Anda di halaman 1dari 13

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang mengatur segala urusan manusia dengan sebaik-
baiknya, dari urusan yang paling sederhana hingga yang paling komplek sekalipun.
Sehingga sudah tidak tersisa lagi segala sesuatu yang bisa mendekatkan seorang hamba
kepada surge dan yang bisa menjauhkan seorang hamba kepada neraka, melainkan telah
dijelaskan semua oleh Islam, tidak terkecuali dalam masalah pendidikan.
Pendidikan Islam sudah diterapkan sejak Allah mengajarkan nama-nama benda
kepada nabi Adam AS. Bahkan semua Rasul yang diutus Allah kepada kaumnya secara
tidak langsung telah menerapkan Pendidikan Islam. Menurut Mustafa Al-Ghulayani,
pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak pada masa
pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat, sehingga akhlak itu
menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud
keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.
Pada masa ini, banyak orang yang mengaku sebagai muslim, akan tetapi mereka
tidak memiliki kepribadian seperti orang muslim. Hal ini bisa dilihat dari berbagai
macam kasus yang sudah dan sedang terjadi, mulai dari pembunuhan, pelecehan seksual,
perampokan, dan lain sebagainya. Dan yang lebih memprihatinkannya adalah semua
kasus ini banyak terjadi di kalangan pemuda. Kondisi pelajar pada masa sekarang ini
sedang berada dalam keadaan lemah, hina, rendah diri dan terbelakang. Jika kita
mempelajari sejarah umat-umat terdahulu di dalam Al-Qur’an, banyak sekali kaum-kaum
yang dibinasakan oleh Allah disebabkan kedurhakaan mereka. Dari sekian banyak kaum
yang dibinasakan, pemakalah mengambil contoh dari kisah Nabi Nuh dan kaumnya yang
ditenggelamkan oleh Allah akibat kedurhakaan mereka. Melalui kisah tersebut,
pemakalah mencoba menggali nilai-nilai pendidikan Islam yang dibawa oleh para Rasul
pada masa itu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Nabi Nuh sebagai pendidik dalam Al-Qur’an?
2. Bagaimana Nilai-Nilai Pendidikan Islam Berbasis Kisah Nabi Nuh ?
Bab II

Pembahasan

A. Masa Hidup Nabi Nuh A.S


Nuh ( Arab: ‫وح‬22‫( )ن‬sekitar 3993-3043 SM) adalah seorang rasul ketiga yang
diceritakan dalam Al-Quran. Nuh diangkat menjadi nabi sekitar tahun 3650 SM.
Diperkirakan ia tinggal di wilayah Selatan Irak modern. Namanya disebutkan sebanyak
43 kali dalam Al-Quran. Nuh mendapat gelar dari Allah dengan sebutan Nabi Allah dan
Abdussyakur yang artinya “hamba (Allah) yang banyak bersyukur”.
Dalam agama Islam, Nuh adalah nabi ketiga sesudah Adam, dan Idris. Ia
merupakan keturunan kesepuluh dari Adam. Ayahnya adalah Lamik (Lamaka) bin
Metusyalih bin Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusyi bin Syits bin Adam.
Antara Adam dan Nuh ada rentang 10 generasi dan selama periode kurang lebih 1642
tahun.
Nabi Nuh a.s mempunyai empat orang putera yang bernama Sam, Ham, Yafith
dan Qan’an. Qan’an adalah putera Nabi Nuh a.s yang tenggelam dalam musibah banjir
yang menimpa kaumnya karena dai tidak mau mengikuti seruan ayahnya. Dia adalah
anak yang inkar sehingga dia tidak berhasil menyelamatkan diri dari banjir yang
menenggelamkan semua umat Nabi Nuh a.s yang kafir. Sedangkan ketiga puteranya yang
lain, mereka selamat.1
Nabi Nuh a.s menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa “fatrah”, yaitu
masa kekosongan di antara dua rasul, dimana manusia secara berangsur-angsur
melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka. Ketika Nabi
Nuh a.s datang ke tengah-tengah kaumnya, mereka sedang melakukan penyembahan
berhala. Mereka memberi nama berhala-berhala itu Wa, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan
Nasr.
Sekian lamanya kaum Nabi Nuh a.s menyembah berhala. Mereka menjadikan berhala-
berhala tersebut sebagai sesembahan yang diharapkannya dapat memberikan kebaikan
serta memohon perlindungan kepadanya dari segala kejahatan, menyerahkan segala
urusan dalam kehidupan ini kepadanya. Oleh karena itu, Allah SWT mengutus Nabi Nuh
1
Yovi Nur Rohman, Nilai-nilai pendidikan Islam berbasis kisah Nabi Nuh AS di dalam Al-Quran menurut para
mufassir dalam http://etheses.uin-malang.ac.id/3898/ diakses pada tanggal 28 Oktober 2019.
a.s untuk menyeru dan memberi peringatan kepada mereka. Allah SWT telah berfirman
sebagai berikut :
‫ك ِم ْن قَب ِْل أَ ْن يَأْتِيَهُ ْم َع َذابٌ أَلِي ٌم‬
َ ‫إِنَّا أَرْ َس ْلنَا نُوحًا إِلَ ٰى قَوْ ِم ِه أَ ْن أَ ْن ِذرْ قَوْ َم‬
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan):
"Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih".
Betapa berat perjuangan dan penderitaan yang dialami Nabi Nuh dalam masa yang
panjang. Kehidupan yang merupakan rentetan penderitaan, siksa dan bencana yang tidak
dapat ditanggung kecuali oleh nabi-nabi yang sangat sabar dan teguh hati.
Nabi Nuh a.s termasuk salah satu Ulul ‘Azmi. Selain sebagai rasul Allah, Nabi
Nuh a.s juga meluruskan kembali penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tugas
kekhalifaan manusia, ia pun merupakan tonggak pemacu perkembangan sosial budaya
umat manusia. Ia telah mencoba mengadakan revolusi pemikiran terhadap kaumnya dari
menyembah berhala kepada menyembah Allah SWT. Dengan bimbingan Allah, Nabi
Nuh telah membuat perahu guna menyelamatkan umatnya dan budaya manusia dari
kehancuran (bencana alam/banjir besar).
B. Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya
Nabi Nuh a.s memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya agar
mereka mau melihat dan berfikir tentang alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa
bumi, langit, matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya. Di samping itu
Nabi Nuh a.s juga memberitakan kepada mereka bahwa ada ganjaran yang diterima oleh
manusia atas segala amalannya di dunia yaitu surga bagi mereka yang mau beriman dan
bertaqwa kepada Allah, dan neraka bagi mereka yang ingkar dan melanggar perintah-
perintah Allah SWT. Namun nasihat dan peringatan yang diberikan tidak ada
diperdulikan oleh mereka. Ancaman akan adanya pembalasan tidak mampu menjauhkan
mereka dari perbuatan jahat. Setiap kali diperingatkan akan azab Allah, mereka
bertambah jauh menempuh jalan kesesatan, tidak memperdulikan seruan Nabi Nuh a.s.
Akan tetapi, walaupun Nabi Nuh a.s telah berusaha sekuat tenaga berdakwah
kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaa, kecakapan, kesabaran, dan dalam setiap
kesempatan, siang maupun malam, dengan cara berbisik-bisik/sembunyi-sembunyi atau
secara terang-terangan dan terbuka, ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang
dapat menerima dakwah dan ajakannya, yang menurut satu riwayat tidak melebihi
bilangan seratus orang.2
Kaum musyrikin (yang menyekutukan Allah) menggunakan berbagai macam tuduhan
untuk mengalihkan Nabi Nuh a.s dari dakwahnya, perdebatan panjang pun dilakukan
oleh Nabi Nuh a.s dengan kaumnya. Mereka menuduhnya dengan berbagai macam
tuduhan, menyebarluaskan berbagai macam fitnah, diantaranya sebagai berikut :
1. Nabi Nuh a.s dituduh sebagai orang yang kurang waras (pikirannya) dan sesat.
Allah berfirman :
‫ضاَل ٍل ُمبِي ٍن‬ َ ‫ قَا َل ْال َمأَل ُ ِم ْن قَوْ ِم ِه إِنَّا لَن ََرا‬. َ‫ضاَل لَةٌ َو ٰلَ ِكنِّي َرسُو ٌل ِم ْن َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
َ ‫ك فِي‬ َ ‫قَا َل يَا قَوْ ِم لَي‬
َ ‫ْس بِي‬
Artinya : “Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami
memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata". Nuh menjawab: "Hai
kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan
semesta alam".
2. Nabi Nuh a.s dituduh gila. Allah SWT berfirman :
ٌ ُ‫وح فَ َك َّذبُوا َع ْب َدنَا َوقَالُوا َمجْ ن‬
ْ ‫ون َو‬
‫ازد ُِج َر‬ ْ َ‫َك َّذب‬
ٍ ُ‫ت قَ ْبلَهُ ْم قَوْ ُم ن‬
Artinya : “Sebelum mereka, kaum Nuh juga telah mendustakan (rasul), maka
mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan, “Dia orang gila!” lalu
diusirnya dengan ancaman.
3. Nabi Nuh a.s dituduh banyak berdebat dan berdusta atas nama Allah, seperti
dalam ayat ini :
َ‫قَالُوا يَا نُو ُح قَ ْد َجاد َْلتَنَا فَأ َ ْكثَرْ تَ ِجدَالَنَا فَأْتِنَا بِ َما تَ ِع ُدنَا إِ ْن ُك ْنتَ ِمنَ الصَّا ِدقِين‬
Artinya : “Mereka berkata: ‘Wahai Nuh! Sungguh, engkau telah berbantah
dengan kami, dan engkau telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka
datangkanlah kepada kami azab yang engkau ancamkan, jika kamu termasuk
orang yang benar.”
4. Dan lain sebagainya

Mendengarkan ucapan serta tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh kaumnya itu,


Nabi Nuh a.s mulai berputus asa dari kaumnya. Nabi Nuh berada di tengah-tengah
kaumnya selama Sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah

2
Sari, Nilai – Nilai Pendidikan Islam: Kisah Nabi Nuh A.S dan Kaumnya dalam
http://www.kemalapublisher.com/index.php/fm/article/view/151 diakses pada tanggal 28 Oktober 2019.
Tuhan, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali
menyembah beribadah kepada Allah SWT, memimpin mereka keluar dari jalan yang
sesat dan gelap ke jalan yang terang dan benar, namun Nabi Nuh a.s tidak berhasail
menyadarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya,
beriman, bertauhid serta beribadah hanya kepada Allah SWT, kecuali sekelompok
kecil saja yang mau beriman.

Harapan Nabi Nuh akan kesadaran kaumnya semakin hari semakin berkurang, sinar
iman tidak akan menembus ke dalam hati mereka yang sudah tertutup rapat oleh
ajaran dan bisikan iblis. Allah SWT berfirman dalam Q.S Hud : 36

َ ‫وح أَنَّهُ لَ ْن ي ُْؤ ِمنَ ِم ْن قَوْ ِم‬


َ‫ك إِاَّل َم ْن قَ ْد آ َمنَ فَاَل تَ ْبتَئِسْ بِ َما َكانُوا يَ ْف َعلُون‬ ُ
ٍ ُ‫َوأو ِح َي إِلَ ٰى ن‬

Artinya : “Dan diwahyukan kepada Nuh, ‘Ketahuilah tidak akan beriman di antara
kaummu, kecuali orang yang benar-benar beriman (saja), karena itu janganlah engkau
bersedih hati tentang apa yang mereka perbuat.”

Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh a.s dari
kaumnya, dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan
azab-Nya kepada kaumnya seraya berseru, “Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan
seorangpun dari orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mereka akan
berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu. Jika Engkau biarkan mereka tinggal,
mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat
maksisat dan anak-anak yang kafir seperti mereka.” Doa NAbi Nuh itu dikabulkan
oleh Allah, dan ia diperintahkan untuk tidak menghiraukan dan mempersoalkan
kelakuan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah berupa banjir
bandang yang menenggelamkan mereka semua.

Banjir bandang yang dahsyat serta gelombangnya yang bergulung-gulung tersebut


telah memporak porandakan serta menelan seluruh kaum Nabi Nuh a.s yang kafir
serta zalim. Adapun Nab Nuh a.s berlabuh di atas sebuah bukit kecil bernama “Judiy”
yang hingga kini bekas-bekasnya tengah dicari oleh orang-orang ahli sejarah. Ketika
berlabuh di bukit Judiy, Allah memerintahkan Nabi Nuh a.s dan para pengikutnya
yang menaiki kapal bersamanya untuk turun dengan aman, selamat atas keberkahan
dari Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Mereka mendarat dari
kapal pada hari ‘asyura (10 Muharram) setelah berada di atas kapal selama seratus
lima puluh hari. Maka hari itu Nabi Nuh a.s melakukan puasa untuk menyatakan rasa
syukur kepada Allah serta memerintahkan kepada pengikutnya untuk berpuasa pula.3

C. Peran Nabi Nuh Sebagai Pendidik


Nabi Nuh a.s telah mencoba revolusi pemikiran. Dia berusaha merubah
kebudayaan kaumnya yang melakukan penyembahan berhala tersebut untuk senantiasa
menyembah Allah SWT. Nabi Nuh a.s bukan penguasa, bukan raja dan bukan pula orang
yang paling kaya, melainkan dia hanyalah individu dalam masyarakatnya.
Nabi Nuh telah menunjukkan keteladanan kepada peserta didiknya. Dia telah
mempraktekkan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari pada keluarganya. Di dalam
dirinya terhimpun sifat-sifat baik yang sepatutnya dimiliki oleh manusia sebagai
pendidik. Sifat-sifat tersebut adalah sabar, bijaksana, ikhlas, dan tawakkal. Sifat-sifat baik
tersebut harus dimiliki oleh pendidik demi tercapainya tujuan yang diharapkan dalam
pendidikan.
Misi kenabian Nuh a.s sebagai pendidik adalah untuk menyampaikan risalah Tuhan,
bukan berusaha meraih keunggulan atas kaumnya dan bukan mencari keuntungan pribadi
seperti status, kekuasaan dan kekayaan. Dia hanya melaksanakan perintah Allah SWT
dan hanya mengharap ridho-Nya.
Nabi Nuh a.s telah mempraktekkan misi pendidikan tersebut kepada kaumnya
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dia tidak bermaksud agar diberi
penghormatan dari kaumnya, tidak juga menginginkan cium tangan dari kaumnya.
Pendidikan yang dia berikan hanyalah untuk mengajak kaumnya mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan bukan karena tujuan yang lain. Hal itu yang membuat Nabi Nuh
a.s tidak merasa bosan dan tetap bertahan mendidik kaumnya selama berabad-abad.
Usaha Nabi Nuh a.s dalam mewujudkan misi pendidikannya dimulai dengan
mengajarkan kaumnya dengan pengenalan terhadap Tuhan sebagai Sang Pencipta.
Mengajarkan Tauhid adalah materi pertama yang Nabi Nuh a.s ajarkan kepada kaumnya.

