Oleh:
dr. Nania T. D. N. Tampubolon
Pendamping Internsip:
dr. Aisah
dr. Aisah
NIP. 19770811 201001 2 010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Identitas
Nama : An. YJ
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SMP
Alamat : Oesapa
Agama : Katolik
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal masuk RSMS : 22 Februari 2020
Tanggal periksa : 22 Februari 2020
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Demam
2. Keluhan Tambahan
Nyeri kepala, mual
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit S. K. Lerik datang sendiri
dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam tinggi terus menerus.
Demam tidak membaik setelah pemberian Parasetamol. Nyeri kepala (+),
mual (+), muntah (-), batuk pilek (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), ruam
kulit (-). BAB dan BAK dalam batas normal.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit Jantung : disangkal
b. Penyakit Paru : disangkal
c. Penyakit Diabetes Melitus : disangkal
d. Penyakit Ginjal : disangkal
e. Penyakit Hipertensi : disangkal
f. Riwayat Alergi : disangkal
g. Riwayat penyakit hati : disangkal
h. Riwayat asma : disangkal
i. Riwayat keluhan yang sama : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Penyakit Jantung : disangkal
b. Penyakit Paru : disangkal
c. Penyakit Diabetes Melitus : disangkal
d. Penyakit Ginjal : disangkal
e. Penyakit Hipertensi : disangkal
f. Riwayat Alergi : disangkal
g. Riwayat penyakit hati : disangkal
h. Riwayat alergi : disangkal
i. Riwayat asma : disangkal
j. Riwayat keluhan yang sama : disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang pelajar. Pasien tinggal bersama kedua
orang tua dan 2 orang adik. Kesan sosial ekonomi keluarga adalah
golongan menegah ke bawah. Pasien menggunakan Badan Penyelenggara
Jaminan Kesehatan (BPJS-PBI) dalam pembiayaan perawatan. Sebelum
pasien sakit, biasanya pasien makan 3 kali sehari, konsumsi makanan
bergizi seperti ikan dan sayuran tetapi sesekali juga mengkonsumsi mie
instan dan gorengan. Pasien jarang berolahraga. Riwayat konsumsi obat-
obatan disangkal.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : GCS E4M6V5 (Compos Mentis)
Vital Sign : Tekanan Darah : 117/60 mmHg,
Nadi : 84 x/menit,
Respiratori Rate : 20 x/menit
Suhu : 39ºC
1. Status Generalis
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala : Mesocephal, simetris
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks
pupil +/+ normal, isokor, diameter 3/3 mm
Telinga : discharge -/- deformitas -/-
Hidung : discharge -/-, nafas cuping hidung -/-
Mulut : sianosis (-), lidah kotor -/-
b. Pemeriksaan Toraks
1) Paru
Inspeksi : Dada simetris, ketertinggalan gerak (-), retraksi
intercosta (-), pulsasi epigastrium (-), pulsasi parasternal
(-)
Palpasi : Vokal fremitus paru kanan = paru kiri
Ketertinggalan gerak (-)
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara Dasar vesikuler +/+, SuaraTambahan -/-
2) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak SIC V 2 jari medial LMCS
Palpasi : Ictus cordis tampak SIC V 2 jari medial LMCS
Ictus cordis kuat angkat (-)
Perkusi : Batas jantung
Kanan atas SIC II LPSD
Kiri atas SIC II LPSS
Kanan bawah SIC IV LPSD
Kiri bawah SIC V 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1>S2, regular, ST -/-
c. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) Normal, regular
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, distensi (-), NT (-)
d. Pemeriksaan ekstermitas
Superior : Edema (-/-), jari tabuh (-/-), pucat (-/-), sianosis (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jari tabuh (-/-), pucat (-/-), sianosis (-/-)
D. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 2.1. Hasil pemeriksaan Laboratorium
JENIS PEMERIKSAAN TANGGAL 22/02/2020
Hemoglobin 12,8
Leukosit 2.870 L
Hematokrit 37,9
Eritrosit 4,81
Trombosit 72.600 L
E. Diagnosis
DHF grade I H-4.
F. Tatalaksana
1. IVFD RL 20 tpm
2. Inj. Parasetamol 3x500 mg IV
3. Awasi TTV dan tanda-tanda perdarahan
4. Cek DL/24 jam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne
viruses) artinya virus yang ditularkan melalui gigitan artropoda misalnya
nyamuk aedes aegypti (betina). Penyakit DHF mempunyai perjalanan
penyakit yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien
yang meninggal akibat penanganan yang terlambat.
B. Epidemiologi
Sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan endemis di Indonesia. Penyakit ini dapat
mengakibatkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah endemis yang
terjadi hampir setiap tahunnya pada musim penghujan.
Demam berdarah dengue sering terjadi pada anak usia kurang dari 15
tahun. Sekitar 50% penderita DBD berusia 10-15 tahun yang merupakan
golongan usia yang tersering menderita DBD dibandingkan dengan bayi dan
orang dewasa. Nyamuk Aedes aegypti yang aktif menggigit pada siang hari
dengan dua puncak aktivitas yaitu pada pukul 08.00 – 12.00 dan 15.00 –
17.00. Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 156.086
kasus dengan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 1.358 orang, IR 65,7
per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,87%. Terjadi penurunan IR DBD
jika dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 68,22 per 100.000
penduduk. Demikian juga dengan CFR yang mengalami sedikit penurunan,
pada tahun 2009 CFR DBD sebesar 0,89%.
C. Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
oleh nyamuk. Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus
(Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili
Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4. Infeksi dari salah satu serotype menimbulkan antibodi terhadap
virus yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk untuk serotipe
lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan terhadap
serotipe lain. Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi
oleh 3/4 serotipe yang berbeda selama hidupnya. Serotipe DEN-3 merupakan
serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat.
D. Faktor Resiko
Faktor risiko individu yang menentukan beratnya penyakit adalah infeksi
sekunder, usia, etnisitas dan penyakit kronis (asma bronkial, anemia sel sabit
dan diabetes mellitus). Pada anak-anak muda mungkin kurang mampu untuk
mengkompensasi kebocoran kapiler daripada orang dewasa dan akibatnya
berisiko lebih besar mengalami syok dengue.
Pada wanita lebih berisiko mendapatkan manifestasi berat setelah
terinfeksi virus dengue (DBD/SSD) karena secara teori diyakini wanita lebih
cenderung dapat meningkatkan permeabilitas kapiler dibanding dengan laki-
laki. Selain itu, orang kulit putih infeksi virus dengue lebih berat dibanding
dengan orang kulit hitam (negro) karena virus lebih banyak berkembang-biak
pada sel mononuklear orang kulit putih. Infeksi virus dengue lebih sering
terjadi pada orang yang memiliki status gizi yang baik dibanding dengan
orang malnutrisi. Pada orang yang memiliki indeks massa tubuh tinggi,
kapiler mereka secara intrinsik lebih mungkin bocor sehingga bisa menjadi
lebih buruk dalam infeksi dengue.
Respon dari imun dapat mempengaruhi jumlah trombosit dan kadar
hematokrit di dalam tubuh misalnya dapat menyebabkan fungsi agregasi
trombosit menurun. Selain itu imunitas yang ada dalam masyarakat
memegang peranan penting di daerah epidemis karena lebih banyak kasus
terdiri dari anak-anak, remaja dan orang dewasa dibanding anak-anak usia
rendah yang kemungkinan diakibatkan oleh system imun yang baik yang
dimiliki.
E. Derajat Penyakit
1. Derajat I (ringan): Demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala
klinik lain, dengan manifestasi pendarahan ringan. Yaitu tes “tourniquet”
yang positif.
2. Derajat II (sedang): Golongan ini lebih berat daripada derajat I oleh
karena ditemukan pendarahan kulit dan manifestasi pendarahan lain yaitu
epistaksis (mimisan), pendarahan gusi, hematemesis dan atau mekna
(muntah darah).
3. Derajat III (berat): Penderita syok berat dengan gejala klinik yang telah
dibahas diatas ( derajat I dan II ).
4. Derajat IV : Penderita syok berat dengan tensi yang tidak dapat diukur
dan nadi yang tidak dapat diraba.
H. Penegakan Diagnosis
Diagnosis DBD ditetapkan berdasarkan Kriteria WHO yaitu:
1. Klinis
a. Demam tinggi secara mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
b. Manifestasi perdarahan, setidaknya uji torniket positif dan salah satu
bentuk lain (petekiae, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi)
hematemesis dan atau melena.
c. Pembesaran hati.
d. Renjatan yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi
menurun, tekanan darah menurun disertai kulit yang teraba dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki. Penderita
menjadi gelisah dan timbul sianosis di sekitar mulut.
2. Laboratorium
a. Trombosit 100.000/ul atau kurang
b. Hemokonsentrasi: nilai hematokrit meningkat 20% atau lebih
dibandingkan dengan nilai hematokrit pada masa konvalesen.
Diagnosis ditetapkan bila ditemukan dua atau tiga patokan klinis
pertama disertai trombositopeni dan hemokonsentrasi. Dengan patokan
itu, 87% penderita yang tersangka DBD diagnosisnya tepat, yang
dibuktikan dengan pemeriksaan serologis. Dengan patokan itu juga dapat
menghindarkan diagnosis berlebihan.
I. Tatalaksana
1. Demam Dengue
Dasar penatalaksanaan demam dengue ialah simtomatik dan suportif.
Selama demam dianjurkan untuk istirahat baring. Antipiretik diberikan
bila diperlukan. Analgesik atau sedatif ringan diberikan untuk penderita
dengan keluhan nyeri hebat. Cairan dan elektrolit peroral dianjurkan
diberikan pada penderita dengan demam tinggi yang disertai muntah,
diare atau pengeluran keringat berlebihan.
2. Demam Berdarah Dengue
Dasar terapi DBD adalah pemberian cairan ganti (volume
replacement) secara adekuat. Pada sebagian besar penderita penggantian
dini plasma secara efektif dengan memberikan cairan yang mengandung
elektrolit, ekspander plasma dan/atau plasma memberikan hasil baik.
Pada dasarnya penatalaksanaan penderita DBD bersifat suportif.
Hemokonsentrasi mencerminkan derajat kebocoran plasma dan biasanya
mendahului munculnya perubahan vital secara klinis (hipotensi,
penurunan tekanan nadi), sedangkan turunnya nilai trombosit biasanya
mendahului kenaikan nilai hematokrit. Pada penderita tersangka DBD
nilai hematokrit dan trombosit harus diperiksa setiap hari mulai hari ke-3
sakit sampai 1-2 hari setelah demam menjadi normal. Pemeriksaan inilah
yang menentukan perlu tidaknya seseorang penderita dirawat dan/atau
mendapatkan pemberian cairan intravena.
3. DBD Tanpa Renjatan
Penderita perlu minum banyak, 1½-2 liter dalam 24 jam, baik berupa
air, teh gula, sirup, susu, sari buah maupun oralit. Demam tinggi dapat
mengancam terjadinya kejang, oleh sebab itu antipiretik sebaiknya
diberikan. Pemberian cairan intravena pada penderita DBD tanpa
renjatan perlu dipertimbangkan apabila anak terus menerus muntah,
sehingga tidak mungkin diberikan makan dan minum per oral sedangkan
muntah tersebut mengancam terjadinya dehidrasi, asidosis. Cairan
intravena juga diberikan bila hematokrit pada pemeriksaan berkala
cenderung terus meningkat. Jumlah cairan yang diberikan disesuaikan
dengan jumlah cairan yang dibutuhkan untuk mengatasi dehidrasi sedang
pada penderita gastroenteritis (defisit 6%-10%) yaitu:
Berat badan 3-10 kg = 200 ml/kg BB/24 jam
Berat badan 10-15 kg = 155 ml/kb BB/24 jam
Berat badan 15-25 kg = 140 ml/kg BB/24 jam
J. Komplikasi
1. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD
yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia,
hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya
ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka
kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah
otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang
menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar
darah otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan
dengan kegagalan hati akut.
Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak dan alkalosis, maka
bila syok telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak
mengandung HC03- dan jumlah cairan harus segera dikurangi. Larutan
laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) :
glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan
dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat
perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila
terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg
selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah
terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi jumlah
cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit.
2. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai
akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom
uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka
setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular, penting
diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis
merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk
mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg
berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik,
sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang.
Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai akute tubular necrosis,
ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan
kreatinin.
3. Udema paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat
pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit
ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan
menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi.
Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler,
apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat
penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit),
pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak
mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin
beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock
syndrome. Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalah sebagai
berikut: Dehidrasi, Pendarahan, Syok, dan Kerusakan hati.
BAB IV
KESMPULAN