PEMBERANTASAN KORUPSI
Disusun Oleh:
Kelompok 5
D3 FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
SURAKARTA
2020/2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
RINGKASAN............................................................................................................................1
PEMBERANTASAN KORUPSI
i
RINGKASAN
Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dari 1) Peran Serta Masyarakat dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, 2) Perhatian Pemerintah Terhadap Peran Serta
Masyarakat dalam Upaya Pemberantasan Korupsi.
1
2
Tidak ada jawaban yang tunggal dan sederhana untuk menjawab mengapa korupsi
timbul dan berkembang demikian masif di suatu negara. Ada yang menyatakan bahwa
korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’ yang sifatnya tidak hanya kronis tapi juga akut. Ia
menggerogoti perekonomian sebuah negara secara perlahan, namun pasti. Penyakit ini
menempel pada semua aspek bidang kehidupan masyarakat sehingga sangat sulit untuk
diberantas. Perlu dipahami bahwa dimanapun dan sampai pada tingkatan tertentu, korupsi
memang akan selalu ada dalam suatu negara atau masyarakat.
Dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa sangat penting untuk menghubungkan
strategi atau upaya pemberantasan korupsi dengan melihat karakteristik dari berbagai
pihak yang terlibat serta lingkungan di mana mereka bekerja atau beroperasi. Tidak ada
jawaban, konsep atau program tunggal untuk setiap negara atau organisasi. Ada begitu
banyak strategi, cara atau upaya yang kesemuanya harus disesuaikan dengan konteks,
masyarakat maupun organisasi yang dituju. Setiap negara, masyarakat mapun organisasi
harus mencari cara mereka sendiri untuk menemukan solusinya.
Di muka telah dipaparkan bahwa upaya yang paling tepat untuk memberantas
korupsi adalah dengan memberikan pidana atau menghukum seberat-beratnya pelaku
korupsi. Dengan demikian bidang hukum khususnya hukum pidana akan dianggap
sebagai jawaban yang paling tepat untuk memberantas korupsi. Benarkah demikian?
3
Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang dilakukan untuk
memberantas korupsi yang dikembangkan oleh United Nations yang dinamakan the
Global Program Against Corruption dan dibuat dalam bentuk United Nations Anti-
Corruption Toolkit (UNODC : 2004) .
menjadi masalah adalah bila mereka tidak mau (unwilling) atau tidak memiliki
keinginan yang kuat (strong political will) untuk memberantas korupsi, atau justru
terlibat dalam berbagai perkara korupsi. Tentunya akan menjadi malapetaka bagi
bangsa ini bukan? Di mana lagi kita akan mencari keadilan?
c Di tingkat departemen, kinerja lembaga-lembaga audit seperti Inspektorat Jenderal
harus ditingkatkan. Selama ini ada kesan bahwa lembaga ini sama sekali ‘tidak
punya gigi’ ketika berhadapan dengan korupsi yang melibatkan pejabat tinggi.
d Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah salah satu cara untuk
mencegah korupsi. Semakin banyak meja yang harus dilewati untuk mengurus
suatu hal, semakin banyak pula kemungkinan untuk terjadinya korupsi. Salah satu
cara untuk menghindari praktek suap menyuap dalam rangka pelayanan publik
adalah dengan mengumumkan secara resmi biaya yang harus dikeluarkan oleh
seseorang untuk mengurus suatu hal seperti mengurus paspor, mengurus SIM,
mengurus ijin usaha atau Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dsb.
e Salah satu hal yang juga cukup krusial untuk mengurangi resiko korupsi adalah
dengan memperbaiki dan memantau kinerja Pemerintah Daerah. Sebelum
Otonomi Daerah diberlakukan, umumnya semua kebijakan diambil oleh
Pemerintah Pusat. Dengan demikian korupsi besar-besaran umumnya terjadi di
Ibukota negara atau di Jakarta. Dengan otonomi yang diberikan kepada
Pemerintah Daerah, kantong korupsi tidak terpusat hanya di ibukota negara saja
tetapi berkembang di berbagai daerah. Untuk itu kinerja dari aparat pemerintahan
di daerah juga perlu diperbaiki dan dipantau atau diawasi.
f Dalam berbagai pemberitaan di media massa, ternyata korupsi juga banyak
dilakukan oleh anggota parlemen baik di pusat (DPR) maupun di daerah (DPRD).
