Anda di halaman 1dari 28

TUGAS 2 REKAYASA TAMBAK

HIDROLOGI TAMBAK

Disusun Oleh :

Riski Afdhal Saputra


NIM : 1607123385

KELAS PILIHAN

UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK SIPIL S1
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya

Tidak lupa ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada dosen pengampu dan pihak
lain yang membantu yang tidak bisa penulis ucapkan namanya satu persatu

Makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan sehingga saran dan kritik yang
membangun sangat ditunggu dan semoga makalah ini bermanfaat pada pembacanya

Pekanbaru , 3 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB II HIDROLOGI TAMBAK..........................................................................................................1
2.1 Siklus Hidrologi...........................................................................................................................1
2.1.1 Evaporasi..............................................................................................................................2
2.1.2 Presipitasi.............................................................................................................................3
2.1.3 Infiltrasi..............................................................................................................................10
2.2 Sumber Air...............................................................................................................................13
2.3 Pasang Surut.............................................................................................................................15
2.4 Sumber air bersih.......................................................................................................................16
2.4.1 Sungai.................................................................................................................................16
2.4.2 Sumur.................................................................................................................................17
2.5 Esturia........................................................................................................................................17
2.6 Hubungan hidrologi dengan kualitas air...................................................................................20
2.6.1 Salinitas..............................................................................................................................20
2.6.2 BOD ( Biological Oxygen Demand)/ Chemical Oxygen Demand (COD).......................20
2.6.3 Suhu....................................................................................................................................21
2.6.4 Tingkat lekeruhan air..........................................................................................................22
2.6.5 pH.......................................................................................................................................22

ii
BAB II
HIDROLOGI TAMBAK

2.1 Siklus Hidrologi

Air adalah salah satu komponen abiotik yang ada di bumi dan keberadaannya
sangat penting bagi hidup seluruh makhluk yang ada. Siklus hidrogen biasa disebut
dengan siklus hidrologi atau siklus air. Kata hidrologi berasal dari bahasa Yunani
“Hydrologia” yang berarti ilmu air. Hidrologi ialah cabang ilmu geografi yang
membahas tentang distribusi, kualitas dan pergerakan air di bumi. Siklus air atau
siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi
dan kembali ke atmosfer melalui tahap kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi.

Siklus hidrologi merupakan siklus atau sirkulasi air yang berasal dari bumi
kemudian menuju ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara
terus menerus. Karena bentuknya memutar dan berlangsung secara berkelanjutan
inilah yang menyebabkan air seperti tidak pernah habis. Siklus hidrologi memegang
peran penting bagi kelangsungan hidup organisme yang ada di bumi. Melalui siklus
ini, ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga, proses siklus hidrologi juga
berdampak pada teraturnya suhu lingkungan, cuaca, hujan dan keseimbangan
ekosistem bumi. Fungsi air bagi kehidupan antara lain:

1. Sumber kehidupan dan tanda kehidupan.


2. Fotosintesis
3. Membantu sistem metabolisme tubuh
4. Membantu kegiatan rumah tangga, misalnya mencuci, mandi, minum,
memasak, dll.
5. Untuk proses pendinginan dan pemeliharaan pabrik pada bidang industri.
6. Irigasi
7. Sarana transportasi
8. Sebagai pembangkit listrik

1
Pemanasan air laut oleh paparan sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Panasnya air laut didukung
oleh sinar matahari karena matahari merupakan kunci sukses dari siklus hidrologi
sehingga mampu berjalan secara terus menerus kemudian air berevoporasi, kemudian
jatuh ke bumi sebagai prespitasi dengan bentuk salju, gerimis atau kabut, hujan, hujan
es dan salju dan hujan batu.

2.1.1 Evaporasi
Tahapan pertama dalam siklus hidrologi ini adalah evaporasi. Evaporasi
merupakan istilah lain dari penguapan. Siklus hidrologi akan dimulai dari adanya
penguapan. Penguapan yang mengawali terjadinya siklus hidrologi adalah
penguapan dari air yang ada di Bumi, seperti samudera, laut, danau, rawa,
sungai , bendungan (baca: bendungan terbesar di dunia),  bahkan di areal
persawahan. Semua air tersebut akan berubah menjadi uap air karena adanya
pemanasan dari sinar matahari. Hal inilah yang disebut dengan evaporasi atau
penguapan.
Evaporasi ini akan mengubah bentuk air yang semula cair menjadi uap air
yang  berwujud gas. Karena menjadi wujud gas, hal ini memungkinkan bahwa
gas tersebut dapat naik ke atas (ke atmosfer) karena terbawa oleh angin. Semakin
panas sinar matahari yang diterima, maka akan semakin banyak air yang berubah
menjadi uap air, dan semakin banyak  pula yang terbawa ke lapisan atmosfer
Bumi.
Selain evaporasi, ada bentuk penguapan lainnya yakni penguapan yang berasal
dari  jaringan makhluk hidup. Penguapan yang terjadi di jaringan makhluk hidup
ini disebut sebagai transpirasi. Transpirasi ini terjadi di jaringan hewan maupun
tumbuhan. Sama halnya dengan evaporasi, transpirasi ini juga mengubah air yang
berwujud cair dari jaringan makhluk hidup tersebut menjadi uap air. Uap air ini
juga akan terbawa ke atas, yakni ke atmosfer. Namun, biasanya penguapan yang
terjadi karena transpirasi ini jumlahnya lebih sedikit atau lebih kecil daripada
penguapan yang terjadi karena evaporasi.
Terakhir dilanjutkan dengan Evapotranspirasi. Evapotranspirasi ini merupakan
gabungan dari evaporasi dan juga transpirasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa
evapotranspirasi ini merupakan total penguapan air atau penguapan air secara

2
keseluruhan, baik yang ada di permukaan Bumi atau tanah maupun di jaringan
makhluk hidup. Dalam siklus hidrologi, evapotranspirasi ini sangatlah
mempengaruhi jumlah uap air yang ternagkut ke atas atau ke atmosfer Bumi.
Penjelasan dapat dilihat pada gambar 1

Gambar 1 Siklus hidrologi (Evaporasi)

2.1.2 Presipitasi

Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan  bumi
dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah
hujan serta salju di daerah beriklim sedang. Presipitasi adalah peristiwa klimatik
yang bersifat alamiah yaitu perubahan bentuk uap air di atmosfer menjadi curah
hujan sebagai akibat proses kondensasi. Presipitasi merupakan factor utama yang
mengendalikan proses daur hidrologi di suatu wilayah DAS ( merupakan elemen
utama yang perlu diketahui medasari pemahaman tentang kelembaban tanah,
proses resapan air tanah dan debit aliran ).

Bentuk-bentuk presipitasi adalah :

3
adalah bentuk presipitasi dari air beku, biasanya berbentuk kristal
Salju
hexagonal bercabang atau berbentuk bintang.
Sleet adalah salju yang mencair atau campuran dari hujan dan salju.
Glaze/hujan terjadi apabila lapisan udara yang dingin dan membeku waktu
beku mencapai tanah.
Hujan adalah presipitasi dalam bentuk bongkahan-bongakahan es
es/hailstone berdiameter 5-50 mm.
Hujan adalah presipitasi berbentuk cair berdiameter 0.5-4.0 mm
adalah presipitasi berbentuk cair dengan butiran air sangat kecil dan
Drizzle/gerimis
hampir seragam, diameternya kurang dari 0.5 mm.
adalah presipitasi terbentuk secara langsung dengan kondensasi yang
Embun/dew
terjadi di permukaan bumi.

Faktor – faktor yang mempengaruhi presipitasi

1. Kelembaban udara

Massa uap yang terdapat dalam 1 m3 udara (g) atau kerapatan uap

disebut kelembaban mutlak ( absolute). Kemampuan udara untuk menampung

uap adalah berbeda – beda menurut suhu. Mengingat makin tinggi suhu,

makin banyak uap yang dapat di tampung, maka kekeringan dan kebasahan

udara tidak dapat ditentukan oleh kelembaban mutlak saja Kelembaban

relative adalah perbandingan antara massa uap dalam suatu satuan volume dan

massa uap yang jenuh dalam satuan volume itu pada suhu yang sama.

Kelembaban relative ini biasanya disebut kelembaban.

Salah satu fungsi utama kelembaban udara adalah sebagai lapisan

pelindung permukaan bumi. Kelembaban udara dapat menurunkan suhu

dengan cara menyerap atau memantulkan sekurang-kurangnya setengah

4
radiasi matahari gelombang panjang dari permukaan bumi pada waktu siang

dan malam hari. Sejalan dengan meningkatnya suhu udara, meningkat pula

kapasitas udara dalam menampung uap air. Sebaliknya, ketika udara

bertambah dingin, gumpalan awan menjadi bertambah besar dan pada

gilirannya akan jatuh sebagai air hujan.

Pengukuran kelembaban biasanya di ukur dengan thermometer bola

kering dan thermometer bola basah. Bola yang mengandung air raksa dari

termometer bola basah di bungkus dengan selapis kain tipis yang dibasahi

terus – menerus dengan air yang didistalisasi melalui benang – benang yang

tercelup pada sebuah mangkok air yang kecil.

Tekanan udara di wujudkan dalam satuan barometer (b) atau

milibarometer (mb) 1 b = 1000 mb = 0,98 kali tekanan atmosfer pada

permukaan laut. Tekanan uap air udara jenuh adalah tekanan uap air di udara

pada keadaan udara jenuh. Pada suhu normal, nilai e s di pengaruhi oleh besar

kecilnya suhu udara : Suhu udara ( oC ) Tekanan uap air jenuh (mb) . Tampak

bahwa daya tampung uap air di udara meningkat dengan meningkatnya suhu

udara.