3
Anonim, NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KISAH NABI NUH AS
https://www.researchgate.net/publication/320378174_NILAI-
NILAI_PENDIDIKAN_ISLAM_DALAM_KISAH_NABI_NUH_AS diakses pada tanggal 28 Oktober 2019.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Abdul Aziz yang mengatakan bahwa akidah tauhid
merupakan ajaran pokok yang dibawa oleh para nabi.
Untuk mempermudah kaumnya dalam maemahami ajarannya, Nabi Nuh a.s
menerapkan metode visualisasi. Dia mengajak kaumnya untuk memperhatikan
penciptaan manusia dan fenomena-fenomena alam yang merupakan manifestasi
kebesaran Allah SWT. Penciptaan alam raya seperti langit, matahari, bulan, bintang,
bumi dan sebagainya juga menunjukkan system yang mengagumkan sebagai tanda
kebesaran Allah SWT. Nabi Nuh a.s mengajak kaumnya untuk memperhatikan
fenomena-fenomena tersebut agar mereka dapat merenungkan ciptaan dan sistemnya,
sehingga mereka memahami bahwa sesungguhnya ada Sang Pencipta di dunia ini.
Dengan mengenal Allah, diharapkan mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Berdasarkan masalah tersebut, maka jelas bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Allah swt telah menciptakan
manusia, memberi rizki dan menganugerahi akal kepada mereka. Maka Nabi Nuh as
mengajak kaumnya agar menggunakan akal mereka dan memperhatikan fenomena-
fenomena alam yang terjadi di dunia ini.
Tujuan Pendidikan Islam yang kedua adalah agar mendapatkan kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat. Allah swt menyelamatkan Nuh as dan orang-orang yang
beriman dari banjir yang melanda kaum Nabi Nuh as adalah sebagai bukti bahwa Allah
swt telah melaksanakan janji-Nya kepada Nabi Nuh as untuk membinasakan orang-orang
yang kafir dan menyelamatkan orang-orang yang beriman. Janji Allah adalah pasti,
bahwa orang-orang yang mengikuti kebenaran akan mendapatkan kebahagiaan
sedangkan mereka yang tidak beriman mendapat siksa dari Allah swt, sehingga mereka
tidak mendapatkan kebahagiaan.
Nabi Nuh as diperintah oleh Allah swt untuk membuat bahtera guna
menyelamatkan dirinya dan kaumnya yang beriman dari adzab Allah swt. Bahtera
tersebut adalah bahtera keselamatan yang berisi petunjuk sebagai wasilah Allah swt
untuk menolong nabinya dan para pengikutnya. Barang siapa yang mau mengikuti
petunjuk Allah swt dan masuk dalam bahtera, maka mereka akan diselamatkan.
Sedangkan orang-orang yang menentang dan tidak mau naik ke bahtera, maka mereka
akan celaka dan tenggelam dalam gelombang kesesatan.
Selain analogi yang didapat dari kisah itu, Nabi Nuh as juga menunjukkan dirinya
sebagai manusia yang pertama kali membuat bahtera. Bahtera Nuh merupakan alat
transportasi laut yang pertama kali Allah swt kenalkan kepada manusia. Secara jelas dia
mengajarkan kepada kaumnya tentang cara membuat bahtera. Di situ terdapat isyarat
tentang pengembangan teknologi khususnya di bidang industri perkapalan.4
D. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Berbasis Kisah Nabi Nuh
1. Nilai Pendidikan Akidah Sebagai Modal Dasar Kehidupan
Satu fakta nyata yang disebutkan dalam sejarah peradaban manusia,
bahwa jikalau manusia sudah jauh dan berbalik arah dari mengenal Tuhannya,
maka kesombongan, kekejaman, dan keserakahan pun akan menjelma dalam diri
manusia itu. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin, tidak ada
lagi rasa saling cinta di antara mereka. Salah satu contoh dari fakta di atas adalah
kaum nabi Nuh a.s yang Allah ceritakan dalam Al- Qur’an di mana kaum tersebut
kufur dan ingkar terhadap Rabbnya. Kekerasan, keserakahan pun merupakan hal
yang biasa di antara kaum itu. Kesenjangan sosial yang nyata pun terjadi antara
yang miskin, lemah dengan mereka yang kaya lagi kuat .
Orang-orang yang kaya dari kaum nabi Nuh dengan sombongnya
menyebut diri mereka sebagai “Al-Mala”, yang dalam pengertiannya adalah,
“Orang bangsawan, orang besar dan orang terpandang. Yang mana mereka bisa
berbuat sesuka hati, berlaku sewenang-wenang terhadap orang yang lemah di
antara mereka. Adapun sebutan yang sering mereka pakai untuk memanggil
orang-orang kelas bawah adalah, “Araazilunaa baadiya al-ra’yi” yang dalam
terjemahannya disebutkan sebagai orang-orang yang hina. Betapa hancurnya
kehidupan orang-orang kafir saat itu dikarenakan kosongnya hati mereka dari
akidah tauhid yang benar. Mungkin itulah salah satu rahasia kenapa nabi Nuh a.s.
memulai dakwahnya dari akidah tauhid kepada kaumnya.
2. Nilai Pendidikan Kesabaran Dalam Menghadapi Segala Cobaan
Di antara rasul-rasul Allah yang diberikan sifat sabar kepadanya adalah
nabi Nuh a.s. Dalam Al- Qur’an Allah SWT. Menyebutkan bahwa nabi Nuh a.s.
adalah hamba yang lembut, ikhlas dan sabar dalam menghadapi segala bentuk
4
Khoiruz Zad, Nilai-Nilai Pendidikan Pada Kisah Nabi Nuh as, Dalam Q.S Nuh dalam
http://repository.radenintan.ac.id/2269/ diakses pada tanggal 28 Oktober 2019.
ujian dan cobaan yang telah diberikan kepadanya. Nabi Nuh a.s. menghabiskan
umurnya yang panjang untuk mendakwahi dan mendidik kaumnya agar mereka
mau menyembah Allah SWT.
Sembilan ratus lima puluh tahun bukanlah masa yang singkat bagi nabi
Nuh a.s. untuk menghadapi kekerasan watak dan kesombongan kaumnya. Akan
tetepi nabi Nuh terus berjuang melawan mereka, mendebat mereka, kemudian
bersabar dan memperpanjang perjuangan atas mereka. Dia bersikap lembut
terhadap kaumnya sekalipun mereka ingkar. Sungguh, kondisi seperti ini tidak
membuyarkan harapan yang terpancang dalam dada rasul Allah itu, bahkan dia
mulai terampil dalam mendidik dan mengajak kaumnya.
Dengan kelapangan dada dan kesabaran yang tinggi, nabi Nuh terus berjuang
menyampaikan kebenaran kepada kaumnya. Cacian dan makian berdatangan dari
pemimpin kaumnya yang ingkar, mereka bahu-membahu dan bantu-membantu
untuk mencemooh nabi Nuh a.s. Di sisi lain mereka meremehkan pengikut Nabi
Nuh yang hanya terdiri dari orang-orang lemah, miskin dan tidak mempunyai
kedudukan di mata mereka saat itu.
3. Nilai Pendidikan Keprofesionalan Dalam Menggunakan Metode Penyampaian
Profesionalan dalam menggunakan metode penyampaian adalah
merupakan suatu langkah yang harus ditempuh oleh seorang dai atau pendidik
agar supaya apa yang disampaikan mudah diterima dan difahami oleh orang yang
mendengarkannya. Maka, tidak jarang kita melihat seorang dai atau pendidik
mendapat sambutan yang baik dari orang-orang di sekitarnya, karena
keprofesionalannya dalam menggunakan metode tadi, baik ia dalam bergaul,
bertutur kata dan berakhlak yang lembut, sopan, santun, serta bijak dalam
menagani berbagai macam permasalahan. Kalau kita perhatikan secara seksama
ayat-ayat yang menceritakan tentang pribadi dan dakwah nabi Nuh a.s. maka kita
akan menjumpai berbagai macam sikap dan metode yang beliau gunakan dalam
mendakwahi dan mendidik kaumnya, di antara sikap dan dan metode itu adalah
sebagai berikut:
a. Mendidik Dengan Kelembutan
b. Selalu Memberikan Perhatian Yang Serius
c. Memberikan Motivasi Dengan Menjanjikan Berbagai Macam Imbalan
d. Variatif Dalam Memanfaatkan Waktu dan Sarana
e. Tepat Dalam Memberikan Arahan dan Nasihat.5