Alih-alih menjadi wakil rakyat dan berjuang untuk kepentingan rakyat, anggota
parlemen justru melakukan berbagai macam korupsi yang ‘dibungkus’ dengan
rapi. Daftar anggota DPR dan DPRD yang terbukti melakukan korupsi menambah
panjang daftar korupsi di Indonesia. Untuk itu kita perlu berhati-hati ketika
‘mencoblos’ atau ‘mencontreng’ pada saat Pemilihan Umum. Jangan asal
memilih, pilihlah wakil rakyat yang punya integritas. Berhati-hati pula ketika
DPR atau DPRD akan mengeluarkan suatu kebijakan atau peraturan perundang-
5
disertai dengan berbagai pra-kondisi yang ketat karena hal ini juga berpotensi
korupsi, karena salah-salah hal ini justru dipergunakan sebagai ajang bagi-bagi
bonus diantara para pegawai negeri.
televisi dan radio terbesar dalam suatu negara. Kita ambil contoh saja TVRI dan
RRI. Karena milik pemerintah, tentu saja independensinya tidak dapat terlalu
diandalkan. Salah satu titik lemah lagi dari media adalah pekerjaan jurnalisme
yang berbahaya. Penculikan, penganiayaan dan intimidasi terhadap jurnalis atau
wartawan menjadi hal yang biasa (Pope : 2003). Segala macam cara akan
digunakan oleh mereka (terutama yang memiliki uang dan kekuasaan) yang tidak
ingin namanya tercoreng karena pemberitaan di media. Selain itu banyak pula
negara yang berupaya untuk melakukan penyensoran terhadap informasi yang
akan diberitakan oleh media atau bahkan pencabutan ijin usaha sebuah media.
f Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingat lokal atau
internasional juga memiliki peranan penting untuk mencegah dan memberantas
korupsi. Mereka adalah bagian dari masyarakat sipil (civil society) yang
keberadaannya tidak dapat diremehkan begitu saja. Sejak era reformasi, LSM baru
yang bergerak di bidang Anti-Korupsi banyak bermunculan. Sama seperti pers
yang bebas, LSM memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan atas perilaku
pejabat publik. Simak saja apa yang telah dilakukan oleh ICW (Indonesia
Corruption Watch), salah satu LSM lokal yang berkedudukan di Jakarta. LSM ini
menjadi salah satu garda terdepan yang mengawasi segala macam perbuatan
pemerintah dan perilaku anggota parlemen dan lembaga peradilan. Sama seperti
pekerjaan jurnalisme yang berbahaya, penculikan, penganiayaan dan intimidasi
terhadap aktivis LSM sangat sering terjadi.
g Salah satu cara lain untuk mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan
menggunakan atau mengoperasikan perangkat electronic surveillance. Electronic
surveillance adalah sebuah perangkat atau alat untuk mengetahui dan
mengumpulkan data dengan menggunakan peralatan elektronik yang dipasang
pada tempat-tempat tertentu. Alat tersebut misalnya audio-microphones atau
kamera video (semacam kamera CCTV atau Closed Circuit Television) atau data
interception dalam kasus atau di tempat-tempat di mana banyak digunakan
telepon genggam dan electronic mail (e-mail) atau surat elektronik. Namun di
beberapa negara, penggunaan electronic surveillance harus disetujui terlebih
dahulu oleh masyarakat, karena masyarakat tidak ingin pemerintah ‘memata-
9
matai’ segenap aktivitas dan gerak langkah yang mereka lakukan. Tindakan
memata-matai atau ‘spying’ ini, dalam masyarakat yang demokratis dianggap
melanggar hak asasi terutama hak akan privacy. Dalam beberapa kasus, negara
yang otoriter justru akan menggunakan data yang terekam dalam electronic
surveillance untuk melakukan intimidasi terhadap rakyatnya.
Ada satu hal penting lagi yang harus dilakukan dalam rangka mensukseskan
pemberantasan korupsi, yakni melakukan monitoring dan evaluasi. Tanpa melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau kegiatan pemberantasan
korupsi, sulit mengetahui capaian yang telah dilakukan. Dengan melakukan
monitoring dan evaluasi, dapat dilihat strategi atau program yang sukses dan yang
gagal. Untuk strategi atau program yang sukses, sebaiknya dilanjutkan. Untuk yang
gagal, harus dicari penyebabnya.
6. Kerjasama Internasional
Hal lain yang perlu dilakukan dalam memberantas korupsi adalah melakukan
kerjasama internasional atau kerjasama baik dengan negara lain maupun dengan
International NGOs. Sebagai contoh saja, di tingkat internasional, Transparency
Internasional (TI) misalnya membuat program National Integrity Systems. OECD
membuat program the Ethics Infrastructure dan World Bank membuat program A
Framework for Integrity. Pembahasan mengenai gerakan dan kerjasama internasional
pemberantasan korupsi akan diuraikan dalam bab berikutnya.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melalui UndangUndang No.
08 Th 2010, (c) membuat UU No. 11 Th 1980 tentang Tindak Pidana Suap, walaupun hal
itu belum cukup untuk memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia.
Konsistensi penegakan hukum dalam Upaya pemberantasan korupsi: (a) pada
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, tidak
konsisten dengan Undang-Undang No. 02 Th 2002 tentang Kepolisian Negara RI dan
Undang-Undang No. 16 Th. 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia dalam konteks
penyidikan dan penuntutan yang semula menjadi kewenangan Kepolisian dan Kejaksaan,
saat ini menjadi kewenangan KPK sehingga kewenangan KPK menjadi tidak terbatas, (b)
Penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi juga tidak akan berjalan dengan benar
dan memenuhi rasa keadian masyarakat apabila sampai saat ini masih banyak oknum
penegak hukum yang melanggar hukum dan belum mempunyai keserasian antara antara
penegak hukum dengan norma hokum. karena mempunyai sikap mental yang kurang
baik, ingin cepat kaya, mempunyai ambisi kekuasaan sehingga melupakan tugasnya
untuk menegakkan hukum yang benar.
Budaya hukum dapat mengurangi tindak pidana korupsi apabila: (a) masyarakat
maupun di tingkat pejabat di lingkup eksekutif, legislatif maupun yudikatif mempunyai
rasa malu untuk melakukan korupsi, (b) pemimpin bangsa yang dalam hal ini Presiden
dan para pimpinan penyelenggara negara dapat menjadi tauladan untuk tidak melakukan
tindak pidana korupsi, maka korupsi dapat dikurangi. Hal ini dikarenakan budaya
masyarakat Indonesia selalu mengikuti tingkah laku pimpinannya terhadap hokum.
menyampaikan saran dan pendapat serta bertangung jawab terhadap pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
Disamping itu, untuk memberi motivasi yang tinggi kepada masyarakat, maka perlu
diadakan berupa pemberian penghargaan kepada masyarakat yang berjasa terhadap upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi berupa piagam atau premi.
Peran serta masyarakat tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan hak dan tanggung
jawab masyarakat dalam penyelenggaraan Negara yang bebas dan bersih dari tindak
pidana korupsi. Disamping itu, dengan peran serta tersebut masyarakat akan lebih
bergairah untuk melaksanakn control sosial terhadap tindak pidana korupsi.
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, diatur dan disebutkan dalam Bab
III peraturan tersebut, yang secara rinci dapat dijabarkan, sebagai berikut:
a. Pasal 7 ayat (1): setiap orang, organisasi masyarakat atau lembaga swadaya
masyarakat yang telah berjasa dalam usaha membantu upaya pencegahan atau
pemberantasan tindak pidana korupsiberhak mendapat penghargaan. Ayat (2)
menyebutkan: penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa
piagam atau premi.
b. Pasal 8: ketentuan mengenai tata cara pemberian penghargaan serta bentuk dan jenis
piagam sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) ditetapkan dengan keputusan
Menteri hukum dan Perundang-undangan.
c. Pasal 9: besar premi sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) ditetapkan paling
banyak sebesar 2 (dua permil) dari nilai kerugian keuangan Negara yang
dikembalikan.
d. Pasal 10 ayat (1): piagam diberikan kepada pelapor setelah perkara dilimpahkan ke
Pengadilan Negeri. Ayat (2): penyerahan piagam sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan oleh penegak hukum atau Komisi.
e. Pasal 11 ayat (1): premi diberikan kepada pelapor setelah putusan pengadilan yang
memidanakan terdakwa memperoleh kekuatan hukum tetap. Ayat (2): penyerahan
premi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Jaksa Agung atau
pejabat yang ditunjuk
mewujudkan Penyelenggaraa Negara yang bersih. Peran tersebut ditegaskan dalam Pasal
9 ayat (1) UU No. 28 Tahun 1999, dapat dilakukan dengan cara: (a) Hak mencari,
memperoleh dan memberikan informasi tentang penyelenggaraan negara; (b) Hak untuk
memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari Penyelenggara Negara; (c) Hak
menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap kebijakan
penyelenggara Negara; dan (d) Hak memperoleh perlindungan hukum.
