Anda di halaman 1dari 1

Peran akuntan dalam penerimaan pajak

Praktik pelaporan pajak di Indonesia dengan sistem self-assessment yang berlaku saat ini memiliki
risiko potensi penghindaran pajak apabila pelaporan keuangan yang dilakukan oleh WP tidak
dilakukan secara transparan. Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk mengikuti ketentuan yang
ada di negara maju mengenai pelaporan keuangan perusahaan sebagai benchmark untuk menciptakan
iklim pelaporan keuangan yang lebih berkualitas bagi seluruh stakeholders laporan keuangan melalui
adanya kewajiban audit laporan keuangan bagi perusahaan.
Jaman (2015) menyebutkan bahwa dalam kondisi keterbatasan cakupan dan jumlah laporan
keuangan WP badan yang diaudit saat ini di Indonesia, pemerintah dapat mempertimbangkan adanya
ketentuan hukum yang mengatur adanya kewajiban audit bagi seluruh WP badan termasuk seluruh
perusahaan penanaman modal asing yang berusaha atau didirikan di Indonesia seperti yang dilakukan
oleh negara lain tersebut. Keuntungan yang dapat diperoleh dari adanya ketentuan ini adalah
berkurangnya beban Direktorat Jenderal Pajak terkait aktivitas penggalian potensi pajak untuk WP
badan, karena dapat memperolehnya cukup dengan menghimpun data dari laporan tahunan akuntan
publik yang setiap tahunnya dilaporkan kepada Kementerian Keuangan sesuai dengan UU akuntan
Publik nomor 5 tahun 2011 pasal 27.
Untuk meningkatkan efektifitas pengungkapan informasi perusahaan yang diaudit, pemerintah
dapat mewajibkan akuntan publik untuk melaporkan informasi posisi keuangan perusahaan (WP
badan), penghasilan dan beban serta transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa dan
informasi lain yang berkaitan dengan pelaporan penghasilan dari laporan keuangan WP yang
diperiksa oleh akuntan publik. Informasi-informasi tersebut selanjutnya akan digunakan menjadi
dasar bagi pemerintah untuk melakukan pemeriksaan kepatuhan perpajakan WP badan untuk
mengoptimalkan penerimaan perpajakannya.

Anda mungkin juga menyukai