Anda di halaman 1dari 8

NAMA KELOMPOK :

1. ARIFIANTI NURCAHYANI PUJI LESTARI


2. BAIQ NESHA
3. DESTY ALMA
4. DWIK WAHYUNI
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BANTUAN HIDUP DASAR/ RESUSITASI JANTUNG-PARU

Pokok Bahasan : Bantuan Hidup Dasar/Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Tempat : Rumah pasien
Hari/tanggal : Senin, 5 Agustus 2019
Jam : 09.00 WITA s/d selesai

A. LATAR BELAKANG
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan suatu pelatihan yang berisi
upaya-upaya dan tindakan resusitasi kardiopulmonal (RKP) yang dilakukan baik oleh
orang awam atau tenaga medis yang terlatih dan terampil untuk membantu dan
memberikan pertolongan yang cepat dan tepat kepada pasien yang sedang terancam
kematian yang akibat henti jantung dan napas sambil menunggu bantuan atau
memindahkan ketempat yang lebih layak dan memadai.
Resusitasi jantung paru biasanya digunakan sebagai pertolongan pertama pada
pasien yang mengalami henti nafas dan henti jantung. Yang bertujuan untuk
mengembalikan fungsi optimal pernafasan dan sirkulasi untuk mencegah kematian
(kematian biologis). Maka dari itu tindakan resusitasi jantung paru (RJP) sangat penting
di pelajari untuk melakukan tindakan pertolongan pertama dan untuk bantuan hidup
dasar.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai pertolongan pertama
terhadap seseorang yang mengalami henti nafas dan jantung, para siswa dan siswi
dapat memahami mengenai teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP).
2. Tujuan khusus
a. Siswa mampu menjelaskan pengertian Resusitasi Jantung Paru
b. Siswa mampu menjelaskan tujuan Resusitasi Jantung Paru
c. Siswa mampu menjelaskan langkah-langkah melakukan Resusitasi Jantung
Paru.
d. Siswa mampu menjelaskan hal – hal yang perlu diperhatikan dalam teknik
Resusitasi Jantung Paru.
e. Siswa mampu mendemonstrasikan teknik Resusitasi Jantung Paru secara benar

C. SASARAN
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan kepada pasien dan keluarga pasien
D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi

E. Media
1. Materi SAP
2. Alat-alat yang diperlukan (panthom)
3. Leaflet
F. PELAKSANAAN KEGIATAN
No Tahap/ Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta
1. PraInteraksi Pembukaan :
(5 Menit) 1. Memberi salam 1. Menjawa
2. Menjelaskan b salam.
tujuan/maksud 2. Memper
kedatangan hatikan dan
3. Membuat kontrak waktu mendengarkan

3. Menyetuj
ui kontrak waktu
yang ditetap kan
bersama.
2. Interaksi Pelaksanaan :
(50 Menit) 1. Penyampaian materi 1. Memperhatikan
(PENKES tentang RJP) penjelasan tentang
menjelaskan tentang : RJP

a. Pengertian RJP
b. Tujuan RJP
c. Langkah-langkah dan
teknik melakukan RJP
d. Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat
melakukan RJP
2. Fasilitator
mendemonstrasiksan 2. Memperhatikan

teknik melakukan RJP. penjelasan tentang


teknik melakukan
3. Klien dan keluarga RJP
mendemonstrasikan 3. Klien dan keluarga
secara mandiri teknik mampu
RJP mendemonstrasikan.
3. Terminasi 1. Mengucapkan terimakasih 1. MEMPERHATIKAN
(5 Menit) atas partisipasi peserta DAN
2. Mengucapkan salam MENDENGARKAN
2. MENJAWAB
SALAM

G. KRITERIA HASIL
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning/SAP
b. Kontrak waktu dengan sekolah.
c. Menyiapkan media.
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan sesuai waktu yang telah disepakati
b. Klien dan keluarga memperhatikan materi yang disampaikan
c. Klien dan keluarga aktif bertanya terhadap hal yang belum
diketahui
d. Tanya jawab berlangsung dengan lancar.
3. Evaluasi hasil
a. Klien dan keluarga mampu menyebutkan pengertian RJP.
b. Klien dan keluarga mampu menyebutkan tujuan RJP.
c. Klien dan keluarga mampu menyebutkan langkah-langkah teknik RJP.
d. Klien dan keluarga mampu menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam RJ
Lampiran Materi Resusitasi Jantung Paru (RJP)

A. Pengertian Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Resusitasi atau reanimasi mengandung arti harfiah menghidupkan kembali,
dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti
jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru adalah suatu
tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke
fungsi optimal guna mencegah kematian biologis. Resusitasi jantung paru (RJP) atau
juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation (CPR) merupakan gabungan antara
pijat jantung dan pernafasan buatan.
Komplikasi dari teknik ini adalah perdarahan hebat. Jika korban mengalami
perdarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang keluar
sehingga kemungkinan korban meninggal dunia lebih besar. Namun, jika korban tidak
segera diberi RJP, korban juga akan meninggal dunia. RJP harus segera dilakukan
dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi hentijantung dan henti napas untuk
mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-lain. Jika penderita ditemukan bernapas
namun tidak sadar maka posisikan dalam keadaan mantap agar jalan napas tetap bebas
dan sekret dapat keluar dengan sendirinya.

B. Tujuan Resusitasi Jantung Paru


1. Mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory
arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut
gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila
kedua fungsi tersebut bekerja kembali.
2. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)
3. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan ventilasi (fungsi
pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas
melalui Cardio Pulmonary Resuciation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP).

C. Langkah-Langkah Melakukan RJP


Berdasarkan konvensi American Heart Association (AHA) terbaru pada tanggal 18
Oktober 2010, dimana mengalami perubahan yaitu dari ABC menjadi CAB (Circulatory
Support, Airway Control, dan Breathing Support) prosedur CPR terbaru adalah sebagai
berikut :
1. Danger (D)
Yaitu kewaspadaan terhadap bahaya dimana pertama penolong
harus  mengamankan diri sendiri dengan memakai alat proteksi diri (APD). Alat
proteksi yang paling dianjurkan adalah sarung tangan untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit dari pasien kepada penolong. Selanjutnya penolong
mengamankan lingkungan dari kemungkinan bahaya lain yang mengancam, seperti
adanya arus listrik, ancaman kejatuhan benda (falling object). Setelah penolong dan
lingkungan aman maka selanjutnya mengamankan pasien dan meletakan korban
pada tempat yang rata, keras, kering dan jauh dari bahaya.

2. Respon (R)
Mengecek kesadaran atau respon korban dapat dilakukan secara verbal
maupun nonverbal. Secara verbal dilakukan dengan memanggil nama. Sedangkan
secara nonverbal dilakukan dengan menepuk-nepuk bahu korban. Jika dengan
memanggil dan menepuk tidak ada respos, maka lakukan pengecekan kesadaran
dengan melakukan rangsangan nyeri. Lakukan rangsang nyeri dengan menekan
tulang dada pasien dengan cara penolong menekuk jari-jari tangan kanan, lalu tekan
dengan sudut ruas jari-jari tangan yang telah ditekuk. Jika tidak ada respon dengan
rangsangan nyeri berarti pasien tidak sadar dan dalam kondisi koma.

3. Shout For Help (S) /meminta bantuan


Jika pasien tidak berespons selanjutnya penolong harus segera memanggil
bantuan baik dengan cara berteriak, menelepon, memberi tanda pertolongan dan cara
lainya. Berteriak contohnya dengan memanggil orang disekitar lokasi kejadian agar
membantu pertolongan atau disuruh mencari pertolongan lebih lanjut. Selanjutnya
menelepon yaitu menghubungi pusat bantuan darurat (emergency call number) sesuai
dengan nomor dilokasi / negara masing-masing, seperti 911 dan 118. Ketiga adalah
Emergency signal yaitu dengan membuat asap, kilauan cahaya, suara dan lain-lain
jika lokasi ada didaerah terpencil.

4. Memperbaiki posisi pasien


Untuk melakukan tindakan RJP yang efektif, pasien harus dalam
posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika korban
ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi pasien ke posisi
terlentang.

5. Mengatur posisi penolong


Penolong berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan
napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakkan lutut.