Bab III

Kesimpulan
5
Sufrin Efendi Lubis, NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KISAH NABI NUH AS dalam http://repo.iain-
padangsidimpuan.ac.id/53/1/SUFRIN%20EFENDI%20LUBIS.pdf diakses pada tanggal 28 Oktober 2019.
Nuh adalah nabi ketiga sesudah Adam, dan Idris. Nuh diangkat menjadi nabi sekitar
tahun 3650 SM, Ia merupakan keturunan kesepuluh dari Adam. Dan nabi Nuh juga diangkat
sebagai rasul, seorang rasul pertama yang diceritakan dalam Al-Quran. Namanya disebutkan
sebanyak 43 kali dalam Al-Quran. dan mendapat gelar dari Allah dengan sebutan Nabi Allah dan
Abdussyakur yang artinya “hamba (Allah) yang banyak bersyukur”.

Nabi Nuh a.s mempunyai empat orang putera yang bernama Sam, Ham, Yafith dan
Qan’an. Qan’an adalah putera Nabi Nuh a.s yang tenggelam dalam musibah banjir yang
menimpa kaumnya karena dai tidak mau mengikuti seruan ayahnya. Dia adalah anak yang inkar
sehingga dia tidak berhasil menyelamatkan diri dari banjir yang menenggelamkan semua umat
Nabi Nuh a.s yang kafir.

Peran Nabi Nuh as sebagai pendidik adalah :

1. Sebagai seorang pendidik yang memperkenalkan sifat-sifat:


a. Sabar
b. Bijaksana
c. Ikhlas
d. Tawakkal
2. Sebagai seorang pendidik yang mengajarkan materi-materi pendidikan :
a. Tauhid
b. Intelektual
c. Pengembangan teknologi melalui pembangunan bahtera
3. Sebagai seorang pendidik yang memperkenalkan metode-metode pendidikan :
a. Metode dakwah
b. Metode visualisasi

Nilai-Nilai Pendidikan Islam Berbasis Kisah Nabi Nuh

1. Nilai Pendidikan Akidah Sebagai Modal Dasar Kehidupan


2. Nilai Pendidikan Kesabaran Dalam Menghadapi Segala Cobaan
3. Nilai Pendidikan Keprofesionalan Dalam Menggunakan Metode Penyampaian
a. Mendidik Dengan Kelembutan
b. Selalu Memberikan Perhatian Yang Serius
c. Memberikan Motivasi Dengan Menjanjikan Berbagai Macam Imbalan
d. Variatif Dalam Memanfaatkan Waktu dan Sarana
e. Tepat Dalam Memberikan Arahan dan Nasihat

Daftar Pustaka
Rohman, Yovi Nur. Nilai-nilai pendidikan Islam berbasis kisah Nabi Nuh AS di dalam Al-Quran
menurut para mufassir dalam http://etheses.uin-malang.ac.id/3898/ diakses pada tanggal 28
Oktober 2019.

Sari. Nilai – Nilai Pendidikan Islam: Kisah Nabi Nuh A.S dan Kaumnya dalam
http://www.kemalapublisher.com/index.php/fm/article/view/151 diakses pada tanggal 28
Oktober 2019.

Anonim. NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KISAH NABI NUH AS


https://www.researchgate.net/publication/320378174_NILAI-
NILAI_PENDIDIKAN_ISLAM_DALAM_KISAH_NABI_NUH_AS diakses pada tanggal 28
Oktober 2019.

Zad, Khoiruz. Nilai-Nilai Pendidikan Pada Kisah Nabi Nuh as, Dalam Q.S Nuh dalam
http://repository.radenintan.ac.id/2269/ diakses pada tanggal 28 Oktober 2019.

Lubis, Sufrin Efendi. NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KISAH NABI NUH AS dalam
http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/53/1/SUFRIN%20EFENDI%20LUBIS.pdf diakses pada
tanggal 28 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai