KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Desain Struktur Beton II ini dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Desain Struktur Beton II ini merupakan pemantapan dari dasar teori yang telah
didapatkan pada mata kuliah struktur beton I dan II, dan mata kuliah lainnya yang ada
hubunganya dengan desain ini.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing Desain Struktur
Beton II Dr. Zulfikar Djauhari yang telah memberikan bimbingannya atas desain ini.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada asisten pembimbing Ahmad
Fajriman yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan Desain Struktur Beton II ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Desain Struktur Beton II ini masih terdapat
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Desain ini dimasa akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................2
LEMBAR ASISTENSI…………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................5
1.2 Permasalahan................................................................................................................6
BAB IV PEMBEBANAN
4.1 Standar Pembebanan..................................................................................................27
4.2 Pembebanan................................................................................................................27
4.2.1 Pelat Lantai..........................................................................................................27
4.2.2 Balok Tepi............................................................................................................28
4.2.3 Beban Gempa.......................................................................................................28
4.3 Prediksi Dimensi Kolom............................................................................................34
4.4 Kombinasi Pembebanan.............................................................................................35
BAB IX PENUTUP
9.1 Kesimpulan............................................................................................................64
9.2 Saran......................................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................65
LAMPIRAN………………………………………………………………………….. 66
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Dalam perencanaan struktur gedung, yang paling utama adalah kemampuan
struktur untuk menahan beban, yang dalam hal ini adalah struktur yang direncanakan
adalah struktur beton. Untuk mampu melayani pembebanan yang terjadi, maka
perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin dan harus sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 03-2847-2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 1726-2012 tentang Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung. Adapun
data-data tugas pada desain ini yaitu sebagai berikut:
1. Gedung yang direncanakan adalah gedung dengan fungsi sebagai rumah sakit.
2. Bangunan gedung terletak di Kota Makassar.
3. Bangunan gedung tersebut akan berdiri pada jenis tanah lunak.
4. Gedung direncanakan memiliki 11 tingkat lantai dengan tinggi antar lantai adalah
sebesar 3.6 m, dan panjang bentang balok adalah sebesar 4.4 m dan 4.4 m.
BAB II
STUDI PUSTAKA
Semen dan air membentuk pasta pengikat yang akan mengisi rongga dan
mengeras di antara butir-butir pasir dan agregat, sedangkan agregat akan menentukan
kekuatan dan kualitas beton.
2.2.1 Semen
Semen merupakan suatu jenis bahan yang memiliki sifat yang adesif dan kohesif
yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa yang
padat. Dalam hal ini bahan semen akan menjadi keras karena adanya faktor air, yang
kemudian dinamakan semen hidraulis (Hydraulic Cement).
2.2.3 Air
Air merupakan bahan utama dalam campuran beton karena air yang
mengakibatkan partikel-partikel semen saling mengikat baik mengikat antar partikel
maupun dengan tulangan baja.
Gambar 2.3 : Beban Hidup Pada lantai gedung ( Sumber : PPIURG 1989)
Kombinasi-kombinasi beban:
Kombinasi beban mati dan beban hidup:
U = 1,2 DL + 1,6 LL + 0,5 (Lr atau R)
Jika dipengaruhi angin ikut diperhitungkan:
U = 1,2 DL + 1,6 (Lr atau R) + (LL atau 0,5 W)
U = 1,2 DL + 1,0 W + L + 0,5 (Lr atau R)
U = 0,9 DL + 1,0 W
Jika dipengaruhi gempa harus diperhitungkan:
U = 1,2 DL + 1,0 E + LL
U = 0,9 DL + 1,0 E
Ket: Lr = Beban atap
R = Beban hujan
Beberapa ketentuan dasar SNI:
a) Kuat tekan beton struktural minimum: 17,5 MPa (k-210).
b) Untuk struktural tahan gempa, kuat tekan beton minimum: 25 MPa (k-250).
c) Baja tulangan yang digunakan haruslah tulangan ulir. Baja polos hanya
diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon.
d) Batasan tulangan di atas tidak berlaku untuk jaringan kawat baja polos.
2.5 Balok
Balok adalah suatu bagian konstruksi dari bangunan yang berfungsi sebagai
penerima beban dari pelat lantai lalu menyalurkan beban-beban tersebut ke kolom.
Balok merupakan elemen pendukung struktur yang mengalami momen lentur, gaya
geser, gaya torsi, dan gaya aksial baik berupa tarik maupun tekan. Berdasarkan
fungsinya balok dibagi atas beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
1. Balok sloof
Balok sloof berfungsi sebagai penerima beban dari dinding lalu diteruskan ke fondasi.
2. Balok induk dan balok anak
Balok induk berfungsi sebagai penerima beban dari slab lantai lalu disalurkan ke
kolom, sedangkan balok anak berfungsi sebagai penghubung antara balok induk
sehingga konstruksi lebih stabil.
2.6 Kolom
Kolom merupakan elemen tekan yang menumpu / menahan balok yang memikul
beban-beban pada lantai. Sehingga kolom ini sangat berarti bagi struktur. Jika kolom
runtuh, maka runtuh pulalah bangunan secara keseluruhan. Elemen struktur beton
bertulang dikategorikan sebagai kolom jika,
• L/b ≥ 3 , L = panjang kolom , b = lebar penampang kolom
• Jika L/b < 3 , elemen tersebut dinamakan pedestal.
Pada umumnya kolom beton tidak hanya menerima beban aksial tekan, tapi juga
momen.
BAB III
DESAIN PENDAHULUAN
(PRELIMINARY DESIGN)
11 @ 3.6 m
Karena dalam denah bangunan terdapat balok dengan satu ujung maupun dua
ujung menerus, maka untuk simplifikasi desain, digunakan tinggi balok yang paling
besar, yaitu:
h = 237.838 mm
Karena fy tidak sama dengan 420 MPa, maka harus dikoreksi dengan faktor:
= 1/12 (
44 00/2 + 600/2)(2003)
B
= 1666666667 mm4
4.4
4.4
Untuk menentukan Ib, perlu ditentukan dulu lokasi titik pusat luasan:
A = 200 × (600+700-200) +¿ (600 × (700-200)) = 520000 mm2
yc = ((220000 x 100) + (300000 x 450))/520000 = 301.923 mm
Luas Io = 1/12 bh3 A(y-yc)2
No y (mm) y-yc (mm)
(mm2) (mm4) (mm4)
1 220000 100 -201.9230769 733333333.3 8970044379
2 300000 450 148.077 6250000000 6578032544
200 mm
700 mm
500 mm
600 mm 500 mm
t = 200 mm
h = 700 mm
DWIQHEE ABDUL GHANI 1507115013
6
h = 600 mm
DESAIN STRUKTUR BETON II
Tabel 3.2. Perhitungan titik pusat luasan balok (yc) untuk pelat A – B – 1 – 2:
No. A1 A2 y2
y1
Balo h A (mm
b (mm) A (mm2) b (mm) h (mm) (mm)
k (mm) (mm2) )
30000
1100 200 220000 600 500 100 450
0
1&
y
2 52000 2 15700000 2 301.92
Atot = mm ∑A.y = mm c Mm
0 0 3
=
30000
1600 200 320000 600 500 100 450
0
3&
y
4 62000 2 16700000 2 269.35
Atot = mm ∑A.y = mm c mm
0 0 5
=
No Ib Is α
α1 2.2531E+10 1666666667 13.519
α2 2.2531E+10 1666666667 13.519
α3 2.6284E+10 2933333333 8.961
α4 2.6284E+10 2933333333 8.961
3800*(0.8+490/1400)
= 36 + 9 . 1.0 = 97.111 mm < 90 mm
= digunakan 200 mm
2
4.4
1 3
4
4.4
Tabel 3.6. Perhitungan titik pusat luasan balok (yc) untuk pelat B – C – 2 – 3:
No. A1 A2 y2
y1
Balo A A (mm
b (mm) h (mm) b (mm) h (mm) (mm)
k (mm2) (mm2) )
32000 30000
1, 2,
3&
1600 200 0 600 500 0 100 450
16700000 269.35
4 Atot = 620000 mm2 ∑A.y = mm2 yc = mm
0 5
αm = (α1+α2+α3+α4)/4 = 8.961
= 3800*(0.8+490/1400)
= 54.760 mm
36 + 5* 1.0(8.961-0.2)
200 mm
700 mm t = 125 mm
mm 400 mm
200 mm 200 mm
(a). Balok Eksterior (b). Balok Interior
600 mm 600 mm
BAB IV
PEMBEBANAN
(LOAD IDENTIFICATION)
4.1 Standar Pembebanan
Pembebanan diambil dari ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung (PPIUG) tahun 1983 dan Standar Nasional Indonesia (SNI)
1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
dan Non Gedung.
4.2 Pembebanan
4.2.1 Pelat Lantai
A. Lantai 11 (Atap)
Beban Mati (DL)
Plesteran (2,5 cm) = 52,50 kg/m2
Water proofing = 5,00 kg/m2
Mekanikal dan elektrikal = 25,00 kg/m2
Plafon + penggantung = 1 8,00 kg/m2 +
100,50 kg/m2
Beban Hidup (LL)
Atap datar (dapat dicapai dan dibebani) = 100,00 kg/m2
B. Lantai 1 - 10
Beban Mati (DL)
Plesteran (2,5 cm) = 52,50 kg/m2
Keramik = 24,00 kg/m2
Spesi (0,5 cm) = 10,5 kg/m2
Mekanikal dan elektrikal = 25,00 kg/m2
Plafon + penggantung = 1 8,00 kg/m2 +
130,00 kg/m2
Beban Hidup (LL)
Lantai gedung rumah sakit = 250,00 kg/m2
Data Lainnya
Hal - hal yang harus dipersiapkan sebelum menghitung beban gempa adalah:
1. Peta Zonasi Gempa, dilihat dari SNI 1726:2012.
2. Diagram respon spektra desain yang dapat diperoleh dari ASCE 7 2010, seperti
gambar dibawah ini.
Sebelumnya pada SNI gempa 2002, respon spektra sudah disediakan oleh SNI.
Namun sekarang di SNI 2012, respon spektra dibuat sendiri dengan cara sebagai
berikut.
1. Menentukan Periode pendek (Ss) dan Periode 1 detik (S1) dengan peta gempa.
2. Klasifikasi situs
Untuk Ibukota Jakarta, tanah lunak (SE), Ss = 0,317 dan S1 = 0,142 didapat:
Fa = 2.286
Fv = 3.374
4. Menghitung SMS dan SM1
SMS = SS x Fa = 0.317 x 2.286 = 0,724
SM1 = S1 x Fv = 0.142 x 3.374 = 0,479
Berikut gambar hasil perhitungan fungsi dari spektrum respons desain pada
software ETABS.
Beban gempa (F) dianggap bekerja 100% pada sumbu utama (arah x) bersamaan
dengan 30% pada daerah tegak lurus sumbu utama (arah y). Maka kombinasi beban di
atas dapat dijabarkan menjadi 18 kombinasi sebagai berikut:
1) 1,4 DL Kombinasi 1
2) 1,2 DL + 1,6 LL Kombinasi 2
3) 1,2 DL + LL + Fx + 0,3 Fy Kombinasi 3-1
4) 1,2 DL + LL + Fx - 0,3 Fy Kombinasi 3-2
5) 1,2 DL + LL - Fx + 0,3 Fy Kombinasi 3-3
6) 1,2 DL + LL - Fx - 0,3 Fy Kombinasi 3-4
7) 0,9 DL + Fx + 0,3 Fy Kombinasi 4-1
8) 0,9 DL + Fx - 0,3 Fy Kombinasi 4-2
9) 0,9 DL - Fx + 0,3 Fy Kombinasi 4-3
10) 0,9 DL - Fx - 0,3 Fy Kombinasi 4-4
11) 1,2 DL + LL + 0,3 Fx + Fy Kombinasi 3-5
12) 1,2 DL + LL + 0,3 Fx - Fy Kombinasi 3-6
13) 1,2 DL + LL - 0,3 Fx + Fy Kombinasi 3-7
BAB V
ANALISA STRUKTUR
Dari tabel tersebut, didapat nilai momen pada balok yang paling besar yaitu Balok
B10 di lantai 5. Nilai momen maksimum ini digunakan untuk menghitung perencanaan
tulangan pada balok.
Gambar 5.2. Diagram Gaya-Gaya Dalam pada Balok B10 4.4 m lantai 5
Nilai gaya-gaya dalam pada balok interior bentang 4.4 m B10 Lantai 4 :
- Mu kiri = -205.599 kN.m
- Mu lapangan = 28.437 kN.m
- Mu kanan = 148.099 kN.m
- V kiri = -160.404 kN
- V kanan = -42.051 kN
Dari tabel tersebut, didapat nilai gaya aksial pada kolom yang paling besar
yaitu Kolom C10 di lantai 1 sesuai yang ditinjau untuk kolom ukuran 900x900 mm 2.
Nilai gaya aksial maksimum ini digunakan untuk menghitung perencanaan tulangan
pada kolom.
BAB VI
PERENCANAAN PELAT LANTAI
(FLOOR SLAB DESIGN)
6.1 Perencanaan Penulangan Pelat Lantai
Dalam perencanaan penulangan, tulangan momen positif (tulangan atas) dan
momen negatif (tulangan bawah) dianggap sama, maka perencanaan dilakukan sekali
perhitungan saja (mengabaikan tanda positif atau negatif) yaitu berdasarkan nilai
momen terbesar pada lantai yang ditinjau yaitu lantai 3.
Dari tabel tersebut, didapat nilai momen arah X (M11) paling besar yaitu Pelat
F1 di lantai 3 untuk pelat setebal 200 mm. Spesifikasi pelat lantai tinjauan pada lantai 3
diuraikan sebagai berikut :
Diameter tulangan, D = 10 mm
'
Mutu beton, f c = 34 MPa
Mutu baja, fy = 490 MPa
Tebal pelat lantai = 200 mm
Selimut beton (D ≤ 36mm) = 22 mm
Lebar tinjauan, bw = 1000 mm
d = tebal pelat – selimut beton – 0,5D = 200 – 22 – (0,5 × 10) = 173 mm
Dari data spesifikasi perencanaan pelat lantai, dapat dihitung rasio tulangan dan
momen pikul maksimum pelat lantai.
,
382,5×β 1×f c ×[ 600+ f y −( 225×β 1 ) ]
= 2
Kmaks ( 600+ f y )
382,5×0 , 81×34×[ 600+ 490−( 225×0 , 81 ) ]
=
( 600+ 490 )2
=8 . 03 MPa
6.1.2 Rasio Tulangan (ρ)
Rasio tulangan pelat lantai dihitung berdasarkan mutu beton dan tulangan yang
digunakan, sesuai dengan ketentuan berikut :
Catatan
Jika ρperlu< ρmin, maka ρpakai = ρmin.
Jika ρmin< ρperlu, maka ρpakai = ρperlu.
Jika ρperlu> ρmaks, maka perhitungan diulang.
2×K
a
( √
= 1− 1−
0,85×f 'c
×d
)
2×10 . 965
( √
= 1− 1−
0 ,85×34
×173 ) =5 . 877 mm
0,85×f 'c×a×b
=
As perlu fy
0,85×34×5 .877×10 00
=
490
=207 . 983 mm2
Dari hasil perhitungan diperoleh tulangan momen negatif yang dipasang pada
daerah tumpuan bentang 5 m, yakni besi D10 dan spasi tulangan 200 mm.
M
u+ 5466000
= 2
= =0 . 966
K φ×b×d 0,8×490×1732 MPa ˂ Kmaks (ukuran pelat
mencukupi)
2×K
a
( √
= 1− 1−
0,85×f 'c
×d
)
2×0 , 966
( √
= 1− 1−
0 , 85×34 )
×173
=5 . 877 mm
'
0,85×f c×a×b
=
As perlu fy
0,85×34×5 .877×600
=
490
=207 . 983 mm2
Dari hasil perhitungan diperoleh tulangan momen positif yang dipasang pada
daerah tumpuan bentang 3,5 m yakni besi D10 dan spasi tulangan 200 mm.
BAB VII
PERENCANAAN BALOK
(BEAM DESIGN)
7.1. Umum
Untuk penyederhanaan, balok yang akan direncanakan adalah balok dengan gaya
dalam yang terbesar pada daerah yang ditinjau. Dalam keruntuhan balok yang paling
mempengaruhi adalah gaya momen, maka dalam perencanaan balok ini didasarkan pada
balok dengan gaya momen terbesar pada daerah yang dtinjau.
Desain balok mencakup desain tulangan lentur (longitudinal bar) dan tulangan
transversal / sengkang (stirrups).
Balok yang direncanakan adalah balok eksterior (balok B10 di lantai 5) sesuai
dengan daerah yang ditinjau.
Tu = 27.842 kN.m > Tth = 26.609 kN.m, maka balok Butuh Tulangan Torsi.
beef
ec = 0.003
a c
hf
h d dt - c
hw
As
bw
hf = 200 mm f’c = 34 MPa
hw = 500 mm fy = 490 MPa
h = 700 mm bw = 600 mm
As = 106,058 mm2
As min 1 = (0,25 . f’c0,5 . bw . d) / fy = 1142.391 mm2
As min 2 = (1,4 . bw . d) / fy = 1097.143 mm2
Karena smin < s > smax, maka digunakan spasi terkecil, yaitu 175 mm
“Tahanan momen positif menggunakan tulangan 4 tulangan D20, 4D20)”
hf As
dt - c
h
hw d
a c
bw ec = 0.003
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
ϕ = 0,90
Mu = -205,599 kN.m
d = (700 - 60) = 640 mm (digunakan selimut bersih = 60 mm)
As = (Mu . 106) / (ϕ . fy . j . d) = 766,797 mm2
As min1 = (0,25 . f’c0,5 . 2.bw . d) / fy = 2284.,781 mm2
Karena ϕ. Mn = 366,021 kN.m > |Mu| = 154,510 kN.m, maka besar penampang
balok cukup besar untuk menahan momen tarik yang terjadi.
Karena smin < s > smax, maka digunakan spasi terkecil, yaitu 175 mm
“Tahanan momen negatif menggunakan 8 tulangan Diameter 20, 8D20”
Dari hasil analisis struktur gedung dengan software ETABS, grafik distribusi gaya
geser terfaktor sepanjang balok dari pusat ke pusat tumpuan (4,4 m), Vu:
Vu = 160,404 kN
Penampang geser kritis berada pada jarak d dari muka tumpuan, maka:
d = 620 mm
Pengecekan Kebutuhan Sengkang
bw = 600 mm
f’c = 34 MPa
fyt = 490 MPa
ϕ = 0,75
Vc = 0,17 . ϕ . f’c0,5 . bw . d / 1000 = 361,519 kN (SNI Pers. 11- 3)
0,5 . ϕ . Vc = 135,570 kN
Karena 0,5 . Vc = 135,570 kN < |Vu| = 160,404 kN, maka dibutuhkan sengkang
untuk membantu balok menahan gaya geser Vu.
Karena ϕ (Vc + Vs maks) = 1355,696 kN > |Vu| = 160,404 kN, maka penampang
balok cukup besar untuk menahan gaya geser.
Karena (Av+t)/s perlu < (Av+t)/s min, maka digunakan (Av+t)/s = 0,446 mm2/mm.
Digunakan sengkang diameter 10 mm dengan 2 kaki:
SNI Pasal 11.5.6.2 menyatakan bahwa tulangan longitudinal untuk torsi harus
didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup. Maka, perlu ditambah
tulangan longitudinal di tengah tinggi balok dengan diameter:
s = 310 mm
db ≥ 10 mm
BAB VIII
PERENCANAAN KOLOM
(COLUMN DESIGN)
8.1 Umum
Untuk penyederhanaan, kolom-kolom bangunan akan didesain dengan dimensi
dan detail penulangan yang sama, menggunakan beban kolom terbesar (momen biaksial
dan gaya aksial).
Penggambaran diagram interaksi menggunakan software SPColumn, dengan
persyaratan lainnya akan dicek secara manual.
Kolom yang direncanakan adalah kolom C7, kolom interior yang berada pada
kolom pertama dari sebelah kanan gedung rumah sakit dan baris ketiga dari depan
gedung rumah sakit.
Dari hasil software ETABS , kolom C1 memiliki gaya dalam sebagai berikut:
Gaya aksial (Pu) = -958,688 kN
Momen lentur arah x (Mux) = 30,1469 kN.m
Momen lentur arah y (Muy) = -105,208 kN.m
Gaya geser (Vu) = 16,4497 kN
60 mm
60 mm Digunakan Tulangan
Longitudinal 12 D22
600 mm
Gambar detail penulangan kolom dengan software SPColumn
Maka dari gambar diagram interaksi di atas dapat disimpulkan bahwa penulangan
kolom di atas sudah memenuhi syarat kekuatan. Akan tetapi, masih ada persyaratan
detail penulangan yang harus diperiksa secara manual.
Karena 0,5 .ϕ. Vc = 60,31 kN > |Vu| = 1,79 kN, maka tidak diperlukan tulangan
untuk menahan geser tetapi tetap perlu disediakan tulangan sengkang untuk kolom.
SNI 7.7.1
Dengan selimut beton = 40 mm memenuhi semua kondisi, maka sudah OK !!!
Selimut bersih = 60 mm
ψt = 1.3
ψe =1
λ =1
fy ψt ψe
db
ld = 1.7λ(f 'c)
0.5 = 1224,54 mm (> 300 mm)
0.24ψ efy
Ldh = 0.5
db = 366,54 mm ( >8db = 176 mm dan > 150 mm )
λ(f 'c)
BAB IX
PENUTUP
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh kombinasi beban
yang dibantu dengan software ETABS, maka dari perencanaan struktur bangunan
rumah sakit 8 lantai ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Dari perhitungan kontrol masing-masing elemen aksial dan momen yang
menggunakan mutu beton f’c = 30 MPa (balok, kolom dan pelat) dan mutu tulangan
fy = 410 MPa, diperoleh bahwa desain masing-masing elemen telah memenuhi syarat
dan aman digunakan untuk portal gedung rumah sakit 8 lantai.
Balok Interior menggunakan dimensi 600.450 mm dengan tulangan momen negatif
4D25, tulangan momen positif 4D19 dan sengkang D10-240 mm. Balok aman
terhadap momen.
Kolom pada lantai 1-8 menggunakan dimensi 600.600 mm, dengan tulangan
longitudinal 12D22 dan sengkang D10-150. Kolom aman terhadap gaya tekan aksial
dan momen.
Pelat lantai menggunakan ketebalan sebesar 150 mm, dengan tulangan momen arah
X D10-200 dan momen arah Y D10-200. Pelat lantai aman terhadap momen.
9.2 Saran
Berdasarkan proses dalam perencanaan struktur bangunan kantor ini, saran yang
perlu dikembangkan pada perencanaan ini adalah:
Perlu dilakukan analisis struktur secara menyeluruh. Perlu ditambahkan beban lateral
yaitu angin agar struktur bangunan lebih teruji sebagai bangunan tingkat tinggi yang
berfungsi sebagai rumah sakit.
Pada pembebanan yang ada, perlu ditambahkan beban yang lebih detail lagi, seperti
beban tangga, lift, pendingin ruangan dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, H. A. (2010). “Balok dan Pelat Beton Bertulang”. Yogyakarta: Graha Ilmu