Mungkin sebagian dari masyarakat Indonesia saat ini hanya mengenal
Walisongo sebatas tempat ziarah yang identik dengan dunia mistik. Walisongo hanya tergambar sebagai mitos yang jauh dari fakta sejarah. Atau dengan kata lain, ketika mendengar nama Walisongo, yang terlintas di pikiran mereka hanyalah tempat berdoa, orang-orang yang memiliki kesaktian, karamah hingga hal-hal mistis lainnya. Padahal, Walisongo telah mewariskan beragam karya dan perjuangan yang terekam jelas melalui jejak-jejak yang saat ini masih dapat kita jumpai. Karya monumental Walisongo yang ada sampai saat ini adalah agama Islam masuk ke Nusantara tanpa kekerasan atau peperangan, yang berbeda dengan sejarah masuknya Islam di negara-negara lain yang diawali dengan peperangan. Perkembangan Islam di Indonesia tak bisa dilepaskan dari dakwah era Walisongo. Yang dilakukan oleh Walisongo dan sukses adalah mengislamkan Nusantara dengan caracara damai melalui akulturasi kebudayaan atau dengan penghargaan terhadap tradisi lokal. Ada empat pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah “wali” yang ada sembilan, atau “sanga” dalam bahasa Jawa. Kedua menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata “tsana” yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Ketiga menyebut kata “sanga” berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat. Keempat mengatakan bahwa “Walisongo” adalah sebuah majelis dakwah di Nusantara (yang meliputi Indonesia, Malayu/Malaysia, dan sekitarnya) yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah).