Anda di halaman 1dari 14

TANPA LUMPUR INI, PENGEBORAN MIGAS TIDAK MUNGKIN BERHASIL

TANPA LUMPUR INI, PENGEBORAN MIGAS TIDAK MUNGKIN BERHASIL


 
Bila kita mengebor sumur pasti akan ada banyak lumpur yang kita ambil dari dalam. Ya, lumpur
tersebut kita keluarkan dan buang supaya kita bisa menggali lebih dalam lagi. Tapi, benarkah
semua lumpur harus dibuang? Pernahkah mengetahui bahwa lumpur justru digunakan untuk
membantu pengeboran?
 
Dalam pengeboran minyak dan gas bumi, kita membicarakan mengenai lubang sumur yang
sangat dalam, lapisan batuan yang keras, tekanan batuan yang besar, dan tentu saja kalau kita
melihat kedalaman sumur, kita akan mengumpulkan sejumlah besar serpihan batuan hasil
pengeboran. Lalu, apa hubungannya dengan lumpur? Kenapa artikel ini lumpur justru seperti
mengambil bagian penting dalam pengeboran minyak dan gas bumi? Berikut ulasannya.
 
    Bila kita sudah membaca artikel INILAH PROSES PENGEBORAN MINYAK DAN GAS
BUMI!, kita akan melihat sekilas kegunaan lumpur atau mud dalam proses pengeboran. Baiklah,
akan disampaikan kembali dalam artikel ini.

  Awalnya, saat proses pengeboran baru mencapai kedalaman beberapa ratus meter, untuk membuang
serpihan-serpihan material dari dalam sumur, air atau air laut diinjeksikan dari atas rig melalui drilling
pipe dan disemburkan oleh nozzle di dalam drill bit. Semburan air ini akan mendorong naik serpihan-
serpihan dan keluar dari lubang sumur. Kenapa serpihan perlu dikeluarkan dari dalam sumur? Karena,
bila serpihan-serpihan ini tidak dikeluarkan maka akan membuat drill bit bekerja semakin berat karena
tumpukan serpihan di dasar sumur akan semakin banyak. Ini akan membuat suhu drill bit naik tajam
karena gesekan dengan serpihan tersebut, drill bit juga semakin cepat aus. Dan bukan tidak mungkin
drill bit akan stuck bila serpihan semakin banyak terakumulasi di dalam sumur.

Oil Based Mud


Menggunakan air untuk mendorong serpihan tersebut tidak akan lagi efektif bila kedalaman sudah lebih
dari itu. Maka, setelah memasang blow out preventer (BOP) di atas conductor pipe, rising pipe di-instal
dari atas BOP terhubung ke rig yang ada di permukaan. Rising pipe yang akan menjadi jalan untuk proses
memasukkan drill bit, casing, semen, dan juga lumpur atau mud beserta serpihan material dari dalam
sumur. Alasan kenapa menggunakan mud adalah:

1. Mud memiliki viskositas yang lebih besar daripada air. Artinya, mud jauh lebih mudah dan
mampu lebih banyak mengangkat serpihan sedimen keluar dari lubang pengeboran. 
Perbandingan sea water dan drilling mud
2. Mud memiliki densitas lebih besar dari air sehingga mampu memberikan tekanan balik pada
dinding sumur. Ketika pengeboran semakin jauh ke dalam lapisan batuan, tekanan dari dinding-
dinding lubang bor akan semakin besar. Bila air (densitas rendah) yang disemprotkan ke dalam
lubang bor, maka lama kelamaan air tidak akan sanggup menahan tekanan dari dinding-dinding
sumur. Dinding sumur bisa runtuh dan drill bit akan tertahan.

Drill bit tertahan serpihan sedimen pengeboran


A. Jenis Drilling Fluid / Mud / Lumpur
      Lumpur pengeboran atau drilling fluid atau mud merupakan faktor penting dalam
pengeboran. Lumpur pengeboran awalnya hanya berfungsi sebagai pembawa serpihan atau
cutting seperti yang disampaikan di atas. Ada beberapa fungsi lain yaitu:
a. Mengontrol tekanan formasi
b. Melumasi dan mendinginkan drill bit dan drill string
c. Memberi lapisan pada dinding sumur dengan mud cake
d. Menahan cutting pada saat sirkulasi dihentikan
e. Mengurangi sebagian berat dari rangkaian pipa bor (Bouyancy effect) 
f.  Melepas cutting dan pasir di permukaan
g. Sebagai media logging

      Lumpur yang digunakan tentu saja bukan lumpur yang biasa kita temukan sehari-hari.
Namun lumpur khusus yang dibuat dengan adonan tertentu. Ada beberapa jenis lumpur
pengeboran yang biasa digunakan, antara lain:

1. Water based mud (WBM)


   Lumpur yang paling banyak digunakan dalam pengeboran adalah jenis ini. Berbahan dasar air
tawar atau air asin, tanah liat (clay), dan tambahan bahan kimia lainnya. Tanah liat dan bahan
kimia ditambahkan untuk membentuk larutan homogen seperti susu coklat. Clay yang umum
digunakan adalah bentonite, atau sering disebut "gel". Gel ini berperan dalam karakteristik
WBM secara keseluruhan. Misalnya ketika lumpur ini dipompa masuk ke dalam sumur bor,
maka lumpur ini bisa membentuk lapisan tipis dan mengalir lancar seperti susu coklat. Dan bila
pompa lumpur mati, maka akan terbentuk struktur jelly yang akan menahan aliran. Bila pompa
lumpur kembali beroperasi, dan tekanan aliran akan "menghancurkan" jelly tersebut,
selanjutnya lumpur akan mengalir seperti semula. Beberapa bahan kimia seperti potassium
formate ditambahkan ke dalam WBM untuk mendapatkan variasi manfaat seperti
mengendalikan viskositas, menstabilkan shale, meningkatkan penetrasi pengeboran,
mendinginkan dan melumasi peralatan bor.

2. Oil based mud (OBM)


   Bila WBM menggunakan bahan dasar air, OBM menggunakan bahan dasar berupa hasil
pengolahan minyak mentah misalnya bahan bakar diesel. OBM digunakan dengan banyak
maksud misalnya meningkatkan pelumasan, meningkatkan hambatan shale, dan kemampuan
membersihakn dengan viskositas yang rendah. OBM juga mampu menahan panas yang lebih
besar. Menggunakan OBM memerlukan perhatian khusus seperti biaya, dampak lingkungan
terutama mengenai pembuangan serpihan pengeboran yang tercampur minyak. Belum lagi
OBM akan menyulitkan para geologist untuk menganalisa sampel formasi dari dalam sumur
karena sampel juga sudah lembab karena OBM.

3. Low Toxicity Oil Based Mud (LT-OBM)


    Disebut juga Synthetic Based Fluid yang menggunakan bahan dasar minyak sintetis. Jenis ini
sering digunakan di pengeboran lepas pantai. LT OBM juga memiliki karakteristik OBM namun
dengan kadar toksin yang lebih rendah. Ini penting mengingat potensi bahaya bila manusia
bekerja terpapar bahan beracun dalam area kerja terbatas.

    Ada 2 (dua ) hal penting dalam menentukan komposisi lumpur pengeboran, yaitu:
1. Semakin encer dan ringan lumpur, maka laju penetrasi pengeboran akan semakin besar.
2. Semakin berat dan kental lumpur pengeboran, maka semakin mudah untuk mengontrol
kondisi di bawah permukaan.

B. Peralatan Persiapan
     Tempat persiapan atau preparation area adalah tempat dimana segala sesuatu seperti bahan,
tempat pengadukan, tempat treatment untuk mengolah lumpur. Biasanya area ini berada dekat
pompa lumpur. Peralatan persiapan ini misalnya mud house, steel mud pits/tanks, mixing
hopper, chemical mixing barrel, water tanks, dan reserve pits.

1. Mud House
     Disebut juga rumah lumpur yang berfungsi untuk menyimpan semua bahan-bahan peracik
lumpur.

2. Steel Mud Pits/Tanks


     Berupa kotak baja segi empat yang dipakai untuk menampung dan mengatur drilling liquid
setelah keluar dari sumur bor. Adapula yang disebut shaker pit atau tangki pengendap atau
settling tank yang berupa tangki besi, diletakkan di bawah shaker sehingga serpihan sedimen
atau serbuk bor berukuran kecil yang belum terbuang akan mengendap di sini.
c
Mud Tank
3. Mixing Hopper
    Peralatan ini berbentuk corong yang dipakai untuk menambahkan bahan lumpur berbentuk
tepung ke dalam drilling liquid pada waktu lumpur di treatment di dalam tanki lumpur. Jenis
yang banyak digunakan adalah hopper jet yang bekerja berdasarkan prinsip tekanan ruang
hampa.

Jet Mixing Hopper

4. Chemical Mixing Barrel


    Tong yang berisi cairan-cairan kimia yang akan dicampurkan dengan lumpur pengeboran pada
saat treatment.
5. Water Tank
    Bejana berisi air yang digunakan sebagai bahan dasar drilling liquid sekaligus sebagai
cadangan air untuk kegiatan operasional pengeboran.

6. Bulk Mud Storage Bins


   Bejana tempat penyimpanan yang berbentuk corong. Tangki ini digunakan untuk menyimpan
bahan-bahan tambahan seperti bentonite dan bahan pemberat (barite).

C. Sirkulasi dan Peralatannya 


    
     Drilling fluid memiliki sirkulasi tertutup yang mengalirkan lumpur dari mud tank menuju
sistem pengeboran dan dipompa naik lagi menuju penampungan. Sistem sirkulasi ini juga
dilengkapi peralatan untuk mendaur ulang lumpur hingga dapat digunakan kembali lebih dari
satu sirkulasi. Berikut akan dijelaskan alur sirkulasinya beserta perlengkapan pendukungnya.
Drilling Fluid Circulation System
Dari gambar di atas terlihat arah panah yang menunjukkan arah sirkulasi lumpur selama proses
pengeboran berlangsung. Lumpur di dalam mud pit akan dipompa keluar melalui mud section
line dan masih dialirkan ke discharge pipe. Dari sini, lumpur akan naik ke stand pipe yang ada di
derrick berlanjut mengalir melalui rotary hose dan masuk ke drilling string/pipe melalui swivel.
Lumpur akan terus turun di dalam drilling string/pipe hingga disemburkan oleh nozzle di dalam
drill bit. Ingat, tekanan lumpur ini bisa mencapai 5000 psi. Tekanan besar ini akan mendorong
serpihan sedimen yang telah di bor kembali naik ke permukaan. Lumpur ini naik membawa
banyak material yang dipisahkan dulu antara lumpur dan material besar oleh shale shaker. Dan
proses selanjutnya, lumpur akan di treatment oleh degasser, desander, desilter, dan mud
cleaner. Lumpur juga akan dikontrol volume, viskositas, dan densitasnya. Mud Engineer
mengambil peran untuk tugas ini.

      Peralatan-peralatan utama yang digunakan dalam proses sirkulasi drilling fluid antara lain:
1. Mud Pump
    Pompa lumpur dapat diibaratkan sebagai jantungnya sistem sirkulasi ini. Tugasnya adalah
untuk memindahkan lumpur pengeboran dengan volume dan tekanan yang besar. Ada dua jenis
pompa lumpur yaitu duplex dan triplex.
2. Suction Tank
    Merupakan penampung lumpur yang akan disirkulasikan ke dalam sistem. Tangki ini biasanya
ditempatkan di depan pompa lumpur.

3. Suction Line
    Pipa yang menghubungkan suction tank dengan pompa lumpur. Pipa ini menyalurkan lumpur
di dalam tangki menuju pompa dan pipa ini wajib dipasang dengan kelurusan yang baik.
4. Discharge Line
    Pompa yang digunakan untuk menyalurkan lumpur keluar dari pompa.

5. Stand pipe
    Pipa baja yang dipasang tegak di samping derrick (baca: INILAH PROSES PENGEBORAN
MINYAK DAN GAS BUMI!) atau mast untuk menghubungkan discharged line dengan rotary hose
dan goose neck disambung pada stand pipe ini.

6. Rotary Hose
    Selang karet bertulang anyaman baja yang lemas dan sangat kuat, yang menghubungkan
stand pipe dengan swivel. Selang ini harus elastis untuk mengakomodasi gerakan swivel yang
naik-turun. Dan juga harus sangat kuat karena di dalamnya mengalir fluida dengan volume dan
tekanan yang besar (mencapai 5000 psi).

7. Chiksen Joint
    Sambungan yang digunakan untuk menghubungkan stand pipe dengan rotary hose. Alat ini
sanggup menahan tekanan lebih dari 5000 psi dan tidak akan terlepas.
8. Return Line
    Pipa yang digunakan untuk menyalurkan lumpur pengeboran yang keluar dari annulus. Pipa
ini terhubung ke mud treatment system.

      Lumpur yang naik dari sumur bor akan membawa serpihan-serpihan sedimen batuan dan
bisa juga membawa campuran gas yang terikat dalam lumpur. Lumpur ini akan di-treatment
atau dikondisikan agar kembali ke karakterisktik semula sehingga dapat disirkulasikan lagi.
Dalam proses treatment ini, terdapat peralatan yang membantu seperti:

1. Shale Shaker
    Berupa ayakan mekanis dan bekerja dengan digetarkan. Tugas alat ini adalah untuk
memisahkan padatan yang dibawa lumpur keluar dari sumur bor. Padatan dari serpih-serpih
sedimen tersebut akan dianalisa oleh para geologist untuk menentukan lapisan formasi yang
sudah ditembus.
2. Degasser
    Sesuai dengan namanya, alat ini bertugas untuk memisahkan gas dari dalam lumpur yang
keluar dari sumur bor. Alat ini diletakkan di atas tangki lumpur dan terus dinyalaka bila
pengeboran sudah menembus zona yang mengandung banyak gas.

Vacuum Degasser
3. Desander
    Dibentuk dari kata dasar "sand" yang berarti pasir, maka alat ini bertugas untuk memisahkan
material berukuran 30-60 mikron yang terbawa oleh lumpur pengeboran.
Desander
4. Desilter
    Alat ini bertugas seperti desander namun yang dipisahkan adalah material berukuran 15-30
mikron yang ikut tersirkulasi bersama lumpur. Saat penambahan material barite, alat ini harus
dimatikan terlebih dahulu agar barite tidak ikut tersaring.

5. Mud Cleaner 
    Alat yang digunakan untuk memisahkan material dengan ukuran lebih besar dari 74 mikron
yang ikut terbawa lumpur.
    Hanya secara singkat topik ini dijelaskan, mungkin ada yang terlewat, mungkin ada yang salah.
Semoga dari yang ada ini bisa memberi manfaat. :)

Related Article:

Anda mungkin juga menyukai