Anda di halaman 1dari 18

KIMIA BAHAN MAKANAN

Sifat dan Kandungan Serta Indeks Gilkemik

Kenikir (Cosmos Caudatus) untuk Penderita Diabetes

DISUSUN OLEH :

Dezh Nahda Athiyya (08061381823077)


Orin Chiaelga (08061381823063)

Dosen Pembimbing : Dr. Miksusanti, M.Si.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Sifat dan Kandungan Serta Indeks Glikemik Kenikir (Cosmos caudatus) untuk
Penderita Diabetes”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kuliah Bahan Makanan. Penulis
menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan,
dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak. Terimakasih kepada Ibu Dr.Miksusanti,
M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah ini dan berbagai pihak yang membantu
selesainya makalah ini.
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membaca. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.........................................................................................i
DAFTARISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang............................................................................................1
1.2 RumusanMasalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori Diabetes Mellitus..................................................................4
2.2 Dasar Teori Daun Kenikir (Cosmos caudatus).........................................5
2.3 Indeks Glikemik........................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN................................................................................9
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Diabetes
melitus termasuk salah satu penyakit metabolik yang sudah menjadi masalah
kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Menurut data International Diabetes
Federation (IDF), pada tahun 2015 menyatakan jumlah estimasi penyandang
diabetes di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta. Penyandang diabetes di
Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi 16,2 juta pada tahun 2040
(Depkes RI, 2016).
Menurut Depkes RI (2005), diabetes melitus tipe 1 umumnya terjadi
karena kerusakan sel β-pankreas yang disebabkan oleh reaksi autoimun. Destruksi
autoimun dari sel-sel β-pankreas langsung mengakibatkan defisiensi sekresi
insulin. Gejala yang umum dikeluhkan pada penderita diabetes melitus tipe 1
adalah poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah
(fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).
Pengobatan diabetes melitus tipe 1 dapat menggunakan insulin.
Penggunaan dosis insulin yang digunakan harus disesuaikan dengan kadar gula
darah penderita. Hal ini dikarenakan penggunaan insulin dapat menimbulkan
beberapa efek samping seperti hipoglikemia dan peningkatan berat badan
(Kristiantoro, 2014). Oleh karena itu, dikembangkan beberapa tanaman obat yang
memiliki aktivitas sebagai antidiabetes dengan efek samping yang kecil,
contohnya yaitu daun kenikir (Cosmos caudatus H. B. K.).
Secara empris daun kenikir berkhasiat sebagai obat penambah nafsu
makan, penguat tulang, dan lemah lambung (Pebriana dkk., 2008). Kandungan
kimia yang terdapat pada daun kenikir yaitu senyawa flavonoid seperti mirisetin,
kuersetin, kaempferol, luteolin, dan apigenin (Sahid, 2016). Kuersetin adalah jenis
flavonoid dominan yang terdapat pada daun Cosmos caudatus H. B. K. yaitu
sebesar 51% (Chan et al., 2016). Menurut penelitian Suhardinata (2015), secara in

Page 1
vivo kuersetin dapat menurunkan glukosa darah dan melindungi fungsi sel
βpankreas.
Senyawa flavonoid dapat mencegah diabetes dengan regenerasi sel
βpankreas dan meningkatkan pelepasan insulin dengan cara penyerapan Ca2+
(Sandhar et al., 2011). Senyawa flavonoid juga bersifat sebagai antioksidan yang
dapat mengikat radikal bebas dan menyumbangkan elektronnya untuk
menstabilkan ikatan kimianya sehingga dapat mencegah pembentukan reactive
oxygen species (ROS) dan kerusakan oksidatif pada sel β-pankreas (Ashok and
Rao, 2002). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sahid (2016),
bubuk daun kenikir dengan dosis optimal 1400 mg/200 gBB dapat menurunkan
kadar glukosa darah pada tikus Wistar yang diinduksi streptozotocin. Hal ini
dikarenakan terdapat kandungan total flavonoid pada bubuk daun kenikir sebesar
1089,79 mg/100 g.
Tanaman kenikir merupakan salah satu tanaman dari family Asteraceae.
Beberapa tanaman dari family Asteraceae lain yang dilaporkan juga berpotensi
sebagai antidiabetes, seperti ekstrak daun manis/stevia (Stevia rebaudiana),
ekstrak daun salam (Eugenia polyantha), dan ekstrak daun urang-aring (Eclipta
alba). Adapun dosis yang digunakan untuk masing-masing tanaman tersebut
antara lain 400, 1250, dan 400 mg/kgBB. Tanaman-tanaman tersebut memiliki
profil fitokimia yang mirip dengan tanaman daun kenikir. Selain itu juga
tanamantanaman tersebut berkaitan dengan adanya senyawa flavonoid yang
terkandung di dalamnya dan memiliki aktivitas antidiabetes (Ananthi et al., 2003;
Em et al., 2016; Misra et al., 2016).
Adanya kandungan senyawa flavonoid di dalam daun kenikir yang diduga
memiliki aktivitas sebagai antidiabetes, maka akan dilakukan penelitian uji in vivo
penurunan glukosa darah tikus diabetes yang diinduksi aloksan menggunakan
ekstrak etanol 70% daun kenikir. Aloksan dapat menyebabkan diabetes melitus
tipe 1 karena aloksan dapat membentuk radikal bebas sehingga secara selektif
dapat merusak sel β-pankreas (Rohilla and Ali, 2012). Selanjutnya pengukuran
kadar glukosa darah dihitung dengan metode enzimatik glucose oxidase phenol 4-
aminophenazone (GOD-PAP). Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi dosis efektif ED50 dan persen penurunan kadar glukosa darah sebagai
parameter penting antidiabetes.

2.2 Rumusan Masalah


1. Apakah khasiat yang terdapat di dalam tumbuhan kenikir ?
2. Kandungan apa yang bermanfaat didalam tumbuhan kenikir?
3. Berapakah nilai indeks glikemik tumbuhan kenikir?
4. Apa kandungan pada tanaman kenikir yang menyebabkan glukosa
darah turun?
5. Bagaimana mekanismenya dalam menurunka kadar glukosa darah?

2.3 Tujuan
1. Mengetahui khasiat yang terkandung di dalam tumbuhan kenikir.
2. Mengetahui kandungan apa yang bermanfaat di dalam tumbuhan
kenikir.
3. Mengetahui nilai indeks glikemik tumbuhan kenikir.
4. Mengetahui kandungan pada kenikir yang menyebabkan gkukosa
darah turun.
5. Mengetahui mekanisme dalam menurunkan kadar glukosa darah.

2.4 Manfaat

Mengetahui peran tumbuhan kenikir sebagai obat tradisional alternatif


khususnya sebagai obat anti diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori Diabetes Melitus


Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif
tidak menular yang menjadi masalah serius bagi kesehatan masyarakat di
Indonesia maupun di dunia (Krisnatuti & Yehrina, 2008). Pola makan yang tidak
teratur yang terjadi pada masyarakat saat ini dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah penyakit degeneratif, salah satunya penyakit DM (Suiraoka,
2012). Penderita DM harus memperhatikan pola makan yang meliputi jadwal,
jumlah, dan jenis makanan yang dikonsumsi. Kadar gula darah meningkat dratis
setelah mengkonsumsi makanan tertentu karena kecenderungan makanan yang
dikonsumsi memiliki kandungan gula darah yang tidak terkontrol (Tandra, 2009).
Saat ini, penderita DM diperkirakan sudah mencapai angka 9,1 juta orang
penduduk. Data tersebut menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-5 di
dunia dengan penderita DM tertinggi pada tahun 2013 (IDF, 2014). Penyakit DM
merupakan salah satu penyebab utama penyakit tidak menular atau 2,1% dari
seluruh kematian yang terjadi. Kasus DM di dunia diperkirakan sebanyak 90%
merupakan DM Tipe II (Perkeni, 2010). Menurut Riskesdas (2013), Provinsi Jawa
Timur dengan prevelensi penderita DM sebesar 2,1% dengan menempati urutan
ke-9. Menurut penelitian Susilo (2012), sebanyak 38 responden (63,3%) penderita
DM di Rumah Sakit Baptis Kediri melakukan diet tepat jumlah, sebanyak 35
responden (58,3%) melakukan diet tepat jenis, dan sebanyak 44 responden
(73,3%) tidak melakukan diet tepat jadwal (Susilo, 2012).
Penyakit DM banyak dikenal orang sebagai penyakit yang erat kaitannya
dengan asupan makanan. Asupan makanan seperti karbohidrat/ gula, protein,
lemak, dan energi yang berlebihan dapat menjadi faktor resiko awal kejadian DM.
Semakin berlebihan asupan makanan maka semakin besar pula kemungkinan akan
menyebabkan DM (Linder, 2008). Karbohidrat akan dicerna dan diserap dalam
bentuk monosakarida, terutama gula. Penyerapan gula menyebabkan peningkatan
kadar gula darah dan mendorong peningkatan sekresi hormon insulin untuk
mengontrol kadar gula darah (Linder, 2008).
Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif yang dapat
dikendalikan dengan empat pilar penatalaksaan. Diet menjadi salah satu hal
penting dalam empat pilar penatalaksanaan DM dikarenakan pasien tidak
memperhatikan asupan makanan yang seimbang. Meningkatnya gula darah pada
pasien DM berperan sebagai penyebab dari ketidak seimbangan jumlah insulin,
oleh karena itu diet menjadi salah satu pencegahan agar gula darah tidak
meningkat, dengan diet yang tepat dapat membantu mengontrol gula darah
(Soegondo, 2015).
Pengendalian tingkat gula darah normal memerlukan penatalaksanaan diet
DM yang baik dan benar. Motivasi dan dukungan dari konselor gizi juga
diperlukan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara edukasi gizi melalui
perencanaan pola makan yang baik. Dalam hal ini diwujudkan Puskesmas
Tembok Dukuh dengan mengadakan kegiatan penyuluhan secara berkala dengan
harapan penderita diabetes mellitus termotivasi tentang pengontrolan diet 3J
(Jumlah, Jadwal dan Jenis) yang dianjurkan sehingga kadar gula darah dapat
terkontrol.

