Anda di halaman 1dari 2

Inaq: aku tidak mau tanah kebangganku masih mewarisi cerita yang belum aku anggap bener

ini, aku heran, semua yang tertulis ataupun secara lisan semuanya seakan tidak ada benarnya
buruk semua, ada apa dengan pulauku. Selepas karangasem menyerang.

Nur: (nangis, tertawa)

Inaq: duh gamak dende, buak ate kembang mate, aku tahu begitu berat cobaanmu ini, aku
yakin kamu bias melewatinya, semua ini hanya semtara, saya tidak mau kamu mewarisi semua
sejarah kekelaman ini, kamu akan bias lewati semua ini, kamu tidak boleh seperti ini terus,
kamu memiliki mimpi yang bias kamu raih seprti perempuan-perumpuan hebat di luar sana. Oh
gamak anakku sak solah inges.

Badok: percuma saja selamah, doamu tidak didengar sama tuhan

Inaq: jaga mulutmu bedok, aku benci ucapanmu

Badok: mimpi saja sampai kamu mati selamah, kamu tidak akan mengubah takdirmu (tertawa)

Inaq: kamu denger itu nur, salah satu lelaki pecundang yang hanya bisa ngoceh terus tanpa
memikirkan hidupnya, dia menyerahkan hidupnya pada kata takdir, dan dia berfikir takdir itu
final dari kehidupan ini. Hidupnya hanya untuk minum tuak, nikah cerai, judi apa itu dikatakan
takdir nur, pemahaman macam apa itu.

Amat: inaq inaq inaq….

Inaq: ape mat

Amat: badron beseang (tertawa)

Inaq: apa tempat lucunya mat ?

Amat: sangat lucu, ini karma untuk dia yang suka mengolok saya inaq (tertawa)

Inaq: jangan begitu amat, badron itu lelaki sasak sama halnya km menertawakan dirimu sendiri

Amat: aku memang orang sasak tapi aku berbeda inaq, inaq tidak boleh menyamakan
semuanya, dari garis keturunanpun sangat jauh berbeda, kenapa inaq samakan.

Inaq: kalau smpai semua orang sasak berfikir begini, saya yakin semua orang sasak tidak akan
pernah peduli sama saudaranya sendiri, oh gamak amat dimana letak pikiranmu berfungsi,
kamu kamu mengdikotomi saudara sesasakmu.

Anda mungkin juga menyukai