(PDF) Hemostatik Lokal - Compress
(PDF) Hemostatik Lokal - Compress
Hemo
Hemost
stat
atik
ik Loka
Lokall
Obat
Obat hemost
hemostati
atik
k yang umumny
umumnyaa beraks
beraksii di dindin
dinding
g kapiler
kapiler.. Dengan
Dengan mening
meningkat
katkan
kan
ades
adesiv
ivit
itas
as dari
dari plat
platel
elet
et dan
dan meng
mengub
ubah
ah resi
resist
stens
ensii kapi
kapile
ler,
r, sehi
sehing
ngga
ga mamp
mampu
u untu
untuk
k
mengurangi waktu perdarahan dan kehilangan darah. Tidak efektif untuk pendarahan
arteri
arteri maupun vena. Obat hemostatik
hemostatik yang mekanisme
mekanisme kerjanya yaitu menghentika
menghentikan
n
perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan bu atan atau memberikan jala serat-serat.
Indikasi : mengatasi perdarahan yang berasal dari pembuluh darah kecil.
a. Hemo
Hemost stat
atik
ik sera
serap
p
• Mekanisme kerja:
Hemost
Hemostati
atik
k serap
serap (absor
(absorbab
bable
le hemost
hemostati
atik)
k) menghe
menghenti
ntikan
kan perdar
perdaraha
ahan
n dengan
dengan
pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat yang
mempermudah bila diletakkan langsung pada pembekuan yang berdarah. Dengan
kontak pada permukaan asing trombosit akan pecah dan membebaskan factor
yang memulai proses pembekuan darah.
• Indikasi:
Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal dari
pembuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk menghentikan
menghen tikan
perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra vaskularnya cukup besar.
• Contoh obat:
Antara lain spon, gelatih, oksi sel (seluloisa oksida) dan busa fibrin insani (kuman
fibrin foam). Spon, gelatih, dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka
yang akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan
penyingkiran yang memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi pada
penggunaaan kain kasa.
Untuk
Untuk abso
absorp
rpsi
si yang
yang semp
sempur
urna
na pada
pada kedua
kedua zat
zat dipe
diperl
rluk
ukan
an wakt
waktu
u 1-6
1-6 jam.
jam.
Selulosa oksida dapat memperngaruhi regenerasi tulang dan dapat mengakibatkan
pembentukan kista bila digunakan jangka panjang pada patah tulang. Selain itu
karena
karena dapat
dapat mengha
menghamba
mbatt epitel
epitelisa
isasi,
si, selulo
selulosa
sa oksida
oksida tidak
tidak dianju
dianjurka
rkan
n untuk
untuk
digunakan dalam jangka panjang. Busa fibrin insani yang berbentuk spon, setelah
dibasahi, dengan tekanan sedikit dapat menutup permukaan yang berdarah.
b. Astringent
• Mekanisme kerja:
Zat ini bekerja local dengan mengedepankan protein darah sehingga perdarahan
dapat dihentikan sehubungan dengan cara penggunaannya, zat ini dinamakan juga
styptic.
• Contoh Obat:
c. Koagulan
• Mekanisme kerja:
• Cara pemakaian:
Untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0,1% dan ditekankan pada
alveolus sehabis ekstrasi gigi. Trombin zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau
larutan untuk penggunaaan lokal. Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab
segera menimbulkan bahaya emboli.
d. Vasokonstiktor
• Indikasi
Cara penggunaannya ialah dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan
larutan 1: 1000 tersebut pada permukaan yang berdarah. Vasopresin, yang
dihasilkan oleh hipofisis, pernah digunakan untuk mengatasi perdarahan pasca
bedah persalinan. Perkembangan terakhir menunjukkan kemungk inan kegunaanya
kembali bila disuntikkan langsung ke dalam korpus uteri untuk mencegah
perdarahan yang berlebihan selama operasi korektif ginekologi.
2. Hemostatik Sistemik
Obat hemostatik yang mekanisme kerjanya mampu mecakup keseluruhan. Tidak pada
satu daerah yang mengalami perdarahan saja, namun bereaksi pada seluruh pembuluh
darah untuk mengkoagulasi perdarahan.
Indikasi : mengatasi perdarahan secara sistemik
a. Aprotinin
Aprotinin adalah suatu penghambat serine protease alami yang digunakan dalam
prosedur medis guna menurunkan respon inflamasi dan mengurangi kehilangan darah
yang berkaitan dengan pembedahan liver dan kardiak. Senyawa ini juga penting
dalam pencegahan degradasi produk-produk protein dalam riset dan proses
manufaktur serta telah diaplikasikan sebagai sejenis pengobatan bagi penyakit
pankreatitis akut. Aprotinin pertama kali diidentifikasi dalam paru-paru sapi, namun
juga diperoleh dari ragi rekombinan. Hasil riset menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan risiko kematian yang lebih tinggi pada kelompok pasien yang menerima
Aprotinin dibandingkan dengan kelompok pasien yang menerima antifibrinolityc
pembanding.
- Pengobatan pasien yang konservasi darah optimal selama bedah buka jantung
merupakan prioritas absolut.
Selain itu indikasinya : coronary artery bypass grafting, total hip replacement,
transplantasi liver, operasi prostat, operasi ginekologi
Trasylol produksi Bayer vial : berisi 100 ml dan 200 mL ; 10.000 unit/mL atau 1.4
mg/ml, Beriplast P Combi set
b. Carbazochrome
Merupakan obat hemostatik yang diindikasikan untuk
- Perdarahan karena penurunan resistensi kapiler dan meningkatnya
permeabilitas kapiler.
- Perdarahan dari kulit, membran mukosa dan internal.
- Perdarahan sekitar mata, perdarahan nefrotik dan metroragia.
- Perdarahan abnormal selama dan setelah pembedahan karena menurunnya
resistensi kapiler.
Cara kerja : Menurunkan permiabilitas kapiler, untuk perdarahan kecil – kapiler.
Efektifitas belum terbukti
Kontra indikasi : Pada pasien hipersensitif salisilat.
Dosis :
Carbazochrome salicylate : 5 – 10 mg IM.
Carbazochrome sodium sulfonat (Adona Ac – 17 ) = Carbazochrome salisilat. Dosis :
10 – 50 mg IV.
c. Asam traneksamat
Dosis : Dosis yang dianjurkan 0,5-1 gram diberikan 2-3 kali sehari secara IV lambat
sekurang-kurangnya dalam waktu 5 menit. Cara pemberian lain peroral 1-1,5 gram, 2-
3 kali/ perhari. Pada pasien gagal ginjal dosis dikurangi.
Cara kerja :
Aktivitas antiplasminik :
Aktivitas hemostatis :
Indikasi
Kontraindikasi
Efek samping
• Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing dan hipotensi.
Untuk menghindari hal tersebut maka pemberian dapat dilakukan dengan
kecepatan tidak lebih dari 1 ml/menit
d. Kompleks faktor IX
Indikasi
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX, X serta sejumlah kecil protein plasma lain
dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila diperlukan faktor-faktor yang
terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan tetapi ada
kemungkinan timbulnya hepatitis.
Efek samping : Sakit kepala , mual, flushing , sakit dan pembengkakan pada tempat
suntikan, juga dilaporkan terjadinya peningkatan tekanan darah yang ringan dan
harus hati- hati penggunaanya pada pasien hipertensi dan penyakit ateri koronarian.
Kontra indikasi : Antara lain trombosis, demam, menggigil, sakit kepala dan reaksi
hipersensivitas berat (shok anafilaksis).
Dosis
Obat ini sering digunakan IV dengan dosis 0,3 mikrogram secara infuse dalam waktu
15-30 menit. fibrinogen insani Sediaan ini hanya digunakan bila dapat ditentukan
kadar fibrinogen dalam darah penderita, dan adanya pembekuan yang sebenarnya
e. Vitamin K
Pemberian parenteral pada bayi premature kurang dari 2,5 kg resiko terkena ikterus
meningkat. Pemberian preparat vitamin K IV yang terlalu cepat menyebabkan
kemerahan pada muka, berkeringat, bronkospasme, sianosis, sakit pada dada sampai
kematian.
f. Faktor anti hemofIlik (faktor VIII) dan crypoprecipitated anti hemophilic factor
Indikasi
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada penderita
hemofilia A (defisienxi faktor VIII) dan pada penderita yang darahnya mengandung
faktor didapat dari plasma donor tunggal dan kaya akan factor VIII dalam jumlah
baku. Selain itu, pada penderita hemofilia A, crypoprecipitates antihemofilik faktor
juga dapat digunakan untuk pasien dengan penyakit von Willebrand.
Efek samping
Crypoprecipitatefanti hemofilik factor mengandung fibrinogen dan protein plasma
laindalam jumlah yng lebih banyak dari sediaaan konsentrat faktor VIII,sehingga
kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas lebih besarpula. Efek samping lain yang
dapat timbul pada penggunaan kedua jenissediaan ini adalah hepatitis virus, anemi
hemolitik,hiperfibrinogenemia menggigil dan demam.
Cara pemakaian
Kadar faktor hemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV biasanya digunakan
untuk mengatasi perdarahan pada penderita hemofilia. Biasanya hemostatik dicapai
dengan dosis tunggal 15-20 unit/kg BB.Untuk perdarahan ringan pada otot dan
jaringan lunak, diberikan dosis tunggal 10 unit/kg BB. Pada penderita hemofilia
sebelum dioperasi diperlukan kadar anti hemofilik sekurang – kurangnya 50% dari
normal, dan pasca bedah diperlukan kadar 20-25 % dari normal untuk7-10 hari.
g. Desmopresin
Farmakokinetik
Desmopressin bekerja dengan membatasi air yang terbatas dengan sejumlah air yang
dieleminasi dalam urine. Desmopressin merangsang V2 receptors di duktus
pengumpul ginjal, meningkatkan reabsorpsi air. Ini juga menstimulasi factor VIII dari
sel endothelial juga menstimulasi reseptor V1a. Desmopressin diserap dengan lambat
yang kemudian berperan sebagai vasopressin, dan memiliki sedikit efek pengaturan
tekanan darah, dimana vasopressin tersebut dapat menyebabkan hipertensi arterial.
