Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga Proposal Pengajuan Kerja Praktik Pusat
Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2 Telimek LIPI) dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Dalam kesempatan ini pula, dalam penulisan proposal ini penulis mendapatkan
banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis juga ingin
mengungkapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan baik moral dan
materi.
2. Bapak Dr. Achmad Arifin, S.T., M,Eng. selaku Kepala Departemen Teknik
Biomedik, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
3. Bapak Muhammad Hilman Fatoni, S.T., M.T. selaku Koordinator sekaligus
Pembimbing Kerja Praktik penulis yang membantu dalam pembentukan ide
dan penyusunan proposal.
Proposal ini penulis sadari masih banyak memiliki kekurangan dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan kemampuan penulis. Berbagai kritikan dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi menyempurnakan
proposal ini.

Surabaya, 29 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Dasar Pemikiran........................................................................................2
1.3 Tujuan Umum Pelaksanaan Kerja Praktik ................................................2
1.4 Tujuan Khusus Pelaksanaan Kerja Praktik ..............................................3
BAB II PELAKSANAAN ......................................................................................4
2.1. Rencana Kerja Praktik .............................................................................4
2.2. Penyelenggara ..........................................................................................4
2.3. Peserta ......................................................................................................4
2.4. Pelaksanaan..............................................................................................5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN URAIAN RENCANA KERJA
PRAKTIK ...............................................................................................................6
3.1. Pendahuluan ............................................................................................6
3.2. Penyebab dan Gejala Klinis .....................................................................7
3.3. Sensor Suhu sebagai Diagnosa Suhu Tubuh ...........................................9
3.4. Jantung dan Elektrokardiogram (EKG) .................................................10
3.5. Respiratory Rate (RR) Sensor ................................................................14
3.6. Riset Penggunaan EMG di Teknik Biomedik Institut Teknologi Sepuluh
Nopember .............................................................................................16
3.7. Uraian Pengembangan yang Diusulkan .................................................18
REFERENSI ........................................................................................................22
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................23
LAMPIRAN .........................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu, lembaga perguruan tinggi
sebagai sarana untuk mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas,
berkepribadian baik, dan memiliki intelektual yang tinggi, senantiasa dituntut untuk
meningkatkan metode dan substansi pendidikannya agar mampu menghadapi
perkembangan dan tantangan dunia industri. Hal ini tentu berkaitan erat dengan
perkembangan dunia pendidikan di tataran perguruan tinggi di dunia dan di
Indonesia. Karena itulah berbagai metode pembelajaran diterapkan guna
meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia yang ada, khususnya
mahasiswa, sehingga peningkatan daya saing bangsa dalam bidang sains dan
teknologi bisa tercapai di kancah internasional. Peningkatan daya saing bangsa
dalam hal ini tidak hanya dalam hal teoritis tetapi harus diimbanga dengan
kemampuan praktis.
Departemen Teknik Biomedik, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika
Cerdas, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, sebagai salah satu
institusi terbaik di Indonesia yang berorientasi pada IPTEK memberikan
kesempatan bagi para mahasiswanya untuk mengembangkan diri agar mampu
menghadapi perkembangan IPTEK beserta tantangannya di masa depan. Sejalan
dengan upaya tersebut, maka Departemen Teknik Biomedik ITS memasukkan
Program Kerja praktik sebagai salah satu program pengembangan SDM berbasis
Learning by Doing. Dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk mempelajari bidang
keilmuan tertentu dan mempraktikkannya secara langsung melalui pekerjaan-
pekerjaan nyata yang ada di lapangan.
Program Kerja Praktik menjadi pendorong utama bagi mahasiswa untuk
mengenal kondisi nyata di lapangan kerja dan mengamati keselarasan antara ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama kegiatan perkuliahan dengan aplikasi praktis di
lapangan kerja. Selain itu, mahasiswa dapat berinteraksi secara langsung dengan
para ahli yang berpengalaman di bidangnya, sehingga tercipta suatu diskusi ilmu
pengetahuan yang sangat bermanfaat.

1
Pengetahuan mahasiswa tentang kondisi lapangan kerja sangat diperlukan
sehubungan dengan kondisi negara Indonesia yang merupakan salah satu negara
berkembang. Berdasarkan uraian–uraian diatas, maka kami selaku mahasiswa
Teknik Biomedik Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC) -
ITS berencana untuk melaksanakan kerja praktik karena dalam hal ini mahasiswa
sebagai generasi penerus yang nantinya memegang peranan penting dalam
perkembangan industri dapat mempersiapkan diri secara lebih baik dengan
memahami perkembangan IPTEK beserta kebutuhannya di masa depan.

1.2 Dasar Pemikiran


Dasar pemikiran dari pelaksaan kerja praktik di Pusat Penelitian Tenaga Listrik
dan Mekatronik (P2 Telimek LIPI) adalah sebagai berikut:
1. Menjalankan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, tangguh, cerdas, kreatif,
terampil, berdisiplin, beretos kerja tinggi, profesional, bertanggung jawab,
produktif, serta sehat jasmani dan rohani.
2. Menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu : pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat.
3. Melihat Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2 Telimek LIPI)
sebagai salah satu Pusat Penelitian yang sudah melakukan penelitian dalam
elektronika yang terkini sehingga kami sebagai generasi penerus berharapkan
dapat lebih mengembangkan dan memajukan teknologi medis di Indonesia
bahkan dunia.
4. Diperlukan sarana dan keselarasan untuk mengimplementasikan ilmu-ilmu
yang diperoleh di bangku perkuliahan pada dunia kerja.

2
1.3 Tujuan Umum Pelaksanaan Kerja Praktik
Adapun tujuan umum pelaksanaan kerja praktik sebagai berikut:
1. Terwujudnya hubungan antara dunia kerja pada khususya pada bidang
kesehatan dan teknologi dengan perguruan tinggi, dimana output perguruan
tinggi merupakan sumber daya manusia dalam dunia kerja.
2. Menumbuhkan pemahaman dan pengetahuan mengenai sistem kerja di dunia
kerja
khususnya pada bidang kesehatan sekaligus mampu mengadakan pendekatan
terhadap masalah yang ada.
3. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat memahami penerapan ilmunya
dalam dunia kerja.
4. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang lebih
berwawasan bagi mahasiswa.

1.4 Tujuan Khusus Pelaksanaan Kerja Praktik


Adapun tujuan khusus pelaksanaan kerja praktik sebagai berikut:
1. Mengenal tata cara operasi dan penggunaan Electrocardiogram (ECG) dan alat
pendukung lainnya.
2. Mengetahui cara mengakuisisi dan menganalisa data Electrocardiogram
(ECG).
3. Mengetahui cara membangun sensor pernafasan dan akuisisi data yang
didapatkan.
4. Mengenalkan kepada mahasiswa tentang lingkup kerja di Pusat Penelitian
Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2 Telimek LIPI).
5. Mengembangkan pengetahuan, sikap, ketrampilan dan kemampuan profesi
melalui penerapan ilmu, latihan kerja, dan pengamatan teknik yang diterapkan
di Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2 Telimek LIPI).

3
BAB II
PELAKSANAAN
2.1 Rencana Kerja Praktik
Program Kerja praktik di Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2
Telimek LIPI) diharapkan mulai 13 Juli 2020 s/d 27 Agustus 2020. Waktu
pelaksanaan yang dapat diubah atau diperpanjang sesuai kebijaksanaan instansi
penyelenggara, tetapi kami berharap agar jadwal pelaksanaan tidak jauh dari waktu
yang kami ajukan. Jadwal kegiatan ditunjukkan pada Tabel 2.1.

2.2 Penyelenggara
Kerja praktik dilaksanakan atas kerja sama antara Departemen Teknik
Biomedik, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya dengan Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan
Mekatronik (P2 Telimek LIPI).

2.3 Peserta
Peserta dalam program kerja praktik adalah mahasiswa semester 6 Departemen
Teknik Biomedik, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, yaitu:
1. Nama : Dalna Nikita Ramdhani
NRP : 07311740000002
2. Nama : Muhammad Akbar Maulana
NRP : 07311740000015
3. Nama : Achmad Fachturrohman
NRP : 07311740000025.
Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan
Minggu Ke -
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7
1 Pengenalan P2 Telimek LIPI
2 Pelaksanaan Kerja Praktik
3 Pengumpulan Data
4 Penyusunan Laporan

4
2.4 Pelaksanaan
Adapun rangkaian pelaksanaan dari kerja praktik, antara lain:
2.4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik yakni :
Tempat : Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2 Telimek LIPI)
Alamat : Jl. Sangkuriang, Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa
Barat 40135.
Waktu : 13 Juli 2020 s.d.27 Agustus 2020.

2.4.2 Bidang yang Diminati / Topik


Bidang yang diminati dalam pelaksanaan program kerja praktik kali ini
yakni sebagai berikut :
1. HMI berbasis EMG untuk mengendalikan tempat tidur penderita spinal
cord.
2. Topik penelitian lain terkait dengan bidang Teknik Biomedik (Elektronika
Biomedika) sesuai dengan kebijakan Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan
Mekatronik (P2 Telimek LIPI).

2.4.3 Rencana Metode Pelaksanaan


Adapun Rencana metode pelaksanaan, antara lain :
1. Pembelajaran secara langsung berupa kerja praktik di Pusat Penelitian
Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2 Telimek LIPI) dengan tenaga ahli di
bidang Teknik Biomedik.
2. Pembelajaran saintifik mengenai rancang bangun sistem monitoring gejala
COVID-19 berbasis wireless.
3. Diskusi dengan pembimbing (mentor) yang ditunjuk oleh Pusat Penelitian
Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2 Telimek LIPI).
4. Penyusunan laporan Kerja Praktik.

5
BAB III
TEORI PENUNJANG DAN URAIAN RENCANA KERJA PRAKTIK
3.1 Pendahuluan
Di akhir tahun 2019, dunia digemparkan dengan merebaknya virus coronavirus
jenis baru (SARS-CoV-2) yang disebut Coronavirus Disease (COVID-19).
Diketahui, bahwa asal mula virus ini berawal dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan
pada akhir Desember tahun 2019. Sampai saat ini sudah dipastikan terdapat ratusan
negara yang telah terjangkit virus ini.
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan oleh WHO sebagai
pandemik dunia. Pemerintah Indonesia menanggapi adanya COVID-19 dengan
Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang menyatakan
COVID-19 sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang wajib dilakukan upaya
penanggulangan.
Corona dalam bahasa latin merupakan arti dari mahkota dimana perumpamaan
ini diibaratkan pada bentuk virus corona yang memiliki banyak mahkota pada
permukaannya.
World Health Organization (WHO) memberi nama virus baru tersebut Severe
acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya
disebut Coronavirus Disease (COVID-19) (WHO, 2020). Pada mulanya transmisi
virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-manusia.
Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Akhirnya
dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke
manusia (Relman, 2020). Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih
misterius dan berbagai penelitian masih berlanjut.
Rilis Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Republik
Indonesia menyatakan bahwa per tanggal 22 Juni 2020 total kasus positif sudah
mencapai lebih dari 43.000 kasus di seluruh Indonesia. Berbagai tindakan dan
kebijakan diambil oleh pemerintah untuk dapat memutus rantai penyebaran virus
ini. Mulai dari upaya sosialisasi, penerapan sosial distancing sampai penetapan
undang-undang sebagai dasar hukum penindakan. Selain itu para lembaga

6
penelitian dan kampus – kampus Institut juga berbondong – bondong menciptakan
alat untuk membantu proses penanganan untuk pasien COVID-19.
Dalam hal ini maka dalam rangka untuk mempercepat penanganan pasien
COVID-19 maka dapat dilakukan dengan mengkaji berbagai alat dan instrumen
yang dapat digunakan secara massal dan praktis untuk digunakan pada pasien
COVID-19 yang jumlahnya dapat bertambah dan melampaui kapasitas pelayanan
kesehatan di Indonesia pada umumnya. Dibutuhkan alat yang dapat diproduksi
secara massal dengan menggunakan bahan baku yang murah dan mudah dicari
dipasaran, dan proses manufakturing yang cepat dan efisien. Selain hal hal tersebut
maka harus diperhatikan fungsi vital dari yang dirancang khusus untuk penggunaan
tepat pada pasien COVID-19 selama kedaruratan ini. Beberapa gejala klinis harus
segera diidentifikasi guna menentukan komponen dan karakteristik yang
dibutuhkan dalam alat yang akan diproduksi. Alat harus dapat bekerja secara
mandiri tanpa adanya human factor dimana pasien COVID-19 akan sangat jarang
berinteraksi dengan tenaga medis pada umumnya karena keterbatasan pada Alat
Pelindung Diri dan sebagai tindak pencegahan agar tenaga medis tidak terinfeksi
dengan COVID-19. Dan pada akhirnya, alat harus dapat digunakan secara portable
agar dapat dipindahgunakan dengan mudah pada pasien COVID-19 secara silih
berganti dimana pasien COVID-19 akan terus berdatangan seiring dengan
berlangsungnya waktu dan tingkat penyebarannya yang sangat tinggi.

3.2 Penyebab dan Gejala Klinis.


Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.
Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan
kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda,
kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang
ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa
patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar,
tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk
Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian
severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome
(MERS) (PDPI, 2020).

7
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak
bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel
host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host
diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama
dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya (Wang, 2020). Pada
studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-
2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral
dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum
tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel
endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi
replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana
sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus.
Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015).
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian
bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu
menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari
saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel
gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul
penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020).
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala
klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38 C), batuk dan kesulitan bernapas.
0

Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, myalgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari.
Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan
demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam
kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika
terinfeksi. (PDPI, 2020). Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
(PDPI, 2020):

8
A. Tidak berkomplikasi.
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat
disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan
nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain
itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dengan gejala
relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi
diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
B. Pneumonia ringan.
Gejala utama yang muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada
tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai
dengan batuk atau susah bernapas.
C. Pneumonia berat.
Pada pasien dewasa:
1. Gejala yang muncul diantaranya demam atau infeksi saluran napas.
2. Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress
pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar.

3.3 Sensor Suhu untuk Diagnosa Suhu Tubuh.


Suhu tubuh manusia sangat mudah sekali berubah dan dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Perubahan suhu tubuh
sangat erat kaitannya dengan produksi panas yang berlebihan, produksi panas
maksimal maupun pengeluaran panas yang berlebihan. Sifat perubahan panas
tersebut sangat memengaruhi masalah klinis yang dialami setiap orang. Untuk
mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi
suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feedback)
yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat
temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, maka tubuh
akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila
suhu inti tubuh telah melewati batas dari toleransi tubuh untuk mempertahankan
suhu yang disebut titik tetap (set point).

9
3.4 Jantung dan Elektrokardiogram (EKG).
Jantung adalah organ muskular berlubang yang berfungsi sebagai pompa
ganda sistem kardiovaskular. Sisi kanan jantung memompa darah ke paru
sedangkan sisi kiri memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung mempunyai empat
ruangan, atrium kanan dan kiri , ventrikel kanan dan kiri. Seperti terlihat pada
Gambar 3.3. Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai
sifat membentuk impuls secara otomatis dan berkontraksi ritmis. Pembentukan
impuls listrik terjadi dalam sistem penghantar jantung. Adapun jalur hantaran listrik
jantung normal terjadi dalam urutan berikut: nodus sinoatrial (SA) - nodus
atrioventrikular (AV) – berkas His – cabang berkas – serabut purkinje – otot
ventrikel [Atwood.1996].
Pembentukan dan hantaran impuls listrik ini menimbulkan arus listrik yang
lemah dan menyebar melalui tubuh. Kegiatan impuls listrik pada jantung ini dapat
direkam oleh elektrokardiograf dengan meletakkan elektroda - elektroda ke
berbagai permukaan tubuh (sadapan/leads). Rekaman grafik potensial-potensial
listrik yang ditimbulkan oleh jaringan jantung ini disebut sebagai
elektrokardiogram (EKG) (Khandpur.1997). Sebuah perangkat elektrokardiograf
yang penampil outputnya berupa plotter akan menampilkan hasil perekaman pada
sebuah kertas grafik millimeter blok seperti pada Gambar 3.4.

Gambar 3.3 Sistem Kelistrikan Pada Jantung (Atwood, 1996).

10
Gambar 3.4 Pulsa Jantung Normal.
Pada Gambar di atas, suatu pulsa jantung normal manusia memiliki nilai magnitudo
sebesar 1.1 mV, hal ini dapat dilihat dengan menghitung jumlah kotak dari titik Q
ke titik R, dimana jumlah kotak tersebut ada 11 kotak. Masing-masing kotak sama
dengan 0.1 mV, sehingga 11 kotak sama dengan 1.1 mV.
Tabel 3.1 Karakteristik Elektrokardiogram.

Defleksi Deskripsi

gelombang yang timbul karena depolarisasi atrium dari nodus


Gelombang P
sinoatrial ke nodus atrioventrikular

defleksi negatif pertama sesudah gelombang P dan yang


mendahului defleksi R, dibangkitkan oleh depolarisasi
Gelombang Q
permulaan ventrikel

defleksi positif pertama sesuadah gelombang P dan yang


Gelombang R ditimbulkan oleh depolarisasi utama ventrikel.

defleksi negatif sesudah defleksi R. Keseluruhan depolarisasi


Gelombang S
ventrikel ini membangkitkan gelombang QRS kompleks.

Gelombang T gelombang yang timbul oleh repolarisasi ventrikel.

11
Tabel 3.2 Ciri-ciri Elektrokardiogram Normal.

Gelombang EKG Amplitudo Interval EKG Durasi

P < 0.3 mV P-R 0.12 – 0.20 detik

R 1.6 – 3 mV Q-T 0.35 – 0.44 detik

Q 25 % dari R S-T 0.05 – 0.15 detik

T 0.1 – 0.5 mV Q-R-S 0.06 – 0.10 detik

Fase depolarisasi merupakan kondisi dimana terjadi proses penyebaran


impuls/sinyal pada jantung. Fase repolarisasi merupakan kondisi dimana otot – otot
jantung tidak melakukan aktifitas sementara (istirahat). Fase defleksi merupakan
penyebaran proses depolarisasi. Sebuah sinyal yang didapat dari elektrokardiogram
normal memiliki ciri-ciri seperti tertera pada Tabel 3.2 (Ekananda. 2008). Dan
karakteristik sinyal jantung seperti pada Tabel 3.1.
Salah satu metode pengambilan sinyal EKG yang biasa digunakan untuk
menganalisis kondisi kesehatan jantung pasien adalah Standard Clinical EKG,
yaitu dengan menggunakan sepuluh buah elektroda dengan dua belas titik sadapan
(12 leads). Sepuluh buah elektroda tersebut dihubungkan ke tubuh manusia yaitu,
Right Arm (RA), Left Arm (LA), Left Leg (LL), Right Leg (RL), Chest 1 (C1), C2,
C3, C4, C5 dan C6 sepert pada Tabel 3.3.
Sadapan bipolar standar yang merupakan sadapan asli yang dipilih untuk
merekam potensial listrik pada bidang frontal [Gabriel, J.F. 1998]. Sadapan bipolar
standar ini menghasilkan tiga buah lead, yaitu lead I, II dan III. Ketiga sadapan ini
digambarkan sebagai segitiga sama sisi yang lazim disebut sebagai segitiga
Eithoven seperti pada Gambar 3.5.

12
Tabel 3.3 Penempatan 10 elektroda dalam EKG 12 leads.
Nama
Penempatan Elektroda
Elektroda
LA Di lengan kanan, hindari otot tebal.
RA Di lokasi yang sama dimana LA ditempatkan, tetapi di lengan kiri
RL Di kaki kanan, ujung bawah bagian dalam otot betis. (Hindari
penonjolan tulang.
LL Di lokasi yang sama dimana RL ditempatkan, tetapi di kaki kiri.
V1 Di ruang intercostal keempat (antara tulang rusuk 4 dan 5) tepat
disebelah kanan tulang dada.
V2 Di ruang intercostal keempat (antara tulang rusuk 4 dan 5) tepat
disebelah kiri tulang dada.
V3 Antara sadapan V2 dan V4.
V4 Di ruang antara intercostal kelima (antara tulang rusuk 5 dan 6) di
garis mid-klavikula.
V5 Bahkan secara horizontal dengan V4, di garis aksila anterior kiri.
V6 Bahkan secara horizontal dengan V4 dan V5 pada garis mid-
axillary.
a. Lead I : beda potensial antara left arm (LA) dan right arm (RA). Memasang
elektroda positif pada lengan kiri dan elektroda negative pada lengan kanan.
b. Lead II : beda potensial antara left leg (LL) dan right arm (RA). Memasang
elektroda positif pada kaki kiri dan elektroda negative pada lengan kanan.
c. Lead III : beda potensial antara left leg (LL) dan left arm (LA). Memasang
elektroda positif pada kaki kiri dan elektroda negative pada lengan kiri.

Gambar 3.5 Sadapan / Lead Bipolar Standar.

13
Elektrode disambungkan dengan kabel – kabel ke mesin elektrokardiograf.
Aktivitas kelistrikan jantung kemudian diukur dan dicetak oleh mesin EKG, serta
diinterpretasi oleh dokter sebagai penunjang diagnosis.
1. Merupakan standar yang ditetapkan untuk diagnosis ritma jantung
2. EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada
infark otot jantung akut
3. EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan
hipokalemia)
4. EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang
berkas kanan dan kiri)
5. EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres
jantung
6. EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung
(mis. emboli paru atau hipotermia)
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun,
EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu
kontraktilitas.

3.5 Respiratory Rate (RR) Sensor.


Metode berdasarkan perubahan volume dan gerakan tubuh. Selama inhalasi
dan ekshalasi, ada perubahan volume periodik di daerah toraks dan perut dengan
gerakan di permukaan. Perubahan ini dapat dideteksi oleh akselerometer,
girometer, radar dan perangkat WiFi, pencitraan, dan berbagai sensor berdasarkan
mekanisme elektromagnetik, piezoresistif, piezoelektrik, dan optik. Ini merupakan
mayoritas metode yang secara langsung mengukur Respiratory Rate.
Akselerometer dan giroskop dapat digunakan untuk menangkap sinyal yang
dimodulasi oleh respirasi ketika diposisikan dengan tepat di atas diafragma. Posisi
dan orientasi akselerometer atau giroskop diubah oleh ekspansi dan kontraksi
dinding dada selama respirasi. Akselerometer atau giroskop tri-aksial menyediakan
tiga pengukuran percepatan linear atau sudut dalam tiga arah ortogonal. Komponen
yang diperlukan untuk analisis adalah arah akselerasi karena gravitasi dalam sistem
koordinat akselerometer, yang dimodulasi oleh respirasi (Gambar 3.6).

14
Gambar 3.6 Derivasi RR dari pemantauan percepatan tiga-aksial. (a) Kiri:
Peralatan untuk perekaman percepatan dinding giometrik dan giroskopik. Kanan:
Akselerasi linier dan sudut dalam tiga arah. (b) Akselerasi 3D linier dan sudut
dicatat. Data direkam dalam kondisi istirahat. Girosensor dilekatkan pada
epigastrium. Direproduksi dengan izin dari (Yoon, 2014).
Untuk mendapatkan sinyal pernafasan, pertama vektor tunggal, bervariasi waktu,
percepatan (linier atau sudut) berasal dari tiga pengukuran. Kedua, sudut rotasi
vektor percepatan tentang sumbu rotasi dominan rata-rata dihitung. Terakhir, sinyal
pernapasan diberikan oleh kecepatan sudut — laju perubahan sudut rotasi
sehubungan dengan waktu. Sumbu rotasi dominan dapat dihitung dalam periode
waktu yang lama untuk mengurangi efek kebisingan, yang sangat penting dalam
pemantauan seluler (Bates, 2010). Akhirnya, RR dapat diekstraksi dari sinyal
pernapasan dengan metode seperti PCA, seperti pada metode berbasis ECG- atau
PPG. Telah terbukti bahwa sistem akselometrik tiga aksial dapat berhasil
merekonstruksi gerakan yang diinduksi respirasi, yang diperlukan untuk
menentukan laju pernapasan secara akurat (Jin, 2009).
RR akselerometer diturunkan sesuai dengan hasil polisomnografi (PSG)
(Nurmi, 2016) dan observasi manual (Jarchi, 2018), yang merupakan metode
standar klinis. Dengan menggunakan dua akselerometer yang disandingkan, artefak
gerak dapat dihilangkan dari sinyal akselerometrik simultan, dengan RR yang
dihasilkan sesuai dengan hasil yang diperoleh dengan penghitungan visual dan

15
spirometri pada subjek normal dan pasien skoliotik dan obesitas dalam situasi
istirahat dan berolahraga (Lapi, 2014). Oleh karena itu, akselerometer diterapkan
untuk memberikan nilai RR referensi (Liu,2016; Shirkovskiy, 2017) atau sinyal
referensi untuk menghilangkan artefak gerak dalam beberapa studi percontohan
estimasi RR (Sun dan Thakor, 2016). Sinyal pernapasan yang diturunkan
akselerometer atau nilai RR dapat dikombinasikan dengan yang diperoleh dengan
metode lain seperti ECG (Liu, 2013), PPG (Shen, 2017), kamera (Hernandez, 2014)
dan sensor piro-elektrik inframerah (PIR) (Erden, 2015). Akhirnya, ukuran kecil
akselerometer canggih memungkinkan aplikasi serba guna di telepon pintar
(Camcı, 2017), jam tangan pintar (Trimpop, 2017), pemantauan tidur berbasis kasur
(Nurmi, 2016) dan perangkat dapat dipakai headmount (Hernandez, 2014).
Giroskop dapat memperoleh estimasi RR yang lebih akurat (rata-rata ± SD dari
kesalahan yang mengacu pada nilai yang diperoleh oleh tali dada: 1,39 ± 2,29 bpm)
daripada akselerometer (2,26 ± 3,38 bpm) (Hernandez, 2014). Namun, giroskop
mengkonsumsi lebih banyak energi daripada akselerometer (Trimpop, 2017).
Kombinasi akselerometer dan giroskop dapat meningkatkan akurasi estimasi RR
(Shen, 2017). Dengan menggabungkan hasil giroskopik dengan Kalman filter,
tingkat kesalahan dalam estimasi RR menurun dari 11,7% hasil akselerometerik
menjadi 7,3 (Yoon, 2014). Dengan patch akuisisi sinyal fisiologis baru di mana
akslerometer dan giroskop terintegrasi, RR berasal dari fusi data dengan kesalahan
absolut rata-rata 0,11 ± 0,7 bpm (rata-rata ± SD) dan kesalahan maksimum dalam
1,6 bpm, dibandingkan dengan RR yang dihitung secara manual. nilai (Wang,
2018).

3.6 Riset Institut Teknologi Sepuluh Nopember seputar COVID-19.


Institut Teknologi Sepuluh Nopember telah melakukan beberapa riset
mengenai Decision Support System yang diimplementasikan untuk membantu
tenaga medis di masa pandemi COVID-19. Robot RAISA merupakan salah satu
hasil riset yang berhasil diwujudkan.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas
Airlangga (Unair) secara resmi meluncurkan Robot Medical Assistant ITS-Unair
(RAISA) seperti pada Gambar 3.7. Ciptaan ini digunakan untuk meminimalisasi

16
kontak antara tenaga medis dengan pasien Covid-19. Serta mengurangi pemakaian
Alat Pelindung Diri (APD) yang persediaannya semakin menipis. Robot ini masing
– masing akan bekerja pada ruang Intensive Care Unit (ICU) dan High Care Unit
(HCU). Karena memiliki karakteristik teknis yang disesuaikan dengan kebutuhan
pada masing – masing ruangan. Ruang ICU berisi pasien yang berada dalam
keadaan pasif sampai tidak sadarkan diri. Dengan begitu, RAISA yang bekerja di
ruang ICU akan fokus pada pengamatan dan monitor kondisi vital pasien. Robot
yang bertugas di ruang HCU memiliki fitur komunikasi seperti sebelumnya dan
fitur tambahan untuk melakukan sensor denyut jantung, infus, dan saturasi oksigen.
Fitur kamera RAISA di ICU diganti dengan resolusi lebih tinggi guna memantau
kondisi pasien secara langsung. Kamera ini memiliki fitur Pan-tilt-zoom (PTZ)
yang memungkinkannya untuk berputar 360 derajat seperti kamera surveillance.
Sedangkan di ruang HCU, RAISA ditambahkan beberapa sensor untuk suhu dan
kadar oksigen. Sensor ini sudah menggunakan IoT dan akan dibuatkan database di
server, sehingga masing-masing pasien memiliki datanya masing-masing. Dua
RAISA ini juga memiliki proximity sensor (sensor jarak) dan akan mendeteksi
benda yang menghambat atau menghalangi jalannya robot. Jika ada halangan,
RAISA akan memberikan peringatan suara dan akan ada juga peringatan di layar
monitor operator. Sensor ini bisa mendeteksi sampai jarak tiga meter, dan berhenti
jika hambatan berjarak 50-75 sentimeter.

Gambar 3.7 Robot Medical Assistant ITS-Unair (RAISA).

17
3.7 Uraian Pengembangan yang Diusulkan.
Sesuai dengan tujuan umum dan khusus pelaksanaan kerja praktik ini, serta
mempertimbangkan kondisi yang terjadi dimasa sekarang dimana seluruh dunia
mengalami pandemi wabah COVID-19 khususnya di Indonesia dan pengalihan
dana penelitian yang di fokuskan untuk penanganan wabah ini, dipilih topik
pembuatan sistem yang mampu mendiagnosa kejala klinis yang terjadi pada pasien
COVID-19 yang diterapkan pada pakaian pasien, dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah jaket. Secara khusus, kami menentukan jaket sebagai media karena dirasa
memiliki manfaat bagi pasien itu sendiri.
Tahap awal dari kerja praktik ini adalah perkenalan lingkungan kerja yang ada
di P2 Telimek LIPI untuk memudahkan kami berkomunikasi satu sama lain dengan
pegawai terkait untuk mempermudah proses observasi. Selanjutnya, pada tahap
observasi peserta melakukan pengujian terhadap sistem yang telah diusulkan. Pada
tahap ini diharapkan peserta kerja praktik dapat membangun relasi terhadap tenaga
kerja pada P2 Telimek LIPI sehingga dapat meningkatkan kualitas transfer ilmu
kepada peserta kerja praktik. Pada tahap ini juga peserta kerja praktik melakukan
pengambilan data untuk keperluan pengolahan data yang mana datanya disesuaikan
dengan ide proposal Kerja Praktik. Pengambilan data meliputi suhu tubuh normal,
denyut jantung dan morfologi sinyal jantung normal dan rasio pernafasan normal
per menit. Pengambilan data tersebut menggunakan komponen – komponen
berikut:
1. DS18B20 sebagai sensor suhu tubuh untuk diagnosa suhu tubuh manusia.
Modul komponen seperti pada Gambar 3.8.
2. AD8232 sebagai sensor heart rate monitor untuk memantau sinyal jantung.
Modul komponen seperti pada Gambar 3.9.

Gambar 3.8 Sensor suhu tubuh.

18
Gambar 3.9 Sensor heart rate monitor yang dilengkapi 3 buah elektroda.

Gambar 3.10 MPU6050 sensor akselerometer dan giroskop.


3. MPU6050 sebagai sensor akselerometer dan giroskop untuk respiratory rate
sensor. Modul digambarkan seperti pada Gambar 3.10. Penerapan sensor ini
agar dapat difungsikan sebagai diagnose respiratory rate dapat di buat seperti
ilustrasi pada Gambar 3.6.
4. NodeMCU ESP8266 sebagai mikrokontroler yang dilengkapi dengan
konektivitas Wi-Fi untuk mentransmisikan data hasil pembacaan ke Personal
Computer (PC) atau Laptop. Modul komponen seperti pada Gambar 3.11.
Ketiga sensor tersebut akan ditanamkan pada sistem monitoring. Ilustrasi sistem
monitoring diusulkan dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti
kenyamanan, keamanan, dan efektivitas dengan koneksi Wi-Fi sebagai media

Gambar 3.11 NodeMCU ESP8266.

19
Gambar 3.12 Ilustrasi prototipe tampak depan.
transmisi data sehingga diusulkan sistem seperti pada Gambar 3.12, Gambar 3.13
dan Gambar 3.14.
Proses pengambilan data memerlukan mikrokontroler untuk mengakusisi dan
proses transmisi data secara wireless menggunakan koneksi Wi-Fi. Adapun
mikrokontroler yang digunakan adalah NodeMCU ESP8266 berbasis Arduino.
Semua sensor akan di kendalikan oleh mikrokontroler tersebut dan data yang
terbaca dikirimkan ke PC atau laptop untuk ditampilkan secara real time.
Pada tahapan pengambilan data peserta kerja praktik melakukan observasi dan
pengaturan terhadap peletakan sensor sesuai dengan ilustrasi yang diusulkan agar
sensor dapat bekerja dengan maksimal dan mendapatkan hasil dengan

Gambar 3.13 Ilustrasi prototipe tampak belakang.

20
Gambar 3.14 Ilustrasi kerja sistem.
akurasi yang baik. Dengan adanya observasi lanjutan maka peserta dapat
melakukan simulasi bagaimana kerja sistem yang diusulkan dapat bekerja setelah
dilakukannya observasi dan pengaturan tersebut.
Pada setiap saatnya, peserta kerja praktik dapat mencatat dan menganalisis
kerja dari sistem yang diusulkan yang dikembangkan di P2 Telimek LIPI demi
menjaga stabilitas dan ketercapaian dari tujuan kerja praktik itu sendiri.

21
REFERENSI
Basya, Muhamad Kamal ; Rizal, Achmad ; Usman, Koredianto. “Desain dan
Implementasi Monitoring EKG 12 Lead” (2010). Jurnal Teknik
Telekomunikasi. Hal 8-9.
Haipeng Liu et al 2019 Physiol. Meas. 40 07TR01.
Purwanda, Fendy, Triwiyanto and Welina Ratnayanti Kawitana. “Rancang
Bangun Elektrokardiograf Menggunakan Mikrokontroler Untuk
Mendeteksi Ketidaknormalan Jantung.” (2015).
Shan Stevania Ashifa. (2019). Alat Pengukur dan Pencatat Suhu Tubuh Manusia
Berbasis Arduino Mega 2560 dnegan SMS Gateway. Jurnal Teknik
Elektro. Maret 2019, 37-38.
Sumantri, Arga, 2020, “RAISA, Robot Pelayan Pasien Covid-19 Ciptaan ITS-
RSUA Dipercanggih”, https://www.medcom.id/pendidikan/riset-
penelitian/ybDlrlZb-raisa-robot-pelayan-pasien-covid-19-ciptaan-its-rsua-
dipercanggih, Diakses pada tanggal 24 Juni 2020.
Suyanto Moh Fajar Rajasa, S. F. (2013). Rancang Bangun Prototipe Monitoring
Suhu Tubuh Manusia Berbasis O.S Android Menggunakan Koneksi
Bluetooth. Jurnal Teknik ITS, 2(Vol 2, No 1 (2013)), A213–A216.
Yuliana. (2020). Corona virus diseases (Covid -19); Sebuah tinjauan literatur.
Wellness and Healthy Magazine, 2(1), 187–192.

22
BAB IV
PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami buat, sebagai bahan pertimbangan bagi pihak
Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2 Telimek LIPI) untuk menerima
pengajuan Proposal Kerja Praktik kami. Besar harapan kami agar dapat
melaksanakan kerja praktik di Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2
Telimek LIPI). Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Surabaya, 29 Juni 2020

Hormat kami,

Pemohon I Pemohon II Pemohon III

Dalna Nikita Ramdhani Muhammad Akbar Maulana Achmad Fachturrohman


07311740000002 07311640000015 07311640000025

Mengetahui dan Menyetujui,

Dosen Pembimbing, Koordinator Kerja Praktik,

Muhammad Hilman Fatoni, S.T., M.T. Muhammad Hilman Fatoni, S.T., M.T.
NIP. 199103252015041001 NIP. 199103252015041001

23
LAMPIRAN

Nama : Dalna Nikita Ramdhani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Lumajang , 21 Desember 1998

Agama : Islam

Kewarganeagaraan : WNI

Email : dalna.nikita@gmail.com

No. Telepon/ WA : 082195571177

Media Sosial : IG : @dalnanikitaa

2017 – Sekarang : Teknik Biomedik ITS

2014 – 2017 : SMAN 1 Lumajang


Pendidikan
2011 – 2014 : SMPN 1 Sukodono

2005 – 2011 : SDN Tompokersan 01


: LKMM TD FTE ITS

2018 : LKMW TD Himatektro ITS


Pelatihan : LKMM Pra TD FTE ITS

2017 : Fundamental Electrical Training (FET)


: Kementrian Dalam Negeri BEM ITS

2019-2020 kabinet “Kolaborapi ”


: Wakil Ketua Evolve (Seminar Nasional)
: Staff Magang BEM FTE Departemen
Organisasi / Kepanitiaan 2019
PSDM
: Koor Konsumsi Baronas 2018
2018
: Fasilitator GERIGI 2018

2017 : LO ELECTRA 7
: Ms. Office , Pemograman ( Pascal, python) , Proteus
Skill

24
Nama : Muhammad Akbar Maulana

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 16 Juni 1999

Agama : Islam

Kewarganeagaraan : WNI
:
Email
akbar.muhammadakbarmaulana@gmail.com
No. Telepon/ WA : 082234027828

Media Sosial : IG : @bakarbarakkabarakbar

2017 – Sekarang : Teknik Biomedik ITS

2014 – 2017 : SMAN 1 Lawang


Pendidikan
2011 – 2014 : SMPN 1 Singosari

2005 – 2011 : SDI 02 Al-Maarif Singosari

: LKMW TD Himatektro ITS


2018
: LKMM Pra TD FTI ITS
Pelatihan
: Pelatihan Spiritual dan Kebangsaan ITS
2017
: Fundamental Electrical Training (FET)

2020-sekarang : Dewan Penasehat dan Pertimbangan UKM


Rebana ITS
: Wakadep Departemen Seni UKM Rebana
2019 ITS
: Koor-PDD Festival Hadrah Albanjari dan
Organisasi / Kepanitiaan Nasheed ITS 2019
: Staff Departmen Seni UKM Cinta Rebana
ITS
2018 : Panitia Safari Dakwah Ustad Abdul Somad
2018
: Staff Departemen Kaderisasi JMMI ITS
: Ms. Office, Corel Draw, After Effect, Pemograman (Python, Delphi,
Skill
Arduino) (Basic)

25
Nama : Achmad Fachturrohman

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 24 Januari 1998

Agama : Islam

Kewarganeagaraan : WNI

Email : achmadfachturrohman@gmail.com

No. Telepon/ WA : 089528203898

Media Sosial : IG : achmadfachturr

2017 – Sekarang : Teknik Biomedik ITS

2013 – 2016 : SMAN 20 Surabaya


Pendidikan
2010 – 2013 : SMPN 19 Surabaya

2004 – 2010 : SDI Luqman Al – Hakim Surabaya

: LKMW TD Himatektro ITS


2018
: LKMM Pra-TD I FTE ITS
Pelatihan : Fundamental Electrical Training (FET)
2017
: Spiritual dan Kebangsaan Mahasiswa Baru
ITS Tahun Akademik 2017/2018

: Staff Internal dan Dewan Perwakilan


2019 - Sekarang
Angkatan 2017 UKM Catur ITS

2019 : Koordinator Perlengkapan BEACON 2019


Organisasi / Kepanitiaan
: Tim Soal ELECTRA 8
2018
: Fasilitator Dekorasi GERIGI ITS 2018

2017 : LO ELECTRA 7

Skill : Ms. Office, Pemograman (Delphi, Arduino) (Basic), Proteus, Eagle

26

Anda mungkin juga menyukai