Dosen Pengampu:
Dibuat oleh:
2020
CERDAS ISTIMEWA DAN BAKAT ISTIMEWA
B. Konsep Kecerdasan
Kecerdasan berasal dari Bahasa latin intelectus dan intelligentina yang berarti
kekuatan yang melengkapi akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal.
(Perman dan Wynn). Seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi bernama
Alfred Binet mendefinisikan intelegensi terdiri dari tiga komponen yaitu kemampuan
untuk memusatkan pada suatu masalah yang harus dipecahkaan ( Direction ),
kemampuan untuk mengadakan adaaptasi terhadap masalah yang dihadapi atau fleksibel
dalam mengahadapi masalah (adaptation) dan kemampuan untkritik orang ataupun
dirinya sendiri (Criticism). Dikatakan ole William Stern bahwa intelegensi merupakan
kapasitas atau kecakapan umum pada individu secara sadar untuk menyesuaikan
pikirannya pada situasi yang dihadapinya.
1
Sedangkan menurut Jean Piget, intelegensi merupakan sejumlah struktur
psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus, intelegensi yang menekan pada
aspek perkembangan kognitif, tidak merupakan aspek teori yang mengenai struktur
intelegensi saja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa intelegensi merupakan sejumlah
struktur psikologis untuk melengkapi akal pikiran manusia secara sadar pada situasi yang
dihadapinya.
2
4. Kepekaan dari anak berbakat dapat membuatnya mudah tersinggung atau peka
terhadap kritik orang lain.
5. Semangat yang tinggi, kesiagaan mental dan prakarsanya dapat membuatnya kurang
sabar atau kurang toleran jika tidak ada kegiatan atau kurang tampak kemajuan dalam
kegiatan yang sedang berlangsung.
6. Dengan kemampuan dan minatnya yang beragam, anak berbakat membutuhkan
keluwesan dan dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minat-
minatnya.
7. Keinginan anak untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, kebutuhan kebebasan
dapatmenimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk
terhadap tekanan orang tua atau teman sebaya. Ia dapat juga merasa ditolak atau
kurang dimengerti oleh lingkungannya.
Sementara itu Greenan, Mingchang Wu, dan Broering (1995) dengan mengutip
beberapa pendapat ahli lain menegaskan bahwa masing-masing siswa berbakat adalah
unik dan dapat memiliki satu atau gabungan dari ke empat domain bakat, yaitu akademik,
artistik, kejuruan, dan interpersonal, umumnya memiliki minat yang kuat pada satu atau
dua bidang (Phelps, 1988), secara intelektual maupun kreativitas, mereka mendahului
kelompok umurnya dan secara emosional mereka mungkin normal atau bahkan mungkin
tertunda (Keyes, 1990; Landau, 1990), memiliki motivasi dan kemampuan intelektual
atau emosional tinggi (Dyaton dan Feldhuesen, 1989), namun, bila tidak memperoleh
bimbingan seperti yang diperlukan, keberbakatan dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan perkembangan intelektual dan personal (Confessore, 1991; Landau,
1990).
3
sosial, evolusi keyakinan sosial dan sikap, serta kapasitas dan kemampuan mengelola
perubahan sosial yang kompleks. Psikolog Nicholas Humphrey percaya bahwa
kecerdasan sosial, bukan kecerdasan kuantitatif, yang mendefinisikan manusia.
Definisi pertama kecerdasan sosial oleh Edward Thorndike pada tahun 1920
adalah "kemampuan untuk memahami dan mengelola laki-laki dan perempuan dan
anak perempuan, untuk bertindak bijaksana dalam hubungan manusia". Hal ini setara
dengan kecerdasan interpersonal, salah satu jenis kecerdasan yang diidentifikasi
dalam teori kecerdasan majemuk Howard Gardner, dan terkait erat dengan teori
pikiran. Menurut Sean Foleno, kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang untuk
memahami lingkungannya secara optimal dan bereaksi dengan tepat untuk sukses
secara sosial.
4
DAFTAR REFERENSI
Wirthwein, L., Bergold, S., Preckel, F., & Steinmayr, R. (2019). Personality and school functioning of
intellectually gifted and nongifted adolescents: Self-perceptions and parents’ assessments.
Learning and Individual Differences, 73, 16–29. doi:10.1016/j.lindif.2019.04.003.
Tin, Suharmini. 2009. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kanwa Publiser.
Wulan, D.K. 2011. Peran Pemahaman Karakteristik Siswa Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa (CIBI)
Dalam MErencanakan Proses BElajar Yang Efektif Dan Sesuai Kebutuhan Siswa. vol. 20 (1).
Forth international workshop on artificial intellegence and statistics. (1992). Computational Statistics &
Data Analysis, 14(2), 271–273. doi:10.1016/0167-9473(92)90183-g