Anda di halaman 1dari 23

INFEKSI PUERPELARIS

Dosen Pengampu :
Maliha Amin, SKM, M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 9
Tingkat 1.A

1. Farha Diba Panerli (PO.71.20.1.19.033)


2. Febriani Suci Priadi (PO.71.20.1.19.034)
3. Fenni Octa Labina (PO.71.20.1.19.035)
4. Fholsen Frohansen (PO.71.20.1.19.036)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami sebagai penyusun dapat
menyelesaikan makalah sederhana ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Infeksi Puerperalis.

Kami menyusun makalah ini guna untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu mata kuliah Keperawatan Maternitas. Makalah ini disusun dengan
tujuan memberitahukan kepada para pembaca tentang masalah yang kami bahas
dan kaji di dalam makalah ini.

Apabila di dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan


sehingga jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak untuk kebaikan penulisan selanjutnya sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terutama pada
kelompok kami sendiri sehingga makalah ini dapat dipergunakan dengan
semestinya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi Masa Nifas (Puerperalis)....................................2


B. Etiologi.............................................................................................2
C. Tanda dan Gejala..............................................................................3
D. Klasifikasi.........................................................................................3
E. Patofisiologi......................................................................................4
F. Pelaksanaan......................................................................................5
G. Manifestasi Klinis.............................................................................6
H. Penatalaksanaan................................................................................6

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian .......................................................................................8
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................12
C. Perencanaan ...................................................................................12
D. Implementasi..................................................................................14
E. Evalusai..........................................................................................17

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................19
B. Saran...............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca
bersalin. Derajat komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas
diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama
pasca persalinan (Saifuddin, 2006).
Penanganan umum selama masa nifas antara lain antisipasi setiap
kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat
berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi dalam masa nifas, memberikan
pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas,
melanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang
dikenali pada saat kehamilan maupun persalinan, jangan pulangkan penderita
apabila masa kritis belum terlampau, memberi catatan atau intruksi untuk
asuhan mandiri di rumah, gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus
mendapat pertolongan dengan segera serta memberikan hidrasi oral atau IV
secukupnya (Saifuddin, 2006).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian infeksi puerperalis ?
2. Apa etiologi infeksi puerperalis ?
3. Apa tanda dan gejala infeksi puerperalis ?
4. Apa klasifikasi infeksi puerperalis ?
5. Apa patofisiologi infeksi puerperalis?
6. Apa pelaksanaan infeksi puerperalis ?
7. Apa manifestasi klinis infeksi puerperalis ?
8. Apa penatalaksanaan infeksi puerperalis?
9. Apa asuhan keperawatan infeksi masa nifas (Puerperalis) ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian infeksi puerperalis.
2. Untuk mengetahui etiologi infeksi puerperalis.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi puerperalis.
4. Untuk mengetahui klasifikasi infeksi puerperalis.
5. Untuk mengetahui patofisiologi infeksi puerperalis.
6. Untuk mengetahui pelaksanaan infeksi puerperalis.
7. Untuk mengetahui manifestasi infeksi puerperalis.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan infeksi puerperalis.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan infeksi puerperalis.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi Puerperalis


Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah
persalinan. (Saifuddin, 2006)
Infeksi masa nifas (peurperalis) adalah infeksi pada dan melalui
traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 ºC atau lebih yang terjadi antara
hari ke 2 – 10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari.
(Siti Saleha : 2009, 96)
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan
nifas. (Eny Retna : 2008, 122)
Infeksi nifas (infeksi puerperalis) adalah infeksi luka jalan lahir pasca
persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam dalam
nifas sebagian besar disebabkan infeksi nifas, maka demam dalam nifas
merupakan gejala penting penyakit ini. Demam dalam nifas sering juga
disebut morbiditas nifas merupakan index kejadian infeksi nifas. Demam
dalam nifas selain oleh infeksi nifas dapat juga disebabkan oleh pyelitis,
Infeksi jalan pernafasan, malaria, typhus dan lain-lain. (Krisnadi, R. Sofie,
2005)
Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan
oleh masuknya kuman – kuman ke dalam alat – alat genital pada waktu
persalinan dan nifas.Masuknya kuman – kuman dapat terjadi dapat terjadi
dalam kehamilan, waktu persalinan dan nifas. Demam nifas adalah demam
dalam masa nifas oleh sebab apapun. Morbiditas puerpuralis adalah kenaikan
suhu badan sampai 38C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
postpartum, kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4 kali sehari secara oral
(dari mulut). (Wiknjosastro, 2006)
Infeksi masa nifas (pireksia nifas) didefinisikan sebagai kenaikan suhu
tubuh sampai 38C atau lebih, yang berlangsung selama 24 jam atau kambuh
kembali sejak akhir 1 sampai akhir hari ke 10 setelah melahirkan atau
abortus. (Jones, L. Derek, 2002)

B. Etiologi Infeksi Puerperalis


Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ
kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi.
Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi :
(Lusa, 2011)
1. Eksogen (kuman datang dari luar)
2. Autogen (kuman datang dari tempat lain)
3. Endogen (kuman datang dari jalan lahir sendiri)
Bakteri yang menyebabkan infeksi nifas antara lain :
1. Streptococcushaemolyticusaerobicus. Streptokokkus ini merupakan
infeksi yang berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen
(dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan
orang lain).

2
2. Stapilococcusaureus. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas,
walaupun kadang – kadang menjadi sebab infeksi umum. Stapilokokkus
banyak ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang – orang
yang nampaknya sehat.
3. Escherichia coli. Kuman ini umumnya berasal dari kandung kemih atau
rectum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva,
dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting infeksi traktus
urinarius.
4. Clostridiumwelchii. Infeksi dengan kuman ini, yang bersifat anerobik
jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering
terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun.
(Wiknjosastro, 2006)

C. Tanda Dan Gejala Infeksi Puerperalis


Infeksi akut yang menyerang genetalia ditandai dengan demam, sakit
didaerah infeksi, berwarna kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu.
Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbentuk :
1. Infeksi lokal
Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna
kulit, pengeluaran lochea bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena
rasa nyeri, temperatur badan dapat meningkat.
2. Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, tekanan darah menurun dan nadi dan suhu
meningkat, kesadaran gelisah sampai menurun, terjadi gangguan involusi
uterus, lochea berbau dan bernanah serta kotor. ( Eny Retna, 2008 : 124 )
Infeksi yang menyerang pada payudara meliputi : fisura di puting susu
yang terinfeksi biasanya merupakan lesi awal. Peradangan edema dan
pembengkakan payudara segera akan menyumbat aliran air susu. Menggigil,
demam, malaise, dan nyeri tekan pada payudara bisa ditemukan. ( Bobak,
Lowdermilk, Jensen 2004)
Infeksi pada saluran kemih yaitu sistitis biasanya memberikan gejala
berupa nyeri berkemih (disuria), sering berkemih, dan tidak dapat menahan
untuk berkemih. Demam biasanya jarang terjadi. Adanya retensi urine pasca
persalinan umumnya merupakan tanda adanya infeksi. Pielonefritis
memberikan gejala yang lebih berat, demam, menggigil, serta perasaan mual
dan muntah. Selain disuria, dapat juga terjadi piuria dan hematuria. ( Sitti
Saleha, 2009 )

D. Klasifikasi Infeksi Puerperalis


Infeksi yang menyerang pada organ genetalia dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Infeksi yang terbatas pada luka (perineum, vulva, vagina, serviks,
endometrium) antara lain:
a. Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca
melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum.
Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka
yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.
b. Vaginitis

3
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada
ibu pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau
luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi
ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus.
c. Servitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak
menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas
dan langsung ke dasar ligamentumlatum dapat menyebabkan infeksi
yang menjalar ke parametrium.
d. Endometritis
Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48
jam postpartum dan bersifat naik turun. Kuman–kuman memasuki
endometrium (biasanya pada luka insersio plasenta) dalam waktu
singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi
setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua
bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah
berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada
infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan
terjadilah penjalaran.
2. Infeksi yang menjalar dari luka jaringan sekitarnya (tromboflebitis,
parametritis, salpingitis, dan peritonitis) antara lain :
a. Trombofeblitis
Penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan
penyebab terpenting dari kematian karena infeksi puerpalis. Radang
vena golongan 1 disebut tromboflebitis pelvis dan infeksi vena
golongan 2 disebut tromboflebitisfemoralis.
b. Parametritis
Parametritis adalah infeksi pada parametrium. Parametrium
adalah jaringan renggang yang ditemukan di sekitar uterus. Jaringan
ini memanjang sampai ke sisi-sisi serviks dan ke pertengahan
lapisan-lapisan ligamen besar.
c. Salpingitis
Salpingitis adalah infeksi dan peradangan di saluran tuba . Hal
ini sering digunakan secara sinonim dengan penyakit radang
panggul, meskipun PID tidak memiliki definisi yang akurat dan
dapat merujuk pada beberapa penyakit dari saluran kelamin wanita
bagian atas, seperti endometritis, ooforitis, metritis, parametritis dan
infeksi pada peritoneum panggul.
d. Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang biasanya disebabkan
oleh infeksi. ( Sitti Saleha, 2009 )

E. Patofisiologi Infeksi Puerperalis


Setelah persalinan, tempat bekas perlekatan plasenta pada dinding
rahim merupakan luka yang cukup besar untuk masuknya mikroorganisme.
Patologi infeksi puerperalis sama dengan infeksi luka. Infeksi itu dapat:
1. Terbatas pada lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks, atau
endometrium).

