Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus
menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan
metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah
dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi
dan filosofi terkini dari keperawatan melibatkan trend holistic dalam keperawatan
yang ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat
maupun sakit dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Trend praktik
keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar.
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,
adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari
individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling
ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998).
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu,
dalam konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien,
perawat menetapkan hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam
unit dan memahami pengaruh unit pada individu dan masyarakat. Tujuan
keperawatan keluarga dari WHO di Eropa yang merupakan praktek keperawatan
termodern saat ini adalah promoting and protecting people health merupakan
perubahan paradigm dari cure menjadi care melalui tindakan preventif dan
mengurangi kejadian penderitaan akibat penyakit.
Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan
tugas kesehatan, Friedmen menyatakan bahwa keluarga mampu mengidentifikasi
lima fungsi dasar keluarga, diantaranya fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan kesehatan. Perawatan

1
kesehatan keluarga adalah pelayanan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit
pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang didapat berdasarkan latar belakang di atas
sebagai berikut:
1. Bagaimana trend dan issue keperawatan keluarga?
2. Bagaimana trend dan issue teknologi kesehatan?
3. Bagaimana peran perawat dalam menyikapi trend dan issue?
4. Bagaimana peluang keperawatan memanfaatkan trend dan issu untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan?
5. Bagaimana analisis kasus trend dan issue dalam keperawatan keluarga?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang didapat berdasarkan rumusan masalah di atas sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan keluarga.
2. Untuk mengetahui trend dan issue teknologi kesehatan.
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam menyikapi trend dan issue.
4. Untuk mengetahui peluang keperawatan memanfaatkan trend dan issu
untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.
5. Untuk mengetahui analisis kasus trend dan issue dalam keperawatan
keluarga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Trend dan Issue Keperawatan Keluarga


Trend adalah sesuatu yang sedang booming, aktual, dan sedang hangat
diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut ekonomi,
moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari
kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming,
actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup
keperawatan keluarga.
2.1.1 Trend Keperawatan Keluarga
1. Global
1) Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola
perilaku keluarga.
2) Kemajuan dan pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin global sehingga penyebarannya semakin meluas.
3) Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat
mobilisasi penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-
besaran yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang
berubah.
4) Standar kualitas yang semakin diperhatikan
menimbulkan persaingan yang ketak serta menumbuhkan
munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan kualitas
pendidikan.
5) Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta
pelayanan kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan
yang tinggi.
6) Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat
system yang belum berkembang.

3
7) Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi
kementrian kesehatan sudah menyusun pedoman pelayanan
keperawatan keluarga dan model keperwatan keluarga di
rumah yang perlu disosialisasikan.
8) Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
9) Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
10) Kerjasama lintas program dan lintas sektor belum memadai.
11) Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi.
2. Pelayanan
1) Sumber daya manusia belum dapat menjawab tantangan global dan
belum ada perawat keluarga.
2) Penghargaan / reward rendah.
3) Bersikap pasif.
4) Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
5) Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.
3. Pendidikan
1) Lahan untuk praktik klinik terbatas, namun institusi pendirian
pendidikan keperawatan cenderung mudah.
2) Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
3) Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
4) Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
5) Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.
4. Profesi
1) Standar kompetensi belum disosialisasikan.
2) Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.
3) Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
4) Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
5) Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
6) Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik
keperawatan.
Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang
muncul di Indonesia:

4
1. Sumber daya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global
serta belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita.
2. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga
kesehatan.

2.2.2 Issue Dalam Keperawatan Keluarga


Menurut Friedman dkk (2013, hal. 41-42), berdasarkan kajian terhadap
literatur dan diskusi profesional dengan kolega di bidang keperawatan keluarga.
Adapun issue penting dalam keperawatan keluarga saat ini adalah:
1. Issue Praktik
1) Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta praktik
klinis. Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan penerapan
pengetahuan ini jelas merupakan masalah di semua bidang dan
spesialisasi di keperawatan, meskipun kesenjangan ini lebih tinggi
dikeperawatan keluarga. Keperawatan yang berpusat pada keluarga
juga masih dinyatakan ideal dibanding praktik yang umum
dilakukan. Wright dan Leahey mengatakan bahwa faktor terpenting
yang menciptkan kesenjangan ini adalah “cara perawat
menjabarkan konsep masalah sehat dan sakit. Hal ini merupakan
kemampuan “berfikir saling memengaruhi”: dari tingkat individu
menjadi tingkat keluarga (saling memengaruhi)”. Penulis lain yaitu
Bowden dkk menyoroti bahwa kecenderungan teknologi dan
ekonomi seperti pengurangan layanan dan staf, keragaman dalam
populasi klien yang lebih besar. Sedangkan menurut Hanson
kurangnya alat pengkajian keluarga yang komperehensif dan
strategi intervensi yang baik, perawat terikat dengan model
kedokteran (berorientasi pada individu dan penyakit), dan sistem
pemetaan yang kita lakukan serta sistem diagnostik keperawatan
menyebabkan penerapan perawatan yang berfokus pada keluarga
sulit diwujudkan.
2) Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih
mudah untuk di integrasikan dalam praktik. Dalam beberapa tahun

5
ini, terjadi restrukturisasi pelayanan kesehatan besar-besaran, yang
mencakup perkembangan pesat sistem pengelolaan perawatan
berupa sistem pemberian layanan kesehatan yang kompleks, multi
unit, dan multi level sedang dibentuk. Sebagian dari restruturisasi
ini juga termasuk kecenderungan pasien dipulangkan dalam
“keadaan kurang sehat dan lebih cepat” dan pengurangan jumlah
rumah sakit, pelayanan dan staf, serta pertumbuhan pelayanan
berbasis komunitas. Perubahan ini me nyebabkan peningkatan
tekanan kerja dan kelebihan beban kerja dalam profesi
keperawatan. Waktu kerja perawat dengan klien individu dan klien
keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu, mengembangkan cara
yang bijak dan efektif untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam
asuhan keperawatan merupakan kewajiban perawat keluarga.
Menurut Wright dan Leahey, mengatasi kebutuhan ini dengan
menyusun wawancara keluarga selama 15 menit atau kurang.
Pencetusan gagasan dan strategi penghematan waktu yang realistik
guna mempraktikan keperawatan keluarga adalah isu utama praktik
dewasa ini.
3) Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan
kesehatan kepada keluarga. Berdasarkan pembincangan dengan
perawat dan tulisan yang disusun oleh perawat keluarga, terdapat
kesepakatan umum bahwa peralihan kekuasaan dan kendali dari
penyedia pelayanan kesehatan ke pasien atau keluarga perlu
dilakukan. Kami percaya hal ini masih menjadi sebuah isu penting
pada pelayanan kesehatan saat ini. Menurut Wright dan Leahey
dalam Robinson, mengingatkan kita bahwa terdapat kebutuhan
akan kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan antara perawat
dan keluarg, hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan
pemahaman yang lebih baik akan keahlian keluarga. Perkembangan
penggunaan Internet dan email telah memberikan banyak keluarga
informasi yang dibutuhkan untuk belajar mengenai masalah
kesehatan dan pilihan terapi mereka. Gerakan konsumen telah

6
memengaruhi pasien dan keluarga untuk melihat diri mereka
sebagai konsumen, yang membeli dan mendaptkan layanan
kesehatan seperti layanan lain yang mereka beli. Dilihat dari
kecenderungan ini, anggota keluarga sebaiknya diberikan
kebebasan untuk memutuskan apa yang baik bagi mereka dan apa
yang mereka lakukan demi kepentingan mereka sendiri.
4) Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang
kebudayaannya beragam. Kemungkinan, isu ini lebih banyak
mendapatkan perhatian dikalangan penyedia pelayanan kesehatan,
termasuk perawat, dibandingkan isu lainnya pada saat ini. Kita
tinggal di masyarakat yang beragam, yang memiliki banyak cara
untuk menerima dan merasakan dunia, khusunya keadaan sehat dan
sakit. Dalam pengertian yang lebuh luas, budaya (termasuk
etnisitas, latarbelakang agama, kelas sosial, afiliasi regional dan
politis, orientasi seksual, jenis kelamin, perbedaan generasi)
membentuk persepsi kita, nilai, kepercayaan, dan praktik. Faktor
lainnya, seperti pengalaman sehat dan sakit, membentuk cara kita
memandang sesuatu. Meskipun terdapat semua upaya tersebut guna
dapat bekerja lebih efektif dengan keluarga yang beragam,
memberikan perawatan yang kompeten secara budaya tetap
menjadi tantangan yang terus dihadapi.
5) Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru
yang menarik bagi perawat keluarga. Dengan makin kecilnya
dunia akibat proses yang dikenal sebagai globalisasi, perawat
keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan menarik utnuk
belajar mengenai intervensi serta program yang telah diterapkan
oleh negara lain guna memberikan perawatan yang lebih baik bagi
keluarga. Globalisasi adalah proses bersatunya individu dan
keluarga karena ikatan ekonomi, politis, dan profesional.
Globalisasi mempunyai dampak negatif yang bermakna bagi
kesehatan yaitu ancaman epidemi diseluruh dunia seperti
HIV/AIDS menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi positifnya,

7
pembelajaran yang diperoleh perawat amerika dari perawat
diseluruh dunia melalui konferensi internasional, perjalanan, dan
membaca literatur kesehatan internasional memberikan
pemahaman yang bermanfaat. Sebagai contoh, di Jepang,
pertumbuhan keperawatan keluarga sangat mengesankan. Disana,
perawat telah mengembangkan kurikulum keperawatan keluarga
disekolah keperawatan dan telah menghasilkan teori keperawatan
yang berfokus pada keluarga dan sesuai dengan nilai dan konteks
Jepang. Menurut Sugishita Keperawatan keluarga mengalami
pertumbuhan yang pesat di Jepang, yang ditandai dengan publikasi
dan upaya penelitian yang dilakukan di Jepang. Negara lain, seperti
Denmark, Swedia, Israel, Korea, Chili, Meksiko, Skotlandia, dan
Inggris juga mengalami kemajuan bermakna di bidang kesehatan
keluarga dan keperawatan keluarga. Kita harus banyak berbagi dan
belajar dari perawat dibeberapa negara ini.
2. Issue Pendidikan
Muatan apa yang harus diajarkan dalam kurikulum keperawatan
keluarga dan bagaimana cara menyajikannya? Menurut Hanson dan Heims,
yang melaporkan sebuah survei pada sekolah keperawatan di Amerika
Serikat yang mereka lakukan terkait cakupan keperawatan keluarga di
sekolah tersebut, terdapat perkembangan pemaduan muatan keperawatan
keluarga dan ketrampilan klinis kedalam program keperawatan pascasarjana
dan sarjana. Masih belum jelas muatan apa yang tepat diberikan untuk
program sarjana dan pascasarjana dan bagaimana cara mengajarkan
ketrampilan klinis. Tidak kesepakatan mengenai fokus program sarjana dan
pascasarjana terkait dengan keperawatan keluarga. Akan tetapi, terdapat
beberapa konsensus bahwa praktik keperawatan tingkat lanjut pada
keperawatan keluarga melibatkan pembelajaran muatan dan ketrampilan
yang dibutuhkan untuk bekerja dengan seluruh keluarga dan individu
anggota keluarga secara bersamaan. Perawat keluarga dengan praktik
tingkat lanjut dapat bekerja sebagai terapis keluarga pada keluarga yang
bermasalah. Akan tetapi, masih belum jelas muatan dan ketrampilan apa

8
yang dibutuhkan dalam keperawatan keluarga untuk para perawat yang
dipersiapkan di program praktik tingkat lanjut lainnya (program perawat
spesialis klinis dan praktisi). Bahasa lebih lanjut mengenai cakupan dan
level muatan dan ketrampilan klinis perlu dilakukan.

3. Issue Penelitian
Kebutuhan untuk meningkatkan penelitian terkait intervensi
keperawatan keluarga. Dibidang keperawatan keluarga, perawat peneliti
telah membahas hasil kesehatan dan peralihan keluarga yang terkait dengan
kesehatan. Teori perkembangan, teori stres, koping, dan adaptasi, teori
terapi keluarga, dan teori sistem telah banyak memandu penilitian para
perawat penilti keluarga. Penelitian dilakukan lintas disiplin, yang
menunjukkan bahwa “tidak ada satupun disiplin yang memiliki keluarga”
menurut Gillis dan Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42). Kelangkaan
penelitian keperawatan yang nyata terletak dibidang studi interveni.
Menurut Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42) kurangnya studi
intervensi dalam keperawatan keluarga “mengejutkan.” Menurut Janice Bell
dalam editor journal of family nursing, dalam editorial “Wanted :Family
Nursing Intervention,” mengeluhkan mengenai kurangnya naskah penelitian
intervensi keperawatan yang ia terima untu dikaji. Dengan tidak
memadainya jumlah studi intervensi,kita mengalami kekurangan bukti
ilmiah yang dibutuhkan untuk mendukung evikasi strategi dan program
keperawatan keluarga. Selain itu,dibutuhkan penelitian keperawatan
keluarga yang sebenarnya: sebagian besar penelitian keperawatan keluarga
sebenarnya merupakan penelitian yang terkait dengan keluarga ( yang
berfokus pada anggota keluarga),bukan penelitian keluarga (yang berfokus
pada seluruh keluarga sebagai sebuah unit).
4. Issue kebijakan
Kebutuhan akan lebih terlibatnya perawat keluarga dalam membentuk
kebijakan yang memengaruhi keluarga. Hanson, dalam bahasanya
mengenai reformasi pelayanan kesehatan, mendesak perawat keluarga lebih
terlibat di tiap level sistem politis guna menyokong isu keluarga. Kami

9
setuju dengan beliau. Praktisnya, semua legislasi domestik yang dikeluarkan
ditingkat lokal, negara bagian atau nasional mempunyai dampak pada
keluarga. Sebagai advokat keluarga, kita perlu baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama menganalisis isu dan kebijakan yang tengah diusulkan dan
membantu merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan dan regulasi
yang positif. Mendukung calon dewan yang mendukung calon keluarga dan
menjadi relawan untuk melayani komisi kesehatan dan komisi yang terkait
dengan kesehatan dan dewan organisasi adalah jalan penting lain untuk
“membuat suatu perbedaan” kita perlu mendukung keluarga agar
mempunyai hak mendapatkan informasi, memahami hak dan pilihan
mereka, serta lebih cakap dalam membela kepentingan meraka sendiri.

2.2 Trend dan Issue Teknologi Kesehatan


Teknologi komunikasi sekarang ini telah mengubah pola pikir kebanyakan
orang di seluruh dunia, terutama di negara-negara maju. Hal ini tidak menutup
kemungkinan terjadi juga di negara Indonesia yang pada saat ini sedang
berkembang. Seiring dengan era cyber-net, dunia kesehatan juga tidak mau
ketinggalan dengan kemajuan tersebut. Di dunia kesehatan telah dikembangkan
telehealth atau telemedicine sebagai sarana layanan kesehatan jarak jauh.
“Telehealth diartikan sebagai integrasi sistem  komunikasi untuk tujuan promotif
dan preventif sedangkan telemedicine mengintegrasikan sistem komunikasi dengan
tujuan kuratif.” (WHO, 1997 dalam Maheu et al, 2001).
Telehealth adalah pengiriman layanan terkait kesehatan dan informasi melalui
teknologi telekomunikasi. Telehealth dapat mempermudah profesional kesehatan
dalam membahas kasus melalui telepon. Teknologi telehealth umumnya
dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan, antara lain:
1. Mengirim pelayan kesehatan ke pasien yang berjarak jauh.
2. Mendidik provider, admisnistrator, pasien, dan keluarganya.
3. Untuk mengakumulasi data atau memonitor insidensi penyakit sebagai
bagian dari kesehatan masyarakat, epidemiologik, atau biodefense
network.

10
Teknologi telehealth memiliki potensi untuk memperbaiki akses pelayanan
kesehatan, meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi kesalahan medis,
mengurangi biaya kesehatan, dan lebih mendistribusikan informasi kesehatan.
Pelayanan kesehatan akan sangat berkembang seiring perkembangan tekhnologi
dan informasi.

2.3 Peran Perawat Dalam Menyikapi Trend dan Issue


Dalam kemajuan teknolgi ini seorang perawat mempunyai peran yang besar,
baik di masyarakat maupun di rumah sakit. Peran perawat sebagi educator seperti
memberikan informasi kepada klien mengenai tindakan yang akan diberikan. Juga
sebagai care giver dalam memberikan layanan kesehatan menggunakan dan
memanfaatkan teknologi telehealth guna mempermudah dan meningkatlkan hasil
kerja dalam memberikan layanan asuhan keperawatan. Sebagai change agent
teknologi sebelumnya perawat merupakan tenaga yang paling sering berhubungan
dengan pasien oleh karena itu setiap sistem teknologi yang baru maka perawat
harus mempu mengusai dan menerapkannya. Perawat saat ini harus mampu
mencari informasi terbaru mengenai dunia teknologi kesehatan agar tidak
ketinggalan zaman. Dengan mempelajarinya maka kita akan mengetahui
bagaimana cara mengoperasikan teknologi baru dan mampu memanfaatkannya
didunia kesehatan.

2.4 Peluang Keperawatan Memanfaatkan Trend dan Issue Untuk


Meningkatkan Pelayanan Keperawatan
Perawat perlu menyadari bahwa kesulitan dan beban keperawatan sangat
banyak sehingga diperlukan secepat mungkin dalam merawat pasien. Telehealth
merupakan salah satu sarana yang memungkinkan para profesional
keperawatan/kesehatan mempuyai kemampuan untuk menawarkan layanan ini
kepada keluarga dari kejauhan. Home telehealth bisa efektif dalam tidak hanya
menilai kebutuhan perawatan kesehatan korban stroke dan keperawatan, tetapi
juga dalam memberikan dukungan informasi dan emosional kepada mereka.
Kesiapan terhadap telehealth tampaknya tergantung pada:
1. Keperawatan dan keamanan rumah.

11
2. Waktu yang tepat layanan yang ditawarkan.
3. Kebutuhan yang dirasakan untuk keperawatan.
4. Tingkat beban keperawatan.
Metode beban keperawatan menilai, yang mungkin berguna dalam
memprediksi kesiapan mereka terhadap layanan telehealth, telah tersedia.
Penilaian kenyamanan klien dengan dan kepentingan dalam teknologi serta
keterbatasan pendengaran dan visual juga mungkin penting dalam penerimaan dan
penggunaan telehealth. Identifikasi potensial untuk penggunaan, kesiapan dan
penerimaan telehealth sangat penting sebelum mengembangkan, melaksanakan
dan mengevaluasi program-program menggunakannya.
Perbedaan tingkat pengalaman dan harapan antara perawat dan keperawatan
mungkin telah menyebabkan disparitas dengan kepuasan mereka dalam kinerja
peralatan telehealth. Pelatihan perawat dan keperawatan untuk mengembangkan
keterampilan komunikasi yang tepat sesuai dengan teknologi dan membantu
mereka untuk mencapai tingkat minimal kenyamanan dengan telehealth adalah
penting untuk menggunakan dan keefektifannya. Pelayanan keperawatan di masa
ke depan akan memanfaatkan perkembangan tekhnologi informasi, misalnya
mengaplikasikan telehealth. Telehelath dalam keperawatan bisa dikembangkan
untuk digunakan dalam bidang pendidikan maupun bidang pelayanan
keperawatan. Dalam bidang pelayanan keperawatan telehealth dapat membantu
kegiatan asuhan keperawatan pada pasien di rumah atau dikenal dengan home
care.
Dengan adanya kontribusi telehealth dalam pelayanan keperawatan di rumah
atau homecare, akan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan oleh pasien dan
keluarga, perawat, instansi pelayanan kesehatan dan termasuk juga pemerintah
dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan. Menurut hukum Telehalth juga
diperbolehkan jika perawat sudah mempunyai SIP atau SIPP, dalam
PERMENKES RI No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktek perawat BAB I Pasal 1 nomor 3 dijelaskan bahwa Surat
Izin Praktek Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada perawat untuk melakukan praktek keperawatan secara
perorangan dan/atau berkelompok. BAB II Pasal 3 Nomor 1 Dijelaskan setiap

12
perawat yang menjalankan praktek wajib memiliki SIPP. Telehealth juga biasa
digunakan untuk berkomunikasi antar petugas kesehatan dengan jarak jauh jika
perawat tersebut belum memiliki pengalaman yang luas guna untuk memberikan
diagnosa atau pemberian obat kepada pasien dengan benar.
Namun demikian untuk bisa mengaplikasikan telehealth dalam bidang
keperawatan banyak sakali tantangan dan hambatannya misalnya: faktor biaya,
sumberdaya manusia, kebijakan dan perilaku. Penggunaan telehalth dalam
keperawatan itu diperbolehkan, karena kita boleh menggunakan telehealth dalam
berkomunikasi keperawatan jarak jauh. Karena untuk mempermudah
berkomunikasi dan memberi asuhan keperawatan pasien dirumah (home care).
Dengan kemajuan teknologi dibidang keperawatan terutama telehealth maka
beban kerja perawat akan berkurang, memangkas waktu dan biaya yang
digunakan. Telehealth sangat besar peluangnya untuk diterapkan di Indonesia
yang memiliki wilayah yang sangat luas dan tidak memungkinkan jika dilakukan
kunjungan rumah. Telehealth merupakan inovasi baru di dunia keperawatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Repubublik Indonesia dengan jumlah
penderita stroke yang cukup tinggi.

2.5 Analisis Kasus Trend dan Issue Dalam Keperawatan Keluarga


BREAKING NEWS! Ayah Setubuhi Anak Kandung Hingga Hamil
Terjadi di Gianyar, Sebut Tak Dijatah Istri

Rabu, 16 Januari 2019 09:14

kompas.com
Ilustrasi pemerkosaan 

13
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Kasus ayah menghamili anak
kandungnya yang masih berumur 16 tahun terjadi di Kecamatan Gianyar,
Kabupaten Gianyar. Gusti RP (54) yang bekerja sebagai buruh telah diamankan
Unit IV Reskrim Polres Gianyar, Rabu (16/1/2019).
Persetubuhan sedarah atau inses ini diketahui, saat korban, GAMS (16)
bersama ibunya hendak menggugurkan kandungannya ke sebuah rumah sakit di
Gianyar. Polisi mengungkap, korban sudah disetubuhi sejak masih duduk di
bangku kelas V SD. Kasatreskrim Polres Gianyar, AKP Deni Septiawan
mengatakan, pelaku telah diamankan. Deny membenarkan bahwa pelaku yang
menghamili gadis yang masih berstatus pelajar itu merupakan ayah kandungnya
sendiri. Menurut Deni, kasus ini terungkap saat korban bersama ibunya hendak
menggugurkan kandungannya ke salah satu rumah sakit di Gianyar. Dokter
setempat menanyakan siapa ayah dari kandungan tersebut, dan korban
mengatakan ayahnya sendiri. Mendapat pengakuan tersebut, dokter
menginformasikan pada seorang anggota kepolisian. Tak berselang lama, kata
Deni, pihaknya langsung melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. "Pelaku
sudah kami amankan," ujarnya.
Dari hasil introgasi, kata Deni, pelaku mengakui telah menyetubuhi anak
kandungnya sendiri. Dimana korban ini, merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara. Pelaku sudah menyetubuhi anaknya ini sejak si anak masih duduk di
bangku kelas V SD hingga ia hamil awal Juli 2018. "Alasan pelaku menyetubuhi
anaknya karena semenjak tahun 2003 sampai sekarang tidak pernah melakukan
hubungan badan dengan istrinya dikarenakan sudah pisah ranjang, dan perempuan
yang ada di rumahnya hanya istri dan anaknya. Istri jarang di rumah karena
bekerja sebagai buruh pembuat batu bata merah, dan situasi di rumah sering sepi
karena hal tersebut pelaku menyetubuhi anaknya," ungkap Deni.
Pihak kepolisian telah mengamankan sedikitnya tujuh barang bukti dalam
kasus ini di antaranya, sebuah celana, dua buah baju kaos, sebuah celana dalam,
dan sejumlah pakaian lainnya yang saat itu digunakan dalam aksi persetubuhan.
"Untuk lebih ditailnya, nanti kami ungkapkan dalam pers rilis, jam 11.00 Wita,"
ujarnya. (*)

14
Analisis:
Berdasarkan kasus di atas di dapat kesimpulan bahwa fungsi keluarga tidak
berjalan dengan baik terutama fungsi afektif dan sosialisasi. Dimana fungsi afektif
yaitu Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga akan
dapat mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan
dalam diri anggota keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan
menjalin secara lebih akrab, dan harga diri. Serta fungsi sosialisasi dan
penempatan sosial yaitu Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan
kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon
terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi
merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh seorang
individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.
Sebagai orang tua seharusnya ayah korban menjadi panutan bagi anaknya,
bukan merusak masa depan anaknya. Seharusnya ayah korban menjalankan fungsi
afektif dan sosialisasi dalam keluarganya sehingga hal ini tidak akan terjadi.
Kurangnya komunikasi antar keluarga karena kesibukan bekerja membuat suatu
hubungan menjadi kacau, serta kurangnya perhatian dari sang ibu membuat anak
juga kurang merasa mendapat kasih sayang, begitu pun dari sang ayah yang
seharusnya memberi contoh yang baik kepada anak dan mendidik anak agar
menjadi pribadi yang baik.
Dari kasus di atas mengajarkan kita sangat penting dalam kelaurga untuk
menjalankan semua fungsi keluarga, menjalin komunikasi yang baik, dan
terutama perhatian kepada suami, istri, dan anak-anak, karena materi tidak
selamanya memberikan kebahagiaan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming,
actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup
keperawatan keluarga. Trend dan issue yang terjadi di dunia yaitu dimana dunia
tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku keluarga.
Kemajuan dan pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin global
sehingga penyebarannya semakin meluas. Standar kualitas yang semakin
diperhatikan menimbulkan persaingan yang ketak serta menumbuhkan munculnya
sekolah-sekolah yang mengutamakan kualitas pendidikan. Kompetisi global
dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan kesehatan menuntut
standar profesionalitas keperawatan yang tinggi. Karena adanya hal tersebut
menuntut perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada keluarga untuk
mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi serta mengikuti perkembang
pedoman mengenai keperawatan keluarga.

3.2 Saran
Pelayanan keperawatan keluarga harus dikembangkan karena keperawatan
keluarga dapat mengurangi kejadian atau penderitaan akibat penyakit dengan
perubahan paradigm dari cure menjadi care melalui tindakan preventif. Kami
menyadari makalah kami kurang sempurna sehingga memerlukan masukan dari
pihak lain.

16
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Dikutip dari “Hand Out Aspek Legal & Manajemen Resiko dalam
pendokumentasian Keperawatan” Sulastri.
Budi sampurna, pakar hukum kesehatan UI 2006.
Friedman, M. M. (2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, &
Praktik. Jakarta: EGC.
Makhfudli, F. E. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Kepmenkes 1239 Tahun 2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat.
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.956.
Kozier, Barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Potter, Patricia A., dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Sudiharto. 2005. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: aplikasi dalam praktik. EGC:
Jakarta.
Wahid Iqbal Mubarak, N. C. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Widagdo, Wahyu. 2016. “Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan
Keluarga dan Komunitas”. Jakarta: Kementrian RI.
UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

17

Anda mungkin juga menyukai