Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi
masalah dalam masyarakat. Penyakit TB termasuk penyakit menular dan meyerang
sistem pernapasan terutama bagian paru-paru yang disebabkan oleh kuman TB
Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian kuman TB menyerang organ paru-paru
namun dapat menyerang pada organ lainnya seperti, kelenjar, tulang, kulit, dan
sebagainya. Penyakit ini ditularkan langsung melalui droplet oleh orang yang
terinfeksi kuman TB dan positif menderita TB. Mycobacterium Tuberculosis
merupakan jenis bakteri gram positif yang hidup di lingkungan dan kemudian masuk
kedalam inhalasi sistem pernapasan (Somantri 2008, Rab 2010).

Penyakit TB juga dapat menular pada semua umur, namun kelompok yang beresiko
tinggi adalah kelompok usia anak atau lansia dan pada kondisi imun yang lemah.
Gejala yang timbul apabila seseorang terkena penyakit TB ialah demam tinggi yang
dapat hilang timbul, batuk selama lebih dari 2 minggu hingga batuk berdarah. Selain
itu, penurunan berat badan juga sebagai salah satu tanda gejala dari TB Paru. Saat ini,
penyakit TB baik di dunia maupun Indonesia menjadi kasus yang terus meningkat dan
belum bisa dimusnahkan. TB termasuk penyakit urutan kedua yang menyebabkan
kematian setelah Human Immunodeficiency Virus pada kasus penyakit menular
(Kemenkes RI, 2014., Bahar, 2015).

Berdasarkan data WHO Global Tuberculosis Report 2017, sebagian besar dari
perkiraan jumlah kasus TB tertinggi yang terjadi di tahun 2006 ada di wilayah benua
Asia (45%), wilayah Afrika (25%), dan wilayah Barat Pasifik (17%). Proporsi terkecil
pada kasus yang terjadi berada di wilayah Mediterania Timur (7%), wilayah bagian
Eropa (3%), dan wilayah bagian Amerika (3%). Jumlah tahunan dari kasus TB relatif
terhdap ukuran populasi bervariasi diantara negara-negara di 2016. Sekitar 82%
kematian TB pasien dengan hasil HIV yang negatif berada di wilayah bagian Afrika
dan di benua Asia. Di wilayah ini menyumbang 85% dari total gabungan dari
kematian TB pada pasien HIV negative maupun HIV positif. Di wilayah India
menyumbang sekitar 33% dari kematian TB dunia diantaranya pasien TB dengan HIV
negative dan 26% dari total gabungan kematian TB dengan pasien negative HIV
maupun positif HIV. Indonesia adalah peringkay ke-2 terbanyak pengidap
Tuberkulosis (TB) di dunia setelah India ( WHO Global Tuberculosis Report, 2017)

Pada tahun 2016 kasus tuberkulosis terbanyak ditemukan pada kelompok usia 25-34
tahun yaitu sebesar 18,07% diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,25%, dan
pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 16,81%. Berdasarkan data tersebut bahwa
perbedaan proprsi kasus tuberculosis berdasarkan golongan umur dari tahun 2012
sampai dengan 2016 tidak jadii perubahan yang signifikan. Begitu juga dengan Case
Notification Rate (CNR) / Angka notifikasi kasus tuberculosis per 100.000 penduduk
dari tahun 2008-2016. Angka notifikasi kasus Tuberculosis pada tahun 2016 sebesar
136 per 100.000 penduduk meningkat dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 130
per 100.000 penduduk. Provinsi dengan CNR semua kasus tuberculosis tertinggi yaitu
DKI Jakarta (269), Papua (260), Maluku (209), dan Papua Barat (223). Sedangkan
CNR semua kasus tuberculosis terendah yaitu Provinsi Bali (73), DI Yogyakarta (83)
dan Riau (95). Bila dibandingkan dengan CNR semua kasus TB tahun 2015 terdapat
24 Provinsi (71%) yang mengalami kenaikan CNR dan 10 provinsi (29%) yang
mengalami penurunan CNR (Kemenkes RI, 2017).

Hasil studi Badan Penelitian dan pengembangan Kementrian Kesehatan (Kemenkes)


tahun 2015 di dapatkan bahwa hanya 32% kasus TB yang ternotifikasi, yaitu sekitar
1.000.000 penderita TB baru dan 1.600.000 penderita TB yang di obati pertahun di
Indonesia. Dari studi yang kemudian di tuangkan ke dalam indikator diperkirakan ada
336 kasus TB dalam 100.000 penduduk. TB merupakan masalah besar dunia
kesehatan dan membutuhkan usaha bersama dalam menanggulanginya, karena 1
pasien TB berpotensi menularkan 10-15 orang disekitarnya (Dinkes Jakarta, 2017)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Moh Ridwan Meuraksa Kesdam
Jaya Jakarta Timur, di dapatkan data pasien yang terkena TB Paru khususnya di ruang
perawatan Sakura di tiga bulan terakhir (Januari-Maret) sebanyak 18 kasus penderita
TB Paru.
Pasien TB yang dirawat di Rumah Sakit akan mengalami berbagai gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar pada oksigenasi. Gangguan ini terjadi karena kerusakan
jaringan paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan mengakibatkan
terjadinya penurunan difusi, kemudian adanya gejala batuk berdahak, serta sekret
yang kental mengakibatkan terjadinya ketidak efektifan bersihan jalan nafas dan
gangguan pertukaran gas hingga pada akhirnya kebutuhan oksigen tidak terpenuhi
secara optimal. Kebutuhan dasar lain yang terganggu pada pasien TB adalah
pemenuhan kebutuha nutrisi. Pada pasien TB Paru akibat dari proses metabolisme
yang meningkat akan mengakibatkan penurunan kebutuhan nutrisi yang lebih banyak,
serta asupan yang tidak sesuai yang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan
hal ini dapat menimbulkan masalah pada gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Kadar oksigen di dalam darah menurun yang
mengakibatakn suplai oksigen ke jaringan tidak optimal dan mengakibatkan proses
pembentukan ATP terhambat, maka pada akhirnya energi yang dihasilkan akan
sedikit, menyebabkan penderita TB paru merasa lelah dan lemah. Hal ini dapat
menimbulkan terjadinya gangguan kebutuhan dasar aktivitas (Alimul, 2014).

Pada penyakit TB Paru jika tidak ditangani dengan benar maka akan menimbulkan
komplikasi diantaranya ialah, pleuritis (radang pada pleura paru), efusi pleura
(pemnumpukan cairan diantara dua pleura), empiema (kumpulan nanah diantara paru-
paru dipermukaan bagian dalam dinding dada), pleuritis (radang pada pleura),
hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah), pneumotorak (adanya udara
pada rongga pleura). Selain itu, penyebaran infeksi organ lainnya seperti, otak, tulang,
sendi, ginjal, dan sebagainya (Amin & Bahar, 2015).

Berdasarkan angka kejadian TB Paru yang masih tinggi serta bahaya komplikasi yang
akan terjadi maka peram perawat menjadi penting dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan TB. Peran perawat juga diharapkan dapat
meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup serta mengatasi gangguan pemenuhan
kebutuhan yang terjadi pada pasien TB. Peran perawat dapat dilakukan dengan
melalui peran sebagai edukator pemberi informasi, care giver sebagai pemberi
asuhan, kolaborator berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Upaya yang dilakukan
oleh perawat antara lain promotif, preventiv, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif
ialah dengan memberikan edukasi berupa penyuluhan pada pasien tentang penyakit,
penularan, pencegahan, hingga pengobatan pada penyakit TB. Upaya preventif ialah
upaya yang dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi, yaitu dengan
melakukan peningkatan nutrisi, latihan batuk efektif serta mengajarkan etika batuk.
Upaya kuratif yaitu dengan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain seperti
pemberian obat OAT. Upaya rehabilitatif yakni dengan pencegahan yang dilakukan
untuk mengurangi terjadi penularan penyakit TB seperti etika batuk dengan menutup
mulut menggunakan tissue, penggunaan masker, serta membuka jendela setiap pagi
supaya sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah (Somantri, 2008).

Berdasarkan tingginya kasus, berbagai pemenuhan kebutuhan dasar yang terganggu


serta pentingnya peran perawat dalam meningkatkan kesehatan melalui keperawatan
maka, penulis sebagai calon perawat ingin mempunyai pengalaman serta mengtahui
lebih dalam tentang bagaimana melakukan Asuhan Keperawatan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An. U dengan TB Paru.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan dengan adanya penulisan karya ilmiah ini, penulis mampu
menerapkan asuhan keperawatan secara teori dan konsep langsung dengan pasien
khususnya pada penderita TB Paru.

2. Tujuan Khusus
Tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah agar penulis :
a. Mampu menguraikan/mendeskripsikan hasil pengkajian kebutuhan dasar
pasien dengan TB Paru
b. Mampu menguraikan/mendeskripsikan masalah keperawatan kebutuhan dasar
pasien dengan TB Paru
c. Mampu menguraikan/mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan
kebutuhan dasar pasien dengan TB Paru
d. Mampu menguraikan/mendeskripsikan tindakan keperawatan kebutuhan dasar
pasien dengan TB Paru
e. Mampu menguraikan/mendeskripsikan hasil evaluasi kebutuhan dasar pasien
dengan TB Paru
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta dapat
mencari solusi

C. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan karya tulisan ilmiah ini, penulis memberikan Asuhan
Keperawatan Gangguuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada pasien An. U dengan TB
Paru di ruang perawatan Sakura Rumah Sakit Moh Ridwan Meuraksa Kesdam jaya
Jakarta Timur selama tiga hari tanggal 3-5 Juli 2018.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode ilmiah yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan data, menganalisa dan menarik kesimpulan dengan pendekatan
studi kasus. Untuk menunjang penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis memperoleh
informasi/data melalui :
1. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan TB Paru serta
referensi yang terkait dengan TB Paru.

2. Metode Deskriptif
Yaitu suatu mode dimana penulis menguraikan hasil Asuhan Keperawatan melalui
pengkajian, menentukan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah ini terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, yang terdiri
Dari tujuan umum, tujuan khusus, metode penulisan, ruang
lingkup, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS


Meliputi konsep dasar (pengertian, klasifikasi, etiologi, gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar, patofisiologi, manifestasi klinik,
komplikasi, pelaksanaan, dan terapi. Konsep asuhan keperawatam
(pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan).

BAB III : TINJAUAN KASUS

Merupakan laporan hasil asuahan keperawatan pada pasien dengan


Gangguan Sistem Pernafasan : TB Paru selama 3x24 jam yang terdiri
dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.

BAB IV : PEMBAHASAN

Merupakan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dan


kasus dari mulai pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, serta solusi-solusi untuk mengatasi
kesenjangan-kesenjagan yang terjadi.

BAB V : PENUTUP

Merupakan kesimpulan dan saran. Kesimpulan membahas tentang


ringkasan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernafasan : TB Paru. Sedangkan saran berisi tentang harapan dan
masukan dari penulis yang berhubungan dengan asuhan keperawatan
pada pasien TB Paru dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai