Anda di halaman 1dari 7

Tugas Maternitas

Nama : Dwi Paramitha Sari


Nim : 218011
Kelas : Akper 2A

Kasus :

Seorang perempuan umur 35 tahun post partum dengan keluhan nyeri


pada perineum (akibat ruptur), keluhan yang menyertai : ASI belum lancar
keluar dan 2 hari belum BAB. Tentukan diagnosis dan intervensi pada
masing-masing diagnosis.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

ND DIAGNOSIS KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN


X
1 Ketidaknyamanan pasca 1. Identifikasi lokasi,
partum berhubungan dengan karakteristik, durasi,
trauma perineum selama frekuensi, kualitas,
persalinan dan kelahiran intensitas nyeri
ditandai dengan : 2. Identifikasi skala nyeri
DS : 3. Identifikasi factor yang
1. Pasien mengatakan nyeri memperberat dan
pada perineum dan saat memperingan nyeri
kencing terasa perih. 4. Berikan teknik
DO : nonfarmakologis untuk
1. Pasien tampak meringis mengurangi rasa nyeri (mis.
2. Pasien tampak lemah terapi musik)
3. Skala nyeri 4 5. Jelaskan penyebab, periode
4. Perineum tampak bengkak dan pemicu nyeri
5. Perineum tampak merah 6. Jelaskan strategi
6. Ada nyeri tekan pada meredakan nyeri
perineum 7. Anjurkan memonitor nyeri
7. Terdapat hecting secara mandiri
8. Kolaborasi pemberian
analgetik (pemberian obat
Ketorolac 1 mg 3x8/24
jam/IV)

2 Menyusui tidak efektif 1. Identifikasi keadaan


berhubungan dengan fisiologis emosional ibu saat akan
(Anomaly Payudara) di tandai dilakukan konseling
dengan : menyusui
DS : 2. Identifikasi keinginan dan
1. Pasien mengatakan ASI tujuan menyusui
belum lancar keluar 3. Identifikasi permasalahan
DO : yang ibu alami selama
1. Mammae tampak proses menyusui
membesar 4. Gunakan teknik
2. Ada nyeri tekan mendengarkan aktif (mis.
3. ASI tampak keluar sedikit duduk sama tinggi,
saat puting susu di pencet dengarkan permasalahan
4. Puting susu tampak ibu)
menonjol 5. Berikan pujian terhadap
perilaku ibu yang benar
6. Ajarkan teknik menyusui
yang tepat sesuai
kebutuhan ibu
Ajarkan perawatan
payudara post partum (mis.
Pemijatan payudara)
7. Health education : Keluarga
Berencana

3 Konstipasi berhubngan 1. Periksa tanda dan gejala


dengan fisiologi konstipasi
(ketidakcukupan asupan 2. Periksa pergerakan usus,
cairan) di tandai dengan : karakteristik feses
DS : (konsistenbsi, bentuk,
1. Pasien mengatakan 2 hari volume dan warna)
belum BAB 3. Identifikasi factor resiko
DO : konstipasi (mis. Obat-
1. Perut tampak membesar obatan, tirah baring, dan
2. Saat di perkusi terdengar diet rendah serat
bunyi pekak 4. Anjurkan diet tinggi serat
3. Peristaltik usus 4x/m dan 5. Lakukan masase abdomen,
kembung. jika perlu
6. Anjurkan peningkatan
asupan cairan, jika tidak
ada kontraindikasi
7. Kolaborasi penggunaan
obat pencahar
(penatalaksanaan
pemberian obat Dulcolax 5
mg 2x24jam / Supositoria )
4 Risiko infeksi ditandai dengan 1. Monitor tanda dan gejala
faktor risiko : infeksi local dan sistemik
1. Perineum tampak bengkak 2. Cuci tangan sebelum dan
2. Perineum tampak merah sesudah kontak dengan
3. Ada nyeri tekan pada pasien dan lingkungan
perineum pasien
4. Terdapat hecting 3. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
4. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
5. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
6. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka dan luka
operasi
7. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan dan nutrisi
8. Kolaborasi pemberian
antibiotik (pemberian obat
Ceftriaxone 1 mg 3x8/24
jam/IV )

1. Pengertian Nifas
Masa Nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu. (Sulistyawati, 2015)
2. 4 Tahapan Proses Persalinan
a. Kala I (pembukaan) adalah kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Terbagi menjadi 2
fase : fase laten (8 jam) dimana serviks membuka antara 3 cm dan
fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka antar 3-10 cm. Kontraksi
lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Lama kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida
sekitar 8 jam.
b. Kala II (pengeluaran janin) mulai bila pembukaan serviks lengkap.
Umumnya pada akhir kala I atau pembukaan kala II dengan kepala
janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah sendiri. Bila
ketuban belum pecah, ketuban harus dipecahkan. Kadang-kadang
pada permulaan kala II wanita tersebut mau muntah atau muntah
disertai rasa ingin mengedan kuat.
c. Kala III (pengeluaran plasenta) dimulai sejak bayi lahir lengkap
sampai plasenta lahir lengkap. Terdapat 2 tingkat pada kelahiran
plasenta, yaitu :
1) Melepasnya plasenta dari implantasi pada dinding uterus
2) Pengeluaran plasenta dari kavum uteri
d. Kala IV (observasi) setelah plasenta lahir lakukan rangsangan taktil
(masase uterus) yang bertujuan untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat. Lakukan evaluasi tinggi fundus.
Kemudian perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan periksa
kemungkinan perdarahan dari robekan perineum. Lakukan evaluasi
keadaan umum ibu.
3. Lokhea
Terdiri dari darah, sisa-sisa lapisan rahim, sel lemak janin, rambut janin,
dan kotoran janin saat berada di dalam rahim. Lokhia akan berubah
warna dan kekentalannya dari sejak hari pertama kelahiran. Berikut
adalah macam-macam Lokhea :
a. Lokhea I (Lokhea Kubra), mengandung banyak darah sehingga
warnanya merah cerah dan terlihat seperti menstruasi yang sangat
berat.
b. Lokhea II (Lokhea Sanguinolenta), berwarna kuning dan berisi darah
dan lendir. Umumnya perubahan antara penanmpilan lokhea kubra
ke lokhea sanguinolenta berlangsung selama 1 minggu.
c. Lokhea III (Lokhea Serosa), berwarna kuning kecoklatan lalu berubah
menjadi warna merah muda. Cairan ini berisi serpihan jaringan, sel-
sel darah merah dan darah putih, serta sisa lendir mulut rahim.
Lokhea ini dapat keluar ketika 2 minggu hinggan 1 bulan setelah
persalinan.
d. Lokhea IV (Lokhea Alba), berwarna kekuningan lalu bening. Berisi
sedikit sel darah merah, sel darah putih, serpihan jaringan pelapis
dinding rahim, kolesterol, lemak, dan lendir. Mulai dari minggu ke 4
sampai minggu ke 6.
4. Koteledon pada Plasenta
Jumlah koteledon pada plasenta adalah 16- 20 koteledon.
5. Infeksi Nifas
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi
setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38°C atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan
mengecualikan 24 jam pertama (Joint Committee on Maternal Welfare,
AS).
6. Endometritis
Endometritis didefenisikan sebagai infeksi pada lapisan endometrium
uterus. Infeksi ini dapat meluas hingga melibatkan mimetrium dan
parametrium. pasien akan mengeluhkan demam dan nyeri abdomen
bagian bawah. Serta pada kasus post partum dapat ditemukan lochea
yang berbau busuk.
7. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan dinding dalam perut
(peritoneum), yang berfungsi melindungi organ di dalam rongga perut.
Umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur.
8. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada jaringan payudara. Mastitis
merupakan kondisi yang sering terjadi pada ibu menyusui, dan bisa
mengganggu proses pemberian nutrisi kepada bayi.
9. Tromboplebitis
Suatu kondisi saat gumpalan darah di pembuluh darah yang
menyebabkan peradangan dan nyeri. Biasanya terjadi pada pembuluh
darah lapisan permukaan yang terletak di area dengan aliran darah
buruk.
10. Perdarahan Post Partum
Atau perdarahan pasca persalinan adalah salah satu penyebab
kematian ibu melahirkan. Perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi
setelah bayi lahir. Dapat disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir,
retensio plasenta, sisa plasenta dan inversio plasenta.
11. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah kondisi dimana rahim gagal berkontraksi setelah
persalinan bayi. Kondisi ini dapat mengakibatkan perdarahan
pascapersalinan yang dapat membahayakan nyawa.
12. Retensio plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi ketika plasenta tertahan di dalam
rahim. Kondisi ini sangat berbahaya, serta dapat menyebabkan infeksi
dan perdarahan pascamelahirkan yang mengakibatkan kematian.
13. Inversio Uteri
Inversio uterus merupakan kondisi kolaps fundus yang mencapai
kavitas endometrium. Atau terbaliknya uterus bagian dalam ke arah luar
sehingga bagian fundus uteri dipaksa melalui serviks dan menonjol
kedalam atau keluar dari vagina.
14. Robekan Jalan Lahir
Ruptur perineum atau robekan jalan lahir wajar terjadi ketika proses
persalinan berlangsung. Perineum adalah area antara pembukaan vagina
dan anus. Namun ruptur perineum ini bisa terjadi dengan tingkatan
berbeda, bahkan bisa saja hanya terjadi di dalam vagina saja.
a. Derajat I, hanya di area luar mukosa perineum (vagina) dan sedikit di
bagian dalam vagina. Luka akan sembuh tanpa di jahit.
b. Derajat II, lebih dalam hingga merobek otot dan kulit. Biasanya akan
memerlukan jahitan.
c. Derajat III, lebih dalam dan parah, sehingga memengaruhi kulit dan
otot perineum, bahkan mencapai otot di sekitar anus (anal sphincter).
Memerlukan jahitan.
d. Derajat IV, melebihi otot anus dan dapat mencapai usus dan sangat
perlu mendapat jahitan.
15. Tertinggalnya sebagian sisa plasenta dalam uterus
Tertinggalnya sebagian sisa plasenta dalam uterus akan
mengakibatkan perdarahan post partum dini dan perdarahan postpartum
lambat. Serta menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara
efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.

Anda mungkin juga menyukai