Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOORDINASI

<Pembuatan Garam Kompleks Dan Garam Rangkap>

Disusun Oleh:
1.Iman Yoshua K.P (652017025)

LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2018

Pembuatan Garam Kompleks Dan Garam Rangkap


Iman Yoshua K P1,*, nama kedua, nama ketiga

1
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa
Tengah 50711

*652017025@student.uksw.edu

ABSTRAK

Percobaan pembuatan garam kompleks dan garam rangkap Bertujuan untuk mengetahui pembuatan,
sifat, serta % yield dari garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks tetramintembaga(II)
sulfat monohidrat. Percobaan dilakukan dengan metode kristalisasi, pemanasan dan filtrasi.Garam
rangkap kupri ammonium sulfat memiliki sifat larut dalam air dan garam kompleks tetraammincopper(II)
sulfat monohidrat memiliki sifat larut dalam air. Dari ini didapatkan bahwa pembuatan garam didapati
bahwa massa dan persen yield dari garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks
tetraamminocopper (II) sulfat monohidrat sebesar 7,95 gr dari persen yield sebesar 93,33% serta 6,43 gr
dengan persen yield sebanyak 68,89%

Kata Kunci: garam kompleks; garam rangkap; kristalisasi; persen yield.

PENDAHULUAN/INTRODUCTION

Pembentukan senyawa kompleks koordinasi ialah perpindahan satu atau lebih pasangan elektron dari ligan ke
ion logam, maka ligan bertindak sebagai pemberi elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Akibat dari
perpindahan kerapatan elektron ini, pasangan elektron jadi milik bersama antara ion logam dan ligan, sehingga
terbentuk ikatan pemberi-penerima elektron. Keadaan-keadaan antara mungkin saja terjadi. Namun, jika pasangan
elektron itu terikat kuat, maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk. Proses pembentukan ikatan antara pemberi-
penerima elektron tersebut dapat dituliskan dengan persamaan :
M + :L ↔ M:L
Dimana M = ion logam, dan L = ligan yang memiliki pasangan elektron (Rivai, 1995).
Senyawa koordinasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompleks netral dan ion yang dalam hal ini
paling sedikit satu dari ion tersebut harus merupakan ion kompleks. Salah satu karakteristik karakteristik
senyawa kompleks ialah bahwa ion kompleks atau kompleks netral yang menyusun senyawa tersebut
masih seringkali mempertahankan identitasnya dalam larutan. Meskipun dapat terjadi disosiasi parsial.
Misalnya senyawa yang semula ditulis 2 KBr.HgBr2 sebetulnya mengandung ion tetrahedral [HgBr4]2-
dalam padatan Kristal dan ion ini tetap mempertahankan keutuhannya jika dimasukkan dalam larutan dan
harga disosiasi menjadi kecil (Day dan Selbin, 1993).

Garam rangkap: Contoh; Kal(SO4)2.H2O(s) atau K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O. Garam ini


terdiri dari dua macam garam yang mengkristal menjadi satu. Garam rangkap dapat pula
mengandung satu kation dan satu anion; misalnya kapur klor, CaOCl2 atau CaCl2.Ca(OCl)2.
Dalam air semua ion-ionnya terurai.Tawa di atas bersifat asam, karena Al3+(aq) berasal dari basa
lemah(Rufiati, Etna. 2010; 1).

Suatu garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua
atau lebih garam tertentu disebut garam rangkap. Proses pembentukan dari garam rangkap terjadi
apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-
garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam
komponennya (Syahbani, Annisa. 2009; 2).

Senyawa kompleks berbeda dengan garam rangkap. Contoh,dua senyawa 2KCl.HgCl2 dan 2
KCl.HgCl2. Sepintas kedua senyawa ini mirip tetapi ternyata memiliki sifat yang berbeda. Senyawa
yang pertama menghasilkan tiga ion tiap molekul. Berdasarkan perbedaan sifat itu, senyawa
pertama dinamakan kompleks yang secara umum dituliskan K2[HgCl4], dan senyawa kedua dinamakan
garam rangkap dan tetap ditulis 2KCl.HgCl2 (Ramlawati. 2005; 1-2).

Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang


menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom(ion pusat)
dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan kompleks yang stabil nampak mengikuti stokiometri yang
sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini
ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan jumlah ligan (monodentat)
yangdapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat.Bilangan koordinasi menyatakan
jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan
koordinasi, yang masing-masingnya dapat dihuni satu ligan (Svehla,G. 1979; 95).
Larutan amoniak disini berfungsi sebagai ligan yang mempunyai sebuah orbital yang terisi
(elektron tak berpasangan)untuk interaksinya dengan logam, bentuk komplek koordinasi yang klasik
dengan logam. Mereka bergabung hanya dengan interaksi elektron ligan dengan orbital d,s, atau p
yang kosong dari logam.Ligan ini adalah basa lewis, dan logam adalah asam lewis. Ikatan inidibentuk dari
rotasi simetrik diatas sumbu logam dengan ligan dandigambarkan sebagai suatu ikatan. Ligan
unidentat,mereka diikat pada logam melalui ligan atom tunggal. Mereka mempunyai
polarisabilitas yang kecil dan lemah dan ikatan yang lemah untuk transisi (Dinno. 2009; 1).
Pembentukan kompleks oleh ion logam tergantung pada kecenderungan untuk mengisi
orbital atom kosong dalam usaha mencapai konfigurasi elektron yang stabil. Ikatan yang
terbentuk dapat bersifat kovalen seperti [Fe(CN)6]4+ atau elektrostatik seperti[Ca(H2O)2]2+. Selam
proses polarisasi, deformasi ion akan lebih disukai dengan logam kation mempunyai muatan
besar, ukuran ligan yang besar, dan dengan ion logam yang mempunyai tipe konfigurasi
atom gas yang bukan gas mulia (Day, R.A. dan A. L.Underwood. 1986; 18).
Pembentukan kompleks dalam analisis anorganik kualitatifsering terlihat dan dipakai untuk
pemisahan atau identifikasi. Salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila ion kompleks
terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan. Beberapa contoh adalah:
Cu2+ + 4NH3 [Cu(NH3)4]2+
Fe2+ + 6CN- [Fe(CN)6]4-
Ni2+ + 6NH3 [Ni(NH3)6]2+
Fe3+ + 6F- [FeF6]3-
Suatu fenomena lain yang penting yang sering terlihat bilakompleks terbentuk adalah
kenaikan kelarutan; banyak endapan bisa melarut karena pembentukan kompleks (Svehla, G. 1979;
97).

EKSPERIMEN/EXPERIMENTAL SECTION

Pembuatan Garam Kompleks Dan Garam Rangkap

Alat dan Bahan/Materials

Alat yang diperlukan dalam Pembuatan Garam Kompleks dan Garam rangkap adalah 3 buah tabung
reaksi besar dan kecil, gelas ukur 50 mL, gelas ukur 10mL, 2 buah beaker glass 100mL, 2 buah gelas arloji,
corong, erlenmeyer, bunsen, kaki tiga, kasa, neraca analitik, dan oven. Bahan yang digunakan adalah kristal
CuSO4•5H2O, kristal (NH4)2SO4, H2O, etil alcohol dan ammonia.

Prosedur Kerja/Procedure

a. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat, CuSO4•(NH3)2SO4.6H2O


1. Dilarutkan 0,02 mol CuSO4•5H2O (249,5 g/mol) dan 0,02 mol ammonium sulfat,
(NH3)2SO4 (132g/mol) dengan 10 mL aquades didalam beaker glass 100 mL. dipanaskan secara
pelan-pelan sampai semua garam larut sempurna.
1. Dibiarkan larutan tersebut menjadi dingin pada temperatur kamar sampai
terbentuk kristal. Apabila dibiarkan selama 1 malam maka akan diperoleh Kristal yang banyak.
2. Dilanjutkan pendinginan campuran itu dengan waterbath, kemudian didekantir
untuk memisahkan Kristal dari larutan.
3. Dikeringkan Kristal dalam kertas saring. Kristal yang diperoleh berbentuk monoklin
(tidak perlu dibuktikan).
4. Ditimbanglah Kristal yang dihasilkan dan dicatat jumlah mol reaktan dan mol Kristal
hasil. Kemudian dihitung persen hasilnya.

a. Pembuatan garam kompleks tetraammincopper(II) sulfat monohidrat, Cu(NH 3)4SO4•5H2O