2.2 Dasar Teori Kenikir


Kenikir (Cosmos) adalah tumbuhan tropis anggota suku kenikir-kenikiran
(Asteraceae) yang berasal dari Amerika Latin dan Amerika Tengah, tetapi tumbuh
liar dan mudah didapati di Florida, Amerika Serikat, serta di negara-negara Asia
Tenggara dan Asia Selatan. Spesies ini dibawa ke Asia
Tenggara melalui Filipina oleh penjelajah Spanyol diabad ke-16. Kenikir
adalah tumbuhan tahunan yang berbatang pipa dengan garis-garis yang membujur.
Tingginya dapat mencapai 1 m dan daunnya bertangkai panjang dan duduk
daunnya berhadapan, sehingga terbagi menyirip menjadi 2-3 tangkai. Baunya
seperti damar apabila diremas. Bunganya tersusun pada bongkol yang banyak
terdapat di ujung batang dan pada ketiak daun-daun teratas, berwarna
merahberbintik-bintik kuning di tengah-tengahnya, dan bijinya berbentuk paruh.
Tumbuhan kenikir (Cosmos caudatus) mempunyai klasifikasi sebagai
berikut (Yatin,2003) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Cosmos
Spesies :Cosmos caudatus

Gambar 1.Cosmos caudatus


Kenikir (Cosmos caudatus) merupakan tanaman sayuran yang
tergolong indigenous. Kenikir memiliki potensi yang tinggi serta dijadikan
sayuran sebagai pengganti sayuran komersial dalam memenuhi kebutuhan pangan
bagi manusia. Karena bersifat indigenous sayuran ini hanya dibudidayakan dalam
skala yang kecil dan bersifat lokal. Tanaman kenikir biasanya ditanam disekitar
pekarangan rumah dan kebun. Hal ini karena tanaman kenikir hanya di konsumsi
masyarakat sebagi sayuran matan dan sayuran mentah atau lalapan
keluarga (Susilo, 2012).
Kenikir adalah tanaman tahunan yang berbatang pipa dengan garis-garis
yang membujur. Tingginya dapat mencapai 1 m dan daunnya bertangkai panjang.
Duduk daunnya saling berhadapan, sehingga berbagi menyirip menjadi 2-3
tangkai. Baunya seperti damar apabila diremas. Bunganya tersusun pada tongkol
yang banyak terdapat pada ketiak daun teratas, berwarna oranye berbintik kuning,
bijinya berbentuk paruh (Sastrapradja dkk, 1981).
Tanaman kenikir berkembangbiak atau di perbanyak menggunakan biji. Biji
kenikir cukup keras. Saat masih muda berwarna hikau namun saat tua berwarna
coklat. Panjangnya kurang lebih 1 cm. Perbanyakan di awali dengan semai biji,
setelah tumbuh sampai kurang lebih 3 minggu setelah semai baru dilakukan
pemindahan ke lapang. Pengaturan drainase dan irigasi yang memadahi membatu
pertumbuhan tanaman kenikir secara optimal. Kondisi tanah yang terlalu lembah
dapat memicu munculnya cendawan yang mengganggu pertumbuhan kenikir.
Sehingga diperikan tanah atau lahan yang tidak terlalu lembah (Hakim, 2015).
Kandungan kimia tumbuhan kenikir (Cosmos caudatus) saponin, alkaloid,
flavonoid dan antioksidan.
Kandungan kimia daun kenikir pada umumnya adalah flavonoid, polifenol,
tanin, saponin, terpenoid, dan minyak atsiri (Hariana, 2005; Rasdi dkk., 2010).
Total kandungan fenolik dalam ekstrak air daun kenikir menunjukkan aktivitas
yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak etanol. Berdasarkan penelitian Shui dkk.
(2005), kandungan fenolik total ekstrak air daun kenikir adalah 844,8 mg GAE
/100 g (berat basah), sedangkan total flavonoid sebesar 183,69 – 483,91 mg QE/ g
ekstrak kering (Noriham dkk., 2015). Menurut Andarwulan dkk. (2010), kuersetin
sebanyak 51 % merupakan flavonoid utama yang terdapat pada daun kenikir.
Menurut Andarwulan dkk. (2012), asam fenolat utama pada daun kenikir berupa
asam klorogenik sebanyak 4,5%, asam kafeat sebanyak 3,6 %, dan asam ferulat
sebanyak 3,1%. Selain itu, daun kenikir juga mengandung minyak esensial yang
mayoritas berupa γ-kadinen sebanyak 33 % and kariofilen sebanyak 10 % (Lee
dan Vairappan, 2011).
Senyawa Flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan
terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae,
pada tumbuhan tinggi Flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetative maupun
dalam bunga, sebagai pigmen bunga Flavonoid berperan jelas dalam menarik
burung dan serangga penyerbuk bunga, fungsi lainnya juga sebagai, pengatur
fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus. Bekerja sebagai inhibitor kuat
pernapasan. Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksi
dan supeoksida dan dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi
yang merusak. Beberapa turunan Flavonoid terdapat pada tumbuhan tingkat
tinggi dan terdapat pada organ- organ seperti seperti akar, batang, daun, bunga,
biji, dan kulit kayu (Trevor Robinson,1995).

2.3 Indeks Glikemik


Secara uji in vitro, daun kenikir ditemukan memiliki profil penghambatan
yang baik terhadap modulasi karbohidrat enzim sepertiα-glucosidase, yang
berhubungan dengan penyerapan glukosadi usus. Daunnya bila digunakan
berguna untuk penanganan hiperglikemiadan hipertensi yang dapat menyebabkan
komplikasi vaskular. Penelitian lain menyebutkan bahwa daun kenikir telah
digunakansecara tradisionaluntuk mengobati kanker, diabetes dan juga sebagai
diuretik. Dalam penelitian tersebut daun kenikir dibuat menjadi ekstrak yang telah
terbukti memiliki sifat antidiabetes.
Penurunan kadar glukosa darah disebabkan oleh kandungan dalam bubuk
daun kenikir. Daun kenikir mengandung senyawa aktif fenolik, flavonoid, flavon
dan flavanon, polifenol, saponin, tanin, alkaloid dan minyak astiri. Kandungan
flavonoid yang terdapat dalam daun kenikir seperti myricetin, kuersetin,
kaempferol, luteolin dan apigenin. Kuersetin dan kaempferol yang tertinggi juga
terdapat dalam daun kenikir berkisar 0,3-143 mg/100g berat basah dan total fenol
terbesar yaitu 1,52 mg GAE/100 g berat basah daun kenikir. Oleh karena itu, daun
kenikir diidentifikasi sebagai sumber sayuran yang memiliki potensi kaya
flavonoid dan antioksidan.
Penelitian lain menunjukkan bahwa daun kenikir mengandung senyawa
yang memiliki daya antioksidan cukup tinggi dengan harga IC50 sebesar 70 mg/L.
Ekstrak metanolik daun kenikir mengandung flavonoid dan glikosida kuersetin.
Daun kenikir telah digunakan secara tradisional untuk mengobati beberapa
penyakit, salah satunya tekanan darah tinggi, diabetes, radang sendi dan demam.
Secara in vitro, terkait tanaman daun kenikir yang terdapat bahan fenolik memiliki
potensi menghambat α-glukosa di usus. Hal ini menunjukkan potensi untuk
mengurangi penyerapan glukosa dalam usus. Terdapat beberapa tanaman
(misalnya, ekstrak heksana dari daun kenikir) memiliki aktivitas penghambatan
αglukosa yang tinggi dengan dikombinasikan aktivitas penghambatan pada α-
amilase yang rendah. Penelitian bubuk daun kenikir terhadap kadar glukosa darah
terbukti secara in vivo bahwa bubuk daun kenikir dapat menurunkan kadar
glukosa darah.
BAB III
PEMBAHASAN

Kenikir (Cosmos caudatus) merupakan tanaman sayuran yang


tergolong indigenous. Ketika tubuh banyak terpapar radikal bebas dan polusi,
maka memberi asupan antioksidan pada tubuh bisa jadi cara
menyeimbangkannya. Dengan banyaknya kandungan gizi yang ada pada daun
kenikir, tak heran jika tanaman ini dipercaya memiliki banyak khasiat untuk
menunjang kesehatan tubuh.
Kandungan Kadar
Protein 2,9 g
Karbohidrat 0,6 g
Lemak 0,4 g
Air 93,1 g
Kalori 18 kal
Vitamin C 64,6 g
Potassium 426 mg
Kalsium 270 mg
Zat Besi 4,6 mg
Tabel 1.1. Kandungan gizi tanaman kenikir
Berdasarkan Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa kandungan gizi dalam tanaman
kenikir termasuk tinggi. Penderita diabetes tentu harus berhati-hati dan
memilah makanan dengan baik. daun kenikir adalah salah satu tanaman
yang dapat mencegah diabetes. Manfaat daun kenikir juga terutama dikenal
karena kaya akan antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang
bertugas untuk menangkal efek buruk dari radikal bebas yang masuk dalam
tubuh manusia.
Tabel.2. Hasil Uji Kandungan Total Flavonoid dan Kuersetin Pada Bubuk
Daun Kenikir:
Kandungan Daun Kenikir Segar Bubuk Daun Kenikir
Total Flavonoid 143,00 mg/100g 1089,79 mg/100g
Kuersetin 51,30 mg/100g 390,95 mg/100g
Tabel.2. menjelaskan tentang kandungan total flavonoid dan kuersetin pada
daun kenikir segar dan bubuk daun kenikir. Dari daun kenikir segar sebanyak 526
g menghasilkan 100 g bubuk daun kenikir, sehingga kandungan flavonoid dan
kuersetin masih lebih tinggi dalam bubuk daun kenikir daripada daun kenikir
segar.
Menurut hasil penelitian yang dimuat dalam Journal Pharmacology,
ada sekitar 37 sayuran mentah yang diuji cobakan, salah satunya daun
kenikir yang mengandung jenis flavonoid yang tinggi. Para peneliti
meyakini bawa jenis antioksidan yang terkandung dalam daun kenikir
berdampak positif untuk mencegah gangguan pencernaan. Selain itu, daun
kenikir turut dilengkapi dengan senyawa fenol (sejenis flavonoid) yang
berkhasiat sebagai bahan dasar obat-obatan.
Penurunan kadar glukosa darah disebabkan oleh kandungan dalam bubuk
daun kenikir. Menurut penelitian yang dimuat dalam Journal of Research in
Medical Sciences, daunkenikir memiliki efek antidiabetes. Para peneliti
menemukan adanya penurunan gula darah yang cukup signifikan. Daun kenikir
memiliki enzim yang mampu menghambat penyerapan glukosa didalam sistem
pencernaan. Daun kenikir juga berpotensi mengelola kondisi hiperglikiemia atau
kadar gula darah terlalu tinggidi dalam tubuh.
Daun kenikir mengandung senyawa aktif fenolik, flavonoid, flavon dan
flavanon, polifenol, saponin, tanin, alkaloid dan minyak astiri. Kandungan
flavonoid yang terdapat dalam daun kenikir seperti myricetin, kuersetin,
kaempferol, luteolin dan apigenin. Kuersetin dan kaempferol yang tertinggi juga
terdapat dalam daun kenikir berkisar 0,3-143 mg/100g berat basah dan total fenol
terbesar yaitu 1,52 mg GAE/100 g berat basah daun kenikir. Oleh karena itu, daun
kenikir diidentifikasi sebagai sumber sayuran yang memiliki potensi kaya
flavonoid dan antioksidan.Penelitian lain menunjukkan bahwa daun kenikir
mengandung senyawa yang memiliki daya antioksidan cukup tinggi dengan harga
IC50 sebesar 70 mg/L. Ekstrak metanolik daun kenikir mengandung flavonoid
dan glikosida kuersetin. Daun kenikir telah digunakan secara tradisional untuk
mengobati beberapa penyakit, salah satunya tekanan darah tinggi, diabetes, radang
sendi dan demam. Secara in vitro, terkait tanaman daun kenikir yang terdapat
bahan fenolik memiliki potensi menghambat α-glukosa di usus. Hal ini
menunjukkan potensi untuk mengurangi penyerapan glukosa dalam usus.
Terdapat beberapa tanaman (misalnya, ekstrak heksana dari daun kenikir)
memiliki aktivitas penghambatan αglukosa yang tinggi dengan dikombinasikan
aktivitas penghambatan pada αamilase yang rendah. Penelitian bubuk daun
kenikir terhadap kadar glukosa darah terbukti secara in vivo bahwa bubuk daun
kenikir dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Tanaman kenikir memiliki kandungan kimia yang terdapat didalam ekstrak
daun kenikir yaitu saponin, flavonoid, polfenol. Berdasarkan hasil penelitian
menyebutkan bahwa senyawa yang berkhasiat sebagai antidiabetes adalah
senyawa flavonoid. Flavonoid dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan
kemampuannya sebagai zat anti oksidan. Falvonoid bersifat protektif terhadap
kerusakan sel β sebagai penghasil insulin serta dapat meningkatkan sensitivitas
insulin. Antioksidan pada flavonoid dapat menyumbangkan atom hidrogennya.
Flavonoid akan teroksidasi dan berikatan dengan radikal bebas sehingga radikal
menjadi senyawa yang lebih stabil.
Mekanisme lain adalah kemampuan flavonoid terutama kuarsetin dalam
menghambat GLUT 2 mukosa usus sehingga dapat menurunkan absorbsi glukosa.
Hal ini menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan fruktosa darah turun.
GLUT 2 diduga merupakan transporter mayor glukosa di usus pada kondisi
normal flavonoid dapat menghambat penyerapan glukosa. Ketika quercetin yang
tertelan dengan glukosa, hiperglikemia secara sifnifikan menurun. Hal ini
menunjukkn bahwa quercetin dapat menghambat penyerapan glukosa melalui
melalui GLUT 2. Flavonoid juga dapat menghambat fosfodiesterase sehingga
meningkatkan cAMP pada sel beta pankreas. Peningkatan cAMP akan
menstimulasi pengeluaran protein kinase A (PKA) yang merangsang sekresi
insulin semakin meningkat.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Daun kenikir telah digunakan secara tradisional untuk mengobati beberapa
penyakit, salah satunya tekanan darah tinggi, diabetes, radang sendi dan
demam. polifenol, saponin, tanin, alkaloid dan minyak astiri.
2. kenikir mengandung senyawa aktif fenolik, flavonoid, flavon dan
flavanon, polifenol, saponin, tanin, alkaloid dan minyak astiri
3. Kuersetin dan kaempferol yang tertinggi juga terdapat dalam daun kenikir
berkisar 0,3-143 mg/100g berat basah dan total fenol terbesar yaitu 1,52
mg GAE/100 g berat basah daun kenikir.
4. Flavonoid dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan kemampuannya
sebagai zat anti oksidan.
5. Mekanisme flavonoid terutama kuarsetin dalam menghambat GLUT 2
mukosa usus sehingga dapat menurunkan absorbsi glukosa.
DAFTAR PUSTAKA

Ananthi et al, 2003. Phytochemical Analisys and Antimicrobial Activity of Mimosa


Pudica LINN. Research Journal of Chemical Science. Vol. 2(2), 72-74.
Andarwulan, dkk, 2012. Flavanoid Content and Antioxidabt Activity Of Vegetables
From Indonesia. Journal Food Chemistry 121: 1231-1235.
Ashrok dan Rao, 2002. In Vitro and In Vivo Adehsion Testing of Mucoahesive Drug
Delivery System. Drug Dev. Ind. Pharm 25(5).p. 685-690.
Chan, et all, 2016. Prediction of Intradialytic Hypotension Occurence Using
Variations of Saturation of Oxigen And Heart Rate. Hongkong Polytechnic
University, Hongkong.
Depkes RI, 2005. Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Depkes RI, Jakarta,
Indonesia.
Depkes RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Depkes RI, Jakarta, Indonesia.
Em et al, 2016. Kandungan Kenikir (Cosmos caudatus). Salemba Medika, Surabaya,
Indonesia.
Hakim, M. R. A. dan M. Rahmad Suhartono. 2015. Penentuan Masak Fisiologis dan
Ketahanan Benih Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) terhadap Desikasi, J.
Homr, Indonesia 6(2):84-90.
Hariana, H.A. 2005. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Seri 2. Sriwijaya, Depok, Hal
17.
IDF, 2014. Diabetes Atlas Sixth Edition. International Diabetes Federation.
Kemenkes RI, 2014. Kemitraan Pemerintah dan Swasta Dalam Pengendalian
Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta, Indonesia.
Krisnatuti. D., Yenrina, R., 2008. Makanan Pendamping Asi. Puspa Swara, Jakarta,
Indonesia.
Kristiantoro, 2014. Analisa Sistem Informasi Diabetes. Graha Ilmu, Yogyakarta,
Indonesia.
Lee, T.K. and Vairappen C.S, 2011. Antioxidant, Antibacterial and Cytotoxic
Activities of Essential Oils and Ethanol Extracts of Selected South East

Page 13
Asian Herbs. Journal of Medicinal Plants Research, 5 (21), 5284-5290.
Linder, 2008. Biokimia, Nutrisi & Metabolisme (Parakhasi, A., penerjemah. UI Press
Jakarta. P:264.
Misra, dkk, 2016. Study Of Extraction and HPTLC-UV Methode for Estimation of
Caffeine in Marketed Tea Granules. International Journal of Green
Pharmacy 3 (5).
Noriham, dkk, 2015. Antioxidant Acitivity and Bioactive Componenets of
Oxalidaceae Fruit Extracts. The Malaysian Journal of Analytical Sciences.
18(1). Hal 116-126.
Pebriana, dkk, 2008. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Panjang. IPB,
Bogor, Indonesia.
Rasdi, et al, 2010. Antimicrobial Studies of Cosmos Caudatus Kunth (Composite0.
Journal of Medicinal Plants Research. Vol 4(8), pp.669-673.
Rikesdas, 2014. Riset Kesehatan Dasar. Balitbang, Jakarta, Indonesia.
Robinson, Trevor, 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Terjemahan
Kokasih. Padmawinata, ITB, Bandung, Indonesia.
Rohilla dan Ali, 2012. Alloxan Induced Diabetes: Mecanism and Effects.
International Journal Of Research in Pharmaceutical and Biomedical
Science. Vol 3(2): 819-820.
Sahid, Raharjo, 2016. Cara Melakukan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan
SPSS. Graha Media, Jakarta, Indonesia.
Sastrapradja, S., Lubis, S. H. A., Djajasukma, E., Soetarno, H., Lubis, S. 1981.
Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi Sayur-Sayuran, Balai
Pustaka, Jakarta, Indonesia.
Shandar et al, 2011. Mekanisme Diabetes Mellitus. Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
Indonesia
Shuii, dkk, 2005. Rapid Screening and Characterisation of Antioxidants of Cosmos
Caudatus Using Liquid Chromathografy Coupled With Mass Spectrometry.
J. Chromatogr. B Anal Tech. Biomed. Life sci. 827, 127-138.
Soegondo, 2015. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Balai Pennerbit FKUI,
Jakarta, Indonesia.
Suhardinata, F. 2015. Pengaruh Bubuk Daun Kenikir (cosmos caudatus) Terhadap
Kadar Malondialdehyde Plasma Tikus Wistar Diabetes Diinduksi
Streptozotocin. Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.
Suiraoka, 2012. Penyakit Degeneratif. Nuha Medika, Yogyakarta, Indonesia.
Susilo, 2012. Diet Diabetes. Salmeba Medika, Jakarta, Indonesia.
Susilo, A., M. Syukur, Heru P., E. Gunawan. 2012. Koleksi dan Identifikasi Tanaman
Sayuran Indigenous, J. PHKT, IPB, Bogor, Indonesia.
Tandra, 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Gramedia, Jakarta, Indonesia.
Yatin, Wildan. 2003. Biologi Sel Lanjut. Tarsito, Bandung, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai