Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah tasawwuf tidak dikenal dalam kalangan generasi umat Islam pertama, yaitu pada masa
(sahabat) dan kedua (tabiin). Sedangkan ilmu tasawwuf menurut Ibnu Khaldun merupakan
ilmu yang lahir kemudian setelah datangnya Islam, karena sejak masa awalnya para sahabat
dan tabiin serta genearasi berikutnya telah memilih jalan hidayah (berpegang kepada ajaran
al-Quran dan Sunnah Nabi). Dalam kehidupannya, mereka gemar beribadah, berdzikir dan
beraktifitas rohani lainya. Akan tetapi, setelah banyak orang Islam berkecimpung dalam
mengejar kemewahan hidup duniawi pada abad kedua dan sesudahnya, maka orang-orang
mengarahkan hidupnya kepada ibadah yang disebut suffiyah dan mutasawwifin.Dari sinilah
kemudian dia mengembangkan dan mengamalkan tasawuf sehingga diadopsi pemikirannya
hingga sekarang.

Akhlak dilihat dari sudut bahasa (etimologi) adalah bentuk jamak dari kata khulk, dalam
kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai maupun tabiat. Di dalam Da`iratul Ma`arif,
akhlak ialah sifat – sifat manusia yang terdidik. Selain itu, pengertian akhlak adalah sifat –
sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, yang disebut akhlak yang mulia, sedangkan
akhlak yang buruk disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.

Pokok pembahasan akhlak tertuju pada tingkah laku manusia untuk menetapkan nilainya,
baik atau buruk dan daerah pembahasan akhlak meliputi seluruh aspek kehidupan manusia,
baik sebagai individu maupun masyarakat. Dalam perspektif perbuatan manusia. Tindakan
atau perbuatan dikategorikan menjadi dua, yaitu perbuatan yang lahir dengan kehendak dan
disengaja (akhlaki) dan perbuatan yang lahir tanpa kehendak dan tak disengaja. Nah disinilah
ada titik potong antara tasawwuf dengan akhlak yang akan dibahas pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Tasawuf ?


2.Siapa saja tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam Ilmu Tasawuf?
3. Bagaimana pengertian Akhlak ?
4. Bagaimana keterkaitan antara Tasawuf dengan Akhlak?

1
C. Tujuan

1. Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dari tasaawuf.


2. Supaya pembaca mengetahui pengertian akhlak.
3. Agar pembaca dapat memahami keterkaitan antara tasawuf dengan akhlak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf

Tasawuf berasal dari kata sufi. Yaitu kata-kata yang sering dipakai oleh orang Zahid bernama
Abu Hasyim Al-Kufi di Irak (w: 150 H).

Adapun asal usul kata sufi adalah sebagai berikut :

1. Ahl al-Suffah (‫ ( اهل السفة‬orang yang ikut pindah Nabi dari Mekkah ke Madinah dalam
keadaan miskin, karena kehabisan bekal. Mereka hidup diemperan masjid Nabi dengan
menggunakan pelana sebagai bantal ( suffah atau sofa “pelana”, baik dan mulia).

2. Shaff ( ‫ ) صف‬barisan, karena kaum sufi mempunyai iman yang kuat, jiwa yang bersih,
ikhlas dan senantiasa memilih barisan yang paling depan dalam shalat berjamaah

3. Sufi ( ‫ ) صوفى‬dari su ‫ صافى‬dan fi ‫ صفى‬yaitu suci. Seorang sufi adalah orang yang
disucikan dan kaum sufi adalah orang-orang yang telah mensucikan dirinya melalui latihan-
latihan yang berat (mujahadah).

4. Shopos dari kata Yunani yang berarti hikmah . Orang sufi berarti orang yang mempunyai
hubungan dengan hikmah.

5. Suf ( ‫ ) سوفى‬kain wol. Orang sufi berarti orang-orang yang sering memakai wol, yang
merupakan simbol kesederhanaan dan kemiskinan.

6. Sufi menunjuk pada kata safwah yang berarti sesuatu yang terpilih atau terbaik. Dikatakan
demikian karena seorang sufi biasa memandang diri mereka sebagai orang pilihan atau baik.

7. Tasawuf merujuk pada kata safa atau safw yang artinya bersih atau suci. Maksudnya
kehidupan seorang sufi lebih banyak diarahkan pada penyucian batin untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Sebab Tuhan tidak bisa didekati kecuali oleh orang yang suci.

Secara terminology (istilah), tasawuf diartikan beragam. Hal ini diantaranya karena berbeda
cara memandang aktifitas-aktifitas para kaum sufi. Berikut ini ada beberapa definisi tasawuf
yang diformulasikan oleh ahli tasawuf.

Ma’ruf al-karkhi sebagaimana yang dikutip oleh As-suhrwardi mengatakan: Tasawuf adalah
mengambil hakikat dan meninggalkan yang ada ditangan makhluk

Abu bakar Al-Kattani sebagaimana yang dikutip oleh imam Al-Ghazali berkata: Tasawuf

3
adalah budi pekerti, barang siapa yang memberikan bekal budi pekerti atasmu, berarti ia
memberikan bekal bagimu atas dirimu dalam tasawuf. Maka hamba yang jiwanya menerima
(perintah) untuk beramal, karena sesungguhnya mereka melakukan suluk dengan petunjuk
(nur) Islam. Dan orang-orang zuhud yang jiwanya menerima (perintah) untuk melakukan
sebagian akhlak, karena mereka telah melakukan suluk dengan petunjuk (nur) imannya.

Menurut Al-Junaidi Al-Bagdadi (w.297 H/910 M), selaku bapak tasawuf moderat, Tasawuf
berararti membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang, menekan sifat basyariah
(biologis), menjauhi hawa nafsu, memeberikan tempat bagi sifat kerohanian, berpegang pada
ilmu kebenaran, member nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji kepada Allah swt
dan mengikuti syariat Rasulullah saw. Keberadaan bersama Allah swt tanpa adanya
penghubung baginya

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Tasawuf adalah melakukan pengabdian kepada
Allah dengan cara mensucikan diri, meningkatkan akhlak dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
membangun kehidupan jasmani dan rahani untuk mencapai kebahagiaan abadi atau hakiki.

Karakteristik dan Maqamat Tasawuf :

1. Karakteristik Tasawuf

Menyajikan pengertian yang lengkap tentang makna tasawuf ini adalah hal yang sulit, walau
demikian ahli berusaha mengkaji tasawuf dari karakter yang paling menonjol. Pertama
tasawuf diartikan sebagai pengalaman mistik. Dalam pemahaman ini tasawuf diartikan
sebagai suatu kondisi pemahaman yang dapat memungkinkan tersingkapnya realitas mutlak.
Pemahaman tersebut bukan berasal dari pengetahuan yang bersifat demonstrative, tetapi
ilham yang menusup kedalam lubuk hati, karena itu tasawuf mustahil dapat diekspresikan
atau dijabarkan, karena tasawuf itu berupa kondisi perasaan yang sulit dijabarkan kepada
orang lain dengan kata-kata biasa. Cirri umum dari tasawuf ialah memiliki nilai-nilai moral
yang tujuannya membersihkan jiwa yang hanya dapat diperoleh melalui latihan fisik-psikis
serta pengekangan diri dari pengaruh materialism duniawi.

B.Macam-Macam Tasawuf
A.      TASAWUF AKHLAKI
Pengertian Tasawuf Akhlaki
Kata “tasawuf” dalam bahasa Arab adalah bisa “membersihkan” atau “saling
membersihkan”. Kata “membersihkan” merupakan kata kerja yang membutuhkan objek.
Objek tasawuf adalah akhlak manusia.
Kemudian kata “ahlaq” juga berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa bermakna
“pembuatan” atau “penciptaan”. Dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai, budi,
tabiat, adab, atau tingkah laku. Menurut Imam Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam

4
dalam jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pemikiran maupun pertimbangan.
Jadi, jika kata “tasawuf” dengan kata “akhlak” disatukan, akan terbentuk sebuah frase
yaitu tasawuf akhlaki. Secara etimologi, tasawuf akhlaki ini bermakna membersihkan tingkah
laku atau saling membersihkan tingkah laku
Sistem Pembinaan Akhlak
Dalam tasawuf akhlaki, sistem pembinaan akhlak disusun sebagai berikut:
1.      Takhalli
Merupakan langkah pertama yang harus dijalani seseorang, yaitu usaha mengosongkan diri
dari perilaku atau akhlak tercela. Hal ini dapat tercapai dengan menjatuhkan diri dari
kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu.
2.      Tahalli
Adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap,
perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli ini dilakukan setelah jiwa dikosongkan dari
akhlak-akhlak jelek.
3.      Tajalli
Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase tahalli, rangkaian
pendidikan akhlak disempurnakan pada fase tajalli. Tahap ini termasuk penyempurnaan
kesucian jiwa. Para sufi sependapat bahwa tingkat kesempurnaan kesucian jiwa hanya dapat
ditempuh dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah dan memperdalam rasa kecintaan itu.
Karakteristik Tasawuf Akhlaki
Adapun ciri-ciri tasawuf akhlaki antara lain:
1.      Melandaskan diri pada Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam ajaran-ajarannya, cenderung
memakai landasan Qur’ani dan Hadis sebagai kerangka pendekatannya.
2.      Kesinambungan antara hakikat dengan syariat, yaitu keterkaitan antara tasawuf (sebagai
aspek batiniahnya) dengan fiqh (sebagai aspek lahirnya).
3.      Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antartuhan dan manusia.
4.      Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak dan pengobatan jiwa dengan
cara latihan mental (takhalli, tahalli, dan tajalli).
5.      Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat. Terminologi-terminologi yang
dikembangkan lebih transparan.

5
Tokoh-Tokoh Tasawuf Akhlaki
1.      Hasan Al-Bashri
Bernama lengkap Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar. Adalah seorang zahid yang amat
mashyur di kalangan tabi’in. Ia lahir di Madinah pada tahun 21 H (632 M) dan wafat pada
110 H (728 H).
Ajaran-Ajaran Tasawufnya
Hamka mengemukakan sebagian ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri sebagai berikut:
         Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tenteram lebih baik daripada rasa tenteram yang
menimbulkan perasaan takut.
         Dunia adalah negeri tempat beramal. Barangsiapa bertemu dunia dengan perasaan benci dan
zuhud, ia akan berbahagia dan memperoleh faedah darinya. Barangsiapa bertemu dunia
dengan perasaan rindu dan hatinya tertambal dengan dunia, ia akan sengsara dan akan
berhadapan dengan penderitaan yang tidak dapat ditanggungnya.
         Tafakur membawa kita pada kebaikan dan berusaha mengerjakannya.
         Dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali ditinggal mati
suaminya.
         Orang yang beriman akan senantiasa berdukacita pada pagi dan sore hari karena berada
diantara dua perasaan takut, yaitu takut mengenang dosa yang telah lampau dan takut
memikirkan ajal yang masih tinggal serta bahaya yang akan mengancam.
         Hendaklah setiap orang sadar akan kematian yang senantiasa mengancamnya, hari kiamat
yang akan menagih janjinya.
         Banyak dukacita di dunia memperteguh semangat amal saleh.
Berkaitan dengan ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri, Muhammad Mustafa, guru besar
filsafat Islam menyatakan bahwa tasawuf Hasan Al-Bashri didasari oleh rasa takut siksa
Tuhan di dalam neraka. Setelah di teliti, ternyata bukan perasaan takut yang mendasari
tasawufnya tetapi kebesaran jiwanya akan kekurangan dan kelalaian dirinya yang mendasari
tasawufnya.
2.      Al-Muhasibi
Bernama lengkap Abu ‘Abdillah Al-Harits bin Asad Al-Bashri Al-Baghdadi Al-
Muhasibi. Beliau lahir di Bashrah, Irak, tahun 165 H (781 M) dan meninggal tahun 243 H
(857 M).
Ajaran-Ajaran Tasawufnya
a.     Makrifat