Salah satu bentuk perlindungan hukum terhadap masyarakat dalam pemberantasan
korupsi, masyarakat pelapor tindak pidana korupsi mendapatkan perlindungan lebih
khusus seperti diatur dalam UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban. Pada Pasal 10 ayat (1) terdapat ketentuan pelapor tidak dapat dituntut secara
hukum baik pidana maupun perdata atas laporan yang akan, sedang, atau telah
diberikannya.
Pada level internasional partisipasi masyarakat untuk mewujudkan Penyelenggara
Negara yang bersih, mendapat dukungan dengan merativikasi Konvensi Internasional
United Nation Convention (UNCAC) yang disahkan di Mirrida Mexico Tahun 2003.
SOAL & JAWABAN
1. Lembaga yang pertama kali didirikan oleh Parlemen Swedia dalam penanganan kasus
korupsi yaitu?
a. Justitieombudsmannen
b. Ombudsman
c. Independent Commission against Corruption (ICAC)
d. Anti-Corruption Agency (ACA)
e. United Nations Anti-Corruption Toolkit
2. Lembaga indipenden yang didirikan pertama kali yang khusus menangani korupsi adalah
a. Justitieombudsmannen
b. Ombudsman
c. Independent Commission against Corruption (ICAC)
d. Anti-Corruption Agency (ACA)
e. United Nations Anti-Corruption Toolkit
3. Undang udang tentang Perlindungan Saksi dan Korban yaitu
a. UU No. 11 Tahun 2006
b. UU No. 12 Tahun 2006
c. UU No. 13 Tahun 2006
d. UU No. 12 Tahun 2007
e. UU No. 13 Tahun 2008
4. Peran masyarakat dalam hal pemberantasan korupsi sangatlah penting. Peran Serta
Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, diatur dalam Peraturan Pemerintah nomer?
a. 71 Tahun 2000
b. 71 Tahun 1999
c. 70 Tahun 1999
d. 70 Tahun 2000
e. 70 Tahun 2001
5. “ Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar “
merupakan bunyi dari pasal dalam Undang Undang Dasar (UUD)?
a. 1 ayat 1
b. 1 ayat 2
c. 1 ayat 3
d. 2 ayat 1
e. 2 ayat 2
6. “Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa dan Negara” merupakan bunyi dari pasal berapa
pada UUD 1945?
a. 28 A ayat 2
b. 28 B ayat 2
c. 28 C ayat 2
d. 28 D ayat 2
16
17
e. 28 E ayat 2
7. Undang undang yang mengatur tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( KKN ) yaitu
a. Pasal 8 UU No. 28 Tahun 1997
b. Pasal 6 UU No. 28 Tahun 1998
c. Pasal 8 UU No. 28 Tahun 1998
d. Pasal 6 UU No. 28 Tahun 1999
e. Pasal 8 UU No. 28 Tahun 1999
8. Upaya yang dilakukan untuk memberantas korupsi yang dikembangkan oleh United
Nations adalah dengan membentuk?
a. Justitieombudsmannen
b. Ombudsman
c. Independent Commission against Corruption (ICAC)
d. Anti-Corruption Agency (ACA)
e. United Nations Anti-Corruption Toolkit
9. Lembaga anti korupsi yang didirikan oleh Negara Hongkong adalah
a. Justitieombudsmannen
b. Ombudsman
c. Independent Commission against Corruption (ICAC)
d. Anti-Corruption Agency (ACA)
e. United Nations Anti-Corruption Toolkit
10. Lembaga anti korupsi yang didirikan oleh Negara Malaysia adalah
a. Justitieombudsmannen
b. Ombudsman
c. Independent Commission against Corruption (ICAC)
d. Anti-Corruption Agency (ACA)
e. United Nations Anti-Corruption Toolkit
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN – LAMPIRAN
19