Hari 1
Nn. SN, seorang kapster berusia 24 tahun, dibawa ke RS pada jam 11 pagi dengan ambulans dari tempat
kerjanya. Saat masuk RS kondisinya sangat parah: sesak napas, mengantuk, dan tidak dapat berbicara
lebih dari beberapa kata.
Nn. SN mengeluhkan gejala seperti flu dan batuk yang memburuk dalam beberapa hari yang lalu.
Pagi tadi dia mulai mengeluh kesulitan bernafas dan telah menggunakan inhaler beberapa kali,
tetapi tidak membaik dan kemudian kolaps.
Paramedis mendiagnosis terjadi serangan asma dan diterapi dengan salbutamol 2,5 mg melalui
nebuliser, selanjutnya terjadi perbaikan napas, dan diberikan oksigen 35% melalui masker wajah.
Nn SN mengatakan bahwa ia memiliki riwayat asma. Pada pemeriksaan ditemukan dia tachypneu (laju
pernapasan 28 napas per menit) dan takikardi (140 denyut per menit (bpm)). tekanan darah 150/95
mmHg tanpa paradoks. Pada auskultasi dadanya hampir hening. Puncak aliran ekspirasi (PEF) -nya tidak
dapat direkam. Hasil X-ray dada ditampilkan tidak ada area yg mengalami konsolidasi, ditepis diagnosa
pneumotoraks. Setelah pemberian oksigen 35% selama 15 menit dalam ambulans, saturasi oksigennya
(SpO) adalah 85% dan hasil pemeriksaan gas darah arteri adalah:
Pertanyaan:
1. Apa tanda dan gejala penting dari eksaserbasi asma yang mengancam jiwa asma yang ditunjukkan
oleh Nn. SN?
2. Jabarkan rencana asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care plan) untuk Nn. SN.
3. Apakah perawatan yang diterima oleh Nn. SN memenuhi pedoman saat ini tentang manajemen asma
eksaserbasi yang mengancam jiwa? Adakah rekomendasi penyesuaian atau perubahan terapi yang
anda berikan?
4. Apa parameter yang harus dipantau selama fase akut Serangan asma Nn. SN?
Ibu pasien tiba di bangsal dan menjelaskan riwayat medis SN di masa lalu . Keluarga itu memiliki riwayat
atopi, dengan ayah dan saudara lelaki Nn. SN keduanya menderita asma.
Nona SN baik-baik saja sampai beberapa hari terakhir, dia mengeluh batuk, terutama pada malam hari.
Dia juga kadang-kadang merasa sulit untuk mengatur napas, terutama setelah berolahraga. Dia telah
membeli obat batuk tapi tidak memiliki efek , dan telah periksa ke dokter umum dan diberikan sebuah
inhaler hijau.
Si Ibu berkomentar bahwa SN sebelumnya telah diberikan inhaler warna coklat oleh dokter umum,
tapi ditolak karena dia telah mendengar bahwa steroid dapat menyebabkan kegemukan dan menipiskan
tulang dan kulit.
Pada jam 8 malam, Nn. SN merasa lebih baik dan mampu bercerita bahwa tadi pagi ia merasa sangat
sesak napas , dan menggunakan baik inhaler salmeterol dan inhaler salbutamolnya beberapa kali tapi
tidak berefek. Dia mengatakan bahwa dia telah menggunakan inhaler salbutamolnya setidaknya 10 kali
sehari dalam seminggu terakhir ini. Nilai PEF nya saat itu 140 L / mnt. Nn. SN belum pernah memantau
PEF-nya di rumah. Saturasi oksigennya adalah
92% dan gas darah arteri :
PaO2 10.7 kPa (10.0–13.3)
PaCO2 4,7 kPa (4,67-6,0)
pH 7.44 (7.35–7.45)
HCO3 23 mmol / L (22-26)
6 Apakah tepat jika terjadi serangan asma yg memburuk, Nn. SN menggunakan inhalernya beberapa
dosis?
7 Apa itu PEF, dan apa perannya dalam pengelolaan penderita asma?
8 Dapatkah diprediksi nilai PEF 'normal' pada Nn. SN?
Hari 2
Dokter memutuskan untuk memulai kembali memberikan inhaler beclometasone. Nilai PEF pra-
nebuliser adalah 120 L/mnt, dibandingkan dengan 220 L/mnt 15 menit
setelah dia terapi jam 6 pagi. Karena itu diputuskan untuk melanjutkan
ipratropium dan aminofilin setidaknya selama 12 jam. Dilanjutkan pemberian 60% oksigen saturasi
sehingga nilai saturasi oksigennya
sekarang 98%, jadi pemberian oksigen diubah menjadi 'bila diperlukan'.
Sore itu dokter menginstruksikan penghentian aminofilin IV dan bertanya kepada apoteker berapa dosis
oral yang seharusnya diberikan.
Hari 3
Nn. SN merasa jauh lebih baik, hampir kembali ke kondisi normal. PEF-nya meningkat tetapi masih
menunjukkan perbedaan antara pra dan postnebuliser terapi (255 dan 325 L / mnt ).
14. Apa manfaat long-acting –beta 2 agonis (LABA), leukotriene antagonis reseptor dan peningkatan
dosis ICS dalam pengobatan asma?
15. Apa yang akan Anda rekomendasikan diresepkan untuk Nn. SN?
Hari 5
Nilai PEF Nn. SN's terus membaik dan stabil di sekitar 460 L / mnt. Dia merasa benar-benar kembali
normal dan ingin pulang.
Hari 6
Nn. SN diizinkan pulang setelah menggunakan bronkodilator inhalasi terapi selama 24 jam. Rencana
terapi asma telah dibahas dengan dia sebelum dia pulang.
1. Salbutamol MDI 100 mikrogram / puff, 2 puff 4 kali sehari jika perlu
2. Prednisolon masing-masing 40 mg tiap pagi selama 5 hari lalu stop
3. Seretide 125 MDI, dua puff dua kali sehari dg spacer
18. Apa elemen kunci dari rencana terapi asma?
19. Bagaimana Anda menasihati Nn. SN tentang obat yang dibawa pulang?
20. Bagaimana selanjutnya asuhan kefarmasian untuk Nn. SN selama beberapa bulan berikutnya?