6
Al-Muhasibi menjelaskan tahapan-tahapan makrifat sebagai berikut:
a)          Taat.
b)         Aktivitas anggota tubuh yang telah disinari oleh cahaya yang memenuhi hati.
c)          Khazanah-khazanah keilmuan dan keghaiban kepda setiap orang yang telah menempuh
kedua tahap di atas.
d)         Tahap keempat adalah apa yang dikatakan oleh sementara sufi dengan fana’ yang
menyebabkan baqa’.
b.    Khauf dan Raja’
Dalam pandangan Al-Muhasibi, khauf (rasa takut) dan raja’ (pengharapan) menempati
posisi penting dalam perjalanan seseorang membersihkan jiwa. Kahuf dan raja’ dapat
dilakukan dengan sempurna hanya dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah.
3.      Al-Ghazali
Bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Ath-Thusi Asy-
Syafi’i Al-Ghazali. Beliau dipanggil Al-Ghazali karena dilahirkan di kampung Ghazlah,
suatu kota di Khurasan, Iran tahun 450 H (1058 M).
Ajaran Tasawuf Al-Ghazali
Dalam tasawufnya Al-Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan Al-Quran dan
As-Sunnah Nabi Muhammad SAW ditambah dengan doktrin Ahlu As-Sunnah wa Al-
Jamaah.
Menurut Al-Ghazali jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-
hambatan jiwa serta membersihkan diri dari moral yang tercela sehingga kalbu dapat lepas
dari segala sesuatu yang selain Allah SWT dan berhias dengan selalu mengingat Allah SWT.
Al-Ghazali menolak paham hulul dan ittihad. Untuk itu, ia menyodorkan paham baru tentang
makrifat yaitu pendekatan diri kepada Allah SWT. Jalan menuju makrifat adalah perpaduan
ilmu dan amal, sementara buahnya adalah moralitas. Ringkasnya, makrifat menurut Al-
Ghazali adalah diawali dalam bentuk latihan jiwa lalu diteruskan dengan menempuh fase-fase
pencapaian rohani dalam tingkatan-tingkatan dan keadaan.
Al-Ghazali juga menjadikan tasawuf sebagai sarana untuk berolah rasa dan berolah jiwa,
sehingga sampai pada makrifat yang membantu menciptakan (sa’adah).
4.      Al-Qusyairi
Bernama lengkap ‘Abdu Karim bin Hawazin, lahir tahun 376 H di Istiwa, kawasan
Nishafur dan wafat tahun 465 H.
Ajaran-Ajaran Tasawufnya
         Mengembalikan tasawuf ke landasan Ahlussunnah.
7
         Kesehatan batin.
         Penyimpangan para sufi

B.     TASAWUF AMALI


Pengertian Tasawuf Amali
Tasawuf amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Tasawuf amali adalah seperti yang dipraktekan di dalam kelompok
tarekat, dimana dalam kelompok ini terdapat sejumlah sufi yang mendapat bimbingan dan
petujuk dari seorang guru tentang bacaan dan amalan yang harus di tempuh oleh seorang sufi
dalam mencapai kesempurnaan rohani agar dapat berhubungan langsung dengan Allah.
Setiap kelompk tarekat memiliki metode, cara dan amalan yang berbeda satu sama lain.
Berikut macam-macam maqom yang harus dilalui seorang sufi, yaitu:
           Al-Maqamat
Untuk mencapai tujuan tasawuf seseorang harus menempuh jalan yang panjang dan berat,
perjalanan panjang dan berat tersebut dapat di pelajari melalui tahapan-tahapan tertentu atau
yang biasa disebut dengan istilah al-Maqamat (stasiun=tahap-tahap). Perjalanan panjang itu
dibagi kepada 7 macam, yaitu: Al-Taubah, Al-Wara’, Al-Zuhd, Al-Shabr, Al-Tawakkal dan
Al-Ridho.
           Al-Ahwal
Al-Ahwal adalah situasi kejiwaan yang diperoleh seseorang sebagai karunia Allah, bukan
dari usahanya.
Mengenai jumlah dan formasi al-Ahwal ini sebagian besar sufi berpendapat ada delapan,
yaitu: Al-Muraqabah, Al-Khauf, Al-Raja’, Al-Syauq, Al-Uns, Al-Thoma’ninah, Al-
Musyahadah dan Al-Yakin
Tokoh-Tokoh Tasawuf Amali
1)      Rabiah Al-Adawiah
Bernama lengkap Rabi’ah bin Ismail Al-Adawiah Al-Bashriyah Al-Qaisiyah. Lahir tahun 95
H (713 H) di suatu perkampungan dekat kota Bashrah (Irak) dan wafat tahun 185 H (801 M).
Rabiah Al-Adawiah dalam perkembangan mistisisme dalam Islam tercatat sebagai peletak
dasar tasawuf berasaskan cinta kepada Allah SWT.
2)      Dzu Al-Nun Al-Mishri
Bernama lengkap Abu Al-Faidh Tsauban bin Ibrahim. Lahir di Ikhkim, daratan tinggi Mesir
tahun 180 H (796 M) dan wafat tahun 246 H (856 M).

8
Al-Mishri membedakan ma’rifat  menjadi dua yaitu ma’rifat sufiah adalah pendekatan
menggunakan pendekatan qalb dan ma’rifat aqliyah adalah pendekatan yang menggunakan
akal. Ma’rifat menurutnya sebenarnya adalah musyahadah qalbiyah (penyaksian hati), sebab
maa’rifat merupakan fitrah dalam hati manusia.
3)      Abu Yazid Al-Bustami
Bernama lengkap Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa bin Syarusan Al-Bustami. Lahir di daerah
Bustam (Persia) tahun 874 M dan wafat tahun 947 M.
Ajaran tasawuf terpenting Abu Yazid adalah fana dan baqa. Dalam istilah tasawuf, fana
diartikan sebagai keadaan moral yang luhur. Dan fana berarti mendirikan sifat-sifat terpuji
kepada Allah.
4)      Abu Manshur Al-Hallaj
Bernama lengkap Abu Al-Mughist Al-Husain bin Mashur bin Muhammad Al-Baidhawi.
Lahir di Baida sebuah kota kecil di daerah Persia tahun 244 H (855 M)
Diantara ajaran tasawufnya yang paling terkenal adalah Al-Hulul dan Wahdat Asy-Syuhud
yang kemudian melahirkan paham wihdad al-wujud (kesatuan wujud) yang di kembangkan
Ibnu Arabi.

C.    TASAWUF FALSAFI


Pengertian dan Perkembangan Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis
dan visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf akhlaki, tasawuf falsafi menggunakan
terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi falsafi tersebut berasal dari
bermacam-macam ajaran filsafat yang telah memengaruhi para tokohnya.
Menurut At-Taftazani, tasawuf falsafi mulai muncul dalam khazanah Islam sejak abad
keenam Hijriah, meskipun para tokohnya baru dikenal setelah seabad kemudian. Sejak saat
itu, tasawuf jenis ini terus hidup dan berkembang terutama di kalangan para sufi yang juga
filsuf, sampai menjelang akhir-akhir ini.
Menurut At-Taftazani, ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya yang samar-samar akibat
banyaknya istilah khusus yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang memahami ajaran
tasawuf jenis ini. Tasawuf falsafi tidak dapat dipandang sebagai filsafat karena ajaran dan
metodenya didasarkan pada rasa (dzauq), tetapi tidak dapat pula dikategorikan sebagai
tasawuf dalam pengertiannya yang murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam
bahasa filsafat dan lebih berorientasi pada panteisme.
            Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi

9
1)        Ibnu Arabi
       Bernama lengkap Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin ‘Abdullah Ath-Tha’i Al-Haitami.
Lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol tahun 560 M. Di antara karya monumentalnya
adalah Al-Futuhat Al-Makiyyah yang di tulis tahun 1201, dan masih banyak karya lainnya.
Ajaran-Ajaran Tasawufnya
a)      Wahdat Al Wujud
Ajaran sentral Ibnu Arabi adalah tentang wahdat al-wujusd (kesatuan wujud). Menurut Ibnu
Arabi wujud semua yang ada ini hanya satu dan wujud makhluk pada hakikatnya adalah
wujud Khaliq.
b)      Haqiqah Muhammadiyyah
Ibnu Arabi menjelaskan bahwa terjadinya alam ini tidak bisa dipisahkan dari ajaran Haqiqah
Muhammadiyyah atau Nur Muhammad. Menurutnya, tahapan-tahapan kejadian proses
penciptaan alam dan hubungannya dengan kedua ajaran itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, wujud tuhan sebagai wujud mutlak yaitu dzat yang mandiri dan tidak berhajat
kepada suatu apapun.
Kedua, wujud Haqiqah Muhammadiyyah sebagai emansi (pelimpahan) pertama dari wujud
Tuhan dan dari sini muncul segala yang wujud dengan proses tahapan-tahapannya.
c)      Wahdatul Adyan
Adapun yang berkenaan dengan konsepnya wahdat al-adyan (kesamaan agama), Ibnu Arabi
memandang bahwa sumber agama adalah satu, yaitu hakikat Muhammadiyyah.
Konsekuensinya, semua agama adalah tunggal dan semua itu kepunyaan Allah.
2)        Al-Jili
       Bernama lengkap ‘Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jili. Lahir pada tahun 1365 M di Jilan
(Gilan) sebuah provinsi di sebelah selatan Kaspi dan wafat tahun 1417 M.
Ajaran-Ajaran Tasawufnya
a)      Insan Kamil
Ajaran tasawuf Al-Jili yang terpenting adalah paham insan kamil (manusia sempurna).
Menurut Al-Jili, insan kamil adalah nuskhah atau copy Tuhan. Lebih lanjut ia
mengemukakan bahwa perumpamaan hubungan Tuhan dengan insan kamil adalah bagaikan
cermin di mana seseorang tidak akan dapat melihat bentuk dirinya sendiri, kecuali melalui
cermin itu.
b)      Maqamat (Al-Martabah)

10
Al-Jili merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui seorang sufi, yang menurut
istilahnya ia sebut al-martabah (jenjang atau tingkat). Tingkat-tingkat itu adalah: islam, iman,
shalah, ihsan, syahadah, shiddiqiyah, dan qurbah
3)        Ibnu Sab’in
       Bernama lengkap ‘Abdul Haqq Ibnu Ibrahim Muhammad Ibnu Nashr, ia dilahirkan tahun
614 H (1217-1218 M) di kawasan Murcia.
Ajaran-Ajaran Tasawufnya
a)      Kesatuan Mutlak
Ibnu Sab’in adalah seorang pengasas sebuah paham dalam kalangan tasawuf filosof, yang
dikenal dengan paham kesatuan mutlak. Gagasan esensial pahamnya sederhana saja, yaitu
wujud adalah satu alias wujud Allah semata.
b)      Penolakan Terhadap Logika Arisotelian
Paham Ibnu Sab’in tentang kesatuan mutlak telah mebuatnya menolak logika Aristotelian.
Oleh karena it dalam karyanya “Budd Al-‘Arif” ia berusaha menyusun suatu logika baru
yang bercorak iluminatif, sebagai pengganti logika yang berdasarkan pada konsepsi jamak.
Ibnu Sab’in berpendapat bahwa logika barunya tersebut, yang dia sebut juga dengan logika
pencapaian kesatuan mutlak, tidak termasuk kategori logika yang bisa dicapai dengan
penalaran, tetapi termasuk penalaran Ilahi yang membuat manusia bisa melihat yang belum
pernah dilihatnya maupun mendengar apa yang belum di dengarnya.

C.Maqamat dalam Tasawuf


Menurut abu Nasr As-Sarraj maqamat dalam tasawuf yaitu:

a. Tobat, yaitu memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan serta
berjanji dengan sungguh-sungguh untuk tidak akan mengulangi perbuatan dosa yang telah
dilakukan.

b. Wara’, yaitu menghindari diri dari perbuatan dosa atau menjauhi hal-hal yang tidak baik
atau subhat. Dalam pengertian sufi wara’ adalah menghindari jauh-jauh segala yang
didalamnya terdapat keragu-raguan antara halal dan haram (syubhat).

c. Zuhud, yaitu menjauhi dari perkara yang bersifat keduniawian.

d. Fakir, yaitu tidak meminta lebih dari pada yang menjadi haknya, tidak banyak mengharap
dan memohon rizqi, kecuali hanya untuk menjalankan kewajiban-kewajiban dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah SWT.

e. Sabar, yaitu menghindari diri dari hal-hal yang bertentangan dengan apa yang dilarang
Allah SWT, tenang ketika mendapat cobaan, dan menampakkan sikap perwira walaupun

11
sebenarnya berada dalam kafakiran dalam bidang ekonomi.

f. Tawakal, yaitu penyerahan diri seorang hamba kepada Allah SWT setelah ada usaha
maksimal.

g. Ridha, yaitu menerima qadha’ dan qadar Allah SWT dengan hati senang, mengeluarkan
perasaan benci dari hati sehingga yang tinggal didalamnya hanya perasaan senang dan
gembira

A. Pengertian Akhlak

Secara Etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk yang artinya budi pekerti,
tingkah laku, perangai atau tabi’at. Yang mempunyai sinonim dengan moral dan etika, moral
dan etika berasal dari bahasa latin yang artinya kabiasaan. Akhlak berasal dari kata kerja
khalaqa yang artiya menciptakan. Khalik artinya pencipta dan makhluk artinya yang
diciptakan. Kata khalak yang mempunyai kata yang seakan diatas mengandung maksud
bahwa akhlak merupakan jalinan yang mengikat atas kehendak tuhan dan manusia. Dengan
demikian, akhlak dapat dimaknai tata aturan atau norma prilaku yang mengatur hubungan
antara manusia dengan tuhan semesta alam.

Sedangkan secara terminologi akhlak adalah:

1. Menurut Imam Ghozali:

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan

2. Ibnu maskawih :

Ahklak adalah gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak
membutuhkan pikiran.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah perbuatan yang tertanam
didalam jiwa seseorang secara kuat sehingga menjadi kepribadian, dilakukan secara sepontan
tanpa paksaan atau tekanan dari luar diri seseorang, dan dilakukan dengan ikhlas hanya
mengharap ridho Allah SWT.

Pembagian akhlak ada dua yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah.

1. Akhlak Mahmudah artinya: akhlak yang terpuji, contoh akhlak mahmudah adalah

a. Sabar, adalah mampu menahan diri atau mampu mengendalikan amarah.

b. Ikhlas, adalah mengejakan sesuatu amal hanya semata-mata karena Allah, yakni harus
mengharap ridhoNya.

12
c. Jujur, adalah mengatakan sesuatu itu dengan apa adanya dan harus dengan hati yang lurus.

d. Pemaaf, adalah orang yang memberikan maaf kepada peminta maaf yang menyadari
kesalahannya.

e. Pemurah, adalah sikap seseorang yang ringan untuk mengeluarkan sebagian hartanya untuk
kepentingan orang lain,

f. Menepati janji, adalah orang yang datang ketempat yang sudah disepakati sebelumnya.

2. Akhlak Madzmumah adalah akhlak yang buruk atau tercela, contoh akhlak madzmumah
adalah:

a. Ujub dan Takabur, Ujub adalah mengagumi kemampuan dirinya sendiri. Sedangkan
takabur, adalah membanggakan diri karena dirinya merasa lebih dari pada yang lain.

b. Ria dan Sum’ah, Ria adalah beramal baik dan bermaksud ingin memperoleh pujian orang
lain. Sedangkan sum’ah, adalah berbuat atau berkata agar didengar orang lain sehingga
namanya jadi terkenal.

c. Malas dan Tamak, Malas adalah enggan atau tidak mau melakukan sesuatu, dan
Tamak( serakah) adalah terlalu bernafsu untuk memiliki sesuatu yang berguna bagi dirinya
sendiri.

d. Dendam dan Iri hati, Dendam adalah keinginan untuk membalas kejahatan yang dilakukan
orang lain atas dirinya. Dan Iri hati adalah perasaan tidak senang apabila melihat orang lain
mendapat kesenangan.

e. Fitnah dan Penipuan, Fitnah adalah berita bohong atau desas- desus tentang seseorang
dengan maksud yang tidak baik. Sedangkan penipuan adalah perkataan atau perbuatan tidak
jujur dengan maksud menyesatkan seseorang dan mencari untung dari perbuatannya tersebut.

f. Bohong dan Khianat, Bohong adalah dusta, berarti tidak sesuaidengan keadaan yang
sebenarnya., sedangkan Khianat adalah perbuatan tidak setia terhadap pihak lain.

g. Bakhil dan Takut miskin, Bakhil adalah perasaan tidak rela memberikan sesuatu kepada
orang lain atau untuk kepentingan agama. Dan Takut miskin adalah rasa cemas akan
menderita hidupnya karena kekurangan harta.

Sedangkan tujuan dari akhlak adalah sebagai berikut:

1. Untuk membentuk pribadi muslim.

2. Bertingkah laku yang baik demi meningkatkan derajat kehidupan manusia.

3. Menyempurnakan keimanan.

4. Sebagai pengatur cara hidup berkeluarga dan bertetangga.

5. Mengatur adab pergaulan berbangsa dan bernegara.

13
Jadi mempelajari ilmu akhlak bukanlah sekedar untuk mengetahui mana akhlak baik dan
buruk, akan tetapi yang penting adalah, mengamalkan dan menerapkan akhlak yang luhur itu
dalam kehidupan sehari-hari, sesuai tuntutan ajaran Islam.

 Hubungan Tasawuf dan Akhlak

Sebenarnya, tiga macam tasawwuf tadi punya tujuan yang sama, yaitu
sama sama mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari
perbuatan yang tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan yang terpuji (al-
akhlaq al-mahmudah), karena itu untuk menuju wilayah tasawwuf, seseorang
harus mempunyai akhlak yang mulia berdasarkan kesadarannya sendiri.
Bertasawwuf pada hakekatnya adalah melakukan serangkaian ibadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt. Ibadah itu sendiri sangat berkaitan erat
dengan akhlak. Menurut Harun Nasution, mempelajari tasawwuf sangat erat
kaitannya dengan Al-Quran dan Al-Sunnah yang mementingkan akhlak. Cara
beribadah kaum sufi biasanya berimplikasi kepada pembinaan akhlak yang
mulia, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Di kalangan kaum sufi dikenal
istilah altakhalluq bi akhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti
Allah, atau juga istilah al-ittishaf bi sifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifat –
sifat yang dimiliki oleh Allah.

Jadi akhlak merupakan bagian dari tasawwuf akhlaqi, yang


merupakan salah satu ajaran dari tasawwuf, dan yang terpenting dari ajaran
tasawwuf akhlaki adalah mengisi kalbu (hati) dengan sifat khauf yaitu merasa
khawatir terhadap siksaan Allah. Kemudian, dilihat dari amalan serta jenis ilmu
yang dipelajari dalam tasawwuf amali, ada dua macam hal yang disebut ilmu
lahir dan ilmu batin yang terdiri dari empat kelompok, yaitu syariat, tharikat,
hakikat, dan ma`rifat.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tasawuf adalah melakukan pengabdian kepada Allah dengan cara mensucikan diri,
meningkatkan ahlaq dan ketaqwaan kepada Allah SWT, membangun kehidupan jasmani dan
rahani untuk mencapai kebahagiaan abadi atau hakiki. Maqamat tasawuf terdiri dari tobat,
wara’, zuhud, fakir, sabar, tawakal, ridho. Akhlak adalah perbuatan yang tertanam didalam jiwa
seseorang secara kuat sehingga menjadi kepribadian, dilakukan secara sepontan tanpa paksaan atau
tekanan dari luar diri seseorang, dan dilakukan dengan ikhlas hanya mengharap ridho Allah SWT.
Akhlak ada dua yaitu madzmumah (akhlak yang tercela) dan akhlak Mhmudah (akhlak yang terpuji).

Akhlak merupakan bagian dari tasawwuf akhlaqi, yang merupakan salah satu ajaran dari tasawuf,
dan yang terpenting dari ajaran tasawuf akhlaki adalah mengisi kalbu (hati) dengan sifat khauf yaitu
merasa khawatir terhadap siksaan Allah SWT. Kemudian, dilihat dari amalan serta jenis ilmu yang
dipelajari dalam tasawuf amali, ada dua macam hal yang disebut ilmu lahir dan ilmu batin yang
terdiri dari empat kelompok, yaitu syariat, tharikat, hakikat, dan ma`rifat.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://annisazuhra20.blogspot.co.id/2015/05/tasawuf-akhlaki-
tasawuf-amali-dan.html

https://ferdyjambi.wordpress.com/akhlak-dan-tasawuf/

http://tamaraislamidiani.blogspot.co.id/2015/06/akhlak-tasawuf-
macam-macam-tasawuf.html

16

Anda mungkin juga menyukai