Indikasi
Kontraindikasi
Tidak baik digunakan bagi pasien yang mengalami gangguan dengan factor IX atau
Haemophilia tipe B.
Efek samping
Sakit kepala, mual, sakit dan pembengkakan pada tempat suntikan, juga dilaporkan
terjadinya peningkatan tekanan darah yang ringan dan harus hati- hati penggunaanya
pada pasien hipertensi dan penyakit ateri koronari.
Cara pakai
Desmopressin dapat diberikan melalui IV, IM, SC, intranasal maupun oral. Obat ini
sering digunakan IV dengan dosis 0,3 mikrogram secara infuse dalam waktu 15-30
menit.
h. Asam aminokaproat
Mekanisme kerja
Kontraindikasi
Indikasi
Asam aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria yang berasal dari kandung
kemih. Prostate atau uretra pada penderita yang mengalami prostatektomi
transurethral atau suprapublik, asam aminokaproat mengurangi hematuria pasca
bedah secara bermakna. Akan tetapi penggunanya harus dibatasi pada penderita
dengan perdarahan berat dan yang penyebab perdarahannya tidak dapat diperbaiki.
Asam aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan efek
trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan activator plasminogen.
Asam aminokaproat dilaporkan bermanfaat untuk pasien homofilia sebelum dan
sesudah ekstraksi gigi dan perdarahan lain karena trauma didalam mulut.
Efek samping
Dosis
Dosis dewasa dimulai dengan 5-6 gram per oral atau infuse IV, secara lambat, lalu 1
gram tiap jam atau 6 gram tiap 6 jam bila fungsi ginjal normal, dengan dosis tersebut
dihasilkan kadar terapi efektif 13 mg/dl plasma. Pada pasien penyakit ginjal atau
oliguri diperlukan dosis lebih kecil. Anak-anak 100 mg/kg BB tiap 6 jam untuk 6
hari. Bila digunakan IV asam aminokaproat harus dilarutkan dengan ringer laktat.
Namun masih diperlukan bukti lebih lanjut mengenai keamanan penggunaan obat ini
untuk jangka panjang dengan dosis diatas.
A. HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMBERIAN OBAT
a. Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan
harus tepat, adapun yang harus diperhatikan sebelum dan selama pemberian obat
hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan
prinsip 12 benar, yaitu:
1. Benar Klien
• Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa
gelang identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri.
• Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
2. Benar Obat
• Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan
• Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan.
• Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan
diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya
obat dan dosis obat yang diresepkan/ diminta, pertimbangan berat badan klien
(mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain.
• Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
• Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya
seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari
sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.
• Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang
memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang
waktu tertentu.
• Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan
atau bersama makanan
• Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi
mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
• Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
5. Benar Cara Pemberian (rute)
• Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.
Risiko utama obat hemostatik menyebabkan koagulasi berlebihan yang membentuk trombosis
pada system vena dan arteri. Meta-analisis oleh Zufferey et Al tidak menunjukkan peningkatan
statsistik yang signifikan dalam risiko tromboemboli vena baik pada penggunaan aprotinin, asam
traneksamat, atau asam e-aminokaproat. Haas juga tidak menemukan hubungan antara
penggunaan aprotinin dan prevalensi thrombosis vena dalam.
Aprotinin dapat menyebabkan anafilaksis pada beberapa pasien. Kejadian hipersensitivitas lebih
tinggi (5%) jika terjadi pemaparan ulang dalam waktu 6 bulan dari pemberian aprotinin
sebelumnya, dan mengalami penurunan (menjadi 0,9%) untuk pemberian ulang setelah 6 bulan.
The Perioperative Ischemia Research Group and the Ischemia Research and Education
Foundation melaporkan sebuah studi observasional prospektif multicentered internasional dari
4.374 pasien yang menyatakan bahwa jika aprotinin diberikan selama operasi bypass arteri
koroner . Kelompok yang sama juga telah mengikuti percobaan ini dan ditemukan bahwa tingkat
kematian dalam 5 tahun dalam kelompok aprotinin secara signifikan lebih tinggi daripada
kelompok kontrol. Kedua studi tidak menemukan adanya kegagalan organ akhir atau
peningkatan kematian untuk asam traneksamat dan asam aminocaproic.
Aprotinin terbukti dapat membeantu dalam keberhasilan operasi bedah jantung
, tetapi dapat menyebabkan efek samping meningkatkan risiko kerusakan ginjal, infark
miokard, atau gagal jantung, dan stroke