2. Energi matahari

Seperti telah di sebutkan dimuka bahwa energi matahari adalah “ mesin

“ yang mempertahankan berlangsungnya daur hidrologi. Ia juga bersifat

5
mempengaruhi terjadinya perubaha iklim. Pada umunya, besarnya energi

matahari yang mencapai permukaan bumi adalah 0,5 langley/menit. Namun

demikian. Besarnya energi matahari bersih yang diterima permukaan bumi

bervariasi tergatung pada letak geografis dan kondisi permukaan bumi.

Pemukaan bumi bersalju, sebagai contoh, mampu merefleksikan 80% dari

radiasi matahari yang datang. Sementara, permukaan bumi dengan jenis tanah

berwarna gelap dapat menyerap 90% ( wanielista, 1990). Adanya perbedaan

keadaan geografis tersebut. Mendorong terjadinya gerakan udara di atmosfer,

dan demikian juga berfungsi dalam penyebaran ener gi matahari.

Energi matahari bersifat memproduksi gerakan masaudara di atmosfer

dan diatas lautan. Energi ini merupakan sumber tenaga untuk terjadinya proses

evaporasi dan transpirasi. Evaporasi berlangsung pada permukaan badan

perairan sedangkan transpirasi adalah kehilangan air dalam vegetasi. Energi

matahari mendorong terjadinya daur hidrologi melalui proses radiasi.

Sementara penyebaran kembali energi matahari dilakukan melalui proses

konduksi dari daratan dan konveksi yang berlangsung di dalam badan air dan

atmosfer.

Konduksi adalah suatu proses transportasi udara antara dua lapisan

( udara ) yang berdekatan apabila suhu kedua lapisan tersebut berbeda.

Konveksi adalah pindah panas yang timbul oleh adanya gerakan massa

udara atau air dengan arah gerakan vertical. Dapat juga dikatakan bahwa

konveksi merupakan hasil ketidakmantapan masa udara atau air. Seringkali

dikarenakan oleh energi potensial dalam panas tak tampak ( latent heat ) yang

6
sedang dikonversikan kedalam gulungan massa udara. Besarnya laju konversi

ketika energi terlepaskan akan menentukan keadaan meteorology (hujan dan

angina). Umumnya gulungan massa udara yang lebih besar akan menghasilkan

curah hujan yang lebih singkat.

3. Angin

Angin adalah gerakan massa udara, yaitu gerakan atmosfer atau udara

nisbi terhadap permukaan bumi. Parameter tentang angin yang biasanya dikaji

adalah arah dan kecepatan angin. Kecepatan angin penting karena dapat

menentukan besarnya kehilangan air melalui proses evapotranspirasi dan

mempengaruhi kejadian-kejadian hujan. Untuk terjadinya hujan, diperlukan

adanya gerakan udara lembab yang berlangsung terus menerus. Peralatan yang

digunakan untuk menentukan kecepatan angin dinamakan anemometer. Yang

disebut arah angin adalah arah dari mana angina bertiup. Untuk penentuan

arah angin ini digunakan lingkaran arah angina dan pencatat angin. Untuk

penunjuk angina biasanya digunakan sebuah panah dengan pelat pengarah.

Pengukuran angin diadakan di puncak menara stasiun cuaca yang tingginya 10

m dan lain-lain.

7
Apabila dunia tidak berputar pada porosnya, pola angin yang terjadi

semata-mata ditentukan oleh sirkulasi termal. Angina akan bertiup kea rah

khatulistiwa sebagai udara hangat dan udara yang mempunyai berat lebih

ringan kan naik ke atas di gantikan oleh udara padat yang lebih dingin.

Apabila ada dua massa udara dengan dua suhu yang berbeda bertemu, maka

akan terjadi hujan dibatas antara dua massa udara tersebut.

Dalam suatu hari, kecepatan dan arah angin dapat berubah-rubah.

Perubahan ini sering sekali disebabkan oleh adanya beda suhu antara daratan

dan lautan. Adanyz beda suhu tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya

perubahan arah angin. Proses kehilangan panas oleh adanya padang pasir,

daerah beraspal, dan daerah dengan banyak bangunan juga dapat

menyebabkan terjadinya perubahan arah angina. Antara dua tempat yang

tekanan etmosfernya berbeda, ada gaya yang arahnya dari tempat bertekanan

tinggi ketempat bertekanan rendah.

4. Suhu udara

Suhu mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi dan

transpirasi. Suhu juga di anggap sebagai salah satu factor yang dapat

memprakirakan dan menjelaskan kejadian dan penyebaran air dimuka bumi.

Dengan demikian, adalah penting untuk mengetahui bagaimana cara untuk

menentukan besarnya suhu udara. Yang biasa disebut suhu udara adalah suhu

yang di ukur dengan thermometer dalam sangkar meteorology (1,20-1,50 m di

8
atas permukaan tanah) makin tinggi elevasi pengamatan di atas permukaan

laut, maka suhu ydara makin rendah. Peristiwa ini disebut pengurangan suhu

bertahap yang besarnya disebut laju pengurangan suhu bertahap.

Pengukuran besarnya suhu memerlukan pertimbangan-pertimbangan

sirkulasi udara dan bentuk-bentuk permukaan alat ukur suhu udara tersebut.

Suhu udara yang banyak dijumpai didalam laporan-laporan tentang

meteorologi umumnya menunjukkan data suhu musiman, suhu berdasarkan

letak geografis, dan suhu untuk ketinggian tempat yang berbeda. Oleh

karnanya, besarnya suhu rata-rata harus ditentukan menurut waktu dan tempat.

9
2.1.3 Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan)
masuk kedalam tanah. Perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran air yang
berasal dari infiltrasi ke tanah yang lebih dalam. Kebalikan dari infiltrasi adalah
rembesan (speege). Laju maksimal gerakan air masuk kedalam tanah dinamakan
kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi
kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya apabila
intensitas hujan lebih kecil dari pada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama
dengan laju curah hujan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang
sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam).
Infiltrasi adalah proses masuk atau meresapnya air dari atas permukaan
tanah ke dalam bumi. Jika air hujan meresap ke dalam tanah maka kadar lengas
tanah meningkat hingga mencapai kapasitas lapang. Pada kondisi kapasitas
lapang air yang masuk menjadi perkolasi dan mengisi daerah yang lebih rendah
energi potensialnya sehingga mendorong terjadinya aliran antara (interflow) dan
aliran bawah permukaan lainnya (base flow). Air yang berada pada lapisan air
tanah jenuh dapat pula bergerak ke segala arah (ke samping dan ke atas) dengan
gaya kapiler atau dengan bantuan penyerapan oleh tanaman melalui tudung akar.
Proses infiltrasi sangat ditentukan oleh waktu. Jumlah air yang masuk kedalam
tanah dalam suatu periode waktu disebut laju infiltrasi. Laju infiltrasi pada suatu
tempat akan semakin kecil seiring kejenuhan tanah oleh air. Pada saat tertentu
laju infiltrasi menjadi tetap. Nilai laju inilah yang kemudian disebut laju
perkolasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi

10
a. Karakter tanah
Karakter tanah juga memberikan pengaruh pada terjadinya proses
infiltrasi, yang mana berkaitan dengan ukuran dan distribusi pori-pori.
Laju masuknya air hujan ke dalam tanah sangat dipengaruhi oleh susunan
dan ukuran pori-pori tersebut.
Air adalah substansi yang sangat mudah mencari celah kosong untuk
bisa melakukan pergerakan di dalamnya. Namun, ada beberapa jenis tanah
yang bersifat sukar menyerap air. Misalnya tanah liat yang cenderung
sukar menyerap air dibandingkan tanah yang berpasir.
Hal inilah yang mengakibatkan tanah yang bersifat sulit menyerap air
cenderung mengalirkan air hujan di permukaan tanah menuju ke sungai.
Semakin kasar tekstur tanah, maka laju infiltrasi yang terjadi pun bisa
semakin cepat, karena pori-pori tanahnya juga akan lebih besar.

b. Presipitasi
Faktor yang memberikan pengaruh paling besar dalam mengendalikan
proses infiltrasi adalah presipitasi. Presipitasi ini termasuk jumlah dan
karakteristik hujan yang jatuh ke bumi, baik dalam bentuk hujan ataupun
salju. Karakteristik hujan yang dimaksud adalah durasi, intensitas dan lain
sebagainya. Ketika terjadi hujan, air yang jatuh sering merembes ke dalam
tanah dan masuk ke selokan untuk waktu yang lama. Hal inilah yang
menyebabkan sungai tetap mengalir meskipun dalam waktu yang lama
tidak terjadi hujan.

c. Kadar kejenuhan tanah


Tanah yang sudah jenuh tentu akan memiliki kemampuan penyerapan
air yang semakin berkurang. Hal ini bisa diibaratkan dengan spons. Ketika
spons sudah menyerap terlalu banyak air, maka kemudian tidak akan
mampu menyerap air lagi. Begitu pula dengan tanah. Ketika sudah penuh
dengan air, maka daya tampung air hujan yang jatuh di atasnya juga akan
semakin berkurang.

d. Jumlah vegetasi yang menutupi lapangan

11
Jumlah vegetasi yang menutup lahan serapan air juga mempengaruhi
proses infiltrasi. Banyaknya tumbuhan akan mampu menghambat aliran air
di permukaan dengan bantuan dari akarnya. Sementara itu, daerah dengan
jumlah vegetasi yang sedikit bahkan tidak ada, seperti kawasan yang
tertutup aspal, beton atau bentuk lainnya cenderung lebih cepat
mengalirkan air permukaan, sulit terjadi penyerapan air sehingga banjir
pun lebih mudah terjadi.

e. Kemiringan lereng
Faktor selanjutnya yang juga berpengaruh pada proses infiltrasi air
adalah kemiringan lereng. Ketika air mengalir di daerah yang curam, maka
air permukaan juga akan lebih cepat dialirkan. Hal ini menyebabkan
proses infiltrasi berjalan lebih lambat. Berbeda dengan daerah yang lebih
datar dimana ketika hujan air permukaan tidak cepat dialirkan dengan
begitu proses infiltrasi air justru semakin cepat terjadi.

f. Evapotranspirasi
Proses infiltrasi juga sering terjadi di tanah yang berada dekat dengan
permukaan. Area ini adalah area dimana masih banyak terdapat akar
tanaman yang tumbuh. Air kemudian akan diserap oleh akar untuk
kebutuhan pendukung pertumbuhan tanaman. Melalui terjadinya proses
evapotranspirasi air kemudian akan dikembalikan ke atmosfer dalam
formasi uap. Semakin tinggi evapotranspirasi yang terjadi, maka aliran air
yang menuju ke dalam lapisan tanah juga akan semakin berkurang.

g. Karakter air yang mengalami infiltrasi


Selain kondisi tanah, laju infiltrasi juga dipengaruhi oleh faktor
karakteristik air yang berinfiltrasi itu sendiri. Suhu air yang beinfiltrasi
ternyata juga berpengaruh. Namun sifat dan penyebabnya masih belum
bisa dipastikan. Faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi ini adalah
kualitas air itu sendiri.

h. Kondisi permukaan tanah

12
Kondisi-kondisi permukaan tanah lainnya juga bisa menjadi faktor
yang mempengaruhi lajunya infiltrasi. Misalnya kepadatan tanah. Peran
hewan, tetasan hujan ataupun mesin yang digunakan di permukaan tanah
bisa saja menyebabkan tanah permukaan menjadi padat. Hal inilah yang
kemudian juga menyebabkan laju infiltrasi menjadi berkurang.
Permukaan tanah mengandung pori-pori yang bisa tersumbat akibat
pencucian partikel-partikel halus. Partikel halus yang menyumbat pori-pori
permukaan tanah ini akhirnya akan berdampak pada pengurangan laju
inflasi.

Gambar 2 Proses evaporasi, presipitasi, dan infiltrasi

2.2 Sumber Air


sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi manusia. Kegunaan
air meliputi penggunaan di bidang pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi, dan
aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia membutuhkan
air tawar. 97% air di bumi adalah air asin, dan hanya 3% berupa air tawar yang
lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub.
Air tawar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah berupa
air tanah, dan hanya sebagian kecil berada di atas permukaan tanah dan di udara.

13
Kita ketahui bahwa sumber air merupakan komponen penting untuk
penyediaan air bersih karena tanpa sumber air maka suatu system penyediaan air
bersih tidak akan berfungsi. Berikut ini adalah 5 macam sumber air minum yang
dapat digunakan :

a. Air Laut

Air ini sifatnya asin karena mengandung garam NaCl. kadal garam Nacl dalam
air laut 3% dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk
diminum.

b. Air Hujan

Cara menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya jangan saat air hujan
baru mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Air hujan juga
mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-baik
reservoir sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Air
hujan juga mempunyai sifat luna sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun

c. Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang mengalir di perbukaan bumi, Pada umumnya
air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya
oleh lumpur, batang kayu, daun, kotoran industri dan lainnya. Untuk
meminumnya harus melewati proses pembersihan yang sempurna.

d. Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah di dalam zone jenuh dimana
tekanan hidrstatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Suryono,
1993:1).

14
e. Mata Air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tana
dengan hampir tidak dipengaruhi oleh musim, sedangkan kualitasnya sama
dengan air dalam.

2.3 Pasang Surut


Dalam merencanakan jaringan irigasi tambak, analisis yang digunakan adalah
analisis hidrologi dan analisis pasang surut. Analisis hidrologi yaitu perhitungan
debit andalan yaitu debit sungai yang dapat digunakan untuk mengairi tambak
dan analisis data pasang surut yaitu debit yang masuk ke dalam saluran akibat
pengaruh pasang surut air laut. Analisis hidrologi dan analisis data pasang surut
diperlukan untuk menentukan besarnya debit yang masuk ke saluran sekunder
yang akan berpengaruh terhadap besar kecilnya volume air yang masuk ke areal
tambak.
Analisis data yang akan digunakan dalam perhitungan nantinya adalah analisis
data pasang surut di daerah perencanaan yaitu sekitar Kali Tenggang dan analisis
debit andalan menggunakan metode dari F.J. Mock. Untuk perhitungan debit
andalan digunakan data curah hujan harian selama periode 10 tahun dan data
klimatologi selama kurun waktu 10 tahun terakhir sedangkan untuk perhitungan
data pasang surut yang digunakan dalam perencanaan adalah data pasang surut 5
tahun terakhir yaitu dari tahun 2001-2005.

Adapun langkah-langkah dalam analisis data hidrologi dan pasang surut


adalah sebagai berikut :
1. Menentukan rata-rata curah hujan bulanan selama kurun waktu 10 tahun.
2. Menentukan rata-rata bulanan dari suhu udara, kelembaban udara,
penyinaran matahari dan kecepatan angin dari data klimatologi selama
kurun waktu 5 tahun terakhir.

15
3. Menghitung angka evaporasi menggunakan data-data tersebut.
4. Menghitung debit andalan yang merupakan debit minimum sungai yang
dapat untuk keperluan irigasi.
5. Menentukan Air Pasang Tertinggi Paling Tinggi (APTPT) dari data
pasang surut selama 5 tahun untuk menentukan ketinggian tanggul
tambak.
6. Menentukan Air Surut Terendah (ASR ) untuk merencanakan elevasi
dasar saluran sekunder / saluran pasok dan saluran drainase /
saluranbuang.
7. Menentukan Air Surut Tertinggi (AST) untuk menentukan elevasi
dasartambak / pelataran tambak
8. Menentukan Air Pasang Terendah (APT) untuk merencanakan ketinggian
air di saluran sekunder / saluran pasok yang digunakan untuk mengairi
tambak.
9. Menghitung volume air yang dibutuhkan untuk mengairi tambak.

2.4 Sumber air bersih

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik
dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan
aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.

Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air


minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung
logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia,
terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia
coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak
air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat
dihilangkan dengan cara ini.

16
2.4.1 Sungai

Rata-rata lebih dari 40.000 kilometer kubik air segar diperoleh dari
sungai-sungai di dunia. Ketersediaan ini (sepadan dengan lebih dari 7.000
meter kubik untuk setiap orang) sepintas terlihat cukup untuk menjamin
persediaan yang cukup bagi setiap penduduk, tetapi kenyataannya air tersebut
seringkali tersedia di tempat-tempat yang tidak tepat. Sebagai contoh air
bersih di lembah sungai Amazon walupun ketersediaannya cukup, lokasinya
membuat sumber air ini tidak ekonomis untuk mengekspor air ke tempat-
tempat yang memerlukan.

2.4.2 Sumur

Sumur atau perigi adalah sebuah sumber air yang digali. Namun selain
sumber air, sumur juga bisa merupakan sumber minyak atau gas.

Sebuah sumur tradisional biasanya berupa lubang yang agak besar dan diberi
tembok bulat pinggirnya. Biasanya lalu air ditimba dengan sebuah ember.
Sumur-sumur modern, terutama di Indonesia di daerah perkotaan, biasanya
kecil dan hanya sebesar pipa pralon saja. Airnya disedot dengan sebuah piranti
listrik yang sering disebut dengan nama "pompa air".

2.5 Esturia
Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup yang berada di bagian hilir sungai
dan masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya
percampuran antara air tawar dan air laut (Dahuri, 2004; Efrieldi, 1999). Atau
merupakan daerah pertemuan massa air asin dan air tawar, yang secara periodik
berubah-ubah karena adanya percampuran. Percampuran ini menyebabkan zona
lingkungan dikawasan muara sungai sangat labil. Walaupun demikian kawasan

17
ini merupakan daerah yang sangat produktif karena input nutrient dari daratan
yang dibawa oleh aliran sungai (Thoha, 2007).

Tipe Estuaria
Berdasarkan pada sirkulasi air dan stratifikasi airnya estuaria terbagi atas 3 tipe
yaitu:
1. Estuaria berstratifikasi sempurna/nyata atau estuaria baji garam, cirinya
adanya batasan yang jelas antara air tawar dan air laut/asin. Air tawar dari sungai
merupakan lapisan atas dan air laut menjadi lapisan bawah. Terjadinya perubahan
salinitas dengan cepat dari arah permukaan ke dasar. Estuaria ditemukan
didaerah-daerah dimana aliran air tawar dan sebagian besar lebih dominan
daripada intrusi air laut yang dipengaruhi oleh pasang surut, contoh: muara
Missisipi, Amerika.
2. Estuaria berstratifikasi sebagian/parsial (paling umum di jumpai). Aliran air
tawar dari sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui air pasang.
Percampuran air dapat terjadi karena adanya turbulensi yang berlangsung secara
berkala oleh pasang surut, contoh: Teluk Chesapeaks, Amerika.
3. Estuaria campuran sempurna atau estuaria homogen vertikal. Dijumpai di
lokasi-lokasi dimana arus pasang surut sangat dominan dan kuat, sehingga air
estuaria tercampur dan tidak terdapat stratifikasi.

Sifat Fisik Estuaria


Beberapa sifat fisik penting estuaria antara lain :
1. Salinitas
Estuaria memiliki peralihan (gradien) salinitas yang bervariasi, terutama
tergantung pada permukaan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang
surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi
mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menyangkal predator dari laut
yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang rendah.
2. Substrat
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari
sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar

18
partikel lumpur estuaria bersifat organik, bahkan organik ini menjadi cadangan
makanan yang penting bagi organisme estuaria (Efrieldi, 1999).
3. Suhu
Suhu air di estuaria lebih bervariasi daripada diperairan pantai didekatnya. Hal ini
terjadi karena di estuaria volume air lebih kecil, sedangkan luas permukaan lebih
besar. Dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada, air estuaria lebih cepat
panas dan lebih cepat dingin. Penyebab lain terjadinya variasi ini ialah masuknya
air tawar dari sungai. Air tawar di sungai lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu
musiman daripada air laut. Suhu estuaria lebih rendah pada musim dingin dan
lebih tinggi pada musim panas daripada perairan pantai sekitarnya (Dianthani,
2003; Thoha, 2003).
4. Pasang surut
Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton.
Disamping itu arus pasang-surut juga berperan untuk mengencerkan dan
menggelontorkan limbah yang sampai ke estuaria.
5. Sirkulasi air
Selang waktu mengalirnya air dari sungai kedalam estuaria dan masuknya air laut
melalui arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan bermanfaat bagi biota
estuaria, khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air.
6. Kekeruhan air
Karena besarnya jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuaria, air menjadi
sangat keruh, kekeruhan tertinggi terjadi pada saat aliran sungai maksimum.
Kekeruhan minimum di dekat mulut estuaria dan makin meningkat ke arah
pedalaman atau hulu. Pengaruh ekologi dari kekeruhan adalah penurunan
penetrasi cahaya secara mencolok. Selanjutnya hal ini akan menurunkan
fotosintesis dan tumbuhan bentik yang mengakibatkan turunnya produktivitas.
7. Oksigen (O2)
Masuknya air tawar dan air laut secara teratur kedalam estuaria bersama dengan
pendangkalan, pengadukan, dan pencampuran air dingin biasanya akan
mencukupi persediaan oksigen di dalam estuaria. Karena kelarutan oksigen dalam
air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas, maka jumlah oksigen dalam air
akan bervariasi sesuai dengan variasi parameter tersebut di atas.

19
8. Penyimpanan Zat Hara
Peranan estuaria sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon
mangrove dan lamun serta ganggang lainya dapat mengkonversi zat hara
dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian
oleh organisme hewani.

2.6 Hubungan hidrologi dengan kualitas air

2.6.1 Salinitas
Salinitas adalah Banyaknya garam alam gram yang terdapat pada satu liter air
laut. Salinitas biasanya dinyatakan dengan per mil (‰) atau perseribu yang
menunjukkan berapa gram kandungan mineral dalam setiap 1.000 gram air laut.
Misalnya, salinitas Laut Jawa 32‰, hal ini berarti bahwa dalam setiap 1.000 gram
air Laut Jawa terlarut kadar garam sebanyak 32 gram. Salinitas disebut juga

Konsentrasi garam terlarut dalam volume tertentu air disebut salinitas.


Salinitas adalah baik dinyatakan dalam gram garam per kilogram air, atau dalam
bagian per seribu (ppt atau ‰). Sebagai contoh, jika Anda memiliki 1 gram
garam, dan 1.000 gram air, salinitas Anda adalah 1 g / kg, atau 1 ppt.

Departemen Pertanian mendefinisikan salinitas adalah tingkat keracunan tanah


yang disebabkan karena tingginya kadar garam terlarut dalam tanah yang
dipengaruhi oleh pasang surut dan intrusi air laut. Pengaruh salinitas terhadap
pertumbuhan tanaman dapat berpengaruh secara langsung atau tidak langsung.
Pengaruh langsung terhadap petumbuhan tanaman diakibatkan oleh tingginya
konsentrasi garam yang terdapat pada tanah terutama garam NaCl dan karena
tingginya potensial osmotik larut tanah. Sedangkan pengaruh tidak langsung
adalah karena pengaruh buruknya terhadap sifat fisika dan kimia tanah.

2.6.2 BOD ( Biological Oxygen Demand)/ Chemical Oxygen Demand


(COD)

BOD (Biological Oxygen Demand)

20
BOD merupakan parameter pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bekteri untuk mengurai hampir semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi
dalam air buangan, dinyatakan dengan BOD5 hari pada suhu 20 °C dalam mg/liter
atau ppm. Pemeriksaan BOD5 diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
terhadap air buangan domestik atau industri juga untuk mendesain sistem
pengolahan limbah biologis bagi air tercemar. Penguraian zat organik adalah
peristiwa alamiah, jika suatu badan air tercemar oleh zat organik maka bakteri
akan dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses biodegradable
berlangsung, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada biota air dan keadaan
pada badan air dapat menjadi anaerobik yang ditandai dengan timbulnya bau
busuk.

COD (Chemical Oxygen Demand)

COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat


organik yang terdapat dalam limbah cair dengan memanfaatkan oksidator kalium
dikromat sebagai sumber oksigen. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui
proses biologis dan dapat menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air.

Zat yang tersuspensi biasanya terdiri dari zat organik dan anorganik yang
melayang-layang dalam air, secara fisika zat ini sebagai penyebab kekeruhan
pada air. Limbah cair yang mempunyai kandungan zat tersuspensi tinggi tidak
boleh dibuang langsung ke badan air karena disamping dapat menyebabkan
pendangkalan juga dapat menghalangi sinar matahari masuk kedalam dasar air
sehingga proses fotosintesa mikroorganisme tidak dapat berlangsung.

21
2.6.3 Suhu

Suhu memegang peranan penting dalam berbagai aktivitas kimia dan fisika
perairan. Aktivitas kimia dan fisika seringkali mengalami peningkatan dengan
naiknya suhu. Mahida (1986) menyatakan bahwa tingkat oksidasi senyawa
organik jauh lebih besar pada suhu tinggi dibanding pada suhu rendah.

Suhu air di sungai lebih bervariasi dibanding perairan pantai di sekitarnya. Hal
ini dipengaruhi oleh luas permukaan dan volume airnya. Pada sungai yang
memiliki volume air yang besar dapat ditemukan suhu vertikal. Kisaran suhu
terbesar terdapat pada permukaan perairan dan akan semakin kecil mengikuti
kedalaman.

Keadaan suhu alami memberikan kesempatan bagi ekosistem untuk berfungsi


secara optimum. Banyak kegiatan hewan air dikontrol oleh suhu, misalnya:
migrasi, pemangsaan, kecepatan berenang, perkembangan embrio dan kecepatan
proses metabolisme. Oleh sebab itu, perubahan suhu yang besar pada ekosistem
perairan dianggap merugikan (Clark, 1974).

2.6.4 Tingkat lekeruhan air

Kekeruhan berbanding terbalik dengan kecerahan. Kedua parameter ini


merupakan suatu ukuran bias cahaya dalam air yang disebabkan oleh adanya
partikel koloid dan suspensi dari suatu polutan, antara lain berupa bahan organik,
anorganik buangan industri, rumah tangga, budidaya perikanan dan lain
sebagainya yang terkandung di dalam perairan (Wardoyo, 1981).

Kekeruhan dan kecerahan merupakan salah satu faktor penting untuk


penentuan produktivitas suatu perairan alami. Meningkatnya kekeruhan dapat
menurunkan kecerahan perairan, serta mengurangi penetrasi matahari ke dalam air
sehingga dapat membatasi proses fotosintesis dan produktivitas primer perairan.

22
Odum (1971) mengemukakan bahwa kekeruhan dapat berperan sebagai faktor
pembatas perairan oleh partikel-partikel tanah, sebaliknya kekeruhan dapat
berperan sebagai indikator bagi produktivitas hayati perairan jika kekeruhan itu
disebabkan oleh bahan-bahan organik dan organisme hidup.

2.6.5 pH

pH adalah derajat keasaman. Dalam air murni, pada suhu 25º C harga pH = 7.
Jika keasamannya bertambah harga [H ] membesar dan harga pH pun turun
dibawah 7. Sebaliknya jika basa, pH naik diatas 7. Harga pH dapat diketahui
dengan menggunakan kertas lakmus atau dengan pH paper. Istilah dan konsep pH
(Puissance de Hydrogen) dikemukakan oleh Sorensen (Alam Ikan 1).

Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6-8. Sedangkan
pH air yang terpolusi berbeda-beda, tergantung dari jenis buangannya. Contohnya
air buangan pabrik pengalengan memiliki pH 6,2 - 7,6 air buangan pabrik susu
memiliki pH 5,5 - 7,4. Perubahan keasamam pada air buangan, baik kearah alkali
(pH naik) maupun ke asam (pH turun). Air buangan dengan pH rendah bersifat
sangat korosif, terhadap baja dan sering menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa
besi (Alam Ikan 2).

Harga pH merupakan ukuran untuk konsentrasi ion hidrogen dalam larutan


akuatik. Harga pH menentukan apakah larutan bersifat basa, netral atau basa. Jika
pH 0 sangat asam, pH 7 netral, pH 14 sangat basa. Harga pH dapat ditentukan
dengan elektrometrik atau dengan indikator warna. Berikut indikator warna harga
pH pada gambar 3

23
Gambar 3. Indikator warna harga pH

Dengan elektormetrik didasarkan pada pengukuran tegangan listrik antara 2


elektrode (elektrode acuan dan ukur) yang berada dalam larutan yang
mengandung ion-ion hidrogen. Sedangkan dengan indikator warna, pH dapat
dengan indikator yang dilarutkan atau disebarkan pada kertas indikatornya.
Perubahan warna indikator tergantung konsentrasi ion hidrogen dalam larutan
yang diukur. Nilai pH ditentukan dengan membandingakan warna tersebut
dengan warna larutan-larutan standar atau skala warna. Cara ini tidak cocok untuk
larutan warna yang sangat keruh (Alam Ikan 3).

Derajat keasamannya mendekati basa dengan nilai 8. terlarut di sungai. Hal ini
membuktikan bahwa air sungai cukup bagus untuk kelangsungan hidup
organisme (Alam Ikan 4).

Contoh pH air yang sering ada atau kita pakai dan pegang setiap hari, pH air
air minum mineral yang sesuai standar DEPKES (6,5 - 8,5), pH air minum
demineral / murni / reverse Osmosis (6,0 - 7,5) sedangkan pH air yang ideal
adalah (7 atau netral), pH air hujan tergantung lokasi (3 - 6) sedangkan air laut
(>7,5)

24
25

Anda mungkin juga menyukai