4
2. Infeksi itu menjalar dari luka jaringan sekitarnya (tromboflebitis,
parametritis, salpingitis, dan peritonitis). (Krisnadi, 2005)
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah
luka dengan diameter kira – kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol –
benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan
tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman – kuman dan masuknya jenis –
jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan
pada persalinan, demikian juga vulva, vagina, dan perineum, yang semuanya
merupakan tempat masuknya kuman – kuman patogen. Proses radang dapat
terbatas pada luka – luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.
(Eny Retna : 2008, 123)

F. Pelaksanaan Infeksi Puerperalis


1. Pencegahan infeksi nifas pada organ genetalia :
a. Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diit yang baik. Koitus
pada kehamilan tua sebaiknya dilarang
b. Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan
c. Jaga persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan
dengan trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan
penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat
persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan
atas indikasi yang tepat
Penanganan infeksi nifas pada organ genetalia :
a. Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari
b. Berikan terapi antibiotik
c. Perhatikan diet
d. Lakukan transfusi darah bila perlu
e. Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam
rongga perinium (Wiknjosastro, 2006)
2. Jika ibu menyusui :
a. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar
kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih
berhati-hati pada area yang mengeras.
b. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin,
susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya,
karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi
menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif.
c. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali
selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi
payudara yang sakit tersebut.
d. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat
pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi
dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut
di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan
secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu.
e. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
f. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.

5
g. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya. Jika
ibu tidak menyusui :
a. Gunakan bra yang menopang
b. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan
nyeri.
c. Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
d. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
e. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
3. Penanganan infeksi saluran kemih yang ideal adalah agens antibacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan
efek minimal terhadap flora fekal dan vagina. Terapi dapat dibedakan
atas terapi antibiotika dosis tunggal, terapi antibiotika konversial, terapi
jangka lama, terapi dosis rendah untuk supresi. Pencegahan yang dapat
diberikan adalah menjaga kebersihan sekitar saluran kemih, membasuhi
air dari atas ke bawah setelah buang air kecil maupun buang air besar.
Semaksimalkan untuk membersihkan bagian organ saluran kemih. ( Sitti
Saleha, 2009 )

G. Manifestasi Klinis Infeksi Puerperalis


Tanda dan gejala umum dari infeksi puerperalis ini yaitu :
1. Peningkatan suhu
2. Takikardi
3. Nyeri pada pelvis
4. Demam tinggi
5. Nyeri tekan pada uterus
6. Lokhea berbau busuk/ menyengat
7. Penurunan uterus yang lambat
8. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomi

H. Penatalaksanaan Infeksi Puerperalis


1. Pencegahan
a. Selama kehamilan, bila ibu anemia diperbaiki. Berikan diet yang
baik
b. Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
c. Selama persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir. Jaga
persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesai persalinan dengan trauma
sedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit
dan petugasdalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril
dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi tepat.
d. Selama nifas rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat
ibu dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita dalam
nifas yang sehat.
2. Penanganan medis
a. Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari.
b. Berikan terapi antibiotik prokain penisilil 1,2-2,4 juta unit 1M
penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6
jam 1 M ditambah dengan ampisilin kapsul 4 x 250 mg per oral.
c. Perhatikan diet ibu : diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP).

6
d. Lakukan transfusi darah bila perlu.
e. Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam
rongga peritoneum.

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik, CM, Tidak Anemis
2. Vital Sign
3. Status Generalis
a. Kepala : Konjungtiva tidak anemis, pupil isokor
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan kelenjar tiroid.
c. Dada : Pernafasan kanan dan kiri tidak simetris, tidak ada retraksi,
tidak ada ronki
d. Abdomen : Tenang, supel, NT (-), tidak teraba masa dan tidak nyeri
tekan
e. Ekstremitas : Tidak ada gangguan gerak dan edema.
4. Status Obstetri
Inspeksi :
a. Mata : Konjungtiva tidak anemis
b. Dada : Hiperpikmentasi papila dan aerola mamae terlihat
c. Abdomen : Tenang, Supel, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa,
dan tidak nyeri tekan
d. Ekstremitas : Tidak ada edema
Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah sel darah putih (SDP) : normal atau tinggi dengan pergeseran
diferensial ke kiri.
2. Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah(SDM) sangat
meningkat dengan adanya infeksi.
3. Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada
keadaan anemia.
4. Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraservikal atau
drainase luka atau perwarnaan gram di uterus mengidentifikasi
organisme penyebab.
5. Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih.
6. Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang
tertahan melokalisasi abses perineum.
7. Pemeriksan bimanual : menentukan sifat dan lokal nyeri pelvis, massa
atau pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan thrombosis.

7
BAB IV
TINJAUAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Infeksi Puerperalis

A. Pengkajian
1. Identitas Klien dan Penanggung Jawab
a. Identitas klien
Nama : Ny. T
Umur : 33 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Menoreh Raya XII no. 21 Sampangan - Semarang.
Diagnosa Medik : Partus spontan dgn episiotomi hari ke II,PIII A0
Tanggal Masuk : 8 Mei 2007, Jam 13.30 WIB
Tanggal Pengkajian : 9 Mei 2007, jam : 14.30 WIB
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. G
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : STM
Hubungan dgn Klien : Suami
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Keluhan utama : klien mengeluh nyeri pada perineum akibat
episiotomi. Seperti kesemutan, cekit- cekit dan perih. Skala nyeri 8.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien hamil 38 minggu, G III PII A0, mengeluh kenceng-
kenceng, keluar darah berwarna coklat, flek-flek, kemudian klien
pergi ke rumah Bidan dan memeriksakannya, lalu oleh Bidan klien
di sarankan untuk ke Rumah Sakit Dr. Karyadi. Jam 07.10 WIB
klien ke Rumah Sakit Dr. Karyadi (RSDK) di bagian UGD lalu
dipindah ke ruang B3-OBS, tanggal 8 Mei 2007 jam 09.10 WIB di
ruang VK klien melahirkan anak laki-laki, Apgar score: 10, BB: 3,1
kg, PB: 50 cm, LK: 34 cm, LD:32 cm, LL : 12cm.. Lama persalinan
6 jam 25 menit, kala I : 03.00-09.00, kala II : 09.00-09.10, kala III :
09.10- 09.25.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat asma (-), hipertensi (-), demam berdarah (-), penyakit
jantung (-).
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarganya ada yang menderita asma,
hipertensi, demam berdarah, penyakit jantung, riwayat gamelli tidak
dikaji.
e. Riwayat Kehamilan
G III PII A0, HPHT tanggal 16/08/2006, taksiran persalinan 23
Mei 2007. klien mengatakan rajin untuk memeriksakan

8
kehamilannya di Bidan terdekat. Yang dimulai pada minggu ke-5
dan tiap bulan periksa ke Bidan. Pada waktu kehamilan klien
mengeluh mual-mual (nyidam).
f. Riwayat Persalinan
Klien telah mempunyai 2 orang anak, yaitu :
1) Laki-laki dengan Berat Badan Lahir : 3.000 gr, aterm, spontan di
rumah persalinan Salatiga dan sekarang berusia 13 tahun,
persalinannya.tidak dengan episiotomi
2) Perempuan dengan BBL : 3.500 gr, usia 37 minggu, spontan di
Bidan terdekat, sekarang berusia 7 tahun, persalinan dengan
episiotomi.
g. Riwayat Haid
Menarche umur 13 tahun dengan siklus 28 hari dan tidak ada
keluhan ketika haid.
3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
a. Persepsi Terhadap Kesehatan
Klien menganggap bahwa kesehatan itu sangat penting untuk
klien sehingga selalu memeriksakan kehamilannya di Bidan untuk
mengetahui status kesehatannya. Ketika sakit, klien membeli obat
sendiri di apotik. Bila tidak sembuh, maka Ny. T langsung berangkat
periksa ke Bidan terdekat / dokter.
b. Pola Aktivitas dan Latihan
Klien mengatakan bahwa sebelum kehamilan ke tiga, klien tidak
ada keluhan begitu juga saat kehamilan ketiga ini. Klien hanya
mengeluh perutnya terasa penuh sehingga pada trimester akhir klien.
Aktivitasnya sedikit. Dirumah sakit juga tidak leluasa bergerak
karena merasa nyeri, klien terlihat lemas dan sedikit aktivitas.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Pada waktu hamil klien kurang tidur/ istirahat karena tidak
nyaman dengan posisi tidurnya, sehingga klien hanya tidur malam
21.00- 04.00 WIB, sedangkan tidur siang klien jarang-jarang. Ketika
dirumah sakit klien susah tidur. Klien tidur malam dari jam 21.00-
05.00 WIB. Klien sering terbangun pada malam hari karena adanya
luka post episiotomi pada perineum.
d. Pola nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit klien makan 1/4 porsi dari makanan yang
disediakan malah kadang-kadang klien lebih sering puasa. Klien
nyidam rujak dan lebih makan-makanan rujak. Saat dirumah sakit
klien makan 1/2 porsi – 1 porsimakan. Klien minum ± 500 – 600 cc/
hari.
e. Pola Eliminasi (BAB dan BAK)
Sebelum kerumah sakit, klien biasa buang air besar 1 kali / hari
dan ketika dirumah sakit klien belum buang air besar karena
merasakan sedikit nyeri dengan skala 2-3. sebelum masuk Rumah
Sakit, klien buang air kecil ± 4-5 x/ hari, begitu juga saat klien di
Rumah Sakit.

9
f. Pola Kognitif
Klien percaya apabila mematuhi therapi pengobatan ia akan
sembuh. Klien mengeluh nyeri, skala nyeri 8. nyeri timbul saat klien
bergerak
dan nyeri hilang saat dilakukan teknik relaksas. Nyeri pada bagian
perineum, nyeri hilang timbul ± 2-3 menit, cekit-cekit dan perih.
g. Pola Konsep Diri
Identitas diri : klien mengatakan tetap percaya diri dan
menyukai bentuk tubuhnya.
Peran : klien sebagai seorang Ibu yang mempunyai 3 orang anak.
h. Pola Koping
Klien mengatakan bahwa untuk memutuskan sesuatu klien
membicarakannya dengan Suami dan Orang tuanya. Hubungan
dengan teman dan tetangganya baik-baik saja.
i. Pola Seksual- Reproduksi
Klien mengatakan bahwa kehamilannya mengganggu pola
seksualnya. Sehingga klien jarang melakukan hubungan seksual
dengan Suaminya.
j. Pola Hubungan Sosial
Klien mengatakan bahwa dirumahnya, klien suka mengikuti
kegiatan PKK dan pengajian, atau kegiatan POSYANDU 1 bulan
sekali. Klien
mengatakan tidak ada masalah dengan orang lain.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien mengatakan beragama Islam dan selama dirumah sakit
klien merasa tidak leluasa dan tidak mampu untuk sholat 5 waktu.
4. Pemeriksaan Fisik Pada Ibu
a. Kepala : Mesochepal
1) Rambut : Tidak mudah rontok, cukup bersih, hitam, lurus
2) Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil
isokor
3) Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping
hidung
4) Telinga : Bersih, simetris, tidak ada sekret
5) Mulut : Stomatitis (-), Karies Gigi (-)
b. Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran tonsil, trakhea
ditengah, tidak ada distensi vena jugularis
c. Dada : Mammae simetris, berisi, hangat, areola
berpigmentasi, nipple menonjol, ekspansi paru simetris
d. Abdomen : Ada striae sedikit, DRA tidak dikaji, tidak ada massa
pada abdomen, bising usus 18x/ menit , TFU : ± 2cm dibawah
umbilikus.
e. Perineum : Keluar darah sedikit ± 40 cc , luka episiotomi masih
basah, kemerahan,tidak ada oedema, ada bintik kebiruan, tidak ada
nanah dan tidak ada perdarahan, jenis jahitan jelujur., jumlah jahitan
dalam dan luar tidak dikaji.
f. Anus : Tidak ada hemoroid

10
g. Ekstremitas : Tidak ada varises, akral dingin, tidak ada oedem,
Homan’s sign tidak dikaji.
h. Tanda-TandaVital :TD : 120/ 80 mmHg , S : 36,5ºC , RR : 24x /
menit , N : 82x / menit
5. Data Penunjang
a. Hematology
Tanggal 8 Mei 2007, jam 07.54 WIB

Analyzer Hema Nilai Nilai Normal


Hemoglobin 11,80gr% (12,00-15,00 gr%)
Hematokrit 34,70 % (35,0-47,0 %)
Eritrosit 3,50 % (3,90-5,60 %)
MCH 33,80 % (27,00-32,00 %)
MCV 99,20 % (76,00-96,00 %)
MCHC 34,10 % (29,00-36,00 %)
Leukosit 16,90 rb/mmk (4,00-11,00 rb/mmk)
Trombosit 195,0 rb/mmk (150,0-400,0 rb/mmk)

Kimia Klinik
Elektrolit Nilai Nilai Normal
Na 138 mmol/ L (136-145 mmol/L)
K 4,9 mmol/ L (3,5-5,1mmol/L)
Cl 111 mmol/ L (98-107 mmol/L)
Cal 2,42 mmol/ L (2,12-2,52 mmol/L)

b.Therapy pengobatan, dilakukan tanggal 8 Mei 2007, jam 07.54 WIB


Di berikan: Amoxicylin 3 x 500 mg
Methergin 3 x1 ampul
Vitamin BC / C / SF 2 x 1
c. Diit biasa : nasi, lauk dan sayur.
d. Rawat luka area perineum akibat luka episiotomi dengan betadin
Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
a. Klien mengatakan nyeri pada perineum akibat episiotomi skala 8,
ketika bergerak nyerinya cekit-cekit dan perih.
b. Klien mengatakan tidak tahu cara melakukan perawatan payudara
c. Pasien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir seperti
menstruasi.
2. Data Objektif
a. Klien tampak kesakitan
b. Klien sering bertanya bagaimana melakukan perawatan payudara.
c. Adanya kemerahan dan nyeri tekan pada perineum
d. Terdapat luka episiotomi, keadaan vulva kotor, keluar rubra ± 40 cc.

Analisa Data
N Data Problem Etiologi
o
1 S : klien tampak klien mengatakan nyeri Gangguan Terputusnya
pada perineum akibat episiotomi rasa nyeri jaringan
skala 8, ketika bergerak nyerinya sekunder
seperti cekit-cekit dan perih. terhadap luka

11
O : klien tampak meringis kesakitan episiotomi
2 S : klien mengatakan masih keluar darah Resiko Trauma
dari jalan lahir seperti menstruasi infeksi jaringan /
O : • adanya kemerahan dan nyeri tekan kerusakan
pada perineum fisik
• terdapat luka episiotomi, keadaan
vulva kotor, keluar lochea rubra ± 40
cc,cairan berwarna merah, Hb:11,80 gr%,
suhu: 36,5ºC.
3 S : klien mengatakan tidak tahu Kurangnya Minimnya
bagaimana melakukan perawatan pengetahuan informasi
payudara tentang tentang
O : Klien sering bertanya bagaimana “Breast perawatan
melakukan perawatan payudara. Care”. payudara

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan
sekunder terhadap luka episiotomi ditandai dengan klien mengatakan
nyeri pada perineum akibat episiotomi, skala 8 ketika bergerak nyerinya
cekitcekit dan perih, klien tampak meringis kesakitan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kerusakan kulit
ditandai dengan klien mengatakan masih keluar darah dan jalan seperti
menstruasi, adanya kemerahan dan nyeri tekan pada perineum, terdapat
luka episiotomi, keadaan vulva kotor, keluar lochea rubra ± 40 cc.
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi
tentang Breast care ditandai dengan klien mengatakan tidak tahu
bagaimana cara melakukan perawatan payudara, klien sering bertanya-
tanya bagaimana cara melakukan perawatan payudara.

