Embolism Management
Erlina Burhan
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
FK UI - RSUP Persahabatan
Ketua PDPI DKI Jakarta
Satgas COVID-19 PB IDI
Pendahuluan
• COVID-19 menular sehingga dibutuhkan kedisiplinan semua pihak untuk
menjalani protokol pencegahan
• Obat spesifik dan vaksin untuk COVID-19 belum ada
Transmisi
LANGSUNG TIDAK LANGSUNG
▪ Droplet → tumpah ke
▪ Droplet → permukaan benda
Percikan langsung
▪ Kemudian kita
▪ Jarak 1-2 meter menyentuh dengan
dari orang yang tangan, tangan
batuk/bersin tanpa menyentuh wajah
ditutup (mata, hidung, mulut)
tanpa cuci tangan
Transmisi via airborne?
Morawska dan Milton didukung oleh 239 ilmuwan di 32 negara di
dunia, mendesak tenaga kesehatan dan otoritas kesehatan publik
untuk mempertimbangkan potensi penularan melalui udara dalam
commentary ‘It is time to address airborne transmission of COVID-19’
dalam jurnal Clinical Infectious Disease, 2020
Perbedaan profil
lab pada DIC dan
PIC akibat
COVID-19
• Individu dengan ISPA dan • Kasus suspek dengan • Pasien dengan atau
riwayat perjalanan ke daerah ISPA tanpa gejala DAN hasil
transmisi lokal Berat/ARDS/Meninggal PCR POSITIF
• Individu dengan gejala ISPA dengan gambaran klinis .
Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Tatalaksana:
Pasien Terkonfirmasi (Positif) COVID-19
2. Gejala Ringan
Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah)
Vitamin C, 3 x 1 tablet (untuk 14 hari)*
Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU Hidroksiklorokuin,1x 400 mg (untuk 5 hari) ATAU
Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 5 hari) dengan alternatif Levofloxacin 1x 750 mg (untuk 5 hari)
Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain)
Bila diperlukan dapat diberikan Antivirus : Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan), 2 x 600
mg (untuk 5 hari)
Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis
Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Tatalaksana:
Pasien Terkonfirmasi (Positif) COVID-19
3. Gejala Sedang
Rujuk dan isolasi ke Rumah Sakit/Rumah Sakit Darurat, seperti Wisma Atlet selama 14 hari
Vitamin C diberikan 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0.9 % habis dalam 1 jam secara
Intravena (IV) selama perawatan
Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU Hidroksiklorokuin dosis 1x 400 mg (untuk 5 hari)
Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 5-7 hari) dengan alternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam per IV atau
oral (untuk 5-7 hari)
Antivirus: Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan) loading dose 2 x 1600 mg hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain)
Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Tatalaksana:
Pasien Terkonfirmasi (Positif) COVID-19
4. Gejala Berat
Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan
Diberikan obat-obatan rejimen COVID-19 :
Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg perhari (hari ke 1-3) dilanjutkan 2 x 250 mg (hari ke 4 -10) ATAU
Hidroksiklorokuin dosis 1x 400 mg (untuk 5 hari)
Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 5 hari)
Antivirus : Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan) loading dose 2 x 1600 mg hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
Vitamin C diberikan secara Intravena (IV) selama perawatan
Diberikan obat suportif lainnya dan pengobatan komorbid yang ada
Monitor yang ketat agar tidak jatuh ke gagal napas yang memerlukan ventilator mekanik
Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Keterangan
EKG sebelum pemberian dan serial pada pemberian Azitromisin dan Klorokuin fosfat /
Hidroksiklorokuin secara bersamaan (beberapa kasus memperpanjang QTc interval)
Untuk gejala ringan, bila terdapat komorbid terutama yang terkait jantung sebaiknya pasien
dirawat
Semua Suspek yang dirawat (gejala sedang dan berat) diperlakukan sama dengan Kasus
Terkonfirmasi sampai terbukti bukan COVID-19
Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Perkembangan Terapi COVID-19
Beberapa pilihan terapi lain
Terdapat beberapa opsi untuk terapi : (Host Modifiers/Immune-Based
Azitromisin Therapy):
Klorokuin fosfat / Hidroksiklorokuin
• Stem cell therapy
Antivirus : • Plasma convalescent therapy
Oseltamivir • Inhibitor IL-6 (Tocilizumab,
Favipiravir Sarilumab, Siltuximab)
• Inhibitor IL-1 (Anakinra)
Kombinasi Lopinavir + Ritonavir, • Interferon
Remdesivir • Human immunoglobulin
• Imunomodulator lainnya
• Steroid
Therapeutic Options Under Investigation [Internet]. 2020 [cited 24 July 2020]. Available from: https://www.covid19treatmentguidelines.nih.gov/therapeutic-options-under-investigation/
Sembuh Pulang
Memenuhi kriteria selesai isolasi dan Perbaikan klinis menyeluruh (gambaran
dikeluarkan surat pernyataan selesai radiologis dan pemeriksaan darah) yang
pemantauan berdasarkan penilaian dokter di dinilai oleh DPJP, pasien dinyatakan boleh
fasyankes atau oleh DPJP pulang
Pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis Tidak ada tindakan/perawatan yang
mungkin memiliki hasil pemeriksaan follow dibutuhkan oleh pasien, baik terkait COVID-
up RT-PCR persisten positif 19 ataupun masalah kesehatan lain yang
Karena pemeriksaan RT-PCR masih dapat dialami pasien
mendeteksi bagian tubuh virus walaupun Pasien Konfirmasi dengan gejala berat/kritis
virus sudah tidak aktif yang sudah dipulangkan tetap melakukan
Penentuan sembuh berdasarkan hasil isolasi mandiri minimal 7 hari sebagai
assessmen yang dilakukan oleh DPJP pemulihan dan kewaspadaan terhadap
munculnya gejala COVID-19
Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. Juli 2020.
Selesai Isolasi
Kasus Konfirmasi Asimptomatik yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up
RT-PCR dihitung 10 hari isolasi mandiri sejak diagnosis konfirmasi
Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. Juli 2020.
Ringkasan alur pemeriksaan laboratorium pada COVID-19
Emboli paru ‘dapat dipicu’ jika faktor risiko yang bersifat sementara dialami dalam kurun waktu 3
bulan sebelum awitan
Hal ini penting untuk diidentifikasi karena dapat mempengaruhi durasi pemberian antikoagulan
Pada emboli paru akut, 30% kasus tidak ditemukan faktor risiko yang dapat diidentifikasi
Respiratory Medicine, 5th ed. 2019. Poland: Elsevier.p.191-6.
Manifestasi Klinis
Bervariasi, dari asimtomatik hingga kematian mendadak
Gejala-gejala yang umum dijumpai meliputi:
Nyeri dada pleuritik awitan mendadak
Sesak napas
Hemoptisis
Sinkop atau presinkop
Tanda-tanda dari trombosis vena dalam di ekstremitas bawah: bengkak
atau nyeri pada betis
Hipotensi dan tanda-tanda syok jarang ditemukan
Tetapi mengindikasikan instabilitas hemodinamik pada emboli paru akut
Perlu segera diidentifikasi dan ditangani
Elektrokardiogram (EKG)
• Abnormalitas yang paling sering didapatkan yaitu sinus takikardia
• Pada kasus berat, dapat ditemukan tanda-tanda regangan ventrikel kanan (inversi
gelombang T pada V1-4 dan sadapan inferior serta adanya blok cabang berkas kanan
(RBBB)
• Gambaran klasik EKG pada emboli paru yaitu S1-Q3-T3, jarang ditemukan dalam
praktik klinik sehari-hari
• Takikardia atrial, khususnya fibrilasi atrial, berkaitan dengan emboli paru
Respiratory Medicine, 5th ed. 2019. Poland: Elsevier.p.191-6.
Pemeriksaan
Pemeriksaan D-dimer
• Hanya dilakukan ketika kemungkinan terjadinya emboli paru kecil
(ditentukan secara klinis → Wells Score)
• Peningkatan D-dimer dapat terjadi pada infeksi, gagal ginjal, dan pasca
pembedahan
• Hasil D-dimer negatif menandakan kecil kemungkinan terjadi edema
paru akut pada individu dengan probabilitas rendah, tetapi tidak
mengeksklusi emboli paru pada pasien berisiko tinggi
Ekokardiografi
• Bermanfaat dalam keadaan akut untuk mengevaluasi terjadinya
gagal ventrikel kanan akut
• Membantu mengarahkan keputusan trombolisis jika kondisi klinis
pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan CTPA
Kadar D-dimer akan meningkat karena kehamilan sehingga tidak dapat dilakukan sebagai uji
diagnostik
Ultrasonografi Doppler ekstremitas bawah harus dilakukan jika dicurigai terjadi trombosis vena dalam
Jika ditemukan bekuan darah maka tata laksana segera perlu dilakukan tanpa perlu pemeriksaan
lebih lanjut
Warfarin
• Bersifat teratogenik, sehingga tidak digunakan selama kehamilan
Trombolisis sistemik
• Diberikan untuk emboli paru massif
• Pada pasien dengan risiko tinggi harus dipertimbangkan tata laksana lain bila tersedia
• Bedah embolektomi dan trombolisis terpandu kateter dosis rendah (lower-dose
catheter-directed thrombolysis).
Pasien syok/hipotensi
Didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik <90 mmHg atau penurunan >40
mmHg yang menetap setelah 15 menit pemberian resusitasi cairan yang adekuat
tanpa adanya penyebab alternatif lain, seperti sepsis.
Jika pasien dalam kondisi syok, dapat diindikasikan trombolisis dengan tissue-
type plasminogen activator (tPA), seperti alteplase
Setelah mengevaluasi tidak adanya kontraindikasi: perdarahan intrakranial,
kecurigaan diseksi aorta atau stroke iskemik dalam 3 bulan terakhir
Terima Kasih