Nim : 218016
Kelas : Akper 2A
Kasus :
DATA
TUGAS II
A. Nifas
Nifas menurut bahasa artinya melahirkan. Sedangkan menurut
syara’ nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan. Disebut
nifas karena darah tersebut keluar setelah nafs (jiwa, yakni anaknya),
dan bagi wanita yang sedang mengalami nifas secara fikih disebut
nufasa’.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,
namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan
(Anggraini, Y, 2010).
Masa Nifas atau Puerperium adalah masa setelah persalinan
selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Asuhan selama periode nifas
perlu mendapat perhatian karena sekitar 60% angka kematian ibu
terjadi pada periode ini (Martalina D., 2012)
B. Kala l,ll,lll, dan lV
1. Kala satu (kala pembukaan)
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
atau dikenal dengan “his” yang teratur dan meningkat (baik
frekuensi maupun kekuatannya) hingga serviks berdilatasi hingga
10 cm (pembukaan lengkap) atau kala pembukaan berlangsung
dari mulai adanya pembukaan sampai pembukaan lengkap. Pada
permulaan kala satu, his yang timbul tidak begitu kuat sehingga
ibu masih koperatif dan masih dapat berjalan-jalan. Kala satu
persalinan dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Fase laten
1) Pembukaan servik 0 cm (awal) sampai 5 cm (akhir).
2) Kontraksi tidak teratur dan kemajuan dari teratur menjadi
ringan ke sedang, durasi 5 sampai 30 menit terpisah, 30
sampai 45 detik.
3) Pembukaan dan penipisan servik sebagian.
4) Pecahnya membrane/ketuban secara spontan (SROM)
atau pecahnya membran/ketuban buatan (AROM).
5) Ibu banyak berbicara dan bersemangat.
b. Fase aktif : Tahap 1 berakhir 8 sampai 20 jam (primigravida)
atau 2 sampai 14 jam (multigravida/multipara) setelah
mencapai fase ini.
1) Pembukaan servik 4 cm (awal) sampai 7 cm (akhir)
2) Kontraksi tidak teratur, sedang menjadi kuat, durasi 3
sampai 5 menit terpisah, 40 sampai 70 detik.
3) Servik membuka 7 cm dengan penipisan servik yang
cepat.
4) Dimulainya penurunan janin.
5) Ibu menjadi sangat cemas dan gelisah seiring dengan
kontraksi yang intensif; perasaan ketidaberdayaan
mungkin dilaporkan.
c. Fase transisi : Berakhir saat pembukaan lengkap pada 10 cm
6) Pembukaan serviks 8 sampai 10 cm.
7) Kontraksi teratur, kuat menjadi sangat kuat, durasi 2
sampai 3 menit terpisah, 45 sampai 90 detik.
8) Ibu lelah, marah, gelisah dan merasa tidak berdaya dan
tidak mampu menangani persalinan (ini adalah fase
tersulit dalam persalinan).
9) Mual dan muntah dan sensasi kebutuhan untuk memiliki
gerakan usus mungkin terjadi.
10) Desakan untuk mengejan terjadi.
11) Blood show/pengeluaran lendir darah meningkat seiring
dengan pengeluaran air ketuban.
2. Kala dua (pengeluaran bayi)
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala dua
disebut juga dengan kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala
dua adalah:
a. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya
kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/atau vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan spingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
C. Lochea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada
setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya
infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena
adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis
berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
a. Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b. Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung
serum,
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-
7 sampai hari ke-14.
d. Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini
dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang
menetap pada awal periode post partum menunjukkaan adanya
tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh
tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa
yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama
bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi
infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut
dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar
disebut “lokhea statis”.
D. Berapa Kotiledon pada plasenta?
Permukaan maternal adalah permukaan yang menghadap dinding
rahim, berwarna merah dan terbagi oleh celah-celah yang berasal dari
jaringan ibu. Jumlah celah pada plasenta dibagi menjadi 16-20
kotiledon.
E. Infeksi pada nifas
Infeksi masa nifas adalah kondisi yang terjadi ketika bakteri masuk
dan menginfeksi rahim serta daerah sekitarnya setelah seorang
perempuan melahirkan. Kondisi ini dikenal juga dengan sebutan
puerperal infection atau postpartum infection. Diperkirakan 10 persen
penyebab meninggal terkait kehamilan di Amerika Serikat disebabkan
oleh infeksi. Angka kematiannya pun diperkirakan lebih tinggi di
daerah yang tidak memiliki sanitasi yang layak. Infeksi ini biasanya
ditandai dengan adanya kenaikan suhu sampai 38 derajat Celcius
atau lebih selama selama 2-10 hari pertama pasca persalinan.
F. Komplikasi pada nifas
Ada beberapa komplikasi yang jarang terjadi pada masa nifas,
namun tetap harus diwaspadai. Contoh tanda bahaya nifas ini meliputi
sepsis atau infeksi darah, deep vein thrombosis (DVT), masalah
kardiovaskular, stroke, serta emboli.
G. Endometritis
Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium,
yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat
infeksi.
H. Peritonitis
Peritonitis adalah radang peritoneum dengan eksudasi serum,
fibrin, sel – sel, dan pus, biasanya disertai dengan gejala nyeri
abdomen dan nyeri tekan pada abdomen, konstipasi, muntah, dan
demam peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada
peritoneum
I. Masitis
Mastitis adalah peradangan pada jaringan payudara. Mastitis
merupakan kondisi yang sering terjadi pada ibu menyusui, dan bisa
mengganggu proses pemberian nutrisi kepada bayi.
Mastitis biasanya menyerang ibu menyusui pada trimester awal,
tapi bisa juga terjadi saat proses menyusui sudah berjalan
lama. Mastitis bisa membuat ibu mengalami kesulitan memberikan
ASI karena payudara terasa sakit.
J. Tromboflebitis
tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen
yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-
cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi
pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas.
K. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah kondisi pada wanita di mana rahim gagal
berkontraksi setelah persalinan bayi. Kondisi ini dapat mengakibatkan
pendarahan pascapersalinan yang dapat membahayakan nyawa.
Setelah persalinan, untuk mencegah pendarahan, umumnya
terjadi kontraksi untuk membantu menekan pembuluh darah yang
menempel pada plasenta. Otot-otot rahim juga akan berkontraksi dan
menegang untuk mengeluarkan plasenta. Jika otot rahim tidak cukup
kuat melakukan kontraksi, maka akan terjadi perdarahan. Situasi ini
memerlukan penanganan darurat untuk menghentikan pendarahan
dan mengganti darah yang hilang.
Atonia uteri atau kegagalan rahim untuk berkontraksi adalah
penyebab utama pendarahan pascapersalinan. Sedangkan
perdarahan pascapersalinan merupakan salah satu faktor utama
penyebab kematian ibu, Atonia uteri dapat memicu pendarahan
pascabersalin dengan ciri-ciri meningkatnya detak jantung,
menurunnya tekanan darah, pendarahan yang banyak, serta nyeri
pada punggung.
L. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta berada di dalam
rahim dan tidak keluar dengan sendirinya secara alami. Ketika ini
terjadi, plasenta harus segera dikeluarkan dari rahim ibu.
Jika plasenta tetap tertahan di dalam rahim, kondisi ini dapat
mengancam jiwa, mengakibatkan infeksi dan bahkan kematian.
Biasanya plasenta akan keluar sekitar 5-10 menit setelah
kelahiran bayi, namun ada juga yang baru keluar setelah 30 menit.
Perlekatan antara kulit bayi dan ibu pada saat menyusui untuk
pertama kalinya dapat memicu aliran hormon oksitosin sehingga
mendorong pelepasan plasenta secara alami. Apabila hingga 1 jam
kelahiran bayi plasenta belum juga keluar, kondisi ini disebut retensio
plasenta.
M. Inversio Uteri
Inversio uteri adalah komplikasi persalinan yang jarang terjadi
dimana rahim sebagian atau seluruhnya ikut keluar ketika plasenta
lahir. Bagian rahim bagian atas (fundus) menjadi terbalik (inversi)
mengarah ke bawah, tergantung derajatnya bagian rahim ini bisa
sampai ke mulut rahim hingga keluar dari jalan lahir.
Meskipun inversio uteri tidak sering terjadi, namun ketika itu terjadi
ada risiko tinggi kematian akibat pendarahan hebat dan shock Namun,
bisa diobati dengan sukses ketika terdeteksi dengan cepat dan diberi
penanganan dengan tepat. Oleh sebab itu penting kiranya bagi kita
untuk mengetahui gejala, penyebab, dan langkah penanganan pada
inversio uteri ini.
N. Robekan Jalan lahir
Robekan Jalan lahir adalah terpotongnya selaput lendir vagina,
cincin selaput darah, serviks, porti septum rektovaginalis akibat dari
tekanan benda tumpul (Wiknjosastro, Sarwono : 178)
O. Tertinggalnya Sisa Plasenta dalam uterus
Pada umumnya, Plasenta lahir lengkap kurang dari setengah jam
sesudah anak lahir. Namun pada saat dilakukan pemeriksaan
kelengkapan Plasenta, kadang-kadang masih ada potongan-potongan
Plasenta yang tertinggal tanpa diketahui, inilah yang disebut Plasenta
Rest atau Sisa Plasenta. hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan,
perdarahan ini merupakan salah satu faktor penyebabangka kematian
ibu menjadi meningkat.
Sisa plasenta adalah sisa plasenta dan selaput ketuban yang
masih tertinggal dalam rongga rahim yang dapat menyebabkan
perdarahan Post partum dini dan perdarahan postpartum lambat.
Tertinggalnya sebagian plasenta sewaktu suatu bagian dari
plasenta satu atau lebih lobus tertinggal, maka uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan. tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada
perdarahan dengan sisa plasenta.
Perdarahan post partum merupakan masalah penting dalam
bidang obstetri dan ginekologi. walaupun angka kematian maternal
telah menurun secara dramatis dengan adanya pemeriksaan-
pemeriksaan dan pera"atan kehamilan dan persalinan di rumah sakit
dan adanya fasilitas transfuse darah. Namun kematian ibu akibat
perdarahan masih merupakan faktor utama pada kematian maternal.
Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi
ibu maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat
dilakukan atau keterlambatan diagnose.
Perdarahan postpartum di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Perdarahan postpartum primer ialah perdarahan lebih dari 500 cc
yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah anak lahir.
2. Perdarahan postpartum sekunder ialah perdarahan lebih dari 500
cc yang terjadi setelah 24 jam pertama setelah anak lahir,
biasanya antara hari ke 5 sampai 5 hari postpartum