanding kemarin. N: 104x/menit Derajat Ringan Inhalasi Combivent
Batuk (+) sesekali RR: 30x/menit Sedang 2x/hari
mengeluarkan dahak. S: 36o C -Faringitis ec Ceftriaxone 2x1.5 gr
SpO2 : 95 % dengan 02 bacterial infection (IV) H2
nasal canul obesitas Paracetamol 3x250 mg
BB: 48 kg, TB : 159 Cm k/p
Kepala: normocephali Salbutamol 2x2.5 mg
Mata: CI -/-, SI -/-
THT: T1-T1,
Mulut: mukosa bibir
lembab, Faring :
hiperemis (-+Thoraks:
BND vesikuler, rh -/-,
wh+/+, BJ I&II reg
Abdomen: BU (+) 4x/m,
supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas: akral
hangat, CRT <2”
XI. FOLLOW UP
TANGGAL S O A P

28/12/19 Sesak (+) masih KU: TSS -Asma Bronkial Diet :nasi biasa
PH 2 dirasakan tetapi sudah Kes: Compos mentis Eksaserbasi Akut IVFD : D5 ½ NS 23
PP 3 berkurang disbanding TD: 110/80 mmHg Derajat Ringan tpm (makro)
kemarin. Batuk (+) N: 119x/menit Sedang Mm/
sesekali RR: 30x/menit -Faringitis ec Ceftriaxone 2x1.5 gr
mengeluarkan dahak. S: 36.9o C bacterial infection (IV) H3
BAB kemarin 1x SpO2 : 94 % tanpa 02 obesitas Paracetamol 3x250 mg
konsistensi padat nasal canul k/p
warna kuning- BB: 48 kg, TB : 159 Inhalasi Combivent
kecoklatan. Nafsu Cm 2x/hari (selang seling)
makan sudah Baik Kepala: normocephali Salbutamol 2x2.5
Mata: CI -/-, SI -/- mg(Lihat KU pagi jika
THT: T1-T1, sesak beri inhalasi)
Mulut: mukosa bibir
lembab,
Faring : hiperemis (-+
Thoraks: BND
vesikuler, rh -/-, wh+/
+, BJ I&II reg
Abdomen: BU (+)
4x/m, supel, nyeri
tekan (-)
Ekstremitas: akral
hangat, CRT <2”
TANGGAL S O A P

28/12/19 Sesak (+) KU: TSS Asma Bronkial Diet :nasi biasa
PH 3 dirasakan tetapi Kes: Compos mentis Eksaserbasi IVFD : D5 ½ NS 23
PP 4 sudah berkurang TD: 110/80 mmHg Akut Derajat tpm (makro)
disbanding hari N: 102x/menit Ringan Sedang Mm/
pertama. Batuk (+) RR: 28x/menit Faringitis ec Ceftriaxone 2x1.5 gr
frekuensi S: 36.8o C bacterial (IV) H4
berkurang.BAB SpO2 : 96 % tanpa infection Paracetamol 3x250
terakhir 2 hari yang 02 nasal canul obesitas mg k/p
lalu. BB: 48 kg, TB : 159 Salbutamol 2x2.5 mg
Cm
Kepala:
normocephali
Mata: CI -/-, SI -/-
THT: T1-T1,
Mulut: mukosa bibir
lembab,
Faring : hiperemis
(+/+)
Thoraks: BND
vesikuler, rh -/-,
wh+/+, BJ I&II reg
Abdomen: BU (+)
4x/m, supel, nyeri
tekan (-)
Ekstremitas: akral
hangat, CRT <2”
BAB III
ANALISIS KASUS

Pada kasus ini diagnosis asma ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, Sesak sejak 1 hari SMRS semakin
memberat 3 jam SMRS, Batuk 3 hari SMRS, Asma (+) sejak umur 5tahun biasanya
timbul jika suhu dingin. Ibu pasien asma (+). Auskultasi wheezing(+). Dilakukan
pemeriksaan darah: LED37 mm/jam
Leukosit : 12.6 rb/ul,Segmen : 86%.
Berdasarkan Pedoman tatalaksana ASMA IDAI 2015 :diagnosis ditegakkan
berdasarkan sesak, batuk/wheezing/dada tertekan/produksi sputum.kejadian asma
pada anak, tetapi ada dua faktor besar yang dipercaya sangat berperan pada kejadian
asma, yaitu faktor genetik dan lingkungan. Faktor 78 Pedoman Nasional Asma Anak
2015 Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat terdengar wheezing,
baik yang terdengar langsung atau yang terdengar dengan stetoskop. Perlu dicari
gejala alergi lain pada pasien seperti dermatitis atopi atau rinitis alergi pemeriksaan
penunjang diagnostik asma yang merupakan gold standard adalah spirometri untuk
menilai variabilitas.
Tatalaksana yang diberikan selama perawatan yaitu Diet nasi biasa, IVFD : D5
½ NS 23 tpm (makro),Inhalasi Combivent 2x/hari, Ceftriaxone 2x1.5 gr (IV)
,Paracetamol 3x250 mg k/p
Salbutamol 2x2.5 mg. Untuk tatalaksana di rumah sakit, diberikan diet yaitu nasi
biasa, IVFD menggunakan D5 ½ NS, Cefriaxone 2 x 1.5 gram (IV), Inhalasi
Combivent 2x/hari, paracetamol 3x250 mg dan salbutamol 2x2.5 mg. Pemberian D5
½ NS sudah tepat dan pemberiannya sudah tepat 23 tpm. Dimana berat badan pasien
48kg. mempunyai kebutuhan cairan 2060/hari : 96 = 22 tpm. Untuk pemberian
salbutamol sudah tepat sesuai dengan tatalaksana asma dengan memberikan SABA.
Untuk antibiotik yang digunakan pada pasien adalah Cefriaxone, digunakan untuk
meredakan infeksi pada tenggorakan setelah menggunakan centor score. menurut
Buku ajar Respirologi anak, lini pertama untuk pengobatan faringitis bacterial adalah
amoksisilin.Pada kasus ini diberikan ceftriaxone dengan pertimbangan lama
pemberian lebih singkat dibandingkan amoksisilin. Pemerian paracetamolapabila
pasien demam. Pemberian inhalasi Combivent sudah tepat untuk bronkodilator.
Kesimpulan dari penegakkan kasus asma, penegakkan diagnosis sudah tepat,
pemeriksaan penunjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan spirometri dan untuk
tatalaksana menggunakan pengobatan lini pertama.
DAFTAR PUSTAKA
1. Global Initiative for Asthma. Global strategy for asthma management and prevention.
2014.
2. Supriyanto, B. Diagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anak. Majalah
Kedokteran Indonesia, Volume: 55, Nomor: 3, Maret 2005. FKUI
3. Akib AB. Asma pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 4, Nomor 2, September 2002
4. Pedoman Nasional Asma Ana. Edisi 2. 2015. Jakarta: UKK Respirologi PP IDAI
5. Global Initiative for Asthma (GINA). Pocket guide management and prevention
asthma in children. 2011
6. Asma Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia. 2003

Anda mungkin juga menyukai