Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

GANGGUAN ELIMINASI : DIARE

A. Definisi Diare
Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati, dan rheein,
yang artinya mengalir atau lari) merupakan masalah umum untuk orang yang
menderita “pengeluaran feses yang terlalu cepat atau terlalu encer” (Goodman dan
Gilman 2003). Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi
buang air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya BAB 3x
atau lebih dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang tidak seperti
biasanya, yang biasanya hanya dua atau tiga kali dalam seminggu (Yulinah, 2008).

Diare menurut Mansjoer (2000) adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x
sehari dengan atau tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung
kurang dari tujuh hari yang sebelumnya sehat. Sedangkan menurut Suruadi (2001)
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Dan
menurut Ngastiyah (2005) Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari
biasanya, dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat.

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Menurut Hippocrates definisi disre adalah sebagai
suatu keadaan abnormal dari frekuensi dan kepadatan tinja.
B. Patofisiologi Diare
Wabah diare pada bayi, anak-anak dan dewasa biasanya disebabkan oleh
mikroorganisme yang menyebar melalui air atau makanan yang sudah tercemar oleh
tinja yang terinfeksi. Infeksi juga dapat ditularkan dari orang ke orang, yaitu bila
seorang penderita diare tidak mencuci tangannya dengan bersih, setelah buang air
besar (Setiawan, 2005). Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, alergi, reaksi obat-
obatan, dan juga faktor psikis.
Klasifikasi dan patofisologi diare akut yang disebabkan oleh proses infeksi
pada usus atau Enteric infection. Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah
pembagian diare akut berdasarkan proses patofisiologi enteric infection, yaitu
membagi diare akut atas mekanisme Inflammatory, Non inflammatory, dan
Penetrating (Zeina, 2004). Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin
di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan
darah (disebut juga Bloody diarrhea). Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah
keluhan abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam,
serta gejala dan tanda dehidrasi (Zeina, 2004).
Non Inflammatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus
bagian proksimal. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali,
namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak segera
mendapat cairan pengganti. Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus.
Penyakit ini disebut juga Enteric fever, Chronic Septicemia, dengan gejala klinis
demam disertai diare.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare.
C. Etiologi
Penyakit diare akut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Infeksi
a. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak (70 – 80%). Rotavirus serotype 1,
2, 8,dan 9 : pada manusia. Serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia,
dan serotype 5, 6, dan 7 didapati hanya pada hewan. Norwalk virus : terdapat
pada semua usia, umumnya akibat fool borne atau water borne transmisi, dan
dapat juga terjadi penularan person to person.
b. Bakteri
Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum jelas.
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan
dari membran mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan
aktifitas disakaridase.
Shigella menginvasi dan multiplikasi sel epitel kolon, menyebabkan kematian
sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk ke dalam aliran darah.
Faktor virulensi termasuk: smooth lipopolysaccharide cell-wall antigen yang
mempunyai aktifitas endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin yang
bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea
(Zeinª, 2004).
c. Protozoa
Entamoeba histolytica prevalensi. Disentri amoeba ini bervariasi, namun
penyebarannya di seluruh dunia. Insidennya meningkat dengan bertambahnya
umur, dan terutama pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infeksi asimtomatik
yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik. Amobiasis yang simtomatik
dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang fulminant
(Zeinb, 2004). Cryptosporidium. Di negara yang berkembang,
cryptosporidiosis 5 –15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya
simtomatik pada bayi dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan
dewasa. Gejala klinis berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan
dan biasanya selflimited.
2. Malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein.
3. Makanan basi, beracun, makanan pedas.
4. Psikologis contohnya rasa takut dan cemas (Arif dkk, 2000).
D. Klasifikasi Diare
1. Menurut Simadibrata, diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
a. Lama waktu diare
 Diare akut, yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lebih lembek dan cair, bersifat mendadak datangnya
dan berlangsung kurang dari 2 minggu. Diare akut biasanya sembuh
sendiri, lamanya kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi yang
spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2009)
 Diare kronis
Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu ( Suharyono, 2008).
b. Mekanisme patofisiologik
 Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.
 Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
 Malabsorbsi asam empedu.
 Defek sisitem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit.
 Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
 Gangguan permeabilitas usus.
 Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.
 Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
c. Penyakit infektif atau non-infektif.
d. Penyakit organik atau fungsion.
2. Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan menjadi:
 Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
 Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.
 Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
 Diare yang disertai dengan malnutrisi berat (Simatupang, 2004).
3. Diare menurut mekanismenya
 Diare sekretori
Diare yang umumnya terjadi bila telah timbul cedara pada usus dan terjadi
sekresi cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus.
 Diare osmotik
Diare yang biasanya disebabkan oleh solut yang sulit diabsorbsi di dalam
usus. Penyebabnya adalah intoleransi terhadap laktosa dan penelanan
laksatif asmotik.
4. Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan
banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :
1. Diare tanpa dehidrasi, pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi
karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda
dehidrasi.
2. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%), pada tingkat diare ini penderita
mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing
sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun,
tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik
dalam batas normal.
3. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%), pada keadaan ini, penderita akan
mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas
atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang,
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan
masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang
dingin dan pucat.
4. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%), pada keadaan ini, penderita sudah
banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita
mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi
yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi
sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya
mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat
memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.
E. Diagnosa Keperawatan Diare
Pada penyakit diare, untuk menegakkan diagnosis penyakit diare dengan cara:
1. Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikrokopis, pH dan kadar gula jika diduga
ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman
penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten)
2. Pemeriksaan darah:darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai dengan kejang)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
4. Duodenol icubation, untuk mengetahui kuman penyebab penyakit diare.
F. Pathway Diare
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suriadi (2001) pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001)
adalah :
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
2. Pemeriksaan intubasi duodenum.
3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.
Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 ):
1. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga ada
intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi
terhadap berbagai antibiotik.
2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit
( terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang ).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik
H. Penatalaksanaan Medis:
1. Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah pengobatan
dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.
a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya
air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin, ASI. Jangan
memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol karena cairan yang
terlalu banyak mengandung gula akan memperburuk diare.
b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO
ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter
air bersih.
c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.
b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.

I. Diagnosis Keperawatan
1. Diare
Definsi:
Pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk.
Batasan Karakteristik:
1) Nyeri abdomen.
2) Ada dorongan untuk defekasi.
3) Kram
4) Bising usus hiperaktif.
5) Defekasi feses cair > 3 dalam 24 jam
Faktor yang berubungan:
1) Ansietas.
2) Peningkatan level stress.
3) Penyalahgunaan laksatif.
4) Penggunaan zat berlebih.
Populasi berisiko
1) Terpapar pada kontaminan.
2) Terpapar pada toksin.
3) Terpapar pada persiapan makan tidak higienis.
Kondisi terkait
1) Makan enteral.
2) Inflamasi gastrointestinal.
3) Iritasi gastrointestinal.
4) Infeksi.
5) Malabsorbsi.
6) Parasit.
7) Program pengobatan.

J. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi mandiri
b. Intervensi kolaborasi
K. Evaluasi
L. Daftar Pustaka

Asrah Pratiwi Laungke (2015). Academia.


https://www.academia.edu/27355765/LAPORAN_PENDAHULUAN_DIARE.docx ( diakses
pada 20 Mei 2019)

Anonym. 20307. Wikipedia, The Free Encyclopedia. Available from E-mail: http: // tutorial
kuliah. Wordpress.com.(accassed 14 Desember 2008).
Sundaru, Heru. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

SUJANA, S.Kep., Ns ( Feb 10, 2013) http://id .scribd.com/doc/124765402/LAPORAN-


PENDAHULUAN-DIARE (diakses pada 20 Mei 2019)

Anda mungkin juga menyukai