***
THAHARAH
1. Thaharah
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih”. Sedangkan
menurut istilah syara’ thaharah adalah bersih dari hadas dan
najis.
2. Najis
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang menjijikkan,
sedangkan menurut istilah adalah sesuatu yang haram seperti
perkara yang berwujud cair (darah, muntah muntahan dan
nanah), setiap perkara yang keluar dari dubur dan qubul
kecuali mani.
a. Najis mugallazah (tebal), yaitu najis anjing. Benda yang
terkena najis ini hendaklah dibasuh tujuh kali, satu kali
di antaranya hendaklah dibasuh dengan air yang dicampur
dengan tanah.
b. Najis mukhaffafah (ringan), misalnya kencing anak Iaki-Iaki
yang belum memakan makanan apa-apa selain susu ibu saja
c. Najis Mutawassitah (pertengahan) yaitu najis yang lain
daripada kedua macam yang diatas. Najis ini dibagi menjadi
dua bagian:
1. Najis hukmiah yaitu yang kita yakini adanya, tetapi
tidak nyata zat, bau, rasa, dan warnanya, seperti
kencing yang sudah lama kering, sehingga sifat-sifatnya
telah hilang. Cara mencuci najis ini cukup dengan
mengalirkan air di atas benda yang kena itu.
2. Najis ‘ainiyah, yaitu yang masih ada zat, warna, rasa,
dan baunya, kecuali warna atau bau yang sangat sukar
menghilangkannya, sifat ini dimaafkan. Cara mencuci
najis ini hendaklah dengan menghilangkan zat, rasa,
warna, dan baunya.
SHALAT
Shalat secara etimologis adalah do’a. Arti shalat secara
terminologis adalah ucapan dan perbuatan tertentu yang diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
1. Dasar Hukum Shalat
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman. (QS. an-Nisa’:103)
2. Syarat-syarat wajibnya shalat
a. Muslim
b. Berakal
c. Baligh
d. Bersih dari haid dan nifas
3. Syarat-syarat Sahnya Shalat
a. Waktunya telah tiba
b. Suci dari hadas besar dan hadas kecil
c. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
d. Menutup aurat
e. Menghadap kiblat
4. Rukun Shalat
a. Niat, yaitu sengaja atau menuju sesuatu dibarengi dengan
(awal) pekerjaan tersebut, tempatnya di hati (diucapkan oleh
suara hati).
b. Berdiri tegak bagi yang kuasa, berdiri bisa duduk bagi
yang lemah, diutamakan bagi yang lemah duduk iftirasy
(pantat berlandaskan rumit dan betis kaki kiri, sedangkan
yang kanan tegak).
c. Takbiratul ihram, diucapkan bagi yang bisa mengucapkan
dengan lisannya “Allahu Akbar”.
d. Membaca al-Fatihah, atau bagi yang tidak hafal surah
al-Fatihah, bisa diganti dengan surah al-Qur’an lainnya.
e. Ruku’
f. I’tidal berdiri tegak seperti keadaan semula, yakni berdiri
bagi yang kuat dan duduk tegak bagi yang lemah.
g. Sujud 2x, untuk setiap rakaat, paling tidak bagian dahi
mukanya menempel pada tempat sujud, baik di tanah atau
lainnya.
h. Duduk di antara dua sujud, pada setiap rakaat, itu
berlaku bagi yang shalatnya dalam keadaan berdiri, duduk
atau telentang (berbaring). Serta tuma’ninah, sewaktu duduk
di antara 2 sujud.
i. Duduk akhir, yang mengiringi salam (duduk tahiyat).
j. Membaca tasyahud, sewaktu duduk akhir.
k. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
l. Mengucapkan salam (seraya menoleh ke arah kanan)
hukumnya wajib dan masih dalam keadaan duduk.
m. Tertib yaitu mengerjakan rukun-rukun shalat tersebut
Dalam Bahasa Arab dan al- Qur’an puasa disebut shaum atau
shiyam yang berarti menahan diri dari sesuatu dan
meninggalkan sesuatu atau mengendalikan diri. secara umum
pengertian puasa menurut bahasa adalah menahan diri atau
mengendalikan diri baik dari makan, bicara, maupun berjalan.
2. Syarat puasa
a. Berakal (‘aqli), Orang yang gila tidak diwajibkan puasa
b. Baligh (sampai umur)
c. Kuat berpuasa (qadir)
3. Syarat syah puasa
a. Islam
b. Mumayiz (mengerti dan mampu membedakan yang baik
dengan yang baik)
c. Suci dari pada darah haid, nifas dan wiladah
d. Dikerjakan dalam waktu atau hari yang dibolehkan puasa.
4. Rukun puasa
a. Niat
b. Menahan dari segala yang membatalkan puasa
5. Keringanan Puasa
a. Orang sakit dan orang yang dalam perjalanan
b. Perempuan dalam haid (menstruasi), perempuan hamil
dan perempuan yang menyusui anak.
c. Orang tua yang sudah lanjut umur tiada kuasa lagi berpuasa.
d. Orang sakit yang tidak ada harapan lagi sembuh dari
sakitnya
e. Mereka yang bekerja berat dan karena berat kerjanya
itu tidak kuasa puasa, seperti pekerja-pekerja tombang,
abang-abang becak, buruh-buruh kasar di pabrik-pabrik dan
di pelabuhan-pelabuhan dan sebagainya.
6. Jenis-Jenis Puasa
a. segi pelaksanaannya
1) Puasa yang hukumnya wajib: yaitu puasa bulan
Ramadhan, puasa kifarat, puasa nadzar dan puasa qadla.
2) Puasa sunnah atau puasa tathawu’ misalnya puasa
enam hari bulan Syawal, puasa hari senin kamis, puasa
arafah (9 Dzulhijjah) kecuali bagi orang yang sedang
mengerjakan ibadah haji tidak disunnahkan, puasa hari
A’syura (10 Muharram), puasa bulan Sya’ban,
puasa tengah bulan (tanggal 13, 14 dan 15 bulan
Qamariyah).
3) Puasa makruh, misalnya puasa yang dilakukan terus-
menerus sepanjang masa kecuali pada bulan Haram,
disamping itu makruh puasa setiap hari sabtu saja atau
tiap jum’at saja.
4) Puasa haram yaitu haram berpuasa pada waktu-waktu
tertentu, misalnya pada Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal),
hari raya idul Adha (10 Dzulhijjah), hari-hari tasyrik (11,
12 dan 13 Dzulhijjah
Zakat ditinjau dari segi bahasa memiliki banyak arti, yaitu al-
barakatu yang mempunyai arti keberkahan, ath-thaharatu yang
memiliki arti kesucian, al-namaa yang mempunyai arti
pertumbuhan dan perkembangan, dan ash-shalahu yang memiliki
arti keberesan. Sedangkan zakat ditinjau dari segi istilah terdapat
banyak ulama’ yang mengemukakan dengan redaksi yang
berbeda-beda, akan tetapi pada dasarnya mempunyai maksud yang
sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan
persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada
pemiliknya untuk diserahkan kepada seseorang yang berhak
menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.
1. Dasar Hukum Zakat
Dasar hukum tentang zakat adalah salah satunya firman
Allah SWT an-Nur 56:
“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah
kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat”.
2. Rukun Zakat
a. Orang yang berzakat
b. Harta yang dizakatkan, dan
c. Orang yang berhak menerima zakat.
HAJI
FIQH MUAMALAH
***
Muamalah dalam arti luas yaitu aturan aturan (hukum-hukum)
Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan
duniawi dalam pergaulan sosial. Muamalah dalam arti sempit yaitu
semua akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya
dengan cara-cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan Allah dan
manusia wajib mentaati-Nya.
Fiqh muamalah yaitu “hukum-hukum yang berkaitan dengan
tindakan manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan,
misalnya dalam persoalan jual-beli, utang-piutang, kerja sama
dagang, perserikatan, kerja sama dalam penggarapan tanah, dan
sewa-menyewa”.
1. Jenis-jenis Harta
a. Harta Mutaqawwim, segala sesuatu yang dapat dikuasai
dengan pekerjaan dan dibolehkan syara’ untuk
memanfaatkannya. Misalnya, , kerbau halal dimakan oleh
umat Islam, tetapi, apabila kerbau tersebut di sembelih tidak
menurut syara’, semisal dipukul. Maka daging kerbau
tersebut tidak bisa dimanfatkan karena cara
penyembelihannya batal (tidak sah) menurut syara’.
b. Harta Ghair al-Mutaqawwim, segala sesuatu yang tidak dapat
dikuasai dengan pekerjaan dan dilarang oleh syara’ untuk
memanfaatkannya. Misalnya, sepatu yang diperoleh dengan
cara mencuri termasuk ghair mutaqawwim, karena cara
memperolehnya yang haram.
c. Harta Mitsli, sesatu yang memiliki persamaan atau
kesetaraan di pasar, tidak ada perbedaan yang pada bagian
bagiannya atau kesatuannya, yaitu perbedaan atau kekurangan
yang biasa terjadi dalam aktivitas ekonomi. Harta mitsli
terbagi atas empat bagian, yaitu: Harta yang ditakar, seperti
gandum; Harta yang ditimbang, seperti kapas dan besi; Harta
yang dihitung, seperti telur; dan harta yang di jual dengan
meter, seperti kain, papan dan lain- lainnya.
d. Harta Qimi, harta yang tidak mempunyai persamaan di pasar
atau mempunyai persamaan, tetapi ada perbedaan menurut
kebiasaan antara kesatuannya pada nilai, seperti binatang dan
pohon. Mitsli berarti jenisnya mudah ditemukan atau
diperoleh di pasaran (secara persis), dan qimi suau benda
yang jenisnya sulit didapatkan serupanya secara persis.,
walau bisa ditemukan, tetapi jenisnya berbeda dalam nilai
harga yang sama. jadi, harta yang ada duanya disebut mitsli
dan harta yang tidak duanya secara tepat disebut qimi.
e. Harta istihlak, harta sekali pakai, artinya manfaat dari benda
tersebut hanya bisa digunakan sekali saja.
1. Istihlak Haqiqi ialah suatu benda yang menjadi harta
yang secara jelas (nyata) dzatnya habis sekali digunakan.
Misalnya makanan, minuman, kayu bakar dan sebagainya
2. istihlak huquqi ialah harta yang sudah habis nilainya bila
telah digunakan, tetapi zatnya masih ada. Misalnya uang,
uang yang digunakan untuk membayar hutang, dipandang
habis menurut hukum walaupun uang tersebut masih
utuh, hanya pindah kepemilikian.
f. Harta Isti’mal harta yang dapat digunakan berulang kali, arti
nya wujud benda tersebut tidaklah habis atau musnah dalam
sekali pemakaian, seperti kebun, tempat tidur, baju, sepatu
dan lain sebaginya.
g. Harta Manqul, segala macam sesuatu yang dapat
dipindahkan dan diubah dari tempat satu ketempat yang lain,
baik tetap pada bentuk dan keadaan semula ataupun berubah
bentuk dan keadaannya dengan perpindahan dan perubahan
tersebut. Misalnya, uang.
h. Harta Ghair al-manqul, segala sesuatu yang tetap (harta
tetap), yang tidak mungkin dipindahkan dan diubah posisinya
dari satu tempat ketempat yang lain menurut asalnya, seperti
kebun, rumah, pabrik, sawah
AKAD
Akad berasal dari bahasa Arab, al-aqd yang berarti perikatan,
perjanjian, persetujuan dan pemufakatan. Secara istilah fiqih, akad
di definisikan dengan “pertalian ijab (pernyataan penerimaan
ikatan) dan kabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan
kehendak syariat yang berpengaruh kepada objek perikatan.
Jadi, akad adalah “pertalian ijab (ungkapan tawaran di satu
pihak yang mengadakan kontrak) dengan qabul (ungkapan
penerimaan oleh pihak pihak lain) yang memberikan pengaruh
pada suatu kontrak.
1. Rukun Akad
a. Aqid, orang yang berakad (subjek akad).
b. Ma’qud ‘alaih adalah benda-benda yang akan di akadkan
(objek akad).
c. Maudhu’ al-Aqid adalah tujuan atau maksud mengadakan
akad.
d. Sighat al-‘Aqid yaitu ijab qabul.
2. Syarat-Syarat Akad
a. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli).
Tidak sah akad orang yang tidak cakap bertindak, seperti
pengampuan, dan karena boros.
b. Yang di jadikan objek akad dapat menerima hukumnya,
c. Akad itu di izinkan oleh syara’, di lakukan oleh orang
yang mempunyai hak melakukannya, walaupun dia bukan
‘aqid yang memiliki barang,
d. Janganlah akad itu akad yang di larang oleh syara’,
e. Ijab itu berjalan terus, tidak di cabut sebelum terjadi qabul.
Maka apabila orang berijab menarik kembali ijabnya
sebelum qabul maka batallah ijabnya,
3. Macam-macam Akad
a. Akad shahih, akad yang telah memenuhi rukun-rukun dan
syarat-syaratnya.
1. Akad nafiz (sempurna untuk di laksanakan), adalah
akad yang di langsungkan dengan memenuhi rukun dan
syaratnya dan tidak ada penghalang untuk
melaksanakannya
2. Akad mawquf, adalah akad yang di lakukan seseorang
yang cakap bertindak hukum, tetapi ia tidak memiliki
kekuasaan untuk melangsungkan dan melaksanakan akad
ini, seperti akad yang di langsungkan oleh anak kecil
yang mumayyiz
b. Akad yang tidak shahih, akad yang terdapat kekurangan pada
rukun atau syarat- syaratnya, sehingga seluruh akibat
hukum akad itu tidak berlaku dan tidak mengikat pihak-
pihak yang berakad.
1. Akad bathil adalah akad yang tidak memenuhi salah
satu rukunnya atau ada larangan langsung dari syara’.
Misalnya, objek jual beli itu tidak jelas.
2. Akad fasid adalah akad yang pada dasarnya di
syariatkan, akan tetapi sifat yang di akadkan itu tidak
jelas. Misalnya, menjual rumah atau kendaraan yang
tidak di tunjukkan tipe, jenis, dan bentuk rumah yang
akan di jual.
4. Khiyar
Khiyar merupakan hak yang dimiliki oleh pihak-pihak yang
terlibat dalam transaksi jual beli untuk melanjutkan transaksi
tersebut atau membatalkannya.
Macam-macam Khiyar
a. Khiyar Majlis, tempat terjadinya transaksi jual beli. Penjual
dan pembeli berhak melanjutkan atau membatalkan
transaksinya selama masih berada di tempat terjadinya
transaksi.
b. Khiyar Syarat, penjual atau pembeli diperbolehkan
mengajukan perjanjian dalam masa waktu tertentu setelah
akad untuk bisa membatalkan akad tersebut, atau dengan kata
lain memperpanjang khiyar majlis setelah para pihak
berspisah.
c. Khiyar tadlis, ketika cacat barang ditutup-tutupi dengan cara
menampakan barang lain yang tidak cacat.
d. Khiyar aib, ketika cacat barang tersembunyi tidak disebutkan
oleh penjual dan baru diketahui oleh pembeli setelah berpisah
dari penjual.
5. Berakhirnya Akad
a. Berakhirnya masa berlaku akad tersebut, apabila akad
tersebut tidak mempunyai tenggang waktu.
b. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad
tersbeut sifatnya tidak mengikat.
c. Dalam akad sifatnya mengikat, suatu akad dapat dianggap
berakhir jika :
1. Jual beli yang di lakukan fasad, seperti terdapat unsur-
unsur tipuan salah satu rukun atau syaratnya tidak
terpenuhi,
2. Berlakunya khiyar syarat, aib, atau rukyat,
3. Akad tersebut tidak di lakukan oleh salah satu pihak
secara sempurna,
4. Salah satu pihak yang melakukan akad meninggal
dunia.
RIBA
Riba berasal dari bahasa Arab yang berarti tambahan (Az
Ziyadah), berkembang (an nuuwuw), meningkat (al irtifa’) dan
membesar. Menurut istilah riba berarti pengambilan tambahan dari
pokok harta secara bathil. Secara bathil maksudnya adalah
pengambilan tambahan dari modal pokok itu tanpa disertai imbalan
pengganti atau kompensasi yang dapat dibenarkan oleh hukum
syariah.
Jadi, riba adalah tambahan yang tidak dibenarkan atas modal
yang dilakukan untuk mengambil keuntungan secara bathil tanpa
suatu usaha yang nyata.
1. Jenis Riba
a. Riba akibat utang piutang:
1) Riba qardh adalah riba yang terjadi ketika transaksi
utang-piutang yang tidak memenuhi kriteria untung
muncul bersama resiko (al- ghunmu bil ghurmi) dan hasil
usaha muncul bersama biaya (al-kharaj bidh dhaman).
Transaksi semacam ini berarti mengandung pertukaran
kewajiban menanggung beban hanya karena berjalannya
waktu.
2) Riba jahiliyah adalah kelebihan yang terjadi dikarenakan
utang yang dibayar melebihi pokok utangnya, karena
debitur terlambat membayar sesuai dengan waktu yang
telah disepakati
b. Riba akibat jual beli:
1) Riba fadhl adalah riba karena pertukaran barang sesama
jenis, tetapi jumlahnya tidak seimbang
2) Riba nasi‟ah adalah pertukaran barang sejenis dan
jumlahnya dilebihkan karena melibatkan jangka waktu
BUNGA BANK
Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang yang biasanya
dinyatakan dengan persentase dari uang yang dipinjamkan.
Sementara status hukum bunga bank ada perbedaan pendapat
para pakar baik pakar hukum Islam maupun pakar ekonomi Islam.
Hal ini dilatarbelakangi adanya perbedaan penafsiran terahadap ayat-
ayat tentang riba dan apakah bunga termasuk kategori riba atau
tidak? Ada dua pendapat; pertama, menurut ijma ulama di kalangan
semua mazhab fiqh bahwa bunga dengan segala bentuknya termasuk
kategori riba (Q.s. al-Baqarah [2]: 130. Dan kedua, pendapat yang
menyatakan bahwa bunga tidak termasuk kategori riba karena yang
dinyatakan pada Q.s al-Baqarah [2]:130 riba harus bersifat berlipat
ganda (tidak wajar).
MANAJEMEN PEMBIAYAAN
(LENDING) BANK SYARIAH
***
SISTEM SEWA
Ijarah termasuk salah satu pembiayaan di Perbankan syariah,
menurut ijarah adalah akad pemindahan hak penggunaan atau
pemanfaatan atas barang atau jasa dengan melalui pembayaran sewa
kepada pemilik.
1. Ijarah tanpa kepemilikan Yaitu pemindahan hak penggunaan atau
pemanfaatan tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri.
2. Ijarah muntahia bit-tamlik atau ijarah waiqtina (financial lease
with purchase option) yaitu perpaduan antara kontrak jual beli
dan sewa-menyewa atau dengan kata lain akad sewa yang
diakhiri pemindahan kepemilikan ke tangan penyewa.
MANAJEMEN PENDANAAN
BANK SYARIAH
***
Manajemen dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh
lembaga bank syariah dalam mengelola atau mengatur dana yang
diterima dari aktifitas funding untuk disalurkan kepada aktifitas
financing, dengan harapan bank yang bersangkutan tetap mampu
memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas, dan
solvabilitasnya.
1
CoL = X 100%
CoL = X 100%
= 11,413%
PRODUK PENDANAAN
***
A. Konsep perbankan syariah
b. Prinsip Mudharabah
Mudharabah merupakan akad kerja sama antara dua
pihak, satu pihak memberi modal kepada yang lainnya untuk
berniaga. Kemudian keuntungan dibagi antara mereka sesuai
dengan yang telah disepakati.
Mudharabah terbagi atas dua jenis yaitu:
1) Mudharabah muqayyadah, yaitu akad kerja sama dimana
shahibul mal membatasi kepada mudharib dengan batasan
jenis usaha, waktu dan tempat usaha.
2) Mudharabah muthlaqah, yaitu bentuk kerja sama antara
sahahibul mal dan mudarib yang cakupannya sangta luas
dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha , waktu dan
daerah bisnis.
Prinsip mudharabah dalam perbankan syariah
diaplikasikan dengan:
- Tabungan mudharabah, dipergunakan oleh bank dalam
mengelola jasa simpanan dari nasabah yang ingin
menitipkan dananya untuk tujuan - tujuan tertentu. Seperti
ibadah qurban, ibadah haji, atau pendidikann.
- Deposito mudharabah, yaitu harta benda atau uang yang
diberikan ke dalam penguasaan bank untuk pengamatan,
investasi, atau sebagai agunan.
2. Penyaluran dana (Financing)
a. Pembiayaan dg Prinsip Jual Beli
1) Murabahah
Murabahah adalah transaksi beli dimana bank
menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai
penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Pembiayaan
dengan prinsip jual beli diaplikasikan dalam murabahah
(deferred paytment sale) yaitu pembelian barang oleh
bank untuk nasabah dalam rangka memenuhi kebutuhan
produksi (inventory) dengan pembayaran ditangguhkan
dalam jangka di bawah satu tahun (short run financing).
Sesuai kesepakatan kedua belah pihak mengenai harga
jual dan jangka waktunya.
2) Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjual belikan belum ada.jual beli salam yang
merupakan jual beli barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat
tertentu.
3) Pembiayaan istishna
Istisna jual beli antara pembeli dan penjual dan barang
uang dipesan disebut mashnu. Pembayaran dimuka
dengan kontan atau cicilan, sedangkan barang diserahkan
kemudian.Ketentuan umum pembiayaan istisnha adalah
spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis,
macam, ukuran mutu dan jumlahnya.
b. Pembiayaan dengan prinsip sewa
1) Ijarah
Yaitu pemindahan hak guna atas barang atau jasa
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan (ownership, milkiyyah) atas
barang tersebut.
2) Pembiayaan (IMBT)
Yaitu akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa
(bank syariah) dg penyewa (nasabah) untuk mendapatkan
imbalan jasa atas objek sewa yang disewakannya dengan
opsi pemindahan hak milik obyek sewa pada saat tertentu
sesuai dengan akad yang disepakati di awal. Pemindahan
hak milik dalam IMBT dapat melalui Hadiah.
c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
1) Musyarakah
Yaitu kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu. Masing-masing pihak mermberikan
kontribusi dana atau keahlian dengan kesepakatan
keuntungan dibagi bersama, dan jika terjadi kerugian
ditanggung bersama.
Dua jenis musyarakah:
- Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat,
atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan
satu aset oleh dua orang atau lebih.
- Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan
dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang
dari mereka memberikan modal musyarakah.
2) Mudharabah
Yaitu bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak
dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercyakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan
suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini
menegaskan kerjasama dalam panduan kontribusi 100%
modal kas dari shahib al-maal dan keahlian mudarib.
Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua
jenis:
- Mudharabah mutlaqah, akad mudharabah tanpa
pembatasan yaitu bentuk kerjasama antara shahibul
maal dan mudharib yang cakupannyansangat luasdan
tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan
daerah bisnis.
- Mudharabah Muqayyadah, akad mudharabah dengan
pembatasan yaitu bentuk kerja sama antara shahibul
mal dan mudharib yang cakupannyadibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.
MANJEMEN KEUANGAN
DAN RESIKO
***
A. Konsep nilai uang
Secara prinsip, nilai waktu dari uang ini berbasis pada adanya
potensi pendapatan uang tersebut untuk menghasilkan bunga apabila
diinvestasikan.Sebaliknya, ada pula risiko kehilangan dalam jumlah
tertentu karena penurunan nilai mata uang akibat inflasi dan
kegagalan investasi.
Contoh:
2. Capacity
3. Capital
4. Collateral
5. Condition
Prinsip ini dipengaruhi oleh faktor di luar dari pihak bank
maupun nasabah. Kondisi perekonomian suatu daerah atau Negara
memang sangat berpengaruh kepada kedua belah pihak, di mana
usaha yang dijalankan oleh nasabah sangat tergantung pada kondisi
perekonomian baik mikro maupun makro, sedangkan pihak bank
menghadapi permasalahan yang sama. Untuk memperlacar
kerjasama dari kedua belah pihak, maka penting adanya untuk
memperlancar komunikasi antara nasabah dengan bank.