C. Perencanaan
Dx. 1 →Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya
jaringan sekunder terhadap luka episiotomi ditandai dengan klienmengatakan
nyeri pada perineum akibat episiotomi, skala 8 ketika bergerak nyerinya
cekit-cekit dan perih, klien tampak meringis kesakitan.
1. Tujuan :
Mencegah atau meminimalkan rasa nyeri.
2. Kriteria
a. Nyeri berkurang atau hilang.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Pasien mampu melakukan tindakan dan mengungkapkan intervensi
untuk mengatasi nyeri dengan cepat.
d. Tanda-tanda vital normal (tekanan darah 120/ 80 mm Hg. Nadi 80-
88 x/ menit)
3. Intervensi
a. Tentukan lokasi dan sifat nyeri.
Rasional : mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan khusus dan
intervensi yang tepat
b. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi

12
Rasional : dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan
perineal dan atau terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi
atau intervensi lebih lanjut.
c. Ajarkan klien untuk duduk dengan mengkonstraksikan otot gluteal.
Rasional : penggunaan pengencangan gluteal saat duduk
menurunkan strees dan tekanan langsung pada perineum.
d. Berikan informasi tentang berbagai startegi untuk menurunkan nyeri,
misalnya teknik relaksasi dan distraksi.
Rasional : membantu memberikan rasa nyaman.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
Rasional : memberikan kenyamanan sehingga klien dapat
memfokuskan pada perawatan sendiri dan bayinya.
Dx. 2 → Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kerusakan kulit
ditandai dengan klien mengatakan masih keluar darah dan jalan seperti
menstruasi, adanya kemerahan dan nyeri tekan pada perineum, terdapat luka
episiotomi, keadaan vulva kotor, keluar lochea rubra ± 40 cc.
1. Tujuan :
Infeksi tidak terjadi.
2. Kriteria :
a. Luka episiotomi sembuh dengan sempurna dan tidak ada tanda-tanda
infeksi (color, tumor, dolor, dan fungsio laesa)
b. Pasien mampu mendemontrasikan teknik-teknik untuk meningkatkan
penyembuhan.
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal, terutama suhu (36-37º C)
d. Nutrisi terpenuhi (adekuat)
3. Intervensi :
a. Kaji adanya perubahan suhu.
Rasional : Peningkatan suhu sampai 38,3º C pada 2-10 hari setelah
melahirkan sangat menandakan infeksi.
b. Observasi kondisi episiotomi seperti adanya kemerahan, nyeri tekan
yang berlebihan dan eksudat yang berlebihan.
Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan
parenial dan atau terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi
intervensi lebih lanjut.
c. Anjurkan pada pasien untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyentuh genital.
Rasional : membantu mencegah/ menghalangi penyebaran infeksi.
d. Catat jumlah dan bau lochea atau perubahan yang abnormal.
Rasional : Lochea normal mempunyai bau amis, lochea yang purulen
dan bau busuk menunjukkan adanya infeksi.
e. Anjurkan pada pasien untuk mencuci perineum dengan
menggunakan sabun dari depan kebelakang dan untuk mengganti
pembalut sedikitnya setiap 4 jam atau jika pembalut basah.
Rasional : Membantu mencegah kontaminasi rektal memasuki
vagina atau uretra
f. Ajarkan pada klien tentang cara perawatan luka perineum.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang perawatan
vulva.

13
g. Kolaborasi untuk pemberian anti biotik
Rasional : Mencegah infeksi dan penyebaran kejaringan sekitar.
Dx. 3 → Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi
tentang perawatan payudara ditandai dengan klien mengatakan tidak tahu
bagaimana cara melakukan perawatan payudara, klien sering bertanya-tanya
bagaimana cara melakukan perawatan payudara.
1. Tujuan :
Agar ASI lancar, sekitar areola dan puting tidak kotor, payudara tidak
bengkak
2. Kriteria :
a. klien dapat mengerti tentang cara perawatan payudara.
b. Klien mampu melakukan cara perawatan payudara.
3. Intervensi :
a. Lakukan Breast care pada klien
Rasional : menggali seberapa banyak pengetahuan dan pemahaman
yang diterima pasien
b. Ajarkan breast care pada Ibu
Rasional : agar payudara tidak bengkak dan ASI lancar
c. Kaji pengetahuan klien tentang perawatan payudara
Rasional : Menggali seberapa banyak pengetahuan yang diterima
klien
d. Kaji produksi ASI pada klien
Rasional : Untuk mengetahui seberapa banyak produksi ASI
e. Anjurkan pada Ibu untuk melakukan perawatan payudara tiap pagi
hari Rasional : Agar ASI keluar dengan lancar

D. Implementasi
No Waktu Implementasi Respon Klien Paraf
1 Rabu, 9 1. Mengkaji S : Pasien mengatakan nyeri
Mei keluhan pada daerah luka jahitan
2007 Pasien terutama saat bergerak,
Jam skala nyeri 8
14.30 O : Pasien tampak meringis
menahan nyeri saat
klien menggeserkan
tubuhnya untuk duduk,
terdapat 1 jahitan jelujur
pada perineum

1 14.40 2. Memberikan S:−


penjelasan O : Klien lebih tenang dan
kepada klien bahwa cemas berkurang
rasa
nyeri hal yang
wajar
11 14.50 3. Melakukan vulva S : Klien menyatakan lebih
hygiene dan nyaman setelah
mengobservasi luka dibersihkan daerah
episiotomi dengan vulvanya.
REEDA O :Pasien tampak bersih,
lochea rubra ± 40 cc,
tak ada oedem, ada

14
kemerahan,ada bintik
bintik kebiruan pada
perineum,ada nyeri
tekan pada perineum.

1 15.20 4. Menganjurkan S : Pasien mengatakan nyeri


pasien berkurang dan merasa
untuk relaksasi tarik nyaman. Skala nyeri 4-5
nafas setelah melakukan nafas
panjang dalam panjang dalam.
O : Pasien tampak rileks
dan tenang, ekspresi
wajah tidak tegang.
1, 15.30 5. Mengukur tanda- S:−
11 tanda vital O : TD : 120/80 mmHg,
N : 80 x/menit, S : 36°C
RR : 24 x/ menit
1 15.45 6. Menganjurkan S : Klien mengatakan dapat
pasien mengontrol nyerinya
untuk duduk secara minimal.
dengan
mengontraksikan
otot
gluteal
O : Klien tampak rileks dan
menjawab akan
mengkontraksikan otot
gluteal saat buang air
besar.
11 17.00 9. Memberikan obat S:−
peroral 1 tablet O : Obat diminum pasien
amoxicillin dan 1 melalui oral, tidak ada
tablet mual muntah
vitamin BC
1 21.00 11.Menciptakan S:−
lingkungan yang O: Suasana ruangan tampak
tenang terang, pasien tampak
dan nyaman rileks dan tiduran diatas
tempat tidur.
Kamis,
10 Mei
2007,
1 jam 1. Mengkaji S : klien mengatakan dapat
08.00 keluhan mengontrol nyerinya .
pasien O : Pasien tampak tenang,
rileks, ekspresi wajah
tidak tegang
11 08.15 2. Melakukan vulva S:−
Hygiene dan O : Vulva sudah bersih,
mengobservasi luka tidak ada oedem pada
episiotomi perineum, tidak ada
kemerahan, tidak ada
bintik kebiruan pada
perineum, nyeri tekan
perineum masih, lochea
rubra ± 30 cc.
11 08.30 3. menganjurkan S : Pasien mengatakan

15
pasien memegang genital jika
untuk mencuci mau BAK saja
tangan O : Pasien menjawab akan
sebelum dan selalu mencuci tangan
sesudah baik sebelum/ sesudah
memegang genital memegang genitalianya
111 08.45 4. Mengkaji S : Klien mengatakan
pengetahuan paham tentang
klien tentang perawatan payudara
perawatan payudara O : Klien tampak mengerti
111 09.00 5. Melakukan S : Klien mengatakan lebih
Breast care nyaman, enak setelah
pada klien dilakukan breast care
O : Pasien tampak senang,
payudara tidak bengkak
1, 11.30 6. Mengukur TTV S:−
11 O : TD : 120/80 mmHg,
N : 80 x/ menit,
S : 36°C, RR:24x/menit
1, 12.30 7. Memberikan obat 7. Memberikan obat
11 peroral 1 tablet peroral 1 tablet
amoxicylin dan 1 amoxicylin dan 1 tablet
tablet vitamin BC
vitamin BC
Jumat,
11 Mei
2007
1 07.30 1.mengkaji keluhan S : klien mengatakan nyeri
pasien berkurang,dapat
berjalan kekamar mandi
O : pasien tampak rileks dan
tenang, terlihat sedang
duduk, ekspresi wajah
tidak menahan
nyeri,tampak tersenyum
111 08.00 2.Mengajarkan S : Klien mendemontrasikan
perawatan cara perawatan
payudara pada payudara dengan baik
pasien. O : Klien tampak kooperatif
111 08.30 3. Mengkaji S : Klien mengatakan
pengetahuan paham dan mengerti
klien tentang tentang perawatan
perawatan payudara payudara
O : Klien tampak gembira
11 09.00 4. Mengajarkan S : Klien mengatakan sudah
pada klien mengetahui cara
tentang cara-cara perawatan perineum
perawatan O : Klien mampu
perineum menyebukan ulang cara
cara perawatan
perineum
11 09.30 5. Mengobservasi S:-
luka O : lochea rubra ± 20 cc,
episiotomi tidak ada oedem, tidak
ada kemerahan, jahitan
tidak tampak, perineum
kembali seperti biasa,

16
nyeri tekan masih.
11 10.30 6. Menganjurkan S : klien menyatakan lebih
pasien nyaman dan lebih keset
untuk mencuci O : Pasien menjawab akan
perineum dengan melakukannya secara
sabun dari depan ke rutin untuk menjaga
belakang dan untuk kebersihan genetalianya
mengganti
pembalut
jika sudah basah
atau
sedikitnya tiap 4
jam.
111 11.00 7. Mengkaji S:-
produksi ASI O : setelah dilakukan breast
pada klien care, ASI keluar lancar,
payudara tidak bengkak.
111 11.15 8. menganjurkan S : Klien mengatakan akan
ibu untuk melakukan perawatan
melakukan payudara tiap pagi hari
perawatan O:-
payudara tiap pagi
hari.
1, 11.30 9. Mengukur TTV S :-
11 O : TD : 120/80 mmHg,
N: 84 x/menit, Suhu
36,5ºC, RR : 22 x/menit

E. Evaluasi
No. Waktu Evaluasi Paraf
Dx
1 Jumat, S : Klien mengatakan skala nyeri berkurang yaitu 2.
11 O : Klien terlihat rileks dan tidak lemas
Mei TD : 120/80 mmHg, S : 36,5 ° C, N : 84 x/ menit,
2007 RR : 22x/ menit
!2.30 A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
9 kaji karakteristik / skala nyeri
9 Anjurkan pasien untuk mobilitas dini / teknik
relaksasi.
11 12.45 S:–
O :● Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka jahitan
pada perineum
● TD : 120/80 mmHg, N : 84x/menit, S : 36,5° C
RR : 22 x/ menit
● Tidak ada kemerahan, tidak ada oedem, tidak
ada perdarahan/ nanah pada luka jahitan
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
9 Lakukan perawatan vulva hygiene dengan
teknik steril dan aseptik
111 13.15 S : Klien mengatakan sudah paham bagaimana cara
melakukan perawatan payudara
O :Klien belajar mendemontrasikan perawatan
payudara.
A : masalah teratasi sebagian

17
P : Lanjutkan intervensi
9 Anjurkan klien melakukan breast care tiap
pagi hari.

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi puerpelaris adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang
terjadi setelah melahirkan yang disebabkan oleh kuman-kuman atau bakteri
ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.
Infeksi puerpelaris dapat di bagi menjadi dua golongan berikut:
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium.
2. Penyebaran melalui vena, saluran limfe (sistemik, dan melalui
permukaan endometrium).
Luka-luka pascapersalinan harus dirawat dengan baik. Menjaga
kebersihan pada bekas luka mutlak dilakukan. Alat-alat, pakaian, dan kain
yang dikenakan ibu harus benar-benar dijaga kebersihannya. Hal lain yang
juga harus diwaspadai selama masa nifas selain infeksi adalah terjadinya
anemia. Bila ibu mengalami perdarahan yang sangat banyak, atau sudah
terjadi anemia selama masa kehamilan, hal ini dikhawatirkan akan
mempengaruhi proses kontraksi pada rahim untuk kembali seperti semula. Ini
terjadi karena darah tak cukup memberikan oksigen ke rahim. Bila anemia
hanya ringan, maka untuk mengatasinya cukup dengan mengonsumsi
makanan kaya zat besi. Namun bila kondisinya sangat parah, dokter akan
melakukan transfusi darah.

B. Saran
Sebaiknya perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada ibu
nifas dengan infeksi dengan benar. Supaya tidak terjadi infeksi pada masa
nifas, saat hamil cegah jangan sampai terjadi anemia, malnutrisi, serta
munculnya penyakit-penyakit yang diderita ibu. Sebaiknya juga tidak
melakukan, mengurangi, atau melakukan dengan hati-hati hubungan seksual
saat hamil tua karena bisa menyebabkan pecahnya ketuban dan menjadi jalan
masuk kuman penyebab infeksi ke dalam jalan lahir.

19
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 1998. Hand Book of Nursing Diagnosis : Diagnosa Keperawatan,


Edisi 6, Alih Bahasa Monica Ester, SKp, dkk, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Doengoes, M. E .2001. Rencana Keperawatan Maternal atau Bayi : Pedoman


Untuk Perencanaan dan Dokumentasi Keperawatan Klien, Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Tucker, Susan M. 2001.Standart Perawatan Pasien: Proses Keperawatan


,Diagnosa ,dan Evaluasi, Vol.4,Alih Bahasa: Yasmin Asih, EGC,Jakarta

Saifuddin, Bari. (2006). “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


Dan Neonatal”. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sitti Saleha. (2009). “Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas”. Jakarta: Salemba
Medika
Krisnadi, Sofie R. (2005). “Patologi Nifas”. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. (2006). “Ilmu Kebidanan”. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Eny, Retna. (2008). “Asuhan Kebidanan Nifas”. Jogjakarta: Mitra Cendekia
Offset
Jones, L. Derek. (2002). “Setiap Wanita”. Jakarta: Dela Pratasa
Lusa. (2011). Infeksi nifas [Internet] Bersumber dari:
<http://www.lusa.web.id/infeksi-masa-nifas/> Diakses tanggal 4 Januari
2012
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). “Buku Ajar Keperawatan Maternitas”.
Jakarta: EGC
Sastrawinata, Sulaiman, et. al. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri
Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai