Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

A. PENGERTIAN
Menurut Iyus Yosep (2007), perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun orang lain.
Menurut Depkes RI (2000), Perilaku Kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik secara fisik,
maupun psikologis dan menurut Carpenito (2000), Perilaku kekerasan
adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya
langsung pada diri sendiri atau pun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang
dirasakan sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta
mengungkapkan secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan
masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998).
Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan
marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol diri
atau kendali diri.
Kemarahan adalah suatu perasaan / emosi yang timbul sebagai
reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan di rasakan sebagai
ancaman. Marah juga merupakan reaksi / ungkapan perasaan terhadap
keadaan yang tidk menyenangkan seperti kecewa, tidak puas, tidak
tercapai keingginan. Pengungkapan marah secara konstruktif akan
menimbulkan perasaan lega. Marah merupakan suatu peringatan sehingga
perlu diperhatikan oleh diri sendiri maupun orang lain. Untuk berbagai
alasan orang mempunyai hak untuk menolak, tidak percaya, atau bertindk
sesuka hati. Orang memandang bahwa marah adalah perbuatan dosa dan
merupakan tindakan dosa dan merupakan tindakan deskstruktif. Orang
berushan untuk mengekspresikan marah dengan cara cara yng dapat
diterima dengan soasial. ( Dalami, ermawati. Dkk 2009)

1
B. RENTANG RESPON PERILAKU KEKERASAN
1. Asertif. : mengemukakan pendapat/ekspresi tidak senang/tidak setuju
tanpamenyakiti lawan bicara . hal ini menimbulkan ketegangan.
2. Frustasi : Respon akibat gagal mencapai tujuan, kepuasan atau rasa
aman. Individu tidak dapat menunda sementara atau menemukan
alternatif lain.
3. Pasif. Perilaku yang ditandai dengan perasaan tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-
haknya.mersa kurang mampu,HDR,pendiam,malu,sulit diajak bicara.
4. Agresif. Suatu perilaku yang menyertai marah merupakan dorongan
mental untuk bertindak dan masih terkontrol
5. Violence :rsamarah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
kontrol diri sehingga dapat merusak diri dan llingkungan. (Dalami,
Ermawati. Dkk 2009)

C. HIRARKI PERILAKU KEKERASAN


Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam
keadaan marah di antaranya adalah:
1. Perubahan fisiologik
a. Tekanan darah meningkat
b. Denyut nadi dan pernafasan meningkat
c. Pupil dilatasi
d. Tonus otot meningkat
e. Mual
f. Frekuensi buang air besar meningkat
g. Kadang-kadang konstipasi
h. Reflex tendon tinggi
2. Perubahan emosional
a. Mudah tersinggung
b. Tidak sabar, dan frustasi
c. Ekspresi wajah Nampak tegang bila mengamuk kehilangan control
diri.
3. Perubahan perilaku
a. Agresif pasif
b. Menarik diri
c. Bermusuhan
d. Sinis dan curiga
e. Mengamuk
f. Nada suara keras
g. Kasar

2
D. FAKTOR PREDISPOSISI DAN FAKTOR PRESIPITASI
1. Faktor Predisposisi
a. Psikologi. Kegagalan yang di alami dapat menimbulkan frustasi
yang kemudian dapat menyebabkan agresif atau amuk, masa
kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan dapat menyebabkan
gangguan jiwa pada usia dewasa atau remaja
b. Bioneurologis. Banyak pendapat bahwa kerusakan system limbic,
lobus frontal, lobus temporal, dan ketidak seimbangan
neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan
c. Perilaku. Reinforcement yang di terima saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah,
semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.
d. Social Budaya. Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif
agresif) dan control social yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima (permissive)

2. Faktor Presipitasi
a. Bersumber dari klien, yaitu kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak
berdayaan, percaya diri kurang
b. Bersumber dari lingkungan, yaitu kritikan yang mengarah
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan,
kekerasan.
c. Interaksi dengan orang lain, yaitu provokatif, konflik

E. MEKANISME KOPING
Beberapa mekanisme koping yang di pakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi. Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di
mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain.
2. Proyeksi. Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
kerjanya

3
3. Represi. Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada
temannya yang tidak disukainya.
4. Reaksiformasi. Mencegah keinginan yang berbahaya bila di
ekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya
seseorang yang tertarik pada teman suaminya.
5. Displacement.Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya. Misalnya,
seorang pria yang meluapkan emosinya dengan rekan kerjanya.

F. TINJAUAN PROSES KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas.
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnose medis,
pendidikan, danpekerjaan
b. Factor predisposisi
1) Gangguan jiwa di masalalu
2) Pengobatan sebelumnya
3) Trauma karena aniaya fisik, seksual, atau tindakan criminal
4) Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan

c. Pemeriksaanfisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan
tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien
d. Factor emosional
Klien merasa tidak aman, merasa terganggu, dendam, dan jengkel.
e. Factor mental
Cerewet, kasar, keremahan dan suka berdebat
f. Latihan. Menarikdiri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
sindiran

4
2. Pohon masalah perilaku kekerasan
Resiko perilaku
akibat Gangguan pemeliharaan
mencelakai diri
kesehatan

Perilaku kekerasan Defisit perawatan diri : mandi


Ketidak efektifan dan berhias
penatalaksanaan Masalah utama
program terapeutik
v

Gangguan konsep penyebab


Ketidak efektifan koping
harga diri : harga diri
keluarga : ketidak mampuan
rendah kronis
keluargamerawat klien di
rumah

3. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan dari pohon masalah pada gambar adalah sebagi
berikut
1. Resiko prilaku mencederai diri berhubungan dengan prilaku
kekerasan
2. Prilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah kronis
3. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhununggan dengan deficit
perawatan diri mandi dan berhias
4. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan
dengan ketidak kemampuan keluarga merawat klien di rumah .

5
4. Intervensi Keperawatan
a. Tujuan
1) Pasien dapat menyebutkan penyebab perilaku marah
2) Pasien dapat menyebutkan tanda-tanda perilaku marah
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku marahnya yang
pernah dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku marah yang
dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku marahnya
6) Pasien dapat mengontrol perilaku kemarahannya secara fisik,
spiritual, social dan dengan terapi psikofarmaka.

b. Tindakan keperawatan pada pasien


1) Menyalurkan rasa marah dengan cara fisik
a) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku marah saat
ini dan yang lalu
b) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku
kemarahan
c) Diskusikan bersama pasien perilaku marah yang biasa
dilakukan pada saat marah seperti terhadap orang lain,
terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan
d) Diskusikan bersama pasien akibat perilaku marah dan rasa
marahnya
e) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku marah
secara fisik, obat, social dan spiritual pasien
2) Latihan cara fisik
a) Melatih pasien menyalurkan emosi dengan menarik nafas
dalam dan memukul bantal atau kasur
b) Diskusikan cara tarik nafas dalam dengan pasien
c) Beri contoh pada pasien cara tarik nafas dalam
d) Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan
sebanyak 5 kali
e) Beri pujian positif atas kemampuan klien
mendemonstrasikan cara tarik nafas dalam
f) Tanyakan perasaan klien setelah selesai latihan tarik nafas
dalam
g) Anjurkan klien untuk melakukan cara yang telah dilatih
saat marah atau jengkel
h) Diskusikan dengan klien frekuensi latihan yang akan
dilakukan sendiri

6
i) Bersama klien menyusun jadwal kegiatan untuk melatih
kegiatan yang sudah dipelajari
j) Beri reinforcement atas respon klien.
3) Latihan patuh Obat
a) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik
b) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip
limabenar yaitu benar nama pasien, benar nama obat, benar
cara minum obat, benarwaktu minum obat, dan benar dosis
obat.
c) Jelaskan guna obat dan akibat jika tidak teratur diminum
d) Susun jadwal minum obat secara teratur

4) Latihan cara social atau verbal


a) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku marah secara
fisik dan patuh minum obat
b) Latihan mengungkap kan rasa marah secara verbal
c) Susunjadwallatihanmengungkapkanmarahsecara verbal
5) Latihan cara spiritual
a) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku marah secara
fisik
b) Latihan kegiatan ibadah seperti sholat atau berdoa
c) Buat jadwal latihan sholat atau berdoa

7
5. Evaluasi
Evaluasi pada pasien
a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku
marah, perilaku marah yang biasa dilakukan dan akibat perilaku
marahnya.
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku marah
secara teratur sesuai jadwal yaitu:
1) Secara fisik
2) Secara social atau verbal
3) Secara spiritual
4) Dengan terapi psiko farmaka

8
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

Keliat Budi A. 2006.Proses Keperawatan KesehatanJiwa, Edisi 2. Jakarta : EGC

Dalami, Ermawati. 2009 Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.


Jakarta : Trans Info Medika

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1.


Bandung :RSJP Bandung

Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan


Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai