Anda di halaman 1dari 8

MANFAAT EKONOMI DAN SOSIAL DALAM RENCANA PENGEMBANGAN

PENANGKARAN RUSA TIMOR (Cervus timorensis)


(Studi Kasus di Penangkaran Rusa Hutan Pendidikan Dramaga Bogor)

Taufik Setiawan
E351194031

PROGRAM STUDI KONSERVASI BIODIVERSITAS TROPIKA


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Rusa timor merupakan satwa asli Indonesia (Kwatrina 2009). Menurut Bemmel (1949)
rusa timor berasal dari Jawa, Kepulauan Sunda Kecil dan Malaka. Dalam perkembangannya,
rusa timor menyebar luas sampai ke bagian timur wilayah Indonesia seiring dengan perpindahan
manusia. Hal ini berbeda dengan jenis rusa sambar yang daerah penyebarannya hanya berada di
bagian Barat wilayah Indonesia (Kwatrina 2009). Rusa timor sebagai satwa ruminansia, hampir
90% kebutuhan pokoknya bersumber dari hijauan sebagai sumber energi utama (Hasan 2012).
Selanjutnya Zakaria et al. (2013) juga menyatakan bahwa satwa ruminansia dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan mengandalkan hijauan sebagai bahan utama pakan. Rusa merupakan
satwa yang memiliki perilaku sosial, terlihat dari cara hidup rusa yaitu berkelompok dengan
setiap kelompoknya terdiri dari 5-6 ekor (Samsudewa dan Susanti 2008).
Berdasarkan kategori IUCN Red List, sejak tahun 2008 rusa timor termasuk dalam kategori
rentan (vulnerable). Sebelumnya rusa timor berstatus resiko rendah/kurang perhatian (lower
risk/least concern) sejak tahun 1996. Perubahan status ini disebabkan total populasi asli rusa timor di
daerah penyebaran aslinya diperkirakan kurang dari 10.000 individu dewasa, dengan perkiraan
penurunan sekurangnya 10% selama tiga generasi sebagai akibat dari hilangnya habitat, degradasi
habitat, dan perburuan (IUCN 2008). Di Indonesia, rusa timor termasuk jenis yang dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa. Namun demikian, rusa dapat dimanfaatkan melalui penangkaran sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwaliar, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa ( Kwatrina 2009).
Keberadaan rusa timor saat ini semakin terancam. Hal tersebut dikarenakan semakin
luasnya pembukaan kawasan hutan menjadi non-hutan yang menyebabkan habitat semakin
terdesak, selain itu perburuan liar yang terus berlangsung semakin mempercepat penurunan
habitat alaminya. Dalam upaya untuk mengurangi tekanan-tekanan terhadap kehidupan rusa
sambar di alam, terutama akibat perburuan liar maka perlu ditingkatkan kegiatan-kegiatan
konservasi ex-situ yang salah satu diantaranya melalui kegiatan penangkaran rusa (Setiawan
2018). Penangkaran bertujuan untuk menjaga kelestarian populasi rusa agar keberaadaan rusa
tidak terancam dan terlindungi. Dalam pengelolaan penangkaran rusa, pembuatan desain
(rencana) sangat perlu dilakukan. Hal tersebut dilakukan agar penangkaran rusa dapat berjalan
sesuai tujuannya.
Desain (rancangan) dapat diartikan sebagai suatu rencana, struktur dan strategi kegiatan
yang dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi secara efisien dan efektif yang
memuat secara sistematik keseluruhan kegiatan yang akan dilakukan, petunjuk prosedural cara
melaksanakan kegiatan, waktu dilaksanakan, data dan informasi apa yang diperlukan, cara
pengumpulan dan penganalisaan data serta kebutuhan tenaga, biaya dan peralatannya, serta
gambaran hasil yang diharapkan dari kegiatan ini (Masy’ud 2003). Selain itu dalam perencanaan
pengembangan penangkaran rusa, penting juga untuk memperhatikan dan mempertimbangkan
manfaat dari adanya penangkaran tersebut baik dalam aspek sosial dan ekonomi.

Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji manfaat sosial,
ekonomi, dan sosial terhadap pengembangan penangkaran rusa di Hutan Pendidikan Dramaga.

II. METODE

Waktu dan Lokasi


Pembuatan makalah ini dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga pada
bulan April 2020.

Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah laptop, sedangkan bahan
yang digunakan yaitu literatur baik dari paper jurnal, tesis, skripsi, maupun sumber lainnya dari
internet.
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan yakni data mengenai perencanaan pengembangan rusa timor
di penangkaran rusa dan manfaatnya baik dari segi sosial dan ekonomi.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam pembuatan makalah ini ialah dengan menggunakan
analisis deskriptif.

III. PEMBAHASAN

Taksonomi dan Morfologi Rusa Timor

Rusa timor yang dikenal juga dengan nama rusa jawa, secara taksonomi termasuk dalam
Kingdom Animalia, Phylum Chordata, Sub Phyllum Vertebrata, Class Mamalia, Ordo
Cetartiodactyla, Sub Ordo Ruminantia, Family Cervidae, Sub Family Cervinae, dan Genus Rusa.
Nama ilmiah rusa timor adalah Rusa timorensis de Blainville, 1822. Namun demikian, nama rusa
timor juga memiliki beberapa sinonim, yaitu: Cervus celebensis Rorig, 1896; Cervus
hippelaphus G.Q. Cuvier, 1825; Cervus lepidus Sundevall, 1846; Cervus moluccensis Quoy &
Gaimard, 1830; Cervus peronii Cuvier, 1825; Cervus russa Muller & Schlegel, 1845; Cervus
tavistocki Lydekker, 1900; Cervus timorensis Blainville, 1822; dan Cervus tunjuc Horsfield,
1830 (IUCN 2008).
Secara morfologi rusa timor memiliki ukuran tubuh yang relatif lebih kecil dan kaki yang
lebih pendek dibandingkan rusa sambar (Cervus unicolor) dan rusa bawean (Axis kuhlii). Warna
bulu coklat abu-abu sampai coklat tua kemerahan dengan bagian bawah perut dan ekor berwarna
lebih terang dibandingkan bagian punggung. Warna bulu ini tersebar merata pada seluruh tubuh
dan tidak memiliki titik-titik (spot) pada tubuhnya. Ukuran tubuh jantan lebih besar
dibandingkan
betina. Panjang tubuh berkisar antara 130–210 cm, tinggi bahu 80–110 cm, berat 50–115 kg, dan
panjang ekor 10 – 30 cm. Rusa jantan dewasa memiliki ranggah. Ranggah penuh mempunyai
tiga ujung runcing dengan panjang rata-rata 80–90 cm (Schroder 1976, Drajat 2002).

Habitat Rusa Timor

Rusa timor merupakan jenis yang sangat utama pada habitat padang rumput di daerah
tropis dan sub tropis, tapi dapat beradaptasi pada habitat hutan, pegunungan, serta semak
belukar. Walaupun dapat beradaptasi mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, rusa timor
jarang dijumpai pada ketinggian di atas 2500 m di atas permukaan laut. Semiadi dan Hedges
dalam IUCN (2008) bahkan mengungkapkan bahwa rusa timor hidup pada ketinggian 0 – 900 m
dari permukaan laut. Jika dibandingkan jenis rusa sambar, rusa timor juga memiliki adaptabilitas
yang tinggi untuk hidup pada daerah yang kering. Hal ini disebabkan kebutuhan air pada rusa
timor sangat rendah (Schroder 1976). Berdasarkan beberapa contoh perkembangan rusa timor
(Cervus timorensis) di daerah yang bukan merupakan habitat aslinya, terbukti bahwa populasi
rusa timor (Cervus timorensis) dapat berkembang pesat di daerah-daerah yang bukan merupakan
habitat aslinya, misalnya di Papua, Maluku dan Kalimantan bila dibandingkan dengan populasi
di habitat aslinya, terutama di Pulau Jawa dan Bali (Sumanto 2006).

Penangkaran Rusa Hutan Pendidikan Dramaga

Penangkaran rusa di Hutan Pendidikan Dramaga yang dikelola oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Departemen Kehutanan, merupakan salah satu dari 13 dalam lingkup Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Secara administratif pemerintahan, Dramaga termasuk ke
dalam wilayah Desa Situ Gede dan Desa Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Secara
geografis, Hutan Penelitian Dramaga terletak pada posisi antara 6 o32’59,04”–6o33’13,98” LS dan
106o44’0,06”–106o44’59,64” BT. Berdasarkan ketinggian tempat, areal Dramaga terletak pada
ketinggian 244 m di atas permukaan laut dengan luas keseluruhan adalah 57,75 ha. Sekitar 10 ha dari
luasan tersebut, digunakan oleh CIFOR (Center for International Forestry Research). Status hukum
Dramaga adalah milik Departemen Kehutanan Republik Indonesia c.q. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan (IPB dan Dephut 1999).
Gambar Peta Lokasi Penangkaran Rusa HP Dramaga

