TUGAS AKHIR
Oleh :
Muhammad Dicky Noverwan NPM.0803035
Oleh :
Muhammad Dicky Noverwan NPM.0803035
Palembang,
Pembimbing Utama Pembantu pembimbing
Ana Asmina, ST
Pengendalian sumur (well control) dan pencegahan semburan liar (blow-out prevention)adalah
merupakan maslah penting yang harus dipahami dengan baik oleh personil yang terlibat dalam
kegiatan operasi pemboran. Jika pengendalian sumur mengalami kegagalan, maka harus cepat
diambil tindaan untuk mencegah terjadinya blow out. Maka dari itu perlu dipahami dasar-dasar
pengendalian sumur dan prosedur yang digunakan ketika semburan liar tersebut terjadi. Pada
prinsipnya, pada operasi pemboran yang normal, ita harus menjaga tekanan hidrostatik lumpur
pemboran agar senantiasa lebih besar dari tekanan formasi, sehingga mengalirnya fluida formasi
kedalam lubang bor dapat dicegah. Didalam proses mematikan sumur, ada beberapa macam
metode yang sering digunakan untuk mematikan sumur, salah satunya metode engineer (wait and
weight), diana metode pematian sumur dengan satu kali sirkulasi yang mengluarkan kick dengan
memompakan lumpur baru. Konsep yang digunakan yaitu menjaga tekanan sumur konstan atau
sedikit lebih besar dari tekanan formasi. Metode wait and weight biasanya dianggap lebih baik
karena lebih aman, sederhana dan cepat. Tetapi kerugiannya adalah memerlukan waktu unttuk
mempersiapkan lumpur berat, sehingga menimbulkan gelembung-gelembung gas bermigrasi.
Kata kunci :
Tekanan hidrostatik, tekanan formasi, tekanan lebih, kick, blow out, influx, mematikan
sumur
Well control and blow out prevention are some of the important thing hat must be known well by
all of the crew in drilling operation. If the well control gets fail we have control when the blow
out happen and the procedure to handle it. Basically in normal drilling operation we have to keep
hydrostatic pressure of drilling mud value bigger than formation pressure so we can prevent the
formation fluid come into the well. In killing well process there are smoe methods that usually
use to killing well process, one of method is engineer (wait and weight) where the killing well
process do with one circulation that throw out the kick by pumping the new mud. The method
using in this way is keeping the well pressure constant or little bit bigger than formation
pressure. Wait and weight method usually consider as a better method than the others. But there
is need a longer time to prepare the heeavy mud that use to move the gas’s bubble.
Keyword :
Hydrostatic pressures, formation pressure, overbalance pressure, kick, blowout, influx, killing
well
MOTTO :
Kesempatan sekecil apapun itu masih menunjukan adanya harapan
Jangan berkecil hati ... !!!
Jangan menyerah ...!!!
Teruslah berusaha dan berdoa ...!!!
Ingatlah dicky bahwa kamu memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemenang
One day I’ll make you proud, I promise (MUHAMMAD DICKY NOVERWAN)
Semangat adalah salah satu mesin terkuat kesuksesan, ketika kau melakukan sesuatu,
lakukan dengan sekuat tenaga. Curahkan seluruh jiwamu. Tandal dengan kepribadianmu
sendiri. Jadilah aktif, energik, jadilah bersemangat dan setia, dan kau akan mencapai
tujuanmu. Tak ada hal beesar yang dicapai tanpa semangat.
Ralph Waldo Emerson
Kupersembahkan Untuk :
Kedua Orang Tuaku Tercinta, Terima Kasih Engkau Telah Membesarkanku Dengan Doa, Cinta
Dan Kasih Sayang
Kakak Dan Adiku
Teman-Teman Seperjuangan yang Telah Memberi Semangat dan Motivasi
Almamater
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatan kehadirat allah SWT atas rahmat dan karunia-nya jualah
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Penanggulangan Well Kick Dengan
Metode Engineer (Wait and Weight)” yang disusunguna memenuhi syarat untuk
menyelesaikan program diploma III pada program studi Teknik Ekplorasi Produksi Migas
Politeknik Akamigas Palembang.
Didalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya masih jauh dari
sempurna, maka dari itu penulis menyadari kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas akhir ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih yang sebenar-benarnya kepada :
1. H.Muchtar Luthfie, SH.MM, selaku Direktu Politeknik Akamigas Palembang.
2. Ana Asmina, ST , selaku Ketua Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas di Politeknik
Akamigas Palembang
3. Kemas Moh. Ade I snaeni, ST selaku pembimbing utama penulisan tugas akhir pada program
studi teknik eksplorasi produksi migas di politeknik akamigas palembang
4. Evin K. Prasetya adi, ST selaku pembimbing pembantu penulisan tugas akhir pada program
studi teknik eksplorasi produksi migas di politeknik akamigas palembang.
5. Papa dan mama ku tercinta, terimash kasih atas semua cinta, kasih sayang yang telah engkau
berikan hingga aku bisa jadi yang seperti yang sekarang ini.
6. Bapak Y. Andjar Setyadi selaku Manager PT. Pertamina Driling Services Indonesia Onshore
Driling Area Sumbagsel –Prabumulih.
7. Bapak MAR. Hakim, Pak Satrio dan Pak Agusmanjaya, selaku pembimbing tempat mengadakan
praktek di PT. PDSI.
8. Bapak dan Ibu Staf Dosen Pada Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas, Politeknik
Akamigas Palembang.
9. Seluruh staf dan karyawan PT. Pertamina Driling Services Indonesia Onshore Driling Area
Sumbagsel.
10. Seluruh pekerja di Rig. H40D/29 dan N80B-1 Pertamina Driling Service Indonesia Onshore
Driling Area Sumbagsel.
11. Untuk saudaraku Andi dan Nia, terima kasih atas doa dan semangat yang telah diberikan.
12. Rekan-rekan mahasiswa program studi teknik eksplorasi migas di Politeknis Akamigas
Palembang.
13. Seluruh teman-temanku sekalian yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
semangat, motivasi dan telah menemani dalam suka duka.
14. Dan pihak-pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan laporan, praktek, kerja lapangan ini.
Akhir kata, semoga amal baik yang diberikan mendapatkan imbalan yang sesuai dari
Allah SWT. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi mahasiswa
Politeknik Akamigas Palembang, khususnya bagu Program Studi Eksplorasi Produksi Migas
Politeknik Akamigas Palembang
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR .......................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
ABSTRAK................................................................................................... iv
ABSTRACT................................................................................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................. vi
KATA PENGANTAR.................................................................................. vii
DAFTAR ISI............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................... 1
1.2. Batasan Masalah .................................................................. 3
1.3. Tujuan ................................................................................. 3
1.4. Manfaat ................................................................................ 3
BAB II DASAR TEORI
2.1.Definisi Tekanan...................................................................... 5
2.1.1. Tekanan Formasi...................................................... 7
2.1.2. Konsep Bejana Berhubungan dan Pipa “U”............... 8
2.2. Well Control ....................................................................... 11
2.2.1. Primary Well Control .............................................. 11
2.2.2. Secondary Well Control ......................................... .. 15
2.3. Kick....................................................................................... 23
2.3.1. Tanda-Tanda Adanya Kick ....................................... 24
2.4. Metoda-Metoda Untuk Mematikan Sumur.............................. 26
2.5. Perhitungan Kill Sheet Menggunakan Metode Engineer.......... 28
2.5.1. Data Infomasi Awal................................................... 28
2.5.2. Perhitungan Untuk Menentukan Tekanan Maksima........ 32
2.6. Peralatan BOP........................................................................ 36
2.6.1. Annular Preventer................................................. 37
2.6.2. Ram Type Preventer ............................................. 38
2.6.3. Drilling Spool ....................................................... 39
2.6.4. Casing Head .......................................................... 40
2.6.5. Diverter System...................................................... 40
2.6.6. Choke Line dan Kill Line ....................................... 41
2.6.7. Choke Manifold ..................................................... 41
2.6.8. Choke Devide ........................................................ 41
2.6.9. Hydraulic Power Package .................................... 42
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan........................................................................... 64
5.2. Saran ................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Lampiran 1. Profil Sumur PMB-15 ............................................................ 1
Lampiran 2. Well Data PMB-15 ................................................................. 2
Lampiran 3. Qui Handika Survey Report pada Trayek 12 ¼ ....................... 4
Lampiran 4. Qui Handika Survey Report padaTrayek 8 ½ .......................... 6
Lampiran 5. Work Kill Sheet ..................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semburan liar masih sering terjadi pada operasi pemboran, operasi workover,dan
operasi well service, terutama pada kegiatan pemboran eksplorasi. Maka dari itu diperlukan
pengetahuan serta penangan khusus agar semburan liar (blow out) dapat dicegah. Sehingga tidak
menimbulkan kerugian yang diakibatkan dari well kick.
Kerugian-kerugian yang ditimbulkan akibat terjadina blow kick adalah meliputi beberapa
hal sebagai berikut:
1. Hilangnya nyawa manusia
2. Hilangnya rig beserta peralatannya
3. Hilangnya fluida reservoir
4. Kerusakan lingkungan
5. Diperlukan biaya yang sangat besar untuk penanggulangan.
Dengan alasan tersebut diatas, maka perlu dipahami dasar-dasar pengendalian sumur dan
prosedur yang digunankan untuk mencegah terjadinya semburan liar. Setiap perusahaan
mempunyai kebijakan sehubungan dengan masalah pengendalian tekanan. Kebijaksanaan
tersebut meliput: pelatihan bagi kru pemboran, uji rutin peralatan BOP (Blow Out Preventer), uji
BOP dalam pelaksanaan pemboran sesuai dengan prosedur yang baku. Well
control (pengendalian sumur) adalh suatu aktivitas pekerjaan pada suatu calon sumur
(pemboran) atau pada suatu sumur produksi yang bertujuan untuk mrnjaga agar tidak terjadi
aliran fluida dari formasi ke dalam lubang sumur (kick) selanjutnya ke permukaan sumur dan
atau suatu aktivitas pekerjaan mengendalikan dan mematikan aliran fluida formasi (kick) yang
tanpa disadari sudah terjadi ke dalam sumur atau calon sumur migas sehingga semburan liar
(blow kick) tidak terjadi.
Pada prinsipnya pengendalian sumur ada dua, yaitu kontrol primer dan sekunder. Fluida
oemboran berfungsi sebagai pengendali primer dan BOP sebagai pengendalian sekunder.
Kontrol primer bertujuan untuk mencegah masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor
dengan cara menjaga tekanan hidrostatik kolom fluida atau sumur. Tekanan hidrostatik diatur
agar selalu besar daripada tekanan dari formasi. Pengaturan tekanan dapat dilakukan dengan cara
mengatur berat lumpur. Kontrol sekunder baru berfungsi apabila kontrol primer suda tidak dapat
lagi mengontrol tekanan formasi. Tujuan dari kontrol sekunder ini adalah untuk mencegah agar
tidak terjadi semburan liar di permukaan karena adanyan fluida yang masuk ke dalam sumur.
Caranya adalah menutup sumur dengan BOP dan mensirkulasikan lumpur yang lebih berat ke
dalam lubang bor.
Mematikan sumur (killing well) adalah memberikan tekanan lawan ke dalam sumur agar
tekanan dari dalam sumur tidak menyembur ke permukaan. Pemberian tekanan lawan adalah
dengan memompakan cairan pemati yang dipompakan akan menahan tekanan dalam sumur
unutk menyembur ke permukaan.
Atas dasar di atas, di dalam proses mematikan sumur, ada beberapa metode yang sering
digunakan untuk proses mematikan sumur demi menjaga keamanan kerja, salah satunya adalah
metode wait and weight yang akan dibahas pada tugas akhir ini.
1.2. Batasan Masalah
Pembahasan pada tugas akhir ini terbatas hanya menitikberatkan mengenai secondary well
control tepatnya mekanisme penutupan sumur pada saat pemboran berlangsung dan perhitungan
dengan menggunakan kill sheet untuk penanggulanganwell kick memakai engineer
method (wait and weight).
1.3. Tujuan
Adapun tujuan akhir ini diantaranya:
1. Mengetahui data-data yang perlu digunakan untuk proses pematian sumur menggunakan
metode wait and weight.
2. Mengetahui prosedur mekanisme penutupan sumur meliputi prosedur dan teknik pelaksanaan
cara mengantisipasi well kick dengan menggunakan wait and weight.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat tugas akhir ini diantaranya
1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahanan untuk mencegah semburan liar (blow out) dengan
selamat.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang keselamatan, terutama pada operasi di unit rig.
3. Mempunyai pengetahuan tentang pengendalian tekanan.
4. Melatih dalam pembuatan karya ilmiah serta pemecahan permasalahan yang sedang diamati.
BAB II
DASAR TEORI
Pengendalian sumur (well control) dan pencegahan semburan liar (blow-out prevention)
adalah merupakan masalah penting yang harus dipahami dengan baik oleh setiap personil yang
terlibat dalam kegiatan operasi pemboran. Jika pengendalian sumur mengalami kegagalan, maka
harus cepat diambil tindakan untuk mencegah terjadinya blow out.
2.1. Definisi Tekanan
Tekanan adalah gaya yang bekerja pada satu satuan luas. Di dalam teknik pemboran,
tekanan formasi diimbangi dengan suatu zat cair yang dengan lumpur bor.
Berat lumpur bor ini bisa diatur sedemikian rupa, sehingga keseimbangan antar tekanan
yang ditimbulkan oleh lumpur bor ini bisa mengimbangi tekanan formasi. Pengaturan berat
inilah yang disebut dengan kontrol tekanan atau pressure control.
Sidat dari zat cair itu adalah menekan ke segalah arah. Tekanan pada suatu bidang oleh
ketinggian 1 feet disebut gradien tekanan. Diketahui bahwa tekanan hidrostatis disebabkan oleh
zat cair. Menurut ilmu bumi, 70% dari permukaan bumi ini ditutupi oleh air asin dan air tawar.
Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap tekanan bawah tanah, dimana setiap lapisan normal
yang terbentuk akan sama tekanannya dengan tekanan yang sebebkan oleh air yang ada
disekitarnya, tekanan normal sangat bergantung pada tekanan yang disebabkan oleh air tawar.
Jika berat suatu zat cair diketahui, maka gradien dari zat cair tersebut bisa dicari.
Rumus yang dipakai untuk itu adalah :
................................. (2.1)
Sumber: Well Control Engineering, 1990
Berat air tawar adalah 62,44 pound per cubic feet.
Maka gradient air
Di daerah lepas pantai, tekanan normal diambil dari tekanan yang disebabkan oleh air
asin. Berat air laut itu adalah 66 pund per cubic feet.
Maka gradien asin
Tekanan yang ditimbulkan oleh suatu ketinggian fluida (air, minyak, gas, atau lumpur)
pada dasar tabung atau lubang, disebut tekanan hidrostatik. Dimana tekanan hidrostatik ini
berfungsi untuk mengimbangi tekanan yang ditimbulkan dari dalam formasi.
Jadi dapat diartikan bahwa :
1. Tekanan hidrostatik tergantung dari ketinggian zat cair yang mengisi kolom tempat za cair dan
berat jenis dari zat cair tersebut.
2. Besarnya tekanan hidrostatik tidak dipengaruhi oleh bentuk tempat, volume zat cair dan letak
kemiringan dari tempat zat cair tersebut.
Rumus untuk menghitung tekanan hidrostatik :
PH = 0,052 x MW X TVD .............................................................................. (2.2)
Sumber: Well Control Engineering, 1990
Dimana: PH = tekanan hidrostatik (psi)
MW = berat lumpur (ppg)
TVD = kedalaman tegak (ft)
2.1.1. Tekanan Formasi
Pembentukan tekanan formasi disebabkan oleh tekanan fluida dalam pori batuan akibat
pembebanan dari proses sedimentasi atau overburden. Tekanan formasi akan dianggap normal
apabila gradien-nya antara 0.433 – 0.465 psi/ft atau 1-1.06 ksc/meter.
Tekanan formasi digolongkan menjadi tiga :
1. Tekanan Formasi Subnormal
Setiap formasi yang mempunyai gradient lebih kecil dari 0.433 psi/ft disebut formasi
yang lemah, karena tidak bisa menahan tekanan hidrostatik dari air tawar. Keadaan formasi yang
demikian sangat menyulitkan dalam mealkukan pengeboran, karena lumpur bos bisa habis
masuk ke dalam formasi dan akan menimbulkan masalah waktu meneruskan pengeboran.
Tindakan awal yang harus diambil adalh sebagai berikut:
a. Pakai campuran penyumbat di dalam lumpur (loss circulation material)
b. Menyumbat dengan cement (cement plug)
c. Memasang pipa selubung sebelum meneruskan pemboran
c. Pengenceran (dilution)
Pada saat lumpu dikondisikan untuk memperbaiki sifat fisik (misal ; viskositas), maka
langkah pertama adalah melakukan pengenceran (water-back) agar presentasi padatan berkurang.
Air juga dapat ditambahkan pada saat melakukan operasi pemboran sumur dalam
dimana terjadi proses penguapan. Selama operasi tersebut berat lumpur harus dimonitor secara
cermat.
2.3. Kick
Pada prinsipnya, pada operasi pemboran yang normal, kita harus menjaga tekanan
hidrostati lumpur pemboran agar senantiasa lebih besar dari tekanan formasi, sehingga
mengalirkan fluida formasi masuk ke dalam lubang bor atau kick dapat dicegah.
Dalam hal ini Hp harus lebih besar dari Fp
Hp = hydrostatic pressure
Fp = formation pressure
5. Dalam Sumur (Measured Depth, MD) dan KE dalam Tegak Lurus (True Vertical
Depth, TVD)
Dalam sumur adalah kedalaman dari sumur tersebut sesuai dengan ukuran panjang
dari seluruh rangkaian pipa bor.
Kedalamaan tegak lurus adalah vertikal dari lubang tersebut yang dihitung dari
kemiringan lubang (terutama pada pemboran berarah)
2.6. Peralatam BOP
Peralatan BOP biasanya mengacu pada peralatan mekanis yang digunakan pada
peralatan penutupan sumur di permukaan dan peralatan bantu yang diperlukan untuk
mensirkulasikan kick keluar dari sumur. Peralatan BOP pada prinsipnya dibagi menjadi dua tipe,
yaitu Annualr (bag type) dan Ram type.
Kombinasi dari kedua tipe tersebut akan membentuk sebuah BOP stack.Berdasarkan
besarnya tekanan kerja (pressure rating), maka peralatan BOP dirancang dalam berbagai macam
bentuk dan ukuruan. Susunan BOP stack dirancang khusus sesuai dengan kondisi lingkungan
yang cukup kompleks.
2.6.1. Annular Preventer
Oada umumnya annular preventer terdiri dari packing unit yang berupa lingkarang
karet dengan tensile strenght yang tinggi. Karet tersebut dicetak dan diperkuat dengan metal
disekelilingnya. Packing unti daoat ditekan ke arah dalam yang dioperasikan menggunakan
piston dengan tenaga hidrolik. Elemen packing tersebut akan mampu menutup sumur dengan
segala bentuk dan ukuran pipa maupun dalan kondisi tidak ada pipa. Rubber packing element ini
harus dilakukan inspeksi secara rutin agar aman dalam pengoprasikannya dan mudah diganti.
Annular preventer memberikan effective low pressure seal (5000 psi) dan biasanya
digunakan dalam penutupan sumur pada tahap pertama.
Gambar 2.5. Annular Preventer
2.6.2. Ram Type Preventer
Ada tiga jenis ram preventer yang tersedia, yaitu
1. Blind ram dapat menutup sumur pada saat pipa tidak ada di dalam lubang
2. Pipe ram, dapat menutup pipa dengan ukuran tertentu (menutup annulus)
3. Shear ram, bentuknya sama dengan bilnd ram tetapi dapat memotong drill pipe pada kondisi
darurat.
Kontruksi sealing element dibuat dari karet yang mempunyai tensile strenghttinggi
dan dirancang tahan terhadap tekanan yang sangat tinggi. Elemen-elemen tersebut ditujukan
pada gambar 2.6 yang dengan mudah dapat diganti dan kontruksi secara lengkap dapat dilihat
pada gambar 2.7. elemen pipe ram harus diubah ukurannya sesuai dengan ukuran pipa yang ada
didalam lubang bor. Ram disisipkan di dalam bodi dan unutk mengurangi ukuran
BOP stack dua buah ram dapat dipasang dalam sebuah single body. Berat rangkaian pipa bor
dapat digantung dari pipe ram dalam keadaan tertutup jika diperlukan.
2.6.4 Casing Head
Casing head biasanya merupakan komponen pertama yang dipasang
setellahcasing diset. Elemen berikutnya adalah BOP stack yang dipasang di atas casing headdan
dihubungkan dengan fleanged, dengan cara pengelasan atau sambungan ulir.Casing head harus
dirancang agar mampu menahan tekanan sebesar yang diderita oleh BOP stack.
Gambar 2.9 Casing Head
2.6.5 Diverting System
Tipe BOP ini biasanya digunakan pada saat pemboran lubang permukaan. Jika sumur
terjadi blow-out pada sumur dangkal maka BOP stack tidak dapat digunakan karena gradien
tekanan formasi terlalu rendah. Tujuan penggunaan diverter ini adalah untuk mengendalikan
sumur dengan aman, dimana kick harus dibuang jauh dari rig. Tekanan yang rendah (500 psi),
tetapi volumenya besar, maka diverter harus mempunyai outletyang besar dengan sebuah valve
yang dapat dibuka lebih. Discharge line harus dibuat selurus mungkin.
2.6.6 Choke Line and Kill Line
Dalam persirkulasian kick harus dibuang keluar dari lubang bor, maka lumpur berat dipompakan
ke dalam sumur melalui sumur melalaui drillstring dan kelauar melaluiannulus ke permukaan,
karena sumur biasanya ditutup pada annular preventer, maka jalan keluar lainnya harus dibuat di
bawah titik yang memungkinkan fluida formasi meninggalkan annulus. Choke line mengalirkan
lumpur dan fluida kick dari BOP stack ke choke manifold. Kill dan choke line dapat digunakan
untuk memompakan langsung ke annulus.
2.6.7 Choke Manifold
Choke manifold merupakan susunan valva-valve, pipa, dan choke yang dirancang untuk
mengontrol aliran dari annulus, dan alat ini harus mampu:
1. Mongontrol tekanan dengan menggunakan choke
2. Mengarahkan aliran ke burning pii, flare atau mud pits
3. Mempunyai back up line yang cukup pada setipe bagian jika manifold rusak.
4. Tekanan kerja sama dengan BOP stack
Karena selama terjadi gas kick, maka akan terjadi efek vibrasi, sehingga
tekanandrillpipe dan tekanan annulus harus dimonitor pada choke manifold.
2.6.8 Choke Device
Choke adalah sebuah peralatan yang memberikan tahan terhadap aliran. Tahanan
tersebut akan menghasilkan tekanan balik (back pressure) yang digunakan untuk mengontrol
tekanan formasi selama operasi pemboran berlangsung. Ada 2 jenis choke (lihat gambar ...),
yaitu:
1. Positive (fixed orifice) choke
2. Adjustable choke (rubber or steel element)
Terdapat tiga pompa pada Rig N80B-1 dengan masing-masing tiap pompa memiliki stroke = 9 ’
dan liner 6’ dengan efisiensi 98%. Kapasitas masing-masing pompa dapat dilihat pada tabel 4.1.
Dimana pompa yang digunakan pada saat melakukan well killing menggunakan pompa 1.
Tabel 4.1 Kapasitas Pompa Rig N80B-1 Pada Operasi di Sumur PMB-15
2. Input data :
a. (OMW) Original Mud Weight : 9.16 lb/gal
OMW = SG x 8.33
= 1.1 x 8.33 = 9.16 lb/gal
b. (KRP) Kill Rate Pressure :
Pump I : 171 psi at 53 SPM
Pump I I : 168 psi at 52 SPM
Pump I II : 191 psi at 57 SPM
c. (PO) Pump Output : 0.08087 bbl/strk
Efisiensi pompa 98% x 0.08087
= 0.07925 bbl/strk
d. (DPC) Drill Pipe Capacity : 0.01769 bbl/ft
= 0.0009714 x d2
= 0.0009714 x 4.26712
= 0.01769 bbl/ft
e. (AnC) Annullus Capacity : 0.05153 bbl/ft
= (D2-d2) x 0.0009714
= (8.83462 – 52) X 0.0009714
= 0.05153bbl/ft
f. (TVD) True Vertical Depth : 2378.36 m = 7803.4 ft
g. (MD) Measured Depth : 2440.95 m = 8008.76 ft
h. Casing Shoe TVD : 1391.00 m = 4563.87 ft
i. Casing Shoe MD :1400.25 m = 4594.22 ft
j. Surface Test Pressure (Surface TP) : 1000 psi
k. Leak Of Mud Density : 9.16 ppg
l. Casing Burst (Internal Yield 70%) : 55000 psi
Casing 9 “ = 3944 x 70% = 2760.8 psi
m. BOP Staact Rating : 5000 psi
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Schedule Tekanan Tiap Kenaikan 100 Stroke
Sangat kecil kemungkinak choke tersumbat atau aus setelah dipakai dalam waktu yang
lama, tetapi apabila tersumbat dapat dengan mudah dibersihkan dengan
membukachoke. pembangkit tenaga hidrolik dapat menggunakan udara atau pompa tangan
hidrolik sebagai cadangan kalau saluran hidrolik dan consule rusak
sampai choke, maka chokedioperasikan langsung dengan manual yaitu diputar memakai tongkat
besi.
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan pengambilan data lapangan, melakukan pengamatan dan
menguraikan hasil dari pembahasan. Selanjutnya penulisa dapat menarik beberapa kesimpulan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian sumur (well control) dan pencegahan semburan liar (blow-out prevention) adalah
merupakan masalah penting yang harus pihamai dengan baik oleh setiap personil yang terlibat
dalam kegiatan operasi pemboran. Jika pengembalian sumur mengalami kegagalan, maka harus
cepat diambil tindakan untuk mencegah terjadinyablow-out.
2. Perhitungan well killing digunakan untuk mengetahui berat lumpur baru yang digunakan, setelah
dilakukan perhitungan untuk well killing pada sumur PMB-15 pada kedalaman 2440.95 mtr
MMD dengan metode engineer didapatkan berat lumpur baru yang digunakan untuk
mengatasi kick yaitu sebesar 9.53 ppgl
3. Langkah pompa (schedule) untuk sirkulasi dari permukaan sampai ke bit dalam hal ini jumlah
stroke yang diperlukan untuk mensirkulasikan lumpur berat. Wakyu yang dibutuhkam untuk
mensirkulasikan lumpur baru hingga mencapai bit yaitu selama 33.43 menit dan pressure
drop sebesar 178 psi dan langkahkerja pompa yang dibutuhkan 1787 stroke.
4. Perhitungan ini penting untuk menjadi dasar pengaturan pengurangan tekanan pompa (back
pressure pada drill pipe) saat lumpur mulai masuk ke dalam drill pipe dengan ICP yang kemudia
secara bertahap harus diturunkan mencapai final circulation pressure saat lumpur berat sampai
di bit, dimana data yang digunakan untuk mematikan kick menggunakan data informasi awal
yang dijadikan dasar perhitungan serta pencatatan SIDP dan SICP.
5. Perubahan berat lumpur menggunakan barite sebagai bahan utama untuk menambah berat dan
properties dari lumpur. Yang perlu diperhatikan juga bahwa dalam menaikkan densitas lumpur
adalah tidak boleh melebihi gradient rekah. Laju pemompaan yang rendah harus dilakukan juga
untuk meminimalisir risiko pecah formasi, terutama pada bagian cashing shoe yang paling rentan
terhadap tekanan yang tinggi.
5.2. Saran
Setelah menguraikan hasil dari pembahasan selama penelitian ada beberapa saran yang
dapat disampaikan, diantaranya ialah:
1. Apabila terjadi kick pada saat pemboran berlangsung, pembunuhan well kick dengan
metode engineer hanya dapat dilakukan apabila tersedia barite yang cukup barite, yang
digunakan untuk membuat lumpur baru yang lebih berat.
DAFTAR PUSTAKA