Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yayan Feryandi

NPM : 1704100259
Kelas/Semester : A/6

KESIMPULAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA


Analisis kelayakan merupakan suatu kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang
diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Kemudian hasil analisis ini digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak
dari suatu gagasan usaha. Menurut saya dapat inti dari Analisis Kelayakan Usaha adalah
untuk mengetahui dan mengukur layak dan tidakanya suatu bisnis atau usaha untuk
dijalankan. Tujuan pokok studi kelayakan usaha adalah :
1. Mengetahui tingkat keuntungan terhadap alternatif investasi.
2. Mengadakan penilaian terhadap alternatif investasi.
3. Menentukan prioritas investasi, sehingga dapat dihindari investasi yang hanya
memboroskan sumber daya
Selain tujuan pokok, analisis kelayakan usaha memiliki tujuan lain yang juga penting
yaitu:
1. Menghindari risiko kerugian
2. Memudahkan perencanaan
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
4. Memudahkan pengawasan
5. Memudahkan pengendalian
Selain itu terdapat pihak-pihak yang berkepentingan dalam penilaian kelayakan usaha
yaitu:
1. Investor
2. Lembaga keuangan
3. Pemerintah
4. Masyarakat luas
Selanjutnya terdapat proses dan tahapan studi kelayakan yaitu:
1. Tahap penemuan ide atau perumusan gagasan (Menentukan ide dan merumuskan
gagasan)
2. Tahap memformulasikan tujuan (Menentukan Visi dan Misi)
3. Tahap Analisis (yaitu proses yang dilakukan untuk menentukan keputusan bisnis
tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Meliputi : Aspek hukum, aspek pasar, aspek
pemasaran, aspek keuangan, aspek ekonomi sosial, dan aspek lingkungan).
4. Tahap keputusan (Membuat keputusan)

STUDI KELAYAKAN BISNIS : ASPEK HUKUM DAN LEGALITAS SYARIAH DI


INDONESIA

Aspek Hukum dalam Studi Kelayakan Bisnis adalah aspek yang membahas masalah
kelengkapan dan keabsahaan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai
izin-izin yang dimiliki. Badan usaha merupakan suatu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan
ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Adapun faktor-faktor yang dihadapi
dan diperhitungkan dalam mendirikan badan usaha bidang IT adalah:
1. Barang dan Jasa yang akan dijual
2. Pemasaran barang dan jasa
3. Penentuan harga
4. Pembelian
5. Kebutuhan Tenaga Kerja
6. Organisasi intern
7. Pembelanjaan
8. Jenis badan usaha yang akan dipilih, dll.

Bentuk-bentuk usaha terdiri dari:


1. Perusahaan perseorangan
Yaitu suatu usaha dimana Pemilik Perusahaan Perseorangan hanya satu orang dan
pembentukannya tanpa izin serta tata cara yang rumit – misalnya membuka toko
kelontong atau kedai makan.
2. Persekutuan Perdata
Menurut pasal 1618 KUH Perdata yaitu suatu perjanjian di mana dua orang atau
lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan
maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.
3. Persekutuan Firma
Persekutuan dengan Firma merupakan Persekutuan Perdata dalam bentuk yang lebih
khusus, yaitu didirikan untuk menjalankan perusahaan, menggunakan nama bersama,
dan tanggung jawab para pemilik Firma – yang biasa disebut “sekutu” – bersifat
tanggung renteng. Persekutuan Firma adalah asosiasi antara dua atau lebih
individu/badan usaha sebagai pemilik untuk menjalankan perusahaan dengan tujuan
mendapatkan laba.
4. Persekutuan Komanditer
Pada prinsipnya Persekutuan Komanditer adalah Persekutuan Firma – perkembangan
lebih lanjut dari Persekutuan Firma. Dalam Komanditer terdapat sekutu pasif yang
hanya memasukan modal. Sekutu yang baru masuk tersebut merupakan sekutu pasif,
sedangkan sekutu yang menjalankan perusahaan adalah sekutu aktif. Jadi menurut
saya Persekutuan Komanditer dapat diartikan suatu persekutuan yang didirikan oleh
seorang atau beberapa orang yang mempercayakan uang atau barang kepada seorang
atau beberapa orang yang menjalankan perusahaan dan bertindak sebagai pemimpin.
5. Perseroan Terbatas (PT)
Yaitu suatu badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham.

Sumber bentuk legalitas jika dilihat dari sudut sumbernya dibagi menjadi dua sumber
yaitu:
1. Kelompok masyarakat
Yaitu sekelompok masyarakat yang hidup dan tinggal di daerah/wilayah tempat
proyek/bisnis akan didirikan.
2. Pemerintah
Yaitu bagian dari struktur dan sistem pemerintahan di Indonesia, termasuk lembaga
pemerintahan dari desa sampai ke negara serta instansi/lembaga/departemen yang
membidangi sektor-sektor tertentu.
Adapun mengenai perizinan usaha, ada dua bentuk periizinan yang wajib dipenuhi oleh
pelaku bisnis sebelum menjalankan usahanya yaitu:
1. Izin Lokasi
a. Sertifikat (Akte Tanah)
b. Bukti Pembbayaran PBB yang terakhir
c. Rekomendasi dari RT/RW/Kecamatan
2. Izin Usaha
a. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
Merupakan surat izin yang diberikan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk
kepada pengusaha untuk melaksanakan kegiatan usaha dibidang perdagangan
dan jasa.
b. SITU (Surat Izin Tempat Usaha)
Merupakan suatu surat izin yang diberikan kepada perorangan, perusahaan,
badan dan dikeluarkan oleh pemerintah untuk memperoleh tempat usaha.
c. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Yaitu nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.
d. NRP (Nomor Register Perusahaan) atau TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) adalah bukti bahwa suatu perusahaan atau
badan usaha telah melakukan kewajibannya melakukan pendaftaran perusahaan
dalam Daftar Perusahaan.
e. AMDAL (Analisis Mengenal Dampak Lingkungan)
Yaitu suatu hasil studi yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah, dipandang
dari beberapa sudut pandang ilmu pengetahuan, yang merupakan dampak
penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup dalam suatu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan
kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.
Dasar Hukum Pelaksanaan Bisnis di Indonesia
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 125/PMK.01/2008, 3 September 2008,
tentang Jasa Penilai Publik.
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 406/KMK.06/2004 tentang Usaha Jasa
Penilai berbentuk Perseroan Terbatas
c. Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
101/PMK.01/2014

Anda mungkin juga menyukai