Manfaat Ekonomi Terhadap Pengembangan Penangkaran Rusa HP Dramaga

Potensi ekonomi yang dimiliki rusa dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk
pemenuhan kesejahteraan manusia. Nilai ekonominya tidak hanya berasal dari penjualan
komoditas dan hasil ikutan seperti daging, ranggah, velvet, kulit, tetapi juga potensi intrinsik
yang dimiliki seperti keunikan bentuk tubuh dan tingkah lakunya dapat memberikan kepuasan
psikologis (Takandjandji 2009). Daging rusa dapat dijadikan sebagai sumber protein hewani
yang banyak di-minati masyarakat karena mengandung protein 21,1%, lemak 7%, dan kolesterol
sebesar 58 mg/100 gram (Semiadi et al. 1993; Putri 2002; Semiadi dan Nugraha 2004).
Walaupun harga daging rusa (venison) cukup mahal tapi cukup banyak dicari orang karena 50-
55% lemaknya bersifat polyunsaturated atau bukan lemak jenuh (Anderson 1984; Semiadi et al.
1993; Semiadi 2006).
Pemanfaatan rusa sebagai jenis satwa yang memiliki nilai ekonomis, sudah bayak
dilakukan di Indonesia melalui penangkaran (Takandjandji dan Setio 2014). Selain itu manfaat
ekonomi dalam pengembangan penangkaran adalah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
bagi masyarakat sekitar penanangkaran rusa tersebut. Masyarakat sekitar dapat bejualan jajanan
atau produk lainnya bagi para pengunjung penangkara rusa. Selain itu dapat dijadikan
penangkaran rusa dapat dijadikan obyek wisata baik bagi masyarakat sekitar maupun para
pengunjung dari luar daerah. Potensi ini dapat dikembangkan sebagai bagian dari jasa
lingkungan yang memiliki nilai yang tinggi sebagai obyek pariwisata. Sebagai satwa yang
dilindungi, bentuk pengembangan pemanfaatan yang dibenarkan oleh peraturan perundangan
melalui penangkaran (Takandjandji 2009).
Manfaat Sosial Terhadap Pengembangan Penangkaran Rusa HP Dramaga

Kegiatan pengembangan penangkaran rusa timor di Penangkaran Rusa Kampus IPB dapat
menimbulkan dampak sosial terhadap elemen masyarakat sekitar peningkaran rusa. Masyakarat
dalam hal ini bisa mahasiswa Institut Pertanian Bogor maupun masyarakat sekitar yang tinggal
sekitar penangkatan tersebut. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pengembangan
penangkaran sangat diperlukan. Pastisipasi masyarakat merupakan suatu pemberdayaan
masyarakat untuk menggerakkan kemampuannya menjadi pelaku, mengelola sumber daya alam,
membuat keputusan, dan mengendalikan kegiatan yang mempengaruhi kehidupannya (Wells dan
Brandon 1993).
Jenis partisipasi masyarakat meliputi pengumpulan informasi, konsultasi, pengambilan
keputusan, inisiatif pelaksanaan dan evaluasi. Dalam menjalankan peran dalam masyarakat,
pengelola penangkaran rusa dapat menjalin hubungan kemitraan, khususnya menangani
konservasi satwa tersebut (Takandjandji 2009). Dukungan masyarakat diperlukan untuk
menunjang keberhasilan penangkaran karena penangkaran yang berada di antara permukiman
penduduk akan dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Kondisi tersebut mendorong pengelola
penangkaran untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat sehingga menumbuhkan
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keberadaan penangkaran disamping kontribusi
ekonomi (Wachidah 2016). Sehingga dengan adanya penangkaran dapat memberikan manfaat
yang juga dirasakan bagi masyarakat sekitar penangkara rusa tersebut.

IV. PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah dalam rencana pengembangan
penangkaran rusa timor di Penangkaran Rusa Hutan, penting untuk mempertimbangkan manfaat
dari pengembangan penangkaran rusa tersebut. Manfaat tersebut dapat berupa manfaat ekonomi
dan manfaat sosial. Manfaat ekonomi dari penangkaran rusa timor dapat berupa pendapatan
ekonomi dari dari daging, kulit, ranggah yang merupakan hasil dari pemanenan. Tetapi juga
dapae memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat seperti meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar. Manfaat sosial terhadap pengembangan penangkaran rusa dapat
memberikan kontribusi keterlibatan masyarakat dalam membantu pengelolaan sehingga
menumbukan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penangkatan rusa.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson R. 1984. Deer farming (Deer refresher course). Proceedings No. 72. Australia: The
University of Sydney.

Bemmel ACV. 1949. Revision of the rusine deer in indo-australian archipelago. In: T Schroder.
1976. Deer In Indonesia. Wageningen: Nature Conservation Department, Agricultural
University.

Drajat AS. 2002. Satwa Harapan (Rusa Indonesia). Mataram (ID): Mataram University Press.

Hasan S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. Bogor (ID): IPB Press.

[IPB dan Dephut] Institut Pertanian Bogor dan Departemen Kehutanan. 1999. Design
Engineering Pengelolaan Kebun Percobaan Darmaga. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resource. 2008. IUCN Red
List of Threatened Species. http://www.iucnredlist.org. [29 April 2020].

Kwatrina TR. 2009. Penentuan kuota panen dan ukuran populasi awal Rusa Timor di
Penangkaran Hutan Penelitian Dramaga [tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.

May’ud B. 2003. Dasar-Dasar Penangkaran Satwaliar. Laboratorium Penangkaran Satwaliar.


Bogor (ID): Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.

Putri TS. 2002. Kebijakan pengembangan rusa di Indonesia. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal
Bina Produksi Peternakan.

Samsudewa D, Susanti S. 2008. Studi tingkah laku reproduksi rusa timor (Rusa timorensis) di
Kepulauan Karimun Jawa. Agromedia 26: (2).

Schroder T. 1976. Deer In Indonesia. Wageningen (ND): Nature Conservation Department,


Agricultural University.

Semiadi G, Barry TN, Wilson PR, Hodgson J, Purchass RW. 1993. Growth and venison pro-
duction from red deer (Cervus elaphus) grasing red clover (Trifolium pratense) or
perennial ryegrass (Lofium perenne) white clover (Trifolium repens) pasture. Journal of
Agriculture Science (Cambridge). 125: 99-107. Tersedia pada:
https://doi.org/10.1017/S0021859600077145.
Semiadi G. dan Nugraha RTP. 2004 . Panduan pemeliharaan rusa tropis. Bogor (ID): Pusat
Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Semiadi, G. 2006. Biologi rusa tropis. Bogor (ID): Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.

Setiawan T. 2018. Studi produktivitas hijauan sebagai pakan rusa sambar (Cervus unicolor) di
Penangkaran Rusa PT. Gunung Madu Plantations. Jurnal Sylva Lestari. 6(2): 16-21.
Tersedia pada: https://doi.org/10.23960/jsl2616-21.

Sumanto. 2006. Perencanaan penangkaran rusa timor (cervus timorensis de blainville) dengan
system Farming : studi kasus di Penangkaran Rusa Kampus IPB Darmaga [tesis]. Bogor
(ID): Program Pascasarjana, Insititut Pertanian Bogor

Takandjandji M. 2009. Desain penangkaran rusa timor berdasarkan analisis komponen bio-
ekologi dan fisik di Hutan Penelitian Dramaga Bogor [tesis]. Bogor(ID): Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Takandjandji M, Setio P. 2014. Nilai finansial penangkaran rusa timor di Hutan Penelitian
Dramaga, Bogor. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 11(1): 53-76. Tersedia
pada: https://doi.org/10.20886/jphka.2014.11.1.53-76.

Wells M, Brandon K. 1992. People and Park: Linking Protected Area Management With Local
Communities. Washington (US): World Bank.
Wachidah K. 2016. Pengelolaan penangkaran rusa timor (Rusa timorensis de Blainville 1822) di
Kabupaten Kudus dan kontribusi sosial ekonominya [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Zakaria Y, Novita CI, Samadi. 2013. Efektivitas fermentasi dengan substrat yang berbeda
terhadap kualitas jerami padi. Jurnal Ilmiah Agripet. 13(1):22-25. Tersedia pada:
https://doi.org/10.17969/agripet.v13i1.548.

Anda mungkin juga menyukai