1. Ditempatkan 8 mL larutan ammonia 15 M dan diencerkan dengan 5 mL aquades
dalam cawan penguapan.
1. Ditimbang 0,02 mol CuSO4•5H2O yang berbentuk powder. Ditambahkan Kristal itu
ke dalam larutan ammonia dan diaduk sampai semua kristal larut.
2. Ditambahkan 8 mL etil alcohol secara pelan-pelan melalui dinding beaker sehingga
larutan tertutupi oleh alcohol. Jangan diaduk atau digoyang. Ditutup dengan gelas arloji dan
biarkan selama 1 malam.
3. Setelah didiamkan satu malam, diaduk pelan-pelan untuk mengendapkan secara
sempurna. Dipisahkan kristal yang terbentuk dengan didekantir. Dipindahkan kristal ke dalam
kertas saring dan dicuci dengan 3-5 mL campuran larutan ammonia 15 M dengan etil alcohol
yang perbandingan volumenya sama.
4. Dicuci sekali lagi kristal dalam corong dengan 5 mL etil alcohol dan disaring dengan
pompa vakum.
5. Ditimbang kristal kering yang dihasilkan dan tentukan berapa mol ammonia yang
diperlukan.

b. Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap dan garam kompleks
1. Ditempatkan sedikit (kira-kira 1 mL) Kristal kupri sulfat anhidrit didalam tabung
reaksi kecil kering. Dicatat perubahan warna yang terjadi apabila 2 atau 3 mL aquades
ditambahkan. Kemudian ditambahkan larutan 6 M ammonia tetes demi tetes sampai 5 mL.
dicatat apa yang saudara amati!
1. Dilarutkan sedikit garam rangkap hasil percobaan bagian a dalam kira-kira 5 mL
aquades dalam tabung reaksi besar. Dilakukan pula terhadap garam kompleks hasil percobaan
bagian b. dibandingkan warna larutan. Jenis ion apa yang menyebabkan adanya perbedaan
warna. Diencerkan setiap larutan dengan kira-kira 20 mL aquades dan dicatat perubahan
warnanya.
2. Ditempatkan sejumlah garam kering hasil percobaan bagian a dan b didalam
tabung reaksi yang berbeda. Dipanaskan pelan-pelan masing-masing tabung dan dicatat
perubahan warnanya. Gas apa yang dibebaskan oleh setiap sampel.

HASIL DAN DISKUSI/RESULTS AND DISCUSSION

1. Dalam langkah bagian c.1, tentukan ion-ion Cu apa saja yang terbentuk dan
tuliskan strukturnya
Ion yang terbentuk adalah SO 42-, [Cu(H2O)4]2+, dan [Cu(NH3)4)2+. Persamaan reaksi :

CuS04 + 4H20 → (Cu(0H4)2+(S04)2– [Cu(H20)4]2+

+ 4NH3 → [Cu(NH3)4]2+ + 4H20

2. Jenis ion apa saja yang ada apabila garam rangkap kupri ammonium sulfat
dilarutkan dalam air
Jenis ion yang didapati adalah ion Cu 2+, SO4, dan NH4. Reaksi yang terjadi :

CuS04(NH4)2S04 • 6H20 + H20 → Cu2+ + 2S02 + 2NH4 + H20

3. Jenis ion apa saja yang ada apabila garam kompleks tetraammincopper(II) sulfat
dilarutkan ke dalam sedikit air. Bagaimanakah perubahan yang terjadi bila dilarutkan dalam
air berlebih.
Reaksi yang terjadi jika garam kompleks ditambahkan dengan air :

Cu(NH3)4S04 • H20 + H20 → [Cu(NH3)4]2+ + (S04)2– + 2H20

Reaksi yang terjadi jika garam kompleks ditambahkan dengan air berlebih:

[Cu(NH3)4]2+ + 4H20 → [Cu(H20)4]2+ + 4NH3

4. Jelaskan perubahan-perubahan yang terjadi apabila garam-garam itu dipanaskan

Jika garam rangkap, akan menghasilkan bau merangsang dan tidak aka nada perubahan
warna. Jika garam kompleks, akan menghasilkan bau menyengat seperti bau ammonia dan
terjadi perubahan warna menjadi warna muda.

