Droop foot
LO :
Klasifikasi
1. Tipe I: Pecah parsial, yaitu sobek yang kurang dari 50%, biasanya diobati
dengan manajemen konservatif.
2. Tipe II: sobekan yang penuh dengan kesenjangan tendon kurang dari sama
dengan 3 cm, biasanya diobati dengan akhir-akhir anastomosis,
3. Tipe III: sobek yang penuh dengan jarak tendon 3 sampai 6 cm.
4. Tipe IV: perpisahan yang penuh dengan cacat lebih 6 cm (pecah
diabaikan).
1.2. Etiologi
Ruptur Tendo Achilles dapat terjadi saat dorsofleksi pasif secara tiba tiba saat
kontraksi maksimal pada otot betis. Ruptur tendo dapat terjadi saat berlari,
melompat, bermain bulu tangkis, basket, tersandung dan jatuh dari ketinggian.
Dalam beberapa kasus putusnya tendo Achilles terjadi pada tendo yang kurang
menerima aliran darah. Tendo juga dapat melemah bergantung pada
bertambahnya usia. Putusnya tendo Achilles juga bisa disebabkan oleh
peningkatan mendadak jumlah tekanan pada tendo Achilles. Biasanya ruptur
tendo Achilles lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita.
Penyebab lainnya juga bisa karena:
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes,
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan risiko pecah,
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola ataupun olahraga berat lainnya,
4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis,
5. Obesitas.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ruptur pada tendo achilles adalah sebagai
berikut:
• Meningkatnya aktivitas (jarak, kecepatan, tinggi/curam tanjakan)
• Berkurangnya waktu relaksasi di antara sesi latihan
• Perubahan permukaan.
• Perubahan/pergantian alas kaki (alas kaki bertumit rendah/ tumit tinggi)
• Kondisi alas kaki yang buruk (ukuran tumit yang tidak sesuai, pelebaran sisi
sepatu, berkurangnya fleksibilitas kaki)
• Terlalu banyak tiarap (meningkatnya beban pada kompleks
gastrocnemius/soleus untuk menelentangkan kaki dan jemari kaki dengan bebas)
• Fleksibilitas otot yang rendah (gastrocnemius yang rapat)
• Berkurangnya ruang gerak sendi (dorsifleksi yang terbatas)
1.3. Patofisiologi
Rupture traumatic tendon achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendon, akibat
perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsofleksi pasif
maksimal sehingga terjadi aktivitas dimana kontraksi mendadak pada otot betis
dengan kaki terfiksasi dengan kuat ke bawah dan diluar kemampuan batas tendon
achilles untuk menerima suatu beban. (Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal
Edisi 2)
Tes Matles, juga dilakukan dengan posisi pasien pronasi, lutut fleksi 900
pada ankle yang tendon achilesnya ruptur, maka posisinya akan lebih
dorsofleksi dibanding sisi yang normal. Hal ini karena tidak ada tegangan
tendon yang menghubungkan kompleks otot gastrocnemius soleus dengan
kalkaneus, sehingga efek gravitasi membuat kaki lebih dorsofleksi pada
bagian yang cedera.
Tes Copeland, Copeland menjelaskan sebuah tes yang dilakukan dengan
sphygmomanometer. Manset sphygmomamometer di pasang melingkar di
tengah betis pada pasien yang berbaring pronasi. Manset di pompa hingga
100 mmHg dengan kaki plantar fleksi. Kaki didorsofleksikan oleh
pemeriksa. Jika tekanan meningkat hingga 140 mmHg, unit
muskulotendinious dapat diperkirakan intak. Jika dua dari tes di atas
positif, maka diagnosis dari ruptur tendon achiles dapat ditegakkan.
Obrien’s Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm proksimal
dari calcaneus masukkan jarum berukuran 25.
Lakukan gerak dorso fleksi secara pasif, apabila gerak jarum seperti
plantar fleksi pertanda bahwa tendo achilles tidak mengalami cedera. Bila
jarum tidak bergerak, menandakan tendo achilles yang mangalami ruptur.
Tidak disarankan untuk dilakukan pada pasien dalam keadaan sadar
a. MRI
b. X-Ray
c. Ultrasonografi (USG)
Kegunaan : Menentukan ketebalan tendon, karakter dan adanya robekan.
Sangat mudah untuk mengetahui structural jaringan lunak dan menjadi
metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera
Diagnosis Banding
Ruptur tendon Achilles
Yaitu putusnya tendon achilles secara paksa, karena terlalu sering di beri
tekanan, periode tendon achilles di dahului tahap tendonisitis yang membuat
tendo semakin lemah.
Tendo calcaneal bursitis
Bursa adalah kantung berisi cairan yang dirancang untuk membatasi gesekan.
Ketika bursa ini meradang disebut bursitis. Tendo calcaneal bursitis adalah
peradangan pada bursa di belakang tilang tumit. Bursa ini biasanya
membatasi gesekan. Dimana achilles tendon fibrosa tebal di belakang tumit
meluncur turun naik.
Achilles tendoncitis
Cedera ini biasanya terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika
berjalan/ berlari, achiles tendoncitis adalah sebuah strain kekerasan yang
dapat membuat trauma tendon achilles dan betis.
Achilles tendinopathy atau tendonosis
Kronis yang berlebihan bisa berpengaruh pada perubahan tendon achilles
yang juga menyebabkan degenerasi dan penebalan tendon.
Pada minggu ke-4, orthosis dibawa ke posisi netral, dengan protokol ROM yang
sama seperti minggu sebelumnya. Pada 6 minggu, pasien diizinkan untuk
menanggung berat badan yang ditoleransi sambil mengenakan orthosis. Pada saat
ini, mereka juga diperbolehkan untuk melepas orthosis di malam hari. Pada
minggu ke-8, pasien diperbolehkan melepas orthosis dan kemudian mulai terapi
fisik untuk peregangan dan penguatan. Ada 3 kasus reruptures, 2 di bedah dan 1
pada kelompok nonsurgical. Dari 2 reruptures bedah, 1 jatuh dari tangga, dan
yang lainnya ditabrak mobil saat mencoba menghentikan perampokan. Pasien
nonsurgical tergelincir dari tanggul di minggu ke-16. Semua reruptures dirawat
melalui pembedeahan.
Percutaneous Surgery
Pada tindakan ini,dibuat sayatan kecil selebar 2-4 cm. Melalui luka tusuk, jahitan
melewati ujung distal dan proksimal, yang diperkirakan ketika pergelangan kaki
berada pada equinus maksimal. Jahitan itu kemudian dipotong pendek, diikat
menggunakan simpul, dan mendorong subkutan. Luka-luka kecil dibersihkan dan
dipasang perban kering dan steril Setelah itu, pasien menggunakan bantalan gips
yang tanpa beban. Penggunaan gips dilakukan selama 4 minggu, diikuti oleh 4
minggu di bantalan berat dan pemakaian gips dengan elevasi tumit rendah.
b. Perkutan operasi, ahli bedah membuat beberapa sayatan kecil, bukan satu
sayatan besar, dan menjahit tendon kembali bersama-sama melalui sayatan.
Pembedahan mungkin tertunda selama sekitar satu minggu setelah pecah untuk
membiarkan pembengkakan turun. Untuk pasien menetap dan mereka yang
memiliki vasculopathy atau risiko untuk penyembuhan sedikit, perkutan bedah
perbaikan mungkin pilihan pengobatan yang lebih baik daripada perbaikan bedah
terbuka. Keduanya membutuhkan sekitar waktu 6 minggu untuk penyembuhan. 4
minggu untuk mengembalikan panjang otot, 1-3 minggu untuk memulai
pergerakan pertama.
1.6.2. Non-bedah
- Pengobatan Konservatif
Imobilisasi langsung untuk ruptur tendo Achilles baik secara parsial,maupun
seluruhnya.
Latihan bergerak sangat penting dalam proses pemulihan rupture tendo
Achilles
Pemakaian boot orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan untuk tumit
agar ujung tendin dapat berdekatan bersama-sama. Kelebihan dari
pemakaian boot ini adalah pasien dapat bergerak.
Pada robekan parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut
selama 4-6 minggu dalam posisi fleksi 30°-40° pada lutut dan fleksi
plantar pada pergelangan kaki.
Fisioterapi
- Postoperative Course
Latihan beban fungsional dan ROM ,dengan melakukan ini, durasi waktu
perawatan dapat menurun, pasien pun dapat lebih cepat berolahraga
Pemasangan gips
Fisioterapi
Pemakaian orthosis
Tendon akan tersambung dalam 4-8 minggu taetapi pasien tidak
berolahraga berat selama 6 bulan
1.7. Pencegahan
o Obat-obatan kortikosteroid seperti prednison, harus dikonsumsi secara
hati-hati dan dosisnya jika bisa diturunkan. Tetapi, banyak juga kondisi
dimana kortikosteroid sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
penderita.
o Antibiotik Quinolone harus dikonsumsi dengan hati-hati pada usia pasien
diatas 60 tahun atau pasien yang memakai obat-obatan steroid.
o Memakai sepatu yang tepat dan sepatu olahraga.
o Regangkan antara pemanasan dan berolahraga, dan kemudian lagi setelah
berolahraga.
o Memperkuat otot kaki, terutama otot betis. Biasakan latihan yang
memperberat betis.
o Uji cedera setelah berolahraga.
o Lakukan pemanasan dan peregangan sebelum melakukan kegiatan
olahraga.
o Jangan memaksakan latihan jika kaki terasa lelah.
o jaga berat badan ideal agar tidak obesitas.
o Kenakan sepatu yang baik dengan bantalan yang tepat.
Tendon :
1. Tendon mengandung kolagen tipe I
2. Tendon mengandung matriks proteoglycan
3. Tendon mengandung fibroblast yang tersusun secara parallel
Struktur :
1. Kolagen (70% dari berat kering tendon)
2. Glycine (±33%)
3. Proline (±15%)
4. Hydroxyproline (±15%)
Articulatio talocruralis
Tulang : antara trochlea tali dan lengkung yang dibentuk oleh malleoli ossa cruris.
Jenis sendi : Gynglimus
Penguat sendi : Ligamentum mediale (deltoideum) pars tibionavucularis, pars
tibiotalaris anterior, pars tibiotalaris posterior, Ligamentum talofibulare anterius,
ligamentum talofibulare posterius dan ligamentum calcanofibulare.
Sumbu gerak : sumbu gerak pada sendi ini adfalah sumbu frontal yang berjalan dari
kraniomedalis ujung bawah malleolus medialis sampai kaudolateralis ujung bawah
malleolus lateralis.
Gerak sendi ; Fleksi dorsalis/ dorsofleksi : M.tibia anterior, M.extensor digitorum
longus, M.peroneus tertius dan M.extensor hallucis longus
Fleksi plantar/plantarfleksi : M.gastrocnemius, M.soleus, M.plantaris, M.flexor
halluces longus, M.peroneus longus dan brevis M.tibialis posterior.
Pada articulation talocruralis dalam sikap dorsofleksi, gerakan pronasi dan supinasi
terbatas, karena bagian depan trochlea talilebar daripada bagian belakang sehingga
lebih memungkinkan terjepitnya trochlea tali oleh malleolus lateralis dan medialis.
Mengingat: Pasal 20 dan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah,
manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien.
Pasal 3
Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk :
a. memberikan perlindungan kepada pasien;
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh
dokter dan dokter gigi; dan
c. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.