6. Cek Nadi
Pengecekan nadi korban dilakukan untuk memastikan apakah jantung korban
masih berdenyut atau tidak. Pada orang dewasa pengecekan nadi dilakukan pada
nadi leher (karotis) dengan menggunakan 2 jari. Caranya letakan 2 jari tangan pada
jakun (tiroid) kemudian tarik ke arah samping sampai terasa ada lekukan rasakan
apakah teraba atau tidak denyut nadi korban. Pada bayi pengecekan nadi dilakukan
pada lengan atas bagian dalam. Dengan menggunakan 2 jari rasakan ada tidaknya
denyut nadi pada lengan atas bagian dalam korban (nadi brakialis). Jika nadi tidak
teraba berarti pasien mengalami henti jantung, maka segera lakukan penekanan /
kompresi pada dada korban. Jika nadi teraba berarti jantung masih berdenyut maka
lanjutkan dengan membukan jalan napas dan pemeriksanaan napas.

7. Circulatory  Support (C) / Bantuan Sirkulasi


Yaitu kompresi dada jika korban tidak teraba nadinya berarti jantungnya
berhenti berdenyut maka harus segera dilakukan penekanan/kompresi dada sebanyak
30 kali. Caranya : posisi penolong sejajar dengan bahu korban. Letakan satu tumit
tangan diatas tulang dada, lalu letakan tangan yang satu lagi diatas tangan yang
sudah diletakan diatas tulang dada (dua jari di bawah xifoideus). Setelah itu tekan
dada korban dengan menjaga siku tetap lurus Tekan dada korban sampai kedalaman
sepertiga dari ketebalan dada atau 3-5 cm / 1-2 inci (korban dewasa), 2-3 cm (pada
anak), 1-2 cm (bayi).  
Jika pasien masih berdenyut jantungnya dan masih bernapas maka korban
dimiringkan ke kiri (posisi recovery) agar ketika muntah tidak terjadi aspirasi.
8. Evaluasi pada CPR
Evaluasi pada CPR/RJP dilakukan setiap 5 Siklus. (5 x 30 kompresi) + (5 x 2
napas buatan). Evaluasi pada pemberian napas buatan saja dilakukan setiap 2
menit. Dan setelah pasien berdenyut nadinya dan bernapas posisi pasien dimiringkan
ke arah kiri (posisi recovery).
Tindakan RJP dapat dihentikan apabila :
a. Penderita pulih kembali.
b. Penolong kelelahan.
c. Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih.
b. Jika ada tanda pasti mati, tidak usah lakukan RJP.
D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan RJP
1. RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun.
2. Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik, kecuali bila ia sudah
stabil.
3. Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena dapat berakibat
robeknya hati
4. Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat pada sternum,
jari-jari jangan menekan iga korban.
5. Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur dan tidak
terputus
6. Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP seperti :
a. Patah tulang dada dan tulang iga
b. Bocornya paru-paru (pneumotoraks)
c. Perdarahan dalam paru-paru / rongga dada (hemotoraks)
d. Luka dan memar pada paru-paru
e. Robekan pada hati

DAFTAR PUSTAKA

Boswick, John A.1997. Perawatan Gawat Darurat.Jakarta : EGC.


Darwis, dr. Allan & Sarana, dr. Lita, dkk.2007.Pedoman Pertolongan Pertama.Jakarta :
Palang Merah Indonesia.
Juliansyah, Rahmad Aswin.2009.Napas Buatan (Resusitasi Jantung Paru).
Dalam http://duniakeperawatan.wordpress.com/2009/02/28/143/(Diaksespada
tanggal 4 September 2014)
Sutawijaya, Risang Bagus.2009.Gawat Darurat Panduan Kesehatan Wajib di Rumah
Anda.Yogyakarta : Aulia Publishing.
Ramzkesrawan.2012.Prosedur Resusitasi Jantung
Paru. Dalam http://oknurse.wordpress.com/2012/03/27/prosedur-resusitasi-jantung-
paru-cpr/(Diaksespada tanggal 4 September 2014)
Rayani.2013.Aplikasi Resusitasi Jantung Paru.
Dalam http://rayaniners.blogspot.com/2013/03/cpr-application-aplikasi-
resusitasi.html(Diakses pada tanggal 4 September 2014)

Anda mungkin juga menyukai