Anda di halaman 1dari 22

P0.

Pbl sk2 muskulo


Permata Hermi 1102019158

Droop foot
LO :

1. memahami dan menjelaskan Reptured Tendon Achilles


1.1. Definisi (TATA)
1.2. Etiologi  (LULU)
1.3. Patofisiologi (JEAN)
1.4. Diagnosis  & diagnosis banding(golden standart pemeriksaan) (ANDRA)
1.5. Manifestasi klinis (FILDZA)
1.6. Tatalaksana (shofa)
1.6.1. bedah
1.6.2 non bedah
1.7. Pencegahan (mey)
1.8. Faktor resiko (maygel)

2. Memahami dan menjelaskan tendon Achilles


2.1. anatomi makro (mey)
2.2. anatomi mikro (Fildza)
2.3. kinesiologi tendo Achilles (andra)
2.4. persarafan dan perdarahan tendo Achilles (tata)

3. Memahami dan menjelaskan bioetik pada pemeriksaan kaki (shofa)

1. Memahami dan Menjelaskan Reptured Tendon Achilles


1.1. Definisi
Rupture tendon achilles adalah robek tau terputusnya hubungan tendon
(jaringan penyambung) yang disebabkan oleh suatu cedera dari perubahan
posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsofleksi pasif
maksimal, atau akibat suatu trauma benda tajam atau tumpul pada nawah
betis. (Buku Ajar GangguanMuskuloskeletalEdisi 2”.)

Klasifikasi

Ada 4 klasifikasi ruptur Tendon achilles, yaitu:

1. Tipe I: Pecah parsial, yaitu sobek yang kurang dari 50%, biasanya diobati
dengan manajemen konservatif.

2. Tipe II: sobekan yang penuh dengan kesenjangan tendon kurang dari sama
dengan 3 cm, biasanya diobati dengan akhir-akhir anastomosis,

3. Tipe III: sobek yang penuh dengan jarak tendon 3 sampai 6 cm.
4. Tipe IV: perpisahan yang penuh dengan cacat lebih 6 cm (pecah
diabaikan).

1.2. Etiologi
Ruptur Tendo Achilles dapat terjadi saat dorsofleksi pasif secara tiba tiba saat
kontraksi maksimal pada otot betis. Ruptur tendo dapat terjadi saat berlari,
melompat, bermain bulu tangkis, basket, tersandung dan jatuh dari ketinggian.
Dalam beberapa kasus putusnya tendo Achilles terjadi pada tendo yang kurang
menerima aliran darah. Tendo juga dapat melemah bergantung pada
bertambahnya usia. Putusnya tendo Achilles juga bisa disebabkan oleh
peningkatan mendadak jumlah tekanan pada tendo Achilles. Biasanya ruptur
tendo Achilles lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita.
Penyebab lainnya juga bisa karena:
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes,
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan risiko pecah,
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola ataupun olahraga berat lainnya,
4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis,
5. Obesitas.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ruptur pada tendo achilles adalah sebagai
berikut: 
• Meningkatnya aktivitas (jarak, kecepatan, tinggi/curam tanjakan) 
• Berkurangnya waktu relaksasi di antara sesi latihan 
• Perubahan permukaan. 
• Perubahan/pergantian alas kaki (alas kaki bertumit rendah/ tumit tinggi) 
• Kondisi alas kaki yang buruk (ukuran tumit yang tidak sesuai, pelebaran sisi
sepatu, berkurangnya fleksibilitas kaki) 
• Terlalu banyak tiarap (meningkatnya beban pada kompleks
gastrocnemius/soleus untuk menelentangkan kaki dan jemari kaki dengan bebas) 
• Fleksibilitas otot yang rendah (gastrocnemius yang rapat) 
• Berkurangnya ruang gerak sendi (dorsifleksi yang terbatas) 

1.3. Patofisiologi
Rupture traumatic tendon achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendon, akibat
perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsofleksi pasif
maksimal sehingga terjadi aktivitas dimana kontraksi mendadak pada otot betis
dengan kaki terfiksasi dengan kuat ke bawah dan diluar kemampuan batas tendon
achilles untuk menerima suatu beban. (Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal
Edisi 2)

1.4. Diagnosis & Diagnosis banding


Tes Thompson/ simmonds, dilakukan dengan posisi pasien pronasi dengan
kedua kaki diletakkan di bagian ujung meja pemeriksaan. Betis pasien
diremas, dan apabila tendon achiles intak, maka kaki akan bergerak
dengan gerakan plantarfleksi. Hal ini disebabkan karena tendon achiles
menghubungkan kompleks otot gastrocnemius soleus ke kalkaneus. Ketika
terdapat robekan pada tendon, sehingga tendon tidak lagi menghubungkan
kompleks otot gastrocnemius soleus dengan calcaneus, maka tidak akan
ditemukan gerakan plantarfleksi yang cukup kuat seperti yang terjadi pada
kaki yang sehat.

Tes Matles, juga dilakukan dengan posisi pasien pronasi, lutut fleksi 900
pada ankle yang tendon achilesnya ruptur, maka posisinya akan lebih
dorsofleksi dibanding sisi yang normal. Hal ini karena tidak ada tegangan
tendon yang menghubungkan kompleks otot gastrocnemius soleus dengan
kalkaneus, sehingga efek gravitasi membuat kaki lebih dorsofleksi pada
bagian yang cedera.
Tes Copeland, Copeland menjelaskan sebuah tes yang dilakukan dengan
sphygmomanometer. Manset sphygmomamometer di pasang melingkar di
tengah betis pada pasien yang berbaring pronasi. Manset di pompa hingga
100 mmHg dengan kaki plantar fleksi. Kaki didorsofleksikan oleh
pemeriksa. Jika tekanan meningkat hingga 140 mmHg, unit
muskulotendinious dapat diperkirakan intak. Jika dua dari tes di atas
positif, maka diagnosis dari ruptur tendon achiles dapat ditegakkan.
Obrien’s Test
 Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm proksimal
dari calcaneus masukkan jarum berukuran 25.
 Lakukan gerak dorso fleksi secara pasif, apabila gerak jarum seperti
plantar fleksi pertanda bahwa tendo achilles tidak mengalami cedera. Bila
jarum tidak bergerak, menandakan tendo achilles yang mangalami ruptur.
 Tidak disarankan untuk dilakukan pada pasien dalam keadaan sadar

Selain melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga bias meneruskan ke


pemeriksaan radiologi. 
Pemeriksaan tersebut adalah:

a. MRI

Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat menunjukkan secara detail


kondisi ujung-ujung tendon yang ruptur. MRI adalah alat yang bermanfaat
untuk mengkonfirmasi diagnosis klinis, dan lebih penting lagi untuk
menilai jumlah defek fungsional pada tendon Achilles untuk perencanaan
pre operasi.
Kegunaan : Untuk membedakan rupture lengkap dari degenerasi tendon
Achilles, paratenonitis, tendonitis dan bursitis.

b. X-Ray

Kegunaan : Mengindetifikasi secara tidak langsung robekan tendon Achilles,


tetapi tidak efektif untuk mengedintifikasi cedera pada jaringan lunak
c. c.

c. Ultrasonografi (USG)
Kegunaan : Menentukan ketebalan tendon, karakter dan adanya robekan.
Sangat mudah untuk mengetahui structural jaringan lunak dan menjadi
metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera

Diagnosis Banding
 Ruptur tendon Achilles
Yaitu putusnya tendon achilles secara paksa, karena terlalu sering di beri
tekanan, periode tendon achilles di dahului tahap tendonisitis yang membuat
tendo semakin lemah.
 Tendo calcaneal bursitis
Bursa adalah kantung berisi cairan yang dirancang untuk membatasi gesekan.
Ketika bursa ini meradang disebut bursitis. Tendo calcaneal bursitis adalah
peradangan pada bursa di belakang tilang tumit. Bursa ini biasanya
membatasi gesekan. Dimana achilles tendon fibrosa tebal di belakang tumit
meluncur turun naik.
 Achilles tendoncitis
Cedera ini biasanya terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika
berjalan/ berlari, achiles tendoncitis adalah sebuah strain kekerasan yang
dapat membuat trauma tendon achilles dan betis.
 Achilles tendinopathy atau tendonosis
Kronis yang berlebihan bisa berpengaruh pada perubahan tendon achilles
yang juga menyebabkan degenerasi dan penebalan tendon.

1.5. Manifestasi Klinis


Pada pengkajian didapatkan adanya riwayat trauma langsung pada tendon
achilles, atau adanya suatu cedera olahraga seperti pada atlet atletik pada saat
melakukan lari atau melompat. Keluhan utama berupa rasa sakit mendadak
dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki atau betis.
Pada pemeriksaan fisik local didapatkan adanya hal-hal berikut ini :
Look : pada fase awal cedera kaki terlihat bengkak, dan timbul memar pada
area belakang bawah kaki. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di
tendon sekitar 2 cm di atas tulang tumit. Pada kondisi yang telah lama dimana
pembengkakan telah berkurang, kondisi klinik tidak begitu jelas dan hanya
menyisakan suatu bekas trauma pada tendon achilles walaupun dengan
melakukan pemeriksaan move dapat mendeskripsikan kelainan pada tendon
achilles.
Feel : adanya keluhan nyeri tekan (tenderness).
Move : ketidakmampuan (tumit tidak dapat digerakkan turun atau naik) dan
nyeri hebat dalam melakukan plantar fleksi kaki. (Buku Ajar Gangguan
Muskuloskeletal Edisi 2)
1.6. Tatalaksana
1.6.1. Bedah
Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Twaddle dan Poon yand dipublikasian di
American Journal of Sports Medicine pada tahun 2007, pasien dalam kelompok
bedah memperbaiki tendon Achilles dengan menjalani menggunakan prosedur
Krackow, diikuti oleh pemasangan gips equinus, sedangkan pasien non-bedah
yang ditempatkan langsung di cor. Setelah pelepasan gips, pasien dipakaikan
orthosis yang dapat dilepas dengan posisi pergelangan kaki pada 20 º dari fleksi
plantar. Pasien melepas splint selama 5 menit setiap jam, dan duduk dengan kaki
menggantung, melatih dorsofleksi secara aktif dan fleksi plantar pasif, yang
memungkinkan kaki untuk jatuh secara nyaman.

Pada minggu ke-4, orthosis dibawa ke posisi netral, dengan protokol ROM yang
sama seperti minggu sebelumnya. Pada 6 minggu, pasien diizinkan untuk
menanggung berat badan yang ditoleransi sambil mengenakan orthosis. Pada saat
ini, mereka juga diperbolehkan untuk melepas orthosis di malam hari. Pada
minggu ke-8, pasien diperbolehkan melepas orthosis dan kemudian mulai terapi
fisik untuk peregangan dan penguatan. Ada 3 kasus reruptures, 2 di bedah dan 1
pada kelompok nonsurgical. Dari 2 reruptures bedah, 1 jatuh dari tangga, dan
yang lainnya ditabrak mobil saat mencoba menghentikan perampokan. Pasien
nonsurgical tergelincir dari tanggul di minggu ke-16. Semua reruptures dirawat
melalui pembedeahan.

Lainnya, protokol konservatif yang lebih baru menggunakan periode nonweight-


bearing-casting, baik di atas atau di bawah lutut, dengan kaki di equinus sekitar 2-
4 minggu, dan kemudian seri casting atau dengan penurunan derajat fleksi plantar
ke netral pada interval 2 hingga 4 minggu.

Percutaneous Surgery
Pada tindakan ini,dibuat sayatan kecil selebar 2-4 cm. Melalui luka tusuk, jahitan
melewati ujung distal dan proksimal, yang diperkirakan ketika pergelangan kaki
berada pada equinus maksimal. Jahitan itu kemudian dipotong pendek, diikat
menggunakan simpul, dan mendorong subkutan. Luka-luka kecil dibersihkan dan
dipasang perban kering dan steril Setelah itu, pasien menggunakan bantalan gips
yang tanpa beban. Penggunaan gips dilakukan selama 4 minggu, diikuti oleh 4
minggu di bantalan berat dan pemakaian gips dengan elevasi tumit rendah.

Open Surgical Repair


Perbaikan terbuka dilakukan dengan menggunakan pendekatan longitudinal
medial. Insisi medial memiliki keuntungan visualisasi yang lebih baik pada tendon
plantaris, serta menghindari cedera pada saraf Sural. Insisi garis tengah jarang
digunakan karena tingginya tingkat komplikasi luka dan adesi. Pada pendekatan
ini, dibuat sayatan sepanjang 3-10 cm. setelah paratenon disayat secara
longitudinal, ujung tendon dapat dikenali dengan mudah dan didekatkan dengan
menggunakan jahitan tipe Kesler/Krackow/Bunnell dengan menggunakan
nonabsorbable suture. Selanjutnya, epitenon disambung dengan teknik cross-
stitch. Paratenon harus disambung kembali agar tidak terjadi adesi. Kemudian,
penutupan oleh kulit akan membatasi terjadinya komplikasi luka.
Setelah operasi, pergelangan kaki dipertahankan dalam fleksi saat pemasangan
orthosis. Setelah periode imobilisasi, kaki digerakkan secara netral ke plantar atau
sedikit dalam orthosis kaku, dan pasien diperbolehkan memakai bantalan berat
parsial. Imobilisasi biasanya dihentikan 4-6 minggu setelah perbaikan. Pada saat
itu, jangkauan yang aktif dan aktif-dibantu gerak, berenang, bersepeda stasioner,
dan berjalan dalam sepatu dilengkapi dengan mengangkat tumit dapat dimulai.
Dalam kebanyakan kasus, pasien dapat beraktivitas kembali dalam jangka waktu 4
bulan.
Tindakan operasi untuk perbaikan ruptur Achilles tendon telah dilaporkan
memiliki tingkat yang lebih rendah dalam terjadinya rerupture; peningkatan
kekuatan otot pasca operasi,dan daya tahan, dan membutuhkan waktu yang lebih
singkat agar dapat kembali beraktivitas normal jika dibandingkan dengan tindakan
konservatif. Namun, kemungkinan terjadinya komplikasi luka seperti infeksi,
drainase, pembentukan sinus, dan pengelupasan kulit lebih tinggi daripada
tindakan non-operasi.

Ada dua jenis operasi, operasi terbuka dan operasi perkutan.


a. Operasi terbuka sayatan dibuat di bagian belakang kaki dan tendon Achilles
dijahit bersama-sama. Dalam pecah lengkap atau serius tendon plantaris atau otot
vestigial lain dipanen dan melilit tendon Achilles, meningkatkan kekuatan tendon
diperbaiki. Jika kualitas jaringan buruk, misalnya cedera telah diabaikan, ahli
bedah mungkin menggunakan mesh penguatan ( kolagen , Artelon atau bahan
lainnya degradable). Ada berbagai macam teknik:

1. Teknik fascia lata

2. Teknik V-Y Myotendinous Lengthening


3. Teknik Krackow

4. FHL Tendon Transfer

b. Perkutan operasi, ahli bedah membuat beberapa sayatan kecil, bukan satu
sayatan besar, dan menjahit tendon kembali bersama-sama melalui sayatan.
Pembedahan mungkin tertunda selama sekitar satu minggu setelah pecah untuk
membiarkan pembengkakan turun. Untuk pasien menetap dan mereka yang
memiliki vasculopathy atau risiko untuk penyembuhan sedikit, perkutan bedah
perbaikan mungkin pilihan pengobatan yang lebih baik daripada perbaikan bedah
terbuka. Keduanya membutuhkan sekitar waktu 6 minggu untuk penyembuhan. 4
minggu untuk mengembalikan panjang otot, 1-3 minggu untuk memulai
pergerakan pertama.
1.6.2. Non-bedah
- Pengobatan Konservatif
Imobilisasi langsung untuk ruptur tendo Achilles baik secara parsial,maupun
seluruhnya.
 Latihan bergerak sangat penting dalam proses pemulihan rupture tendo
Achilles
 Pemakaian boot orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan untuk tumit
agar ujung tendin dapat berdekatan bersama-sama. Kelebihan dari
pemakaian boot ini adalah pasien dapat bergerak.
 Pada robekan parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut
selama 4-6 minggu dalam posisi fleksi 30°-40° pada lutut dan fleksi
plantar pada pergelangan kaki.
 Fisioterapi
- Postoperative Course
 Latihan beban fungsional dan ROM ,dengan melakukan ini, durasi waktu
perawatan dapat menurun, pasien pun dapat lebih cepat berolahraga
 Pemasangan gips
 Fisioterapi
 Pemakaian orthosis
 Tendon akan tersambung dalam 4-8 minggu taetapi pasien tidak
berolahraga berat selama 6 bulan

1.7. Pencegahan
o Obat-obatan kortikosteroid seperti prednison, harus dikonsumsi secara
hati-hati dan dosisnya jika bisa diturunkan. Tetapi, banyak juga kondisi
dimana kortikosteroid sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
penderita.
o Antibiotik Quinolone harus dikonsumsi dengan hati-hati pada usia pasien
diatas 60 tahun atau pasien yang memakai obat-obatan steroid.
o Memakai sepatu yang tepat dan sepatu olahraga. 
o Regangkan antara pemanasan dan berolahraga, dan kemudian lagi setelah
berolahraga. 
o Memperkuat otot kaki, terutama otot betis. Biasakan latihan yang
memperberat betis.
o Uji cedera setelah berolahraga. 
o Lakukan pemanasan dan peregangan sebelum melakukan kegiatan
olahraga.
o Jangan memaksakan latihan jika kaki terasa lelah.
o jaga berat badan ideal agar tidak obesitas.
o Kenakan sepatu yang baik dengan bantalan yang tepat.

