Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Teori Keluarga Berencana


1.1.1 Pengertian
Keluarga berencana adalah suatu program yang dicanangkan oleh
pemerintah untuk mengatur jarak kelahiran anak sehingga dapat tercapai keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera (Arum dan Sujiyatini, 2011).
Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketabahan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
Kontrasepsi berasal dari kata” kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti
“melawan”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur yang matang dengan
sel sperma yang menyebabkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sperma tersebut (Hartanto, 2012).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanifa
Winkjosastro, 2015).
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara
ataupun menetap dan dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis,
menggunakan obat/alat atau dengan operasi (Arif Mansjoer, 2011).

1.1.2 Tujuan Keluarga Berencana


1.1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
1.1.2.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
2. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
3. Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan
kelahiran.
1.1.3 Manfaat KB untuk Kesehatan
1. Untuk ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran, ibu mendapat manfaat
berupa:
a. Perbaikan kesehatan dengan jalan mencegah kehamilan yang berulang kali
dalam waktu yang terlalu pendek dan mencegah keguguran yang
menyebabkan kurang darah, mudah terserang penyakit infeksi dan
kelelahan.
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anaknya yang lain, untuk
istirahat, menikmati waktu luang serta dapat melakukan kegiatan lainnya.
2. Untuk anak yang dilahirkan
a. Tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaan
sehat.
b. Sesudah lahir, akan mendapat pemeliharaan dan makan yang cukup karena
kelahirannya memang diharapkan.
3. Untuk anak-anak yang lain
Memberi kesempatan mereka untuk:
a. Perkembangan fisik yang lebih baik, karena setiap anak memperoleh
makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga.
b. Perkembangan mental dan sosial yang lebih baik, dan waktu yang lebih
banyak diberikan oleh ibu untuk setiap anak.
c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-
sumber pendapatan keluarga tidak habis hanya untuk mempertahankan
hidup saja.
4. Untuk ayah/suami
Memberikan kesempatan pada ayah untuk:
a. Meningkatkan kesehatan fisiknya.
b. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena berkurangnya kecemasan
dan mempunyai lebih banyak waktu luang keluarga.
5. Untuk seluruh keluarga
a. Meningkatkan kesehatan fisik, mental dan social dari setiap anggota
keluarga.
b. Meningkatkan kesejahteraan keluarga.
c. Keharmonisan keluarga lebih terjaga.
1.1.4 Sasaran Keluarga Berencana
1. Ibu dengan penyakit kronis.
2. Usia ibu < 20 tahun atau > 30 tahun dengan jumlah anak > 3 orang.
3. Ibu yang sudah pernah melahirkan > 5 x melahirkan.
4. Ibu dengan riwayat persalinan yang buruk.
5. Keluarga dengan sosial ekonomi yang kurang memadai.
1.1.5 Macam-macam Metode Kontrasepsi
1. Kontrasepsi Sederhana
a. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis
sebagai tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat
senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu
mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa
mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk
wanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.
b. Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan senggama
dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi.
Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif
sehat untuk digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi
lain, risiko kegagalan dari metode ini cukup tinggi.
c. KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar
utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada
3 cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
d. Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma
mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan
diafragma 4-8% kehamilan.
e. Spermicida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina,
sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet
vagina, krim dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif
apabila dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.
2. Kontrasepsi Hormonal
a. Pil KB
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang
berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau
hanya terdiri dari hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB
menekan ovulasi untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung
telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk
masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium. Mini pil
dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat tinggi, angka
kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk mini
pil.
b. Suntik KB
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik
KB 3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek
sampingnya dapat terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat,
perubahan berat badan, pemakaian jangka panjang bisa terjadi penurunan
libido, dan densitas tulang.
c. Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya
dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung
levonogestrel. Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai
5 tahun, kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan.
Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%.
d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang
dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula
yang batangnya hanya berisi hormon progesteron. Cara kerjanya,
meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai
ke rahim endometrium belum siap menerima nidasi, menimbulkan reaksi
mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang
melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.
Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1%.
3. Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)
a. Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara
mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel
telur ke rahim), efektivitasnya mencapai 99 %.
b. Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi
keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas
defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama,
efektifitasnya 99%.
1.2 Konsep Teori KB Suntik
1.2.1 Pengertian
Suntik merupakan salah satu alat kontrasepsi yang disarankan oleh
pemerintah melalui program KB. Suntik KB adalah obat suntik yang berisi zat
yang dapat mencegah lepasnya sel telur dari indung telur, mengentalnya lendir
mulut rahim sehingga sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim dan menipiskan
selaput lendir rahim sehingga calon janin tidak dapat tertanam dalam rahim
(BKKBN, 2016).
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya
hormon progesteron disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara periodik.
(Sarwono, 2011).
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang disuntikkan ke dalam
tubuh dalam jangka waktu tertentu kemudian masuk ke pembuluh darah diserap
sedikit demi sedikit oleh tubuh yang berguna untuk mencegah kemungkinan
timbulnya kehamilan (Saiffudin, 2014).
Akseptor KB adalah peserta keluarga berencana (Family Planning
Participant) yaitu pasangan usia subur di mana salah seorang menggunakan salah
satu cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui
program maupun non program (Depkes, 2013).
1.2.2 Jenis KB Suntik
Jenis-jenis KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:
1. Suntikan/1 bulan, contoh: Cyclofem
2. Suntikan/3 bulan, contoh:
a. Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA)
b. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat)
1.2.3 Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Suntik
1. Keuntungannya antara lain:
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
f. Sedikit efek samping.
g. Pasien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai menopause.
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
k. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
l. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
2. Kerugiannya antara lain:
a. Sering ditemukan gangguan haid, seperti: siklus haid yang memendek atau
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur
atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali.
b. Pasien sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntik).
c. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B, atau infeksi virus HIV.
f. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
g. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan atau
kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan
obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
h. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
i. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas).
j. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
nervositas, dan jerawat.
1.2.4 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik
1. Mencegah ovulasi.
2. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma menjadi
terganggu.
3. Perubahan pada endometrium sehingga implantasi terganggu.
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
1.2.5 Efek Samping Kontrasepsi Suntik
1. Amenorrhea
2. Perdarahan hebat atau tidak teratur Spooting yanng berkepanjangan (> 8 hari)
atau perdarahan sedang.
3. Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan)
1.2.6 Indikasi dan Kontra Indikasi Kontrasepsi Suntik
1. Indikasinya antara lain:
a. Usia reproduksi.
b. Nulipara ataupun yang telah memiliki anak.
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas
tinggi.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e. Setelah melahirkan.
f. Setelah abortus atau keguguran.
g. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
h. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit.
i. Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbitirat) atau obat
tuberculosis (rifampisin).
j. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
k. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
l. Anemia defisiensi besi.
m. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi.
2. Kontraindikasinya antara lain:
a. Hamil atau dicurigai hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
e. Diabetes mellitus disertai komplikasi.
1.2.7 Waktu Mulai Menggunakan Suntikan
1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tidak hamil.
2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan
ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan. Bila sebelumnya ibu telah menggunakan
kontrasepsi hormonal secara benar dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan
pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid
berikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi yang lain lagi, kontrasepsi yang akan
diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya
dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang
akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik
setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
7. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama
dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil dan selama 7 hari
setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
1.2.8 Patofisiologi
Keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu pasangan suami
istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta
menentukan jumlah anak dalam keluarga. Dalam pemilihan metode KB, perlunya
pemberian informasi yang tepat sehingga tidak terjadi kegagalan dalam
penggunaan KB. Tujuan KB salah satunya adalah norma keluarga kecil bahagia
sejahtera (NKKBS), ketidaktahuan peserta KB tentang indikasi, kontra indikasi,
efek samping, keuntungan dan kerugian suatu metode KB dapat menyebabkan
umpan balik yang gagal dan adanya kondisi kebutuhan dan pemilihan. Kegagalan
pada pemakaian metode KB atau kemungkinan terjadinya kegagalan akibat
pemasanagn atau pemakaian dapat menyebabkan kecemasan.
mengatur interval
mendapatkan kelahiran diantara kehamilan mengontrol waktu
yang memang sangat saat kelahiran
diinginkan
menghindari menentukan
kehamilan yang jumlah anak
Akseptor KB
tidak diinginkan dalam keluarga

Suntikan progestin Ketidaktepatan


penggunaan alat
KB

Peralatan yang Alat KB tidak


digunakan tidak cocok
terjamin
keseterilannya

Kemungkinan terjadi
Kondisi kebutuhan, kegagalan akibat
tindakan dan pemasangan /
pemilihan pemakaian KB

Nyeri akut Ansietas

1.3 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.3.1 Pengkajian
a. Riwayat menstruasi
Frekuensi, siklus dan lama haid terakhir
b. Riwayat kontrasepsi
Metode yang pernah digunakan dan alas an penghentian
Metode yang terakhir digunakan dan pemakaian terakhir
c. Riwayat obstetri
Tipe kelahiran gender
Lama gestasi komplikasi
Lama persalinan Berat lahir
kesehatan anak-anak saat ini dan tempat tinggalnya
perasaan tentang kehamilan terdahulu atau pengalaman melahirkan
d. Riwayat pembedahan
Masalah gynekologi termasuk HPV, herpes, gonorhoe, sifilis
Penyakit organic
Pembedahan, kecelakaan, hospitalisasi
Masalah psikiatri, termasuk penyakit jiwa, depresi, ansietas, mania, serangan
panic
Obat-obatan (saat ini dan masa lalu)
e. Riwayat keluarga
Risiko penyakit genetic, termasuk latar belakang etnis
f. Riwayat obstetric, termasuk riwayat keguguran, kembar, preeklamsi
Hubungan kekerabatan
g. Kebiasaan tidak sehat (merokok, mengkonsumsi alcohol, obat-obatan)
h. Riwayat social
Tempat lahir Situasi hidup Status perkawinan
Pekerjaan Pendidikan
Sumber pendukung Sumber stress
1.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik

Nyeri akut (D.0077)


Definisi :Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Gejala dan Tanda mayor Penyebab
1. Subjektif 2. Agens cedera fisiologi ( mis.,
1. Mengeluh nyeri inflamasi, iskimia, neoplasma)
2. Objektif 3. Agens cedera kimiawi( mis.,
1. Tampak meringis terbakar, bahan kimia iritan)
2. Bersikap proktektif 4. Agens cedera fisik ( mis.,abses,
(mis.waspada, posisi mengindari amputasi, terbakar, terpotong,
nyeri) mengangkat berat, prosedur
3. Gelisah operasi, trauma, latihan fisik
4. Frekuensi nadi meningkat berlebihan)
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda minor
1. Objektif
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri
sendiri
7. Diaforesis

1. Rencana Asuhan Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN: Nyeri akut berhungan dengan agens


pencedera fisik
SIKI
Manajemen Nyeri (I.08238)

Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensoik atau emosial yang


berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.

Tindakan (Observasi) Tindakan (Teraupetik)


1. Identifikasi lokasi, 6. Berikan teknik nonfarmakologis
karakteristik, durasi, untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
frekuensi, kualitas, intensitas TENS, hypnosis, akupresur, terapi
nyeri musik, biofeedback, terapi pijat,
2. Identifikasi skala nyeri aromaterapi, teknik imajinasi
3. Identifikasi respon nyeri non terbimbing, kompres hangat/dingin,
verbal terapi bermain)
4. Identifikasi factor yang 7. Kontrol lingkungan yang
memperberat dan memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
memperingan nyeri ruangan, pencehayan, kebisingan)
5. Identifikasi pengetahuan dan 8. Fasilitasi istirahat dan tidur
keyakinan tentang nyeri 9. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya dalam pemilihan strategi meredakan
terhadap respon nyeri nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup Tindakan (Kolaborasi)
8. Monitor keberhasilan terapi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
komplementer yang sudah
perlu
dibeikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Tindakan (Edukasi)

1. Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

SLKI : Tingkat nyeri................................................................Kode: (I.08066 )


Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan beintensitas
ringan hingga berat dan konstan.

Menurun Cukup Sedang Cukup Menin


menuru meningk gkat
n at
1 2 3 4 5
Kemampuan
menuntaskan aktivitas
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5

Meringis 1 2 3 4 5
Sikap proktektif 1 2 3 4 5

Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada diri 1 2 3 4 5
sendiri
Diaforesis 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5
depresi(tertekan)
Peasaan takut 1 2 3 4 5
mengalami cedera
berulang
Anoreksi 1 2 3 4 5
Perineum terasa 1 2 3 4 5
tertekan
Uterus teraba 1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik


memburuk membaik
Frekuensi 1 2 3 4 5
nadi
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekanan 1 2 3 4 5
darah
Proses 1 2 3 4 5
berpikir
Fokus 1 2 3 4 5
Fungsi 1 2 3 4 5
berkemih
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu 1 2 3 4 5
makan
Pola tidur 1 2 3 4 5

2. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan


pemaikain alat KB
Ansietas D.0080

Definisi : kondisi emosi dan pengakaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman

Penyebab :

1. Krisis situasional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Krisis maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi sistem keluarga
8. Hubungan orangtua – anak tidak memuaskan
9. Faktor keturunan ( temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bahaya lingkungan ( mis. Toksin, polutan, dan lain-laion)
12. Kurang terpapar informasi
Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah


2. Merasa khawatir dengan 2. Tampak tegang
akibat dari kondisi yang 3. Sulit tidur
dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi napas meningkat


2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berbahaya 4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
Kondisi Klinis Terkait

1. Penyakit kronis progresif ( mis. Kanker, penyakit autoimun)


2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang

Tingkat Asietas L.09093

Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subjektif terhadap objek tidak jelas dan spesifik
akibat antisipasi bahaya yang memunkinkan individu melkukan tindakan untuk
menghadapi anacaman

Ekspektasi: Menurun

Kriteria Hasil

Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
meningkat menurun

Verbalisasi 1 2 3 4 5
kebingunan

Verbalisasi 1 2 3 4 5
khawatir
akibat kondisi
yang dihadapi

Perilaku gelisah 1 2 3 4 5

Perilaku tegang 1 2 3 4 5

keluhan pusing 1 2 3 4 5

Anoreksia 1 2 3 4 5

Palpitasi 1 2 4 5

Frekuensi 1 2 3 4 5
pernapasan

Frekuensi nadi 1 2 3 4 5

Tekanan darah 1 2 3 4 5

Diaforesis 1 2 3 4 5

Tremor 1 2 3 4 5

Pucat 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Sukup Membaik


Memburuk Membaik

Konsentrasi 1 2 3 4 5

Pola tidur 1 2 3 4 5

Perasaan 1 2 3 4 5
keberdayaan
Kontak mata 1 2 3 4 5

Pola berkemih 1 2 3 4 5

Orientasi 1 2 3 4 5

Reduksi Ansietas l. 09314

Definisi : meminimalkan kondisi individu dan pengalaman subjektif terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman

Tindakan
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Monitor tanda-tanda ansietas ( verbal dan nonverbal)

Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi rasa kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan dating
Edukasi
- Jelaskan prosedur , termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien , jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan presepsi
- Latiha kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiasietas, jika perlu

1.3.3 Evaluasi
a. Pasien mengungkapkan kenyamanan dan tidak terjadi kecemasan
b. Pasien memiliki pengetahuan tentang keluarga berencana dan mampu
memilih alat kontrasepsi yang tepat dan sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Arum, dan Sujiyatini. (2011). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta:


Mitra Cendikia
BKKBN. (2016). Unit Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN
Depkes RI. (2013). Infodatin: Pusat Data dan lnformasi Keluarga Berencana.
Jakarta: HR Rasuna Said
Hartanto, Hanafi. (2012). Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi (KB). Jakarta:
Pustaka Sinar
Mansjoer, Arif. (2011). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: YBP – SP
Saifuddin. B A. Affandi. B. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, Hanifa. (2015). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.Jakarta:PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta :
PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta :


PPNI

Anda mungkin juga menyukai