Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN ZIS PADA LEMBAGA KEUANGAN

BANK DAN NON BANK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Manajemen Ziswa


Dosen Pengampu: Aulia Ranny Priyatna

Disusun Oleh:
Kelompok 7

1. Maya Nita Sari (1704100222)


2. Muhammad Yusuf Gimnastiar (1704100156)
3. Silva Rahmadani (1804101090)
4. Tania Puspita Devi (1704100252)
5. Toni Agung Wibowo (1704100181)
6. Zain Ahmad Al-Majid (1804101101)

KELAS A
PRODI S1-PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga kami masih diberi kekuatan dalam menyelesaikan makalah
‘Manajemen ZIS Pada Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank’ ini dengan
lancar tanpa adanya suatu hambatan yang berarti. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas yang telah ditetapkan Dosen pengampu Mata kuliah Manajemen
Ziswa.
Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan
Dosen yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Kami menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan penulisan makalah ini. Demikian makalah ini
kami buat, semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Metro, 22 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................ i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan Makalah ............................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Manajemen Dalam Islam ................................................... 6
B. Konsep Manajemen Pengelolaan ZIS ............................................. 7
C. Pengertian Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank ..................... 8
D. Manajemen ZIS Pada Lembaga Keuangan Bank ............................ 9
E. Manajemen ZIS Pada Lembaga Keuangan Non Bank..................... 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................... 18

Daftar Pustaka ............................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat, infaq dan shadaqah merupakan sumber dana potensial yang dapat
dimanfaatkan sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pelaksanaan
ibadah zakat melibatkan sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan manajemen
pengelolaan harta benda sejak perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian. Oleh sebab itu
pelaksanaan ibadah zakat, infaq dan shadaqah tersebut memerlukan suatu
manajemen yang baik sehingga dapat meningkatkan masyarakat dan fungsi
zakat, infaq dan shadaqah dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan
sosial.
Seiring berjalannya waktu, pengelolaan ZIS tidak lagi hanya dilakukan
oleh lembaga amil zakat saja. Sekarang lembaga keuangan baik bank maupun
non bank telah ikut serta dalam pengelolaan dana ZIS. Selain melakukan
kegiatan usaha, lembaga keuangan juga melakukan fungsi sosial seperti
menerima dana ZIS dan mendistribuskannya kepada yang berhak
menerimanya. Hal tersebut tentu semakin mempermudah bagi yang akan
menunaikan ibadah zakat, infaq dan shadaqah. Manajemen pengelolaan ZIS
pada lembaga keuangan menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang manajemen ZIS pada
lembaga keuangan bank dan non bank.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen menurut Islam?
2. Bagaimana konsep manajemen ZIS?
3. Apa pengertian lembaga keuangan bank dan non bank?
4. Bagaimana manajemen ZIS di lembaga keuangan bank dan non bank?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini ada untuk mengetahui:

4
1. Pengertian manajemen menurut Islam.
2. Konsep manajemen pengelolaan ZIS?
3. Pengertian lembaga keuangan bank dan non bank.
4. Manajemen ZIS di lembaga keuangan bank dan non bank.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Manajemen Dalam Islam


1. Pengertian Manajemen
Definisi manajemen dalam Islam adalah sebagai ilmu sekaligus teknik
(seni) kepemimpinan. Hal ini manajemen dalam arti mengatur sesuatu agar
dilakukan dengan baik tepar dan terarah. Manajemen yang tepat
merupakan watak yang melekat dalam hidup. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses sistematis yang
harus dijalankan dengan baik dalam mengelola usaha agar tercapai tujuan,
baik usaha kecil maupun usaha skala besar.1
Pemikiran Manajemen dalam Islam bersumber dari nash-nash Al-
Qur’an dan petunjuk-petunjuk Al-sunnah dan berasaskan pada nilai-nilai
kemanusiaan yang berkembang dalam masyarakat pada waktu tersebut.
Dengan manajemen, manusia mampu mengenali kemampuannya berikut
kelebihan dan kekurangannya sendiri. Manajemen menunjukkan cara-cara
yang efektif dan efesien dalam melakanakan suatu pekerjaan. Manajemen
telah memungkinkan manusia untuk mengurangi hambtan-hambatan
dalam rangka penciptaan tujuan. Manajemen juga memberikan prediksi
dan imajinasi agar manusia dapat mengantisipasi perubhan lingkungan
yang dinamis.

2. Karakteristik Manajemen
Teori manajemen Islam bersifat universal, komperehensif, dan
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Variabel etika sosial, teori manajamen syariah merupakan teori yang
konsen dan terkait dengan falsafah sosial masyarakat muslim, dan
berhubungan dengan akhlak atau nilai-nilai etika sosial yang dipegang
teguh oleh masyarakat muslim.

1
Linda Anggraeni, Skripsi: "Analisis Manajemen Pengelolaan Dana Zakat, Infaq, Dan
Shadaqah (ZIS) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Mustahiq (Studi Pada BMT Al-Hasanah
Sekampung Lampung Timur)", (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2019), Hlm. 32.

6
b. Variabel kemanusiaan, manajemen syariah konsen terhadap variabel
ekonomi dan motif materi, dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis individu. Memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan
spiritual serta memuliakan manusia untuk berpatisipasi dalam aktivitas
manajemen memuliakan segala potensi intelektual, kompetisi, dan
dimensi spiritual.
c. Variabel perilaku dan sistem konsen terhadap sistem dan menentukan
tanggungjawab dan wewenang, menghormati kekuasaan dan organisasi
resmi, menghormati struktur organisasi dan menuntut ketaatan terhadap
kebaikan.
d. Manajemen masyarakat dan memiliki hubungan yang sangat erat,
manajamen merupakan bagian dari sistem sosial yang dipenuhi dengan
nilai, etika, akhlak, dan keyakinan yang bersumber dari Islam.
e. Teori manajemen Islam menyelesaikan persoalan kekuasaan dalam
manajemen, tidak ada perbedaan antara pemimpin dan kru.
f. Kru bekerja dengan keikhlasan dan semangat profesionalisme, mereka
berkontribusi dalam pengambilan keputusan, dan taat kepada atasan
sepanjang mereka berpihak pada nilai-nilai syariah.2

B. Konsep Manajemen Pengelolaan ZIS


Pengelolaan ZIS adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan
zakat, infaq dan shadaqah. Pengelolaan ZIS oleh lembaga zakat yang
memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan,
antara lain: Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar
terutama dalam zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para
mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para
muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang
tepat dalam penggunaan harta zakat, infaq, dan shadqah menurut skala
perioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat, untuk memperlihatkan siar
Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami.
2
Ibid., Hlm. 33-34.

7
Menurut Pasal 3 Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat dimaksudkan agar zakat tersebut dapat berhasil guna dan
berdaya guna, sehingga dalam pengelolaannya zakat harus melalui suatu
pengorganisasian yang tepat. Pengelolaan zakat bertujuan: Meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan
meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dan penanggulangan kemiskinan. 3

C. Pengertian Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank


Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1998 Tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainya yang dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.4 Sedangkan Lembaga Keuangan Non Bank adalah semua lembaga/badan
yang melakukan aktivitas keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung
menghimpun dana dari masyarakat dengan menerbitkan surat-surat berharga dan
menyalurkan dana tersebut untuk membiayai investasi di berbagai perusahaan. 5
Yang termasuk lembaga keuangan bukan bank antara lain perusahaan
asuransi, Taspen, koperasi simpan pinjam, bursa efek/pasar modal, dan
perusahaan anjak piutang atau leasing.
Beberapa perbedaan antara lembaga keuangan bank dan non bank:
a) Lembaga keuangan bank menjalankan kegiatan yang lebih lengkap bila
dibandingkan dengan lembaga keuangan bukan bank, yaitu
mengumpulkan dana dari masyarakat lalu menyalurkannya kembali ke
masyarakat yang membutuhkan, serta memberikan jasa-jasa keuangan
lainnya seperti jual beli surat-surat berharga dan sebagainya. Sedangkan
lembaga keuangan bukan bank, setiap perusahaan hanya memfokuskan
pada satu kegiatan perusahaan tersebut. Misalnya perusahaan asuransi,
mereka hanya focus untuk memberikan layanan tanggungan kepada
masyarakat yang tergabung dalam layanan mereka. Contoh lain yaitu
3
Ibid., Hlm. 34-35.
4
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan (Bandung: Mandar Maju, 2000), Hlm. 2.
5
Thamrin Abdullah, "Bank dan Lembaga keuangan". Modul. (2014), Hlm. 17.

8
perusahaan pegadaian, mereka hanya menyalurkan dana pinjaman kepada
masyarakat yang membutuhkan dan dengan jaminan tertentu pastinya.
b) Lembaga keuangan bank dapat secara langsung menciptakan uang giral
yang dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat
sedangkan lembaga keuangan bukan bank tidak bisa melakukan itu.
c) Perbedaan utama antara lembaga keuangan bank dan non bank adalah pada
penghimpunan dana. Dalam penghimpunan dana secara tegas disebutkan
bahwa bank dapat menghimpun dana baik secara langsung maupun tidak
langsung dari masyarakat. Sedangkan lembaga keuangan bukan bank tidak
dapat secara langsung mengumpulkan dana dalam bentuk tersebut.6

D. Manajemen ZIS Pada Lembaga Keuangan Bank


Fungsi bank secara umum adalah sebagai intermediary (penghubung)
antara pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan
dana. Sedangkan fungsi sosial bank terutama bank syariah adalah
memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat, baik berupa penerimaan
dana zakat, infak dan shadaqah (ZIS) sekaligus penyaluran dana ZIS tersebut
kepada pihak-pihak yang berhak untuk menerimanya dengan cara yang
transparan dan bertanggungjawab. Selain sebagai penerima dan penyalur dana
ZIS, bank syariah juga memberikan pelayanan sosial melalui dana qard
(pinjaman kebajikan). Pinjaman kebajikan dana qard ini murni berdasarkan
tujuan sosial atau tolong menolong, mekanismenya adalah bank syariah
meminjamkan uang tanpa meminta imbalan dalam bentuk apapun.7
Adapun mekanisme pengelolaan ZIS secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

1. Penghimpunan Dana ZIS


Sumber dana ZIS yang dihimpun Bank Syariah berasal dari zakat
pendapatan perusahaan, zakat dari nasabah dan zakat dari karyawan.

6
Jamal Wiwoho, “Peran Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
Dalam Memberikan Distribusi Keadilan Bagi Masyarakat” dalam Jurnal MMH, Jilid 43, No. 1,
Januari 2015, Hlm. 88.
7
Ali Yusuf Nasution, Qomaruddin, ”Mekanisme Pengelolaan Dana Zakat, Infaq Dan
Shadaqah Di Bank Syariah Sebagai Implementasi Fungsi Sosial Bank (Studi Kasus Di BPR
Syariah Amanah Ummah)” Jurnal Syarikah Vol 1 No.1, Juni 2015, Hlm. 54.

9
a. Zakat perusahaan/Bank
Zakat bank adalah zakat yang berasal dari keuntungan bank selama
periode satu tahun. Pola perhitungan zakat perusahaan ini adalah di
dasarkan pada neraca (balance sheet), yaitu aktiva lancar dikurangi
kewajiban lancar (metode asset netto). Pada perhitungan akhir tahun
(tutup buku), seluruh harta kekayaan perusahaan dihitung, kemudian
dikeluarkan zakatnya 2,5%.8
b. Zakat dari nasabah
Zakat dari nasabah adalah zakat yang disetor atau dipotong dari
rekening nasabah atas perintah nasabah tersebut. Zakat nasabah terdiri
dari:
1) Nasabah tabungan
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat dan cara-
cara tertentu. Bank diberi wewenang untuk mengelola uang dari
nasabah tersebut, bila bank mendapatkan keuntungan maka nasabah
akan mendapat athoya/bonus dari keuntungan yang langsung
dibukukan pada rekening tabungan penabung setiap bulan. Dari
bonus yang didapat nasabah tersebut akan dikeluarkan zakatnya
tanpa melihat besar kecilnya bonus yang didapat. Pengeluaran zakat
ini sudah mendapat persetujuan dari nasabah diawal waktu
pembukaaan rekening.
2) Nasabah deposito
Deposito adalah simpanan berupa investasi tidak terikat pihak
ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah pemilik dana
(shahibul maal) dengan bank (mudharib), jangka waktu tersebut
adalah satu, tiga, enam dan dua belas bulan, dengan bagi hasil sesuai
dengan nisbah yang telah disepakati. Deposito (uang simpanan)
dikenakan zakat dari jumlah saldo akhir bila telah mencapai nishab

8
Ibid., Hlm. 55.

10
dan berjalan selama 1 tahun.Besarnya nishab senilai 85 gram emas.
Kadar zakat yang dikeluarkan adalah 2,5%.9

2. Penyaluran zakat
Proses penyaluran zakat dimulai terlebih dahulu dengan mengkaji
ulang golongan-golongan yang berhak menerima zakat. Selain itu, Bank
Islam juga perlu mengidentifikasi setiap kebutuhan penerima zakat. Bila
kebutuhan tersebut telah diketahui, maka pihak bank harus mengkaji upaya
pemenuhan kebutuhan itu secara produktif. Hasil kajian ini kemudian
dikonsultasikan kepada Badan Pengawas Syari’ah. Setelah itu, Account
Officer (A/O) dan Bagian Support Pembiayaan. Menetapkan pos-pos yang
menjadi prioritas sesuai dengan kebutuhan dan harta zakat yang
terkumpulkan. Perencanaan seperti itu harus diupayakan secara matang,
mengingat distribusi yang salah sasaran akan membawa dampak
kezaliman sosial.10
Dengan banyaknya produk-produk yang ditawarkan Bank Islam,
upaya mengembangkan zakat secara produktif akan lebih mudah dan
flesibel. Paling tidak, ada tiga alternatif penyaluran harta zakat melalui
Bank Islam yang ditawarkan disini. Pertama, bank memberikan pinjaman
tanpa bunga dengan harta zakat tetap utuh menjadi milik penerima zakat
yang disimpan dalam rekening. Penerimaan zakat diikutkan sebagai
nasabah penabung atau deposito. Pinjaman tersebut dapat lebih besar dari
harta zakat yang tersimpan direkening. Dalam hal ini, penerima zakat
menjadi kreditur dan debutur sekaligus.
Produk-produk bank islam yang dapat dimanfaatkan adalah bagi hasil
(Mudharabah), perkongsian (Musyarakah), pembelian bayar tempo (Bai’
bi daman Ajil), sewa beli (Bai’al-Ta’jiri), dan Sewa Guna Usaha (Ijarah).
Sasaran dari alternatif ini adalah golongan yang memiliki pekerjaan tetap
atau keahlian tertentu, tetapi kebutuhan pokoknya belum tercukupi (al-
fuqara’). Kedua, harta zakat yang dimasukkan dalam rekening atas nama
9
Ibid., Hlm. 56.
10
Agus Riyadi,”Manajemen Pengelolaan Zakat Produktif Dalam Perspektif Bank Islam”
Jurnal Iqtishadia, Vol. 7, No. 2, September 2014, hlm. 350.

11
penerima zakat. Setelah itu, harta zakat diikutkan dan dikembangkan
dalam transaksi dari produk-produk bank islam, sehingga penerima zakat
akan menerima hasilnya dalam bentuk pembagian hasil setiap bulan.
Tawaran ini dapat diberikan kepada golongan fakir yakni orang yang tidak
memiliki pekerjaan tetap atau keahlian apapun, sehingga kebutuhannya
belum tercukupi.11
Untuk memenuhi kebutuhan itu, pihak bank dapat memberikan
sebagian harta zakatnya, sementara sebagiannya lagi dimasukkan dalam
rekening atas nama penerima zakat. Ketiga, dana zakat dibagikan langsung
oleh Bank Islam kepada penerima zakat. Hanya saja pembagian tersebut
dapat diwujudkan modal kerja yang produktif, sehingga hasilnya
diharapkan dapat mencukupi kebutuhannya. Dalam hal ini Bank Islam,
berperan sebagai pihak konsultan yang siap secara aktif memantau
kegiatan ekonomi tersebut. Sasaran golongan penerima zakat dari model
ini adalah pos untuk agama Allah (sabilillah), misalnya bank menyalurkan
harta zakat dalam bentuk penyertaan modal kepada pengusaha muslim
dalam koperasi yang dibina Bank Islam, sehingga sebagian keuntungan
yang diperoleh dapat dilimpahkan untuk pembiayaan kegiatan pengajian di
madrasah.12

E. Manajemen ZIS Pada Lembaga Keuangan Non Bank


Pengelolaan dana zakat, infak, shadaqah dan wakaf selama ini
diorientasikan pada dua sektor yakni karitatif dan pemberdayaan. Sektor
karitatif (charity) digunakan untuk kebutuhan masyarakat (kaum dhuafa)
dalam jangka pendek seperti bantuan sosial, bakti sosial, pembagian sembako
dan lainnya. Sedangkan sektor pemberdayaan lebih bersifat jangka panjang
dengan bentuk program terencana dan terorganisir. Maka, guna memberikan
efek positif dalam jangka panjang salah satunya dengan mensinergikan
program pemberdayaan dengan industri keuangan syariah, tidak terkecuali
dengan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) yang berbasis syariah. Apalagi,

11
Ibid., Hlm. 350.
12
Ibid., Hlm. 351.

12
keuangan syariah menyediakan produk dan layanan yang sejajar dengan
kepercayaan nasabah muslim.13
Salah satu lembaga keuangan non bank adalah Baitul maal wat tamwil
atau biasa disebut BMT. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua
istilah, yaitu Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Secara harfiah atau lughowi
baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti berari rumah usaha.
Bait yang artinya rumah dan tamwil (pengembangan harta kekayaan) yang
asal katanya malal atau harta. Jadi baitul tamwil dapat dimaknai sebagai
tempat pengembangan usaha atau tempat pengembangan harta kekayaan.
Baitul Maal wat Tamwil dikembangkan untuk kesejahteraan sosial, terutama
dengan menggalakkan zakat, infaq, shodaqah, dan wakaf (ZISWA) seiring
dengan penguatan kelembagaan BMT.14

1. Manajemen Pengelolaan ZIS di BMT Al-Hasanah Lampung Timur


a. Penghimpunan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS)
Pemungutan zakat, infak dan shadaqah (zis) di Baitul Mal wat
Tamwil (BMT) yaitu dengan sistem jemput, muzakki menyerahkan
langsung (datang) ke kantor, dan melalui rekening Baitul Mal wat
Tamwil (BMT) Al-Hasanah yang telah disediakan. Muzakki atau
pemberi zakat yang ada di Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Al-Hasanah
Lampung Timur ada yang bersifat rutin dan ada yang bersifat
insidental. Muzakki yang bersifat rutin yaitu para karyawan Baitul Mal
wat Tamwil (BMT) mereka menyetorkan zakatnya setiap bulan dengan
potongan gaji 2,5% untuk zakat. Namun untuk muzakki insidental
menyetorkan zakatnya tidak menentu, artinya mereka membayar zakat
tidak menentu waktunya.
b. Penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS)

13
Makhrus Ahmadi, “Pengembangan Dana Zakat, Infak, Shadaqah Dan Wakaf Terhadap
Pertumbuhan Industri Keuangan Non Bank Syariah” Vol. 2, No. 2, 2017 , Hlm. 4.
14
Siswadi, "Lembaga Keuangan Syari’ah Non Bank Bmt (Baitul Mal Wat Tamwil)
Tawaran Bebas Aqad Yang Dilarang Dalam Syari’at Islam" dalam Jurnal Ummul Quran Vol VI,
No 2, September 2015, Hlm. 88-89.

13
Penyaluran dana zakat, infak dan shadaqah (zis) adalah kegiatan
membagikan sejumlah harta yang telah dihimpun oleh lembaga zakat
dari muzakki untuk dibagikan kepada yang berhak menerima
(mustahiq). Ada dua program pada Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Al-
Hasanah yang berkaitan dengan penyaluran dana yaitu:
1) Program Santunan
Adalah program penyaluran dana kepada para mustahiq tanpa
ada terget-terget perubahan atas keadaan dan kondisi mustahiq,
kecuali hanya sekedar meningkatkan beban kehidupan bagi
mustahiq.
2) Program Pemberdayaan
Adalah program penyaluran dana kepada mustahiq disertai
dengan target-terget perubahan atas keadaan atau kondisi mustahiq
untuk menjadi lebih baik dari keadaan atau kondisi sebelum adanya
penyaluran. Tujuan Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Al-Hasanah
menggunakan dua program tersebut adalah agar dana zakat yang
telah disalurkan kepada mustahiq lebih bermanfaat dan berdayaguna.
Apabila dana zakat semuanya sudah terkumpul, maka harus segera
disalurkan kepada para mustahiq berdasarkan ketentuan dan program
yang sudah disusun oleh Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Al-
Hasanah.15
2. Pengelolaan ZIS di BMT ANDA Salatiga
a. Penghimpunan Dana Zakat, infak dan sedekah Sumber dana zakat,
infak dan sedekah yang dihimpun di BMT berasal dari zakat nasabah,
zakat karyawan, dan zakat BMT.
1) Zakat Nasabah adalah zakat yang disetor atau dipotong dari
rekening nasabah atas perintah nasabah tersebut.
2) Zakat Karyawan adalah zakat yang diambil dari pemotongan gaji
karyawan secara otomatis ketika karyawan mendapatkan gaji.
15
Nur Kismiyatun, "Manajemen Zakat Infak Dan Shadaqah (Zis) Di Baitul Mal Wat
Tamwil (BMT) Al-Hasanah Lampung Timur". Skripsi. (Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi:
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018), Hlm. 84-91.

