Nim:P07131118128
Prodi:DIII Gizi Tk.1
Materi:12
Status sosial adalah suatu kedudukan sosial seseorang di masyarakat yang dapat diperoleh
dengan sendirinya (otomatis) melalui usaha ataupun karena pemberian. Interaksi sosial akan
mendorong individu untuk dapat mencapai status sosial yang lebih tinggi. Status sosial yang
lebih tinggi akan berpengaruh pula pada sikap dan rasa penghargaan yang tinggi dari
masyarakat. Oleh karena itu, setiap orang akan berusaha untuk mencapai status sosial yang
lebih tinggi.
2.AchievedStatus
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha
yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat
pendidikan, pekerjaan, dll.
3.AssignedStatus
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan
masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan
masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh,
dan sebagainya.
Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa
ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang
biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru.
Dalam kehidupan masyarakat sering timbul pertentangan yang dialami seseorang sehubungan
dengan status yang dimilikinya. Konflik status yang timbul dalam masyarakat antara lain
berikut ini:
D. Peran Sosial
1. Pengertian Peran Sosial
Peran sosial (social role) merupakan seperangkat harapan dan perilaku atas status sosial.
Menurut Soerjono Soekanto (1981), peran sosial merupakan tingkah laku individu yang
mementaskan suatu kedudukan tertentu. Dalam peranan yang berhubungan dengan
pekerjaannya, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang
berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Melalui belajar berperan, norma-norma
kebudayaan dipelajari. Seseorang dikatakan berperanan jika ia telah melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan status sosialnya dalam masyarakat. Tidak ada peran tanpa status
sosial atau sebaliknya. Peran sosial bersifat dinamis (berubah-ubah) sedangkan status sosial
bersifat statis (tetap).
c) Konflik Peranan
Konflik peranan timbul apabila seseorang harus memilih peranan dari dua atau lebih
status yang dimilikinya. Pada umumnya konflik peranan timbul ketika seseorang dalam
keadaan tertekan, merasa dirinya tidak sesuai atau kurang mampu melaksakan peranan
yang diberikan masyarakat kepadanya. Akibatnya, ia tidak melaksanakan peranannya
dengan ideal/sempurna. Contoh: Ibu Tati sebagai seorang ibu dan guru SD. Ketika
puterinya sakit, ia harus memilih untuk masuk mengajar atau mengantarkan anaknya ke
dokter. Saat ia memutuskan membawa anaknya ke dokter, dalam dirinya terjadi konflik
karena pada saat yang sama dia harus berperanan sebagai guru mengajar di kelas.
Antara status dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peranan tanpa kedudukan.
Kedudukan tidak berfungsi tanpa peranan, Contoh: Dalam rumah tangga, tidak ada
peranan Ayah jika seorang suami tidak mempunyai anak. Seseorang tidak bisa
memberikan surat Tilang (bukti pelanggaran) kalau dia bukan polisi. Seseorang dapat
memainkan beberapa peranan sekaligus pada saat yang sama, seperti seorang wanita
dapat mempunyai peranan sebagai isteri, ibu, karyawan kantor sekaligus.
d) Kegagalan berperan
Dalam masyarakat yang stabil dan terpadu, proposisi peran yang ditentukan masyarakat
tinggi, kebanyakan peran akan terisi karena orang-orang telah dipersiapkan sejak awal
masa kanak-kanak. Sebaliknya, dalam masyarakat yang perubahannya cepat dan kurang
terpadu, sejumlah kegagalan berperan tidak dapat dihindarkan. Beberapa orang gagal
berperan sebagai orang dewasa, banyak orang gagal dalam beberapa peran yang
diperjuangkan, ada juga orang yang gagal berperan dalam pernikahan dan sebagainya.
Menurut Mead, untuk setiap peran yang dimainkan individu, terdapat gambaran yang
sejalan dengan kedirian. Jadi citra diri inidvidu secara keseluruhan adalah penggabungan
dari berbagai kedirian seorang individu didalam bermacam-macam peranannya.
Peranan memiliki beberapa fungsi bagi individu maupun orang lain. Fungsi tersebut antara
lain:
c) Peranan yang dimainkan seseorang juga merupakan sarana aktualisasi diri, seperti
seorang lelaki sebagai suami/bapak, seorang wanita sebagai isteri/ ibu, seorang
seniman dengan karyanya, dsb
Seseorang dapat memiliki lebih dari satu status. Sehingga terkadang mereka harus
melakukan lebih dari satu peran juga. status utama merupakan status yang membayangi status
kita yang lain. Sebagai contoh adalah stephen Hawking yang menyandang cacat berat karena
penyakit Lau Gehring. Bagi banyak orang status utamanya ialah penyandang cacat. Namun
karena Hawking ialah salah seorang fisikawan terbesar yang pernah hidup, prestasinya yang
luar biasa telah memberikan status utama lain, yaitu sebagai seorang ahli fisika kelas dunia
yang seperingkat dengan einstein.
Perbedaan antara peran dan status adalah bahwa anda dapat menduduki suatu status , tetapi
anda memainkan suatu peran (Linton : 1936) sebagai contoh menjadi anak laki-laki atau
perempuan adalah status anda, tetapi harapan anda untuk menerima pangan dan tempat
tinggal dari orang tua anda maupun harapan meraka bahwa anda akan menghormati mereka
merupakan bagian dari peran anda.
Meskipun status-status kita biasanya saling terkait dengan baik, ada orang-orang yang
mengalami kontradiksi atau ketidaksepadanan pada status-status mereka. Ini dikenal sebagai
ketidakselarasan (atau ketidakcocokan) status (status in consistency). Seorang mahasiswa
perguruan tinggi yang berusia 14 tahun merupakan suatu contoh. Contoh lainnya adalah
seorang perempuan telah menikah berusia 40 tahun yang berkencan dengan seorang
mahasiswa perguruan tinggi tahun kedua yang berusia 19 tahun (James:2006).
Bidang itu memperhatikan gejala-gejala antropologi yang mengganggu status gizi dari
manusia. Dengan demikian, evolusi manusia, sejarah dan kebudayaan, dan adaptasinya
kepada variabel gizi yang berubah-ubah dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam
menggambarkan bahan-bahan yang merupakan titik perhatian dalam antropologi gizi.
Menurut Anderson (2006 : 312) ada dua aspek penting dari antropologi gizi:
a. Sifat sosial, budaya, dan psikologis dari makanan (yaitu peranan-peranan sosial budaya
dari makanan yang berbeda dengan peranan-peranan gizinya).
b. Cara-cara dimana dimensi-dimensi sosial budaya dan psikologi dari makanan berkaitan
dengan masalah gizi yang cukup, terutama dalam masyarakat-masyarakat tradisional.
Hubungan antropologi dengan gizi ini sangat erat. Seseorang atau suatu kelompok masyarakat
mengalami gizi buruk atau kekurangan gizi bukan hanya karena masalah ekonomi, akan
tetapi bisa juga diakibatkan oleh kepercayaan atau budaya seseorang.
Banyak sekali terdapat suatu kelompok masyarakat yang mengalami gizi buruk dikarenakan
mereka percaya kepada kepercayaan atau kebudayaan mereka.Terkadang mereka mengalami
gizi buruk padahal ekonomi mereka mencukupi. Ini karena mereka tidak mau memakan
makanan yang seharusnya mereka makan karena mereka percaya kepada kebudayaan dan
kepercayaan mereka, padahal makanan tersebut mengandung banyak zat Gizi yang
dibutuhkan tubuh. Hal ini menyebabkan banyaknya suatu kelompok masyarakat yang
kekurangan gizi, padahal dalam kelompok masyarakat itu terdapat cuk up banyak makanan
yang mengandung gizi. Terkadang kecil sekali kemungkinan kita dapat memperbaiki gizi
disuatu daerah, jika apa yang kita sarankan itu bertentangan dengan kebudayaan mereka.
Karena kebiasaan makan hanya dapat dimengerti dalam konteks budaya yang menyeluruh,
maka program- program pendidikan gizi yang efektif yang mungin menuju kepada perbaikan
kebiasaan makan harus didasarkan atas pengertian tentang makanan sebagai suatu pranata
sosial yang memenuhi banyak fungsi. Studi mengenai makanan dalam konteks budayanya
yang menunjuk kepada masalah-masalah yang praktis ini, jelas merupakan suatu peranan
para ahli antropologi yang sejak pertama dalam penelitian lapangannya telah mengumpulkan
keterangan tentang praktek-praktek makan dan kepercayaan tentang makanan dari penduduk
yang mereka observasi.
yang baik seperti posyandu, puskesmas, praktek bidan atau dokter, dan rumah sakit. Makin
tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap
pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin
kecil risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Soekirman, 2001) H.L Blum juga
menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan
derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan
faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor
lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan
dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat.
G. Pentingnya antropologi dalam mempelajari gizi masyarakat.
Tingginya angka gizi buruk, kelaparan, produksi pangan lebih sedikit dari jumlah manusia,
serta sulitnya membagi waktu makan pada masyarakat perkotaan dan tingkat gizi masyarakat
pedesaan masih jauh dari seharusnya. Untuk mengatasi masalah yang terjadi saat ini di
perlukannya suatu Antropolgi Gizi dalam mempelajari hal-hal yang menjadi penyebab dalam
masalah gizi masyarakat. Karena antropologi gizi memiliki hubungan yang sangat erat
dengan budaya/kebiasaan makan pada msyarakat, untuk itu perlunya untuk mempelajari
antropologi gizi dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor budaya adalah masalah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan yang tentunya
berdampak pada masalah gizi. Hal ini dapat dilihat dari perilaku masyarakat kota dan desa di
sertai dengan budaya-budaya mereka sangat-sangat berbeda kebutuhan pangan dan status
sosial mereka.
Dari perbedaan ini kita bisa membandingkan bahwa masyarakat kota tingkat pengetahuan
mereka akan masalah gizi dan pola-pola hidup yang mereka jalani lbih cenderung pada
kemajuan teknologi,ekonomi,pengetahuan status gizi mulai dari menu seimbang untuk pola
konsumsi mereka.sedangkan masyarakat pedesaan lebih dekat pada masalah
kemiskinan,artinya banyak kekurangan mulai dari kurangnya pengetahuan akan maslah gizi,
kurangnya ketersediaan pangan,sampai kirangnya kualitas lingkungan yang baik.