5. Berdasarkan hasil percobaan di atas, sebutkan jenis-jenis komponen penyusun


Kristal garam berikut ini :
a. Kupri sulfat (anhidrit)

b. Kupri sulfat pentahidrat

c. Kupri ammonium sulfat heksahidrat

d. Tetrammintembaga(II) sulfat monohidrat

Komponen – komponen penyusun kristal sebagai berikut :

a. CuS04 terdiri dari Cu2+ dan SO42-

b. CuS04 • 5H20 terdiri dari Cu2+, SO42- dan H20

c. CuS04 • (NH3)2S04 • 6H20 terdiri dari Cu2+, NH4+, SO42- dan H20

d. Cu(NH3)4S04 • H20 terdiri dari [Cu(NH3)4]2+, SO42- dan H20

HASIL DAN DISKUSI/RESULTS AND DISCUSSION


Tabel 1 Massa kristal garam rangkap rangkap kupri ammonium sulfat.

Massa Kaca Arloji + kertas saring 24,09 gram Massa


kaca Arloji + kertas saring + kristal 31,51 gram Massa
kristal 7,42 gram

Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat, CuSO4•(NH3)2SO4•6H2O diawali dengan


melarutkan Kristal kupri sulfat pentahidrat dan ammonium sulfat dengan akuades. Larutan dipanaskan
sambil diaduk perlahan dengan pengaduk kaca. Tujuan pemanasan adalah untuk mempercepat larutnya
Kristal dengan bantuan suhu tinggi. Setelah Kristal larut sempurna, dibiarkan selama satu malam, agar hasil
pembentukan kristal yang didapat maksimal. Setelah satu malam, didapatkan kristal berwarna biru muda.
Kristal kemudian dipisahkan menggunakan kertas saring, dan dikeringkan dengan oven dengan tujuan
untuk menghilangkan sisa pelarut yang ada pada kristal. Didapatkan massa kristal berwarna biru muda
dengan berat sebesar 5,75 gram. Reaksi yang terjadi :

CuS04 • 5H20 + (NH4)2S04 → [Cu(NH4)2(S04)] + 6H20

Melalui ini dapat ditentukan persen yield dari pembentukan kristal sebagai berikut :

Mula- 0,02 0,02 - -


mula(mol):
Reaksi(mol) : 0,02 0,02 - -

Sisa(mol) : - - 0 0,02
,02

gr /
Massa Teori [Cu(NH4)2(S04)] = 0,02 mol x 397,5 mol

= 7,95 gram

Macca krictaS
diperoSeh x 100%
%yield kristal =

macca teori

5,75 gram

= x 100%

7,95 gram
= 93,33 %

Hasil persen yield kristal didapat sebesar 93,33%. Persen yield yang didapat tidak mendekati 100%
dikarenakan beberapa faktor, diantaranya masih tertinggalnya kristal pada gelas beaker pada
pemisahan.

Tabel 2 Massa Kristal kompleks tetraammincopper(II) sulfat monohidrat.

Massa cawan petri + kertas saring 48,52 gram Massa


cawan petri + kertas saring + kristal 52,95 gram Massa
kristal 4,43 gram

Pembuatan garam rangkap kompleks tetraaminocopper(II) sulfat monohidrat, Cu(NH 3)4SO4•H2O


diawali dengan mengencerkan ammonia dengan akuades dan kemudian ditambahkan kristal kupri
sulfat. Diaduk larutan menggunakan kaca pengaduk sampai larut, sehingga menghasilkan larutan
dari biru menjadi biru tua. Pada reaksi, digunakan ammonia sebagai ligan untuk atom pusat, dimana
kristal kupri sulfat merupakan atom pusat. Air digunakan sebagai pengencer dan juga sebagai
pengkompleks Cu2+. Setelah larut, ditambahkan etanol melalui dinding beaker, sehingga larutan
tertutupi oleh etanol. Penambahan etanol bertujuan untuk menghalangi penguapan ammonia. Jika
menguap, maka ligan untuk atom pusat tidak tersedia, sehingga tidak membentuk garam kompleks.
Tak hanya itu, tujuan penambahan etanol juga untuk mengikat molekul air yang terdapat dalam
larutan yang mengganggu proses pengendapan. Namun perlu diperhatikan, dalam penambahan
etanol tidak boleh dalam keadaan digoyang, karena Cu akan bereaksi dengan alcohol membentuk
Cu(OH). Reaksi yang terjadi :

Cu2+ + 20H– → Cu(0H)

Kemudian larutan didiamkan selama satu malam supaya hasil pembentukan kristal yang didapat
maksimal. Setelah satu malam, didapatkan kristal berwarna biru tua. Kristal yang didapat dicuci
dengan ammonia hidroksi, campuran dari ammonia dan alcohol, supaya mempertahankan ligan dan
mengikat air. Kemudian kristal dikeringkan dengan cara memasukkan ke oven. Didapatkan massa
kristal berwarna biru tua dengan berat sebesar 4,43 gram. Reaksi yang terjadi :

Cu2+ + 20H– → Cu(0H)

Kemudian larutan didiamkan selama satu malam supaya hasil pembentukan kristal yang didapat
maksimal. Setelah satu malam, didapatkan kristal berwarna biru tua. Kristal yang didapat dicuci
dengan ammonia hidroksi, campuran dari ammonia dan alcohol, supaya mempertahankan ligan dan
mengikat air. Kemudian kristal dikeringkan dengan cara memasukkan ke oven. Didapatkan massa
kristal berwarna biru tua dengan berat sebesar 4,43 gram. Reaksi yang terjadi :
4NH3 + CuS04 • 5H20 → Cu(NH3)4S04 • 5H20

Melalui ini, dapat ditentukan persen yield dari pembentukan kristal sebagai berikut :

M1 . V 1 = M2. V2

15 M. 8 mL = M2. 13 mL

M2 = 9, 2308 M

n NH3 =MxV

= 9,2308 M x 13 mL

= 0,12 mol

4NH3 + CuS04 • 5H20 → Cu(NH3)4S04 • 5H20

Mula- mula(mol): 0,12 0,02 -

Reaksi(mol) : 0,08 0,02 - __

Sisa(mol) : 0,04 - 0,02

gr
Massa Teori Cu(NH3)4S04 • 5H20 = 0,02 mol x 321,5 / mol

= 6,43 gram

Macca krictaS diperoSeh


%yield kristal = x 100%
macca teori

4,43 gram

= x 100%

6,43 gram

= 68,89 %

Hasil persen yield kristal didapat sebesar 68,58%. Persen yield yang didapat tidak mendekati 100%
dikarenakan beberapa faktor, diantaranya masih tertinggalnya kristal pada gelas beaker pada pemisahan
Tabel 3. Pengujian sifat garam kupri sulfat
Perlakuan Hasil

Garam kupri + akuades Biru muda, terdapat endapan, tidak

berbau

Garam kupri + ammonia Garam kupri + akuades + digoyang


Biru muda(+++), larut terbentuk 2
lapisan

Garam kupri + ammonia + digoyang Biru tua, larut

Tabel 4. Perbandingan warna garam dalam air


Perlakuan A B

+5ml akuades Biru muda, larut Biru ,ada endapan

+5ml akuades + digoyang Biru muda ++, larut Biru ++, larut

Hijau-tosca,ada endapan

+10ml akuades Biru muda ++, larut

+10ml akuades + digoyang Biru muda ++, larut Hijau Tosca

Tabel 5. Perbandingan pemanasan garam

Perlakuan A B

Endapan biru gelap,hijau

dipanaskan Biru berubah Menjadi Hijau tossca


terbentuk
gas gas ammonia
Pada percobaan ini, dilakukan perbandingan sifat garam tunggal, garam rangkap dan garam
kompleks. Pada tabel 3, didapatkan hasil dari kristal kupri sulfat anhidrat ketika ditambahkan
akuades dan ammonia. Pada saat penambahan akuades, kristal berubah warna menjadi biru tua dan
menghasilkan endapan. Pada saat digoyang, larutan berubah warna jadi biru muda dan larut. Ini
menandakan bahwa larutan terdapat garam tunggal, Cu(II) yang memiliki biru baik dalam bentuk
hidrat maupun dalam air. Reaksi yang terjadi :

CuS04 + 4H20 → (Cu(0H4)2+(S04)2–

Pada penambahan ammonia, larutan berubah membentuk dua lapisan, lapisan biru tua dan
lapisan biru muda. Ini menandakan bahwa penambahan ammonia menyebabkan terjadinya
pergantian ligan, yaitu dari ligan H2O menjadi ligan NH3. Ketika larutan digoyang, larutan menjadi
larut dan berubah warna menjadi biru tua. Ini menandakan bahwa pergantian ligan sudah
berlangsung sempurna.

Pada tabel 4. dilakukan pebandingan terhadap garam A (garam rangkap kupri ammonium sulfat)
dan garam B (garam kompleks tetraammincopper (II) sulfat monohidrat). Pada penambahan
akuades Pada penambahan 5mL akuades, garam A dan garam B berubah warna menjadi biru muda
dan biru (+++). Ketika digoyang, garam A dan garam B berubah warna menjadi biru muda (++) larut
dan biru (++) larut. Kemudian ketika garam A dan B ditambahkan 10 mL akuades, garam berubah
warna menjadi biru muda(++) larut dan biru-tidak berwarna(gradasi) tidak larut. Ketika larutan
digoyang, larutan berubah menjadi biru muda (++) larut dan biru(+++) larut. Garam A berubah akhir
menjadi biru muda (++) dan larut dikarenakan garam rangkap telah terurai menjadi ion – ion
penyusunnya, sehingga menghasilkan warna biru muda. Adapun reaksinya sebagai berikut :

CuS04(NH4)2 • 6H20 + H20 → Cu2+ + 2S04 + NH2+


4 + H20

Garam B berubah akhir menjadi biru (+++) larut. Hal ini sama seperti garam A, yang dimana
garam kompleks telah terurai menjadi ion – ion penyusunnya, sehingga menghasilkan warna biru.
Adapun reaksinya :

Cu(NH3)4S04 • H20 + H20 → [Cu(NH3)4]2+ + S02–


4 + 2H20

Tak hanya ini, perbedaan warna juga terjadi diakibatkan perbedaan penyerapan sinar tampak
dengan panjang gelombang yang berbeda. Warna yang terlihat merupakan merupakan warna
komplementer yang diteruskan dari warna yang diserap (Soekardjo, 1985)

Pada tabel 5. dilakukan perbandingan pemanasan terhadap garam A dan garam B. Ketika
dipanaskan, garam A dan garam B menunjukkan perubahan, yaitu terdapat endapan biru muda dan
endapan biru, dan keduanya menghasilkan gas ammonia. Garam A mengalami perubahan warna
menjadi biru muda dikarenakan pelepasan ligan H2O terhadap kristal yang terbentuk, yang ditandai
terdapat gas di sekitar tabung. Garam B mengalami perubahan warna menjadi biru tua. Sama halnya
dengan garam A, terjadi perubahan dikarenakan pelepasan ligan, yang ditandai terdapat gas
ammonia di sekitar tabung. Adapun reaksi Garam A dan Garam B pada pemanasan :

CuS04(NH4)2 • 6H20 → CuS04 + (NH4)2S04 + 6H20

Cu(NH3)4S04 • H20 + H20 → CuS04 + NH3 + H20

KESIMPULAN/CONCLUSION

1. Garam Didapatkan garam rangkap berwarna biru muda dengan persen yield
sebesar 93,33% dan garam kompleks berwarna biru tua dengan persen yield sebesar
68,89%.
2. Dari percobaan ini dibuktikan bahwa Garam rangkap kupri ammonium sulfat dan
garam kompleks tetraammincopper (II) sulfat monohidrat memiliki hidrofilik.

DAFTAR PUSTAKA/REFERENCES

Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia Edisi Pertama. Jakarta : UI Press.


Day, R. A. Dan A. L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Rufiati,Etna. 2010. Jenis Senyawa Garam.Online(http://blog.bimbingankimia.com) diakses tanggal
7 Oktober 2019.
Syahbani, Annisa. 2009. Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.
Online(http://annisafuhsin.wordpress.com)
diakses tanggal 7 Oktober 2019.
Ramlawati. 2005. Kimia Anorganik Fisik. Makassar: FMIPA UNM.
Svehla, G. 1979. Vogel: Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Media
Kalman Pustaka.
Dinno. 2009. Sintetis dan Pemanfaatan Garam Mohr. Online(http://www.Dinno’s.blogspot.com)
diakses tanggal 7 Oktober 2019.
2019_ KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

Anda mungkin juga menyukai