1.8. Faktor resiko

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko ruptur tendon Achilles meliputi: 


1. Umur. Usia puncak untuk ruptur tendon Achilles 30 sampai 40. Dalam
kebanyakan kasus, pecah dari Achilles tendon terjadi di pada tendon yang
menerima aliran darah kurang. Hal ini yang dapat melemahkan bagian
dari tendon. 
2. Jenis kelamin. Pada pria ruptur tendon Achilles lima kali lebih mungkin terjadi
dibandingkan pada wanita. 
3. Obesitas. Beratnya beban yang harus di tahan dapat meningkatkan
stres/kelelahan pada tendon achilles. 
4. Melakukan olahraga berat tanpa pendinginan. 

5. Riwayat penggunaan terakhir fluoroquinolones, kortikosteroid, atau suntikan


kortikosteroid, yang keduanya (kortikosteroid, steroid anabolik dan
fluoroquinolones) berperan dalam pecah tendo achilles. 
6. Injeksi kortikosteroid ke dalam tendon tikus telah terbukti menyebabkan
nekrosis tendon. Kortikosteroid dapat menutupi gejala yang
menyakitkan, dan menyebabkan individu untuk overexert tendon
melemah. 
7. Steroid anabolik dan fluoroquinolones menyebabkan displasia fibril kolagen,
sehingga menurunkan kekuatan tarik-menarik tendon.Sebuah penelitian
terbaru menunjukkan bahwa hewan yang diberikan fluoroquinolones dengan
dosis yang sebanding dengan yang diberikan pada manusia, hewan tersebut
akan mengalami gangguan matriks ekstraseluler tulang rawan dan penipisan
kolagen. 
8. Penyakit gout, hipertiroid, insufisiensi ginjal, dan arteriosklerosis. Fraktur
Pergelangan kaki, Keseleo Ankle, Cedera ligamen Calcaneofibular, Cedera
ligamen Talofibular. 
2. Memahami dan Menjelaskan Tendon Achilles
2.1. Anatomi makro
Menurut Mark D, Dollard (diterjemahkan Khabib, Jamal., 1997: 107) Tendo
Achilles ini terdiri dari dua buah tendon yang bergabung yaitu otot-otot soleus dan
gastrocnemius, otot-otot ini berada pada bagian belakang tulang tumit. Kumpulan
jaringan otot soleus terselip ke dalam bagian dalam tulang tumit. Di sekeliling kedua
tendon tersebut terdapat satu lapisan vaskular yang amat penting yaitu peritenon yang
memelihara suplai darah pada jaringan tendon.
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot
plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles
adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15
sentimeter, dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian
mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus.
Tendon Achilles (disebut juga tendon calcaneus) adalah serabut otot betis
(calf) yang melekat pada tulang tumit (calcaneus) yang berfungsi sebagai penggerak
sendi pergelangan kaki.Tendon Achilles berasal gabungan dari tiga otot yaitu
gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris kaki.Tendon Achilles adalah tendon tertebal
dan terkuat pada tubuh manusia.Panjangnya 15cm di sepanjang proximal sampai ke
insersi calcaneus posterior.Tendon ini memiliki kekuatan tarik yang tinggi.Pasokan
darah untuk tendon Achilles berasal dari arteri tibialis posterior. 
Kelompok superfisial otot betis meliputi M. gastrocnemius, M. soleus, dan M.
plantaris.M. gastrocnemius berkepala dua dan M. soleus sama-sama memiliki tendo
communis, tendo calcaneus, yang menempel pada calcaneus.Secara bersama-sama,
dua otot tersebut membentuk M. triceps surae.

Otot  Origo Insertio Fungsi


M. triceps 1. M. gastrocnemius Tuber 1. M. gastrocnemius:
surae caput mediale:  calcanei  Plantarfleksi
(N. tibialis
Facies
– poplitea femoris (sebelah pergelangan kaki bila
N. proximal  lutut diekstensi;
ischiadicus)
Condylus medialis) menaikkan tumit
selama berjalan;
2. M. gastrocnemius memfleksikan tungkai
caput laterale: pada articulatio
Facies poplitea femoris (sebelah genus.
proximal Condylus lateralis) 2. M. soleus:
Plantarfleksi
3. M. soleus: Caput pergelangan kaki
fibulae, Facies tidak bergantung
posterior dan Margo posisi lutut;
posterior fibulae menstabilkan tungkai
(sepertiga bagian pada kaki.
proximal), Facies 3. M. plantaris: Secara
posterior tibiae (pada lemah membantu M.
dan di bawah linea gastrocnemius dalam
musculi solei), Arcus melakukan
tendineus musculi solei plantarfleksi
pergelangan kaki.
4. M. plantaris: Facies
poplitea femoris
(sebelah proximal
Condylus lateralis)
2.2. Anatomi Mikro
Tendon adalah pita jaringan fibrosa yang fleksibel terletak di bagian belakang
pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.Tendon adalah
struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Otot rangka dalam tubuh
bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan untuk
berjalan, melompat, angkat, dan bergerak dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi,
hal itu menarik pada tulang menyebabkan gerakan ini.Struktur yang memancarkan
kekuatan kontraksi otot ke tulang disebut tendon.
Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi
otot terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon.Sekitar 95%
dari kolagen tendon adalah kolagen tipe-I, dengan jumlah elastin yang sangat
kecil.Elastin dapat menjalani tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika elastin ada
pada tendon dalam proporsi yang besar, maka akan ada penurunan dalam besarnya
gaya yang ditransmisikan ke tulang.
Fibril kolagen terikat ke fesikula, mengandung pembuluh darah dan pembuluh
limfatik serta saraf.Fasikula - fasikula tergabung bersama, dikelilingi oleh epitenon,
dan membentuk struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh paratenon,
terpisah dari epitenon oleh lapisan tipis cairan untuk memungkinkan pergerakan
tendon dengan mengurangi gesekan.
Meskipun tendon Achilles normal hampir seluruhnya terdiri dari kolagen tipe - I,
tendon Achilles yang putus juga berisi proporsi besar dari kolagen tipe - III.
Fibroblast dari tendon Achilles yang putus menghasilkan baik kolagen tipe - I dan tipe
- III pada kultur. Kolagen tipe - III kurang tahan terhadap kekuatan tarikan dan area
itu dapat mempengaruhi putusnya tendon secara spontan.Tendon Achilles normal
menunjukkan pengaturan selular yang terorganisir dengan baik, sangat berbeda
dengan tendon yang putus.Tenosit, yang merupakan fibroblast khusus, muncul pada
potongan longitudinal.Pengaturan yang baik ini disebabkan oleh sekresi kolagen
secara sentrifugal yang seragam disekitar kolom tenosit, yang menghasilkan
baik komponen fibriler dan nonfibriler dari matriks eksraseluler dan juga dapat
menyerap kembali serat-serat kolagen. 
Struktur terbesar dalam skema di atas adalah tendon atau ligamentum
kemudian dipecah menjadi entitas yang lebih kecil disebut fasciles
(lembaran).Lembaran berisi fibril dasar ligamentum atau tendon, dan fibroblas,
merupakan sel-sel biologis yang menghasilkan ligamen atau tendon.Ada karakterisitik
struktural pada tingkat ini yang memainkan peran penting dalam mekanisme ligamen
atau tendon, yaitu crimp dari fibril. Crimp merupakan struktur bergelombang dari
fibril, dan ia akan memberikan kontribusi signifikan terhadap hubungan stress
regangan nonlinear untuk ligamen dan tendon.

          Tendon :
1. Tendon mengandung kolagen tipe I
2. Tendon mengandung matriks proteoglycan
3. Tendon mengandung fibroblast yang tersusun secara parallel
          Struktur :
1. Kolagen (70% dari berat kering tendon)
2. Glycine (±33%)
3. Proline (±15%)
4. Hydroxyproline (±15%)

2.3. kinesiologi tendo Achilles


Ketika otot gastrocnemius berkontraksi (memendek), tendon yang melekat dari otot
ke tulang calcaneus bergerak ke bawah kaki. Ini adalah tindakan yang memungkinkan
seseorang berdiri di atas jari kakinya sendiri, berlari, melompat, berjalan normal dan
untuk naik turun tangga (tindakan jinjit).

Articulatio talocruralis
Tulang : antara trochlea tali dan lengkung yang dibentuk oleh malleoli ossa cruris.
Jenis sendi : Gynglimus
Penguat sendi : Ligamentum mediale (deltoideum) pars tibionavucularis, pars
tibiotalaris anterior, pars tibiotalaris posterior, Ligamentum talofibulare anterius,
ligamentum talofibulare posterius dan ligamentum calcanofibulare.
Sumbu gerak : sumbu gerak pada sendi ini adfalah sumbu frontal yang berjalan dari
kraniomedalis ujung bawah malleolus medialis sampai kaudolateralis ujung bawah
malleolus lateralis.
Gerak sendi ; Fleksi dorsalis/ dorsofleksi : M.tibia anterior, M.extensor digitorum
longus, M.peroneus tertius dan M.extensor hallucis longus
Fleksi plantar/plantarfleksi : M.gastrocnemius, M.soleus, M.plantaris, M.flexor
halluces longus, M.peroneus longus dan brevis M.tibialis posterior.
Pada articulation talocruralis dalam sikap dorsofleksi, gerakan pronasi dan supinasi
terbatas, karena bagian depan trochlea talilebar daripada bagian belakang sehingga
lebih memungkinkan terjepitnya trochlea tali oleh malleolus lateralis dan medialis.

2.4. Persarafan dan Perdarahan Tendo Achilles


Persyarafan untuk musculus yang menyusun tendo Achilles adalah nervus
tibialis. N. tibialis meninggalkan fossa poplitea dengan berjalan Bersama dengan
arteria tibialis posterior (Pasokan darah untuk tendon Achilles berasal dari arteri
tibialis posterior), mula-mula berada di sebelah medialnya, lalu menyilang arteri
tersebut dan tiba di bagian lateralnya, mencapai pergelangan kaki.
Memberi percabangan :
 Rami articulares yang mempersarafi articulation genu dan articulation
talocruralis
articulation talocruralis ; sendi pd tendon achilles.
 Rami musculares yang mempersarafi m.gastroenemius, m.plantaris, m.soleus,
m.popliteus, m.tibialis posterior, m.flexor digitorum longus dan m.flexor
hallucis longus.
m.gastroenemius, m.plantaris, m.soleus : gabungan tiga otot tendon achilles.

3. Memahami dan Menjelaskan Bioetik pada Pemeriksaan Kaki


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG
PRAKTIK KEDOKTERAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa
kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai
upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat; c. bahwa penyelenggaraan
praktik kedokteran yang merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral yang
tinggi, keahlian dan kewenangan yang secara terus- menerus harus ditingkatkan mutunya
melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, lisensi, serta
pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan praktik kedokteran sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; d. bahwa untuk memberikan
perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima pelayanan kesehatan, dokter, dan dokter
gigi, diperlukan pengaturan mengenai penyelenggaraan praktik kedokteran; e. bahwa
berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk
Undang-Undang tentang Praktik Kedokteran;

Mengingat: Pasal 20 dan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN. 


BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :


1. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter
gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.
2. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Konsil Kedokteran Indonesia adalah suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan
bersifat independen, yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran
4. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang
dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia
setelah lulus uji kompetensi.
5. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap dokter dan dokter gigi yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta
diakui secara hukum untuk melakukan tindakan profesinya.
6. Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap dokter dan dokter gigi yang telah
diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.
7. Surat izin praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan
dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan.
8. Surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi yang telah diregistrasi.
9. Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan
kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi.
10. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada dokter atau dokter gigi.
11. Profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu pekerjaan kedokteran atau
kedokteran gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani
masyarakat.
12. Organisasi profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan Persatuan Dokter
Gigi Indonesia untuk dokter gigi.
13. Kolegium kedokteran Indonesia dan kolegium kedokteran gigi Indonesia adalah
badan yang dibentuk oleh organisasi profesi untuk masing-masing cabang disiplin ilmu
yang bertugas mengampu cabang disiplin ilmu tersebut.
14. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah lembaga yang berwenang
untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam
penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.
15. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2
Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah,
manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien. 
Pasal 3
Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk :
a. memberikan perlindungan kepada pasien;
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh
dokter dan dokter gigi; dan
c. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.

Anda mungkin juga menyukai