14
3) Zakat BMT adalah zakat yang berasal dari keuntungan BMT
selama periode 1 tahun. Seluruh harta kekayaan BMT kemudian
dikeluarkan zakatnya 2,5 %. Selain dari dana di atas penghimpunan
dana zakat, infak dansedekah berasal dari dana infak yang terdiri
dari:
a) Dari internal, yaitu dana yang bersumber dari infak setiap hari
Jumat yang berasal dari karyawan yang bersifat sukarela.
b) Infak yang dilakukan saat event-event tertentu seperti saat ada
suatu acara event dan uang yang di dapat dalam penjualan
tersebut diinfakkan.
b. Pendistribusian Dana Zakat, Infak dan sedekah
Dalam mekanisme pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah di
KSPPS BMT Anda Salatiga pendistribusian langsung diberikan kepada
1) Kaum Dhuafa
Dalam hal ini pihak BMT memberikan sebungkus nasi setiap
satu bulan sekali
2) Anak Yatim
Dalam hal ini pihak BMT memberikan uang saku sebesar Rp
150.000/anak dan diberikan santunan hari lebaran sebesar Rp
50.000/anak.16
c. Kendala-Kendala dalam Pengumpulan dana ZIS BMT
1) Sumber daya manusia yang kurang memadai.
Rendahnya SDM menjadi pengaruh kurang maksimalnya
penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah, terlihat dari beberapa
aspek :
a) Rendahnya kepercayaan muzakki hingga penghimpunan zakat,
infak dan sedekah belum maksimal.
b) Rendahnya kepercayaan masyarakat kepada BMT, masyarakat
umumnya mengeluarkan zakat, infak dan sedekahnya bukan ke

16
Risfa Faidah, Skripsi: Implementasi Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) di BMT Anda
Salatiga (Salatiga: IAIN Salatiga, 2017), Hlm. 52-53.

15
BMT melainkan kepada tokoh agama, tokoh masyarakat dan
lainya. Hal itu dikarenakan pemahaman yang belum sesuai
dengan apa yang sudah ditentukan.
c) Kurangnya dana operasional BMT mengakibatkan belum
optimalnya pelaksanaan kegiatan, sehingga belum terealisasi
dengan baik.
d) Belum adanya dana muzakki dan mustahiq yang akurat sehingga
berakibat belum efektifnya penghimpunan dana zakat, infak dan
sedekah.
e) Laporan sebagai pertanggungjawaban atas evaluasi pelaksanaan
program, belum terlalu spesifik atau kurang lengkap.17
2) Komunikasi para pengelola ZIS BMT masih lemah, diantaranya
adalah:
a) Belum adanya kerjasama antara pengelola satu dengan yang lain,
sehingga menjadi kurang optimal dalam pengumpulan dana ZIS.
b) Kurangnya keterbukaan dan transparasi antar anggota.
3) Teknologi yang digunakan dalam BMT masih sangat kurang
Penerapan teknologi yang ada pada suatu lembaga zakat masih
kurang dibandingakan dengan yang sudah diterapkan pada institusi
keuangan lainnya. Hal ini turut menjadi salah satu kendala
penghambat kemajuan penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah.
Teknologi yang diterapkan pada lembaga Amil masih terbatas pada
teknologi standar biasa. Sistem akuntansi, administrasi,
penghimpunan maupun pendayagunaan harusnya menggunakan
teknologi terbaru, agar dapat menjangkau segala kalangan
masyarakat terutama kalangan menengah ke atas.
4) Sistem informasi dana ZIS kepada masyarakat
Informasi dana ZIS dalam BMT belum terlalu menyebar luas
kepada masyarakat sehingga masyarakat belum mengetahui tentang
dana ZIS di BMT tersebut dan dana ZIS dipergunakan untuk apa.

17
Ibid., Hlm. 53.

16
Hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat
menyalurkan dana ZIS melalui BMT.18

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

18
Ibid., Hlm. 54-55

17
Pengelolaan ZIS adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan
zakat, infaq dan shadaqah. pengumpulan dan pendistribusian serta
pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah. Seiring berjalannya waktu,
pengelolaan ZIS tidak lagi hanya dilakukan oleh lembaga amil zakat saja.
Sekarang lembaga keuangan baik bank maupun non bank telah ikut serta
dalam pengelolaan dana ZIS. Selain menjalankan kegiatan usahanya, lembaga
keuangan juga menjalankan fungsi sosial salah satunya dengan melakukan
pengelolaan dana ZIS.
Lembaga keuangan baik bank maupun non bank telah ikut berperan
dalam pengelolaan dana ZIS. Dana ZIS yang dikelola oleh lembaga keuangan
bank berasal dari zakat nasabah, perusahaan, dan karyawan. Pendistribusian
zakat pada lembaga keuangan bank dilakukan dengan mengkaji orang-orang
yang berhak menerimanya terlebih dahulu. Selanjutnya dan disalurkan baik
secara konsumtif maupun produktif. Selain bank, lembaga keuangan non
bank seperti Baitul maal wat tamwil (BMT) juga ikut andil dalam
pengelolaan zakat. Tak jauh berbeda dengan bank, sumber dana ZIS berasal
dari zakat perusahaan (BMT), zakat karyawan, zakat nasabah, dan infaq baik
dari internal maupun eksternal. Pendistribusian dana ZIS dilakukan melalui
program pemberdayaan dan program santunan. Terdapat kendala-kendala
dalam pengelolaan zakat di BMT, seperti kurangnya SDM, kurangnya
tekonologi, dankurangnya kepercayaan masyarakt terhadap pengelolaan ZIS
di BMT.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Riyadi. ”Manajemen Pengelolaan Zakat Produktif Dalam Perspektif Bank


Islam” Jurnal Iqtishadia, Vol. 7, No. 2, September 2014.

18
Ali Yusuf Nasution. Qomaruddin, ”Mekanisme Pengelolaan Dana Zakat, Infaq
Dan Shadaqah Di Bank Syariah Sebagai Implementasi Fungsi Sosial Bank
(Studi Kasus Di BPR Syariah Amanah Ummah)” Jurnal Syarikah Vol 1
No.1, Juni 2015.

Jamal Wiwoho. “Peran Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan
Bank Dalam Memberikan Distribusi Keadilan Bagi Masyarakat” dalam
Jurnal MMH, Jilid 43, No. 1, Januari 2015

Linda Anggraeni. Skripsi: "Analisis Manajemen Pengelolaan Dana Zakat, Infaq,


Dan Shadaqah (ZIS) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Mustahiq (Studi
Pada BMT Al-Hasanah Sekampung Lampung Timur)", Lampung: UIN
Raden Intan Lampung, 2019.

Makhrus Ahmadi. “Pengembangan Dana Zakat, Infak, Shadaqah Dan Wakaf


Terhadap Pertumbuhan Industri Keuangan Non Bank Syariah” Vol. 2, No.
2, 2017.

Nur Kismiyatun. Skripsi: "Manajemen Zakat Infak Dan Shadaqah (Zis) Di Baitul
Mal Wat Tamwil (BMT) Al-Hasanah Lampung Timur". Fakultas Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
2018.

Risfa Faidah. Skripsi: Implementasi Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) di BMT Anda
Salatiga. Salatiga: IAIN Salatiga, 2017.

Sentosa Sembiring. Hukum Perbankan. Bandung: Mandar Maju, 2000.

Siswadi. "Lembaga Keuangan Syari’ah Non Bank Bmt (Baitul Mal Wat Tamwil)
Tawaran Bebas Aqad Yang Dilarang Dalam Syari’at Islam" dalam Jurnal
Ummul Quran Vol VI, No 2, September 2015.

Thamrin Abdullah, Modul: "Bank dan Lembaga keuangan". 2014.

19

Anda mungkin juga menyukai