Anda di halaman 1dari 12

DAYA TAMPUNG BEBAN

PENCEMARAN AIR DANAU TOBA


Monang Naipospos

      Sehubungan dengan adanya isu berkembang tentang adanya perusahaan yang
hendak melakukan investasi Keramba Jala Apung di Danata Toba yang saat ini
sedang berusaha mendapatkan Ijin Prisnsip dari Pemerintah Daerah Kabupaten
Toba Samosir, tergerak hati melakukan konsultasi dengan Badan Lingkungan
Hidup Propinsi Sumatera Utara di Medan.

     Niat ini terlaksana tanggal 4 Desember 2014, narasumber Kepala Bidang Tata
Lingkungan dan AMDAL dan pemaparan oleh Laksana Umanda Sitanggang, ST,
MT staf ahli di bidang tersebut. Umanda memberikan hasil kajian Daya Tampung
Beban Pencemaran Danau Toba (DTBP-DT) tahun 2012. Beliau menegaskan
bahwa segala sesuatu ada batasnya. Diingatkan kembali tentang malapetaka yang
terjadi di Danau Toba dan Danau Maninjau karena melampaui batas.

Peristiwa Peldatari I di Danau Toba tanggal 13 Juli 1997. Kapasitas penumpang


kapal seharusnya 100 orang, namun dimuat penumpang 200 orang, sehingga kapal
tenggelam dengan korban meninggal 83 orang

Peristiwa kematian ikan di Danau Maninjau sebanyak 400 ton tahun 2014 lalu.
Daya dukung Danau hanya 6000 KJA, namun realita yang ada 14.000 KJA

Pemanfaatan Kawasan Danau Toba.


     Sejak dahulu air Danau Toba sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air
minum dan keperluan domestik lainnya. Presentasi masyarakat pengguna air danau sebagai
sumber air minum makin berkurang karena penurunan kualitas air danau. Sebagian
masyarakat  mencari alternatif lain berupa air gunung, sedangkan masyarakat lainnya tetap
menggunakan danau karena belum mempunyai sumber lain.

Pada bagian hilir, Sungai Asahan yang mengalirkan air Danau Toba digunakan
untuk pembangkitan tenaga listrik dengan potensi total sekitar 1.056 MW

Air Danau Toba yang jernih dan tenang serta memiliki dasar dalam membuat
danau ini sangat baik untuk budidaya perikanan.

Kebijakan Pengelolaan Kawasan Danau Toba


Untuk memelihara, mengendalikan dan meningkatkan mutu lingkungan hidup serta
mengoptimalkan pembangunan berwawasan lingkungan dan berkesinambungan, Pemerintah
Propinsi Sumatera Utara telah menerbitkan Peraturan Daerah No. 1 tahun 1990 tentang
Penataan Kawasan Danau Toba

Penduduk dilarang:

 Perladangan berpindah
 Merambah dan membakar hutan
 Melepaskan ternak ke danau
 Membuang limbah ke danau
 Menambang bahan galian golongan C
 Menyuci kenderaan bermotor di danau
 Membiarkan ternak berkeliaran
 Membiarkan eceng gondok
 Mendirikan bangunan dalam rentang 50 m dari pantai

Lake Toba Ecosistem Management Plan (LTEMP) pada tahun 2004 mengutarakan
visinya;  terciptanya ekosistim kawasan yang mampu menjamin integritas
lingkungan hidup serta mendukung kehidupan ekonomi masyarakat secara
berkelanjutan. Tujuan LTEMP sendiri adalah meletakkan landasan pengelolaan
ekosistem Danat Toba saat ini dan ke masa depan  dalam mencapai daya dukung
ekosistem yang berkelanjutan yang meliputi 7 sasaran manfaat ;

1. Air layak dipergunakan dan diproses sebagai sumber air minum


2. Memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk berinteraksi
dengan Ekosistem Kawasan Danau Toba.
3. Lahan di Daerah Tangkapan Air mempunyai fungsi ekosistem yang optimal
4. Ikan dan Hasil Pertanian layak dikonsumsi / tidak terkontaminasi
5. Air Danau Toba dapat dipergunakan sebagai sumber
6. Tenaga listrik/wisata
7. Ekosistem flora dan fauna dalam keadaan sehat dan terpelihara
keanekaragaman hayatinya
8. Udara mendukung kehidupan ekosistem yang sehat

Pemerintah Pusat melalui PP 26/2008 KSN dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan.

PerPres No. 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba
dan sekitarnya.

 Mewujudkan kawasan Danau Toba sebagai air kehidupan (Aek Natio)


masyarakat, ekosistem, dan kawasan kampung masyarakat adat Batak dan
pengembangan kawasan pariwisata berskala dunia yang terintegrasi dengan
pengendalian kawasan budi daya sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup serta adaptif terhadap bencana alam.

UU 32/2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup
 Pasal 12 ayat (2) pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
 Pasal 17 ayat 2 (b), bahwa segala usaha dan/atau kegiatan yang telah
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup harus
dihentikan

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 28


TAHUN 2009 TENTANG DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR
DANAU DAN/ATAU WADUK

 Daya tampung beban pencemaran air danau dan/atau waduk adalah


kemampuan air danau dan air waduk untuk menerima masukan beban
pencemaran tanpa mengakibatkan air danau dan air waduk menjadi cemar.

KONDISI SAAT INI


Danau Toba telah menjadi pembuangan limbah raksasa yang berasal dari; Limah
Domestik, Limbah Peternakan, Limbah Perikanan dan Limbah dari Pemanfaatan
lahan.

LIMBAH DOMESTIK
Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan kerumahtanggaan

Faktor Beban Limbah Domestik (Economopoulos, 1993)


Beban Limbah domestik

LIMBAH PETERNAKAN
Faktor beban dari berbagai jenis ternak (kg/ekor/hari)

Jumlah Ternak di DTA Danau Toba (BPS)


Beban Limbah dari Peternakan

LIMBAH PERIKANAN
Jumlah KJA di Danau Toba 8912 unit (survey BLH-SU, 2012 & data PT.
Aquafarm)
FCR PT. Aquafarm = 1,9 (1,9 ton pakan/1 ton ikan)
FCR Masyarakat = 1,5 (1,5 ton pakan/1 ton ikan)
 

LIMBAH PEMANFAATAN LAHAN


Luas Penutupan Lahan DTA Danau Toba 2012 terdiri dari ; Hutan, Belukar, ladang/Belukar,
Rumput/Belukar, ladang/Rumput, Ladang, Rumput, Sawah, Lahan Terbuka, Danau seluas
337.238,81 Ha

Faktor beban dari berbagai jenis pemanfaatan lahan


Limbah dari berbagai jenis pemanfaatan lahan dan curah
hujan
Status Mutu Air Danau Toba

Total Phosphor

     Phosphor merupakan salah satu komponen penting bagi pertumbuhan tanaman
dan hewan. Phosphor dalam bentuk dasar sangat beracun dan dapat terakumulasi
dalam mahluk hidup. Phosphat (PO4) dibentuk dari elemen phosphor. Phosphat
sesungguhnya tidak beracun terhadap manusia maupun hewan, kecuali dengan konsentrasi
yang sangat tinggi.

     Kandungan T-P yang diukur tahun 1996 mencapai 0,065 mg/ltr. Kadar ini
sudah melebihi kadar phosphor untuk perairan oligotrofik yakni 0,01 mg/ltr.
Dalam kurun 12 tahun, kadar phosphor di perairan Danau Toba telah meningkat
hingga 69,2%.

Daya Tampung Beban Pencemaran


terhadap Budidaya Perikanan.
     Berdasarkan perhitungan beban pencemar dari
sumber-sumber teridentifikasi, diketahui bahwa
sektor budidaya perikanan menyumbangkan
pencemar T-P sebesar 68,7% sedangkan sektor
lainnya hanya 31,3%. Dengan kondisi ini, maka
danau Toba tidak memiliki daya dukung lagi
terhadap budidaya perikanan.
Daya Dukung

 BLH : 30.764 ton ikan/tahun


 LIPI : 35.282 ton/tahun
 KKP : » 40.000 ton/tahun
 Produksi : 54.935,5 ton ikan/tahun

Saat ini jumlah beban pencemar phosphor dari sumber teridentifikasi mencapai
1.575,53 ton pertahun, 1.082,1 ton diantaranya berasal dari kegiatan budidaya
perikanan sedangkan sisanya 493,43 ton berasal dari DTA dan curah hujan.
Kesimpulan
     Status mutu air Danau Toba pada semua titik pantau sudah tercemar sedang.
Jumlah beban pencemar yang masuk ke danau juga semakin meningkat dari tahun
ke tahun. Beberapa sumber pencemar yang diidentifikasi serta dihitung
kontribusinya untuk parameter tertentu adalah limbah domestik, pertanian serta
pemanfaatan lahan lainnya, peternakan, curah hujan dan budidaya perikanan.

     Phospor sebagai indikator pembatas budidaya perikanan, telah memiliki kadar
yang melebihi baku mutu untuk status oligotrofik. Diantara sumber-sumber
pemcemar yang terindikasi, budidaya perikanan merupakan penyumbang phosphor
terbesar.

     Oleh karena kadarnya sudah melebihi baku mutu, maka kegiatan-kegiatan yang
menyumbangkan phosphor harus dibatasi dan/atau dikurangi baik dari daerah
tangkapan air maupun dari perairan danau sendiri.

     Untuk menyesuaikan kadar phosphor dengan daya tampung beban pencemaran,
maka jumlah phosphor dari daerah tangkapan air harus dikurangi hingga 43%
sedangkan dari kegiatan budidaya perikanan harus dikurangi hingga 44% dari
kondisi pada tahun 2012. Salah satu bentuk pengurangan kadar phosphor dari
budidaya perikanan adalah mengurangi volume KJA hingga 44% dari kondisi
2012.

     Mengingat status mutu air saat ini sudah tercemar sedang, maka pengendalian
pencemaran sepatutnya menjadi prioritas utama. Ketiadaan pengendalian
pencemaran secara holistik akan mendorong status mutu air bergerak dari cemar
sedang ke cemar berat.

Rekomendasi
     Untuk melestarikan fungsi ekosistem kawasan Danau Toba sebagaimana
amanat Undang-undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, maka beberapa upaya yang patut dilakukan adalah :

1. Mengurangi beban pencemaran ke Danau Toba baik dari daerah tangkapan


air maupun perairan danau dengan presentasi minimal masing-masing 43%
dan 44%.
2. Upaya pengurangan beban pencemar dari daerah tangkapan air dapat
dilakukan melalui pembangunan instalasi pengelolaan air limbah serta
pelestarian buffer zone sedangkan dari perairan dengan mengurangi
produksi ikan (mengurangi jumlah keramba jala apung)
3. Perlu pengujian kualitas air secara berkelanjutan untuk mengetahui
perubahan kualitas air serta perubahan daya dukung dan daya tampung
perairan danau.
4. Upaya pengurangan volume budidaya perikanan perlu didahului sosialisasi
serta pendekatan persuasif khusunya terhadap masyarakat.
Sumber; Konsultasi di BLH Provsu dan Kajian Daya Tampung Beban Pencemaran Danau Toba (